Anda di halaman 1dari 11

ABORSI DALAM

TINJAUAN HUKUM
ISLAM
M. Choirun Nizar,MHI
PENGERTIAN
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus)
adalah berhentinya kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian
janin.
Aborsi adalah pengguguran janin dalam kandungan
sebelum waktunya, baik disengaja atau tidak.
Aborsi yang tidak disengaja biasa disebut dengan
aborsi spontan, yang oleh ulama disebut
dengan isqath al-‘afw. Aborsi spontan tersebut
bisa terjadi karena penyakit, kecelakaan, terlalu
capek, dan sebagainya. Hukum dari aborsi tersebut
dimaafkan, atau tidak menimbulkan akibat hukum.
ABORSI YANG DISENGAJA

ABORSI YANG DISENGAJA TERBAGI MENJADI 2 YAITU :

1. Aborsi Artificialis Therapicus, yaitu aborsi yang


dilakukan oleh seorang dokter atas dasar indikasi
medis sebelum janin lahir secara alami untuk
menyelamatkan jiwa ibu yang terancam bila
kelangsungan kehamilan dipertahankan. Aborsi ini
di kalangan ulama disebut dengan isqath al-
dharury (aborsi darurat) atau isqath al-‘Ilajiy
(aborsi pengobatan).
2. Aborsi Provocatus Criminal, yaitu pengguguran
kandungan yang dilakukan tanpa indikasi medis, atau
tanpa sebab sebab membolehkan sebelum masa
kelahiran tiba.
Aborsi bentuk kedua ini biasa disebut dengan isqath
al-ikhtiyari (aborsi yang disengaja).
Tindak aborsi yang disengaja tersebut bisa disebabkan
oleh beberapa alasan, antara lain: kekhawatiran
terhadap kemiskinan, tidak ingin mempunyai keluarga
besar, kekhawatiran janin yang ada dalam kandungan
akan lahir dalam keadaan cacat, hamil di luar nikah.
(Gulardi H Winkjossantro,dkk, 2010)
ABORSI DALAM PANDANGAN ULAMA

IMAM AL GHAZALI
“Jika nutfah (sperma) telah bercampur (ikhtilah) dengan
ovum di dalam rahim dan siap menerima kehidupan
(isti`dad li-qabul al-hayah), maka merusaknya
dipandang sebagai tindak pidana (jinayah).”
Ihya’ Ulumuddin
ABORSI DILAKUKAN SEBELUM NYAWA DITIUPKAN?
• BOLEH / meski tanpa alasan / udzur
HANAFI DAN
ZAIDIYAH, Sebagian
• Sebagian mereka mengharuskan adanya alasan
SYAFII, HANBALI

• MAKRUH jika tanpa Udzur


SEBAGIAN
MALIKI

• HARAM
• Pendapat Paling Kuat
MALIKI DAN
DZAHIRI • Sebagaimana Hukum ‘azl
ABORSI SETELAH PENIUPAN RUH

• SEMUA ULAMA SEPAKAT HARAM JIKA TANPA UDZUR/ALASAN


YANG DIBENARKAN
• Jika kehamilan (kandungan) itu akibat zina, dan ulama mazhab
Syafi`i membolehkan untuk menggugurkannya, maka menurutku,
kebolehan itu berlaku pada (kehamilan akibat)
perzinaan yang terpaksa (perkosaan) di mana (si wanita) merasakan
penyesalan dan kepedihan hati. Sedangkan dalam kondisi di mana
(si wanita atau masyarakat) telah meremehkan harga diri dan tidak
(lagi) malu melakukan hubungan seksual yang haram (zina), maka
saya berpendapat bahwa aborsi (terhadap kandungan akibat zina)
tersebut tidak boleh (haram), karena hal itu dapat mendorong
terjadinya kerusakan (perzinaan)
FATWA MUI TENTANG ABORSI
Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 12 Rabi`ul Akhir 1426 H
21 Mei 2005.
Pertama: Ketentuan Umum
Darurat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila
tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan
mati atau hampir mati.
Hajat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila
tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan
mengalami kesulitan besar.
Kedua:Ketentuan Hukum
1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi bla stosis pada dinding
rahim ibu (nidasi).
2.Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun
hajat.
a. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilah yang membolehkan
aborsi adalah:
1). Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut,
TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik beratlainnya yang harus
ditetapkan oleh Tim Dokter.2.
2).Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.
b. Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan
aborsi adalah:
1). Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetic yang kalau lahir
kelak sulit disembuhkan.
2). Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang
yang di dalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama.
3). Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b harus dilakukan sebelum
janin berusia 40 hari.
c. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina.
MENURUT KUHP

• Pasal 299 Ayat (1) dikatakan bahwa perbuatan aborsi yang disengaja atas
perbuatan sendiri atau minta bantuan pada orang lain dianggap sebagai
tindakan pidana yang diancam dengan hukuman paling lama 4 tahun
penjara atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
• Pasal 299 Ayat (2) tersebut melanjutkan bahwa apabila yang bersalah
dalam aborsi tersebut adalah pihak luar (bukan ibu yang hamil) dan
perbuatan itu dilakukan untuk tujuan ekonomi, sebagai mata pencaharian,
maka hukumannya dapat ditambah sepertiga hukuman pada ayat (1) diatas
dan apabila selama ini perbuatan itu dilakukan semata- mata sebagai mata
pencaharian , maka dapat dicabut haknya untuk melakukan mata
pencaharian tersebut.
• Pada pasal 346 dikatakan bahwa wanita yang dengan sengaja
menggugurkan kandunganya atau menyuruh orang lain untuk melakukan
hal itu diancam hukuman penjara paling lama empat tahun.
• Pasal 347 Ayat (1) di sebutkan orang yang menggugurkan atau
mematikan kehamilan seseorang wanita tanpa persetujuan wanita
itu diancam hukuman paling lama 12 tahun penjara.
• Pasal 347 Ayat (2) menyebutkan jika dalam menggugurkan
kandungan tersebut berakibat pada hilangnya nyawa wanita yang
mengandung itu, maka pihak pelaku dikenakan hukuman penjara
paling lama 15 tahun.
• Pasal 348 Ayat (1)di sebutkan bahwa orang yang dengan sengaja
menggugurkan kandungan seorang wanita atas persetujuan wanita
itu di ancam hukuman paling lama 15 tahun penjara.
• Pasal348 Ayat (2) melanjutkan jika dalam perbuatan itu
menyebabkan wanita itu meninggal, maka pelaku diancam
hukuman paling lama 17 tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai