Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Cooperative Learning Tipe Make A Match

1. Pengertian Cooperative Learning Tipe Make A Match

Model Cooperatif Tipe Make A Match (membuat pasangan) merupakan

teknik belajar yang member kesempatan siswa untuk bekerjasama dengan

orang lain. Teknik ini dapat digunakan dalam semua pelajaran dan semua

tingkatan usia anak didik. Model Cooperatif Tipe Make A Match adalah

model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau

permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa mencari

pasangan kartunya.

Menurut Isjoni model pembelajaran make a match merupakan model

pembelajaran mencari pasangan sambil belajar konsep dalam suasana yang

menyenangkan. Model pembelajaran make a match merupakan model

pembelajaran yang mengajak mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan

atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan

dalam batas waktu yang ditentukan.7

Miftahul Huda menyatakan bahwa, Model pembelajaran make a match

merupakan salah satu pendekatan konseptual yang mengajarkan siswa

memahami konsep-konsep secara aktif, kreatif, interaktif, efektif dan

7
Isjoni, Model Pembelajaran Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011).
h. 77

10
11

menyenangkan bagi siswa sehingga konsep mudah dipahami dan bertahan

lama dalam struktur kognitif siswa.”8

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran kelompok yang

mengajak siswa memahami konsep-konsep melalui permainan kartu

pasangan. Permainan tersebut dibatasi waktu yang ditentukan dalam suasana

belajar yang menyenangkan, selain itu model pembelajaran make a match

melatih siswa untuk aktif, kreatif dalam pembelajaran sehingga materi

mudah dipahami dan bertahan lama.

2. Tujuan Pembelajaran Model Pembelajaran Make A Match

Tujuan dari pembelajaran dengan model pembelajaran make a match

adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat

pemahamanya terhadap suatu materi pokok. Menurut Benny dalam Isjoni

menyatakan bahwa Tujuan model pembelajaran Make a Match yaitu untuk

menciptakan hubungan baik antara guru dengan siswa, dengan cara

mengajak siswa bersenang-senang sambil belajar mengenai suatu konsep

atau topik.9

Miftahul Huda mengatakan bahwa tujuan model pembelajaran make a

match yaitu untuk pendalaman materi, penggalian materi dan sebagai

8
Miftahul Huda, Cooperative Learning, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2012). h. 135
9
Isjoni, Model Pembelajaran Cooperative Learning. h. 90.
12

selingan. Adapun persiapan yang harus dilakukan oleh guru sebelum proses

pembelajaran berlangsung. Menurut Miftahul Huda yaitu:

a. Membuat beberapa pertanyan sesuai dengan materi yang dipelajari

(jumlah tergantung pada tujuan pembelajaran) kemudian menulisnya

dalam kartu-kartu pertanyaan.

b. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat

dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. (akan lebih baik kartu

jawaban dan kartu pertanyaan berbeda warna).

c. Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan

sansi bagi siswa yang gagal.

d. Menyediakan lembar untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil

sekaligus untuk pensekoran presentasi.10

Tujuan model pembelajaran make a match yaitu untuk mempermudah

siswa dalam memahami materi dan menjadikan siswa agar lebih aktif, kreatif

dan inovatif dalam proseses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat

meninggat. Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan model

pembelajaran make a match guru harus mempersiapkan media yang

diperlukan untuk proses belajar mengajar yaitu guru harus mempersiapkan

materi yang sesuai dengan model pembelajaran make a match.

10
Miftahul Huda, Cooperative Learning. h. 251
13

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Make A Match

Adapun Langkah-langkah Model pembelajaran Make A Match ini

menurut Rusman sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau

topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal

dan bagian lainnya kartu jawaban

b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu

c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang

d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya (soal jawaban)

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu

diberi poin

f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat

kartu yang berbeda dari sebelumnya

g. Demikian seterusnya

h. Kesimpulan/penutup.11

Langkah-langkah Model pembelajaran Make A Match yang pertama

guru harus menyiapkan materi yang sesuai dengan model Model

pembelajaran Make A Match, guru harus menyiapkan media pembelajaran

seperti gambar yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari dan guru

harus membuat kartu pertanyaan dan jawaban yang akan dibagikan kepada
11
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. h. 222-223
14

tiap-tiap siswa, guru menginformasikan bagaimana cara belajar dengan

Model pembelajaran Make A Match, setelah menginformasikan cara-cara

tersebut guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Dengan

pemantauan guru siswa mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru.

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Make A Match

Kelebihan dan kekurangan model kooperatif tipe Make A Match

menurut Miftahul Huda adalah

a. Kelebihan Model Make A Match

1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siaswa, baik secara kognitif

maupun fisik.

2) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.

3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang

4) dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

5) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil

presentasi.

6) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

b. Kelemahan Model Make A Match

1) Jika strategi ini tidak di persiapkan dengan baik, akan banyak waktu

yang terbuang

2) Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu

berpasangan dengan lawan jenisnya


15

3) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak

siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.

4) Guru harus hati-hati pada saat memberi hukuman pada siswa yang

tidak dapat pasangan, karena mereka bisa malu

5) Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbulkan

kebosanan.12

Model pembelajaran kooperatif tipe Model Make A Match mempunyai

kelebihan dan kekurangan, kelebihan model ini yaitu dapat menjadikan

siswa lebih aktif, kreatif dan inovatif serta meningkatkan motivasi belajar

siswa dan dapat melatih kedisiplinan siswa sdalam proses belajar, sedangkan

kelemahan model ini adalah harus dipersiapakan dengan matang, jika model

ini tidak dipersiapkan dengan matang maka akan banyak waktu yang

terbuang selain itu, kelemahan model ini juga jika dilakukan secara terus

menerus akan menimbulkan kejenuhan kepada siswa.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjuk

pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang

mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah

perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw


12
Miftahul Huda, Cooperative Learning. h. 252-254
16

materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku

untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil

pembangunan, termasuk hasil belajar.

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan

lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar

adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan

karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan

hasil pengalaman.

Menurut Bloom yang dikutip oleh Anas Sudijono hasil belajar adalah

perubahan perilaku yang mencakup ranah koqnitif yakni berorientasi pada

kemampuan berpikir dan ranah afektif yaitu berhubungan dengan perasaan,

emosi, sistem nilai, sikap dan hati yang menunjukkan penerimaan atau

penolakan terhadap sesuatu, serta ranah psikomotor yang berorientasi pada

keterampilan motorik berupa tindakan anggota tubuh yang memerlukan

koordinator antara syaraf dan otot.13

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah

proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku

baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga

13
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011).
Edisi. 1. Cet-12. h. 48-49.
17

menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar merupakan salah satu

indikator dari proses belajar. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang

diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Salah satu indikator

tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat

hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil pembelajaran dapat

diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

a. Keefektifan. Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat

pencapaian hasil belajar.

b. Efesiensi. Efesiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara

keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai sibelajar dan/atau jumlah

biaya pembelajaran yang digunakan.

c. Daya tarik. Daya tarik merupakan pembelajaran biasanya diukur dengan

mengamati kecendrungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik

pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi,

dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya.

Itu sebabnya, pengukuran kecendrungan siswa untuk terus atau tidak terus

belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau

dengan bidang studi.14

Kegiatan belajar merupakan unsur dan proses yang sangat fundamental

dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti

14
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran “Menciptakan proses belajar mengajar yang
kreatif dan efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011). h. 21.
18

bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat

tergantung pada belajar yang dialami siswa baik berada disekolah maupun

di lingkungan keluarga. Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan

untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan

memahami suatu mata pelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai yang

berupa huruf atau angka-angka. Hasil belajar dapat keterampilan, nilai, dan

sikap setelah siswa mengalami proses belajar.

Hasil belajar diperoleh setelah dilakukan evaluasi. Mulyasa, menyatakan

bahwa evaluasi hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan

untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi. Hasil belajar

ditunjukkan dengan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa.15

Sedangkan menurut Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil peristiwa

belajar dapat muncul dalam berbagai jenis perubahan atau pembuktian

tingkah laku seseorang.16

Dari proses belajar diharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang

baik sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang ditetapkan sebelum

proses belajar berlangsung. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan belajar adalah menggunakan tes. Tes ini

15
Enco Mulyasa, Menjadi Guru Prefesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2010). h. 56.
16
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja rosda
Karya, 2010). h. 67.
19

digunakan untuk menilai hasil belajar yang dicapai dalam materi pelajaran

yang diberikan guru disekolah.

Dari beberapa teori yang telah dipaparkan dapat ditarik simpulan bahwa

hasil belajar merupakan suatu proses untuk melihat sejauh mana siswa

dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses belajar

mengajar, atau keberhasilan yang dicapai seorang peserta didik setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran yang ditandai dengan bentuk angka, huruf,

atau simbol tertentu yang disepakati oleh pihak penyelenggara pendidikan.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh faktor

yang berasal dari dalam diri peserta didik dan faktor dari luar peserta didik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penting sekali artinya dalam rangka

membantu peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut, diantaranya faktor

internal dan faktor eksternal.

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang datangnya dari diri sendiri

seperti kurang lengkapnya anggota tubuh atau kondisi tubuh (kesehatan dan

cacat tubuh), kecerdasan (IQ), minat, bakat, motif dan lain-lain. Adapun

faktor eksternal merupakan faktor yang datangnya dari luar individu, atau

faktor lingkungan dimana seseorang berada, seperti lingkungan keluarga,

lingkungan pendidikan (sekolah, kampus), dan lingkungan di masyarakat.


20

Muhibbin Syah mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar, yaitu:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.17

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo, faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Faktor internal, meliputi faktor jasmani (fisiologis), faktor psikologis

dan faktor kematangan fisik maupun psikis.

b. Faktor eksternal, meliputi faktor sosial, faktor budaya dan faktor

lingkungan.18

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak

langsung dalam mencapai hasil belajar. Dari faktor-faktor tersebut yang

dapat mempengaruhi hasil belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam,

yaitu:

17
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012). h. 132.
18
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta, Rineka Cipta, 2014). Edisi
Revisi. h. 130-131.
21

a. Faktor stimulus belajar. Yang dimaksud dengan stimulus belajar disini

yaitu segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau

perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini mencakup material, penugasan

serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dipelajari oleh

seorang peserta didik.

b. Faktor metode belajar. Metode-metode mengajar yang dipakai oleh

seorang pendidik sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai

oleh seorang peserta didik. Dengan kata lain, metode-metode yang

dipakai oleh seorang pendidik menimbulkan perbedaan yang berarti

bagi proses belajar seorang peserta didik.

c. Faktor individual. Dari faktor-faktor stimulus dan metode belajar,

faktor-faktor individual merupakan faktor yang sangat besar

pengaruhnya terhadap belajar seorang peserta didik. Karena faktor ini

muncul dari dari dalam individu itu sendiri atau dari peserta didik itu

sendiri.

3. Aspek-Aspek Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

Aspek-aspek hasil belajar Pendidikan Agama Islam meliputi enam

aspek sebagai berikut:

a. Pengetahuan (Knowledge)

Proses mental dalam mengingat materi atau bahan yang sudah

dipelajari. Hal ini meliputi kemampuan mengingat informasi secara


22

umum dan dapat mengungkapkannya kembali apa yang telah dipelajari.

Semakin banyak materi yang dipelajari semakin baik hasil belajar siswa.

b. Pemahaman (Comprehension)

Dengan pengetahuan yang dimilki maka siswa memilki kemampuan

dalam menangkap arti dari suatu materi atau informasi yang dipelajari.

Pemahaman terhadap materi harus dipelajari untuk dapat meningkatkan

hasil belajar siswa

c. Penerapan (Application)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan atau menempatkan

materi atau informasi yang telah dipelajari ke dalam suatu keadaan

baru dan konkret dengan hanya mendapat sedikit pengarahan. Setelah

adanya pengetahuan yang dimiliki siswa dan pemahaman siswa

terhadap materi maka kemampuan siswa dalam menerapkan semua

informasi yang telah dipelajari dapat dilakukan dengan baik dan

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.19

C. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar

Pendidikan Agama Islam yaitu upaya dalam memberikan bimbingan

agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life

19
Wina Sanjaya Dkk, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012). h. 48
23

(pandangan dan sikap hidup) seseorang.20 Terdapat dua hal yang menjadi

dasar pendidikan agama Islam, yaitu:

a. Dasar religius

Dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang termaktub

dalam Alquran dan Hadist Nabi, sebagaimana firman Allah Swt dalam

surat Al-Mujaadilah ayat 11,

       


       
      
       
 
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah
kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS. Al-Mujaadilah: 11).21

Dalam Surah Al-Mujadallah ayat 11 terkandung bahwa setiap orang

yang beriman wajib hukumnya menuntut ilmu, baik ilmu akhirat

maupun dunia. Hendaknya dalam menuntut ilmu juga memberikan

kemudahan bagi orang lain dalam menuntut ilmu seperti kita juga, sebab

Allah juga akan memudahkan kita baik di dunia dan akhirat bagi siapa

yang memudahkan saudaranya dalam kesulitan. Orang yang beriman

dan berilmu, berbeda derajatnya dengan mereka yang hanya beriman

atau hanya berilmu saja.


20
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2015), h. 7.
21
Q.S. Al-Mujaadilah: 58/11
24

Alquran surat Az-Zumar/39: 9 juga menerangkan:

       


        
       
 
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar: 9).22

Dari surat Az-Zumar ayat 9 terkandung bahwa perbandingan yang

berilmu dengan yang tidak berilmu. Sebagaimana Allah ingin

menyampaikan bahwa bila kita pikirkan dengan hati dan akal, tentu

orang-orang yang beriman, terutama mereka yang beribadah salat

diwaktu malam serta takut pada Allah adalah orang-orang yang

beruntung. Orang-orang yang beriman dan berilmu tentu akan memilih

sesuatu yang lebih besar, yaitu balasan Allah yang kekal, daripada

segala sesuatu yang hanya sementara saja, yaitu dunia ini. Maka dari

ayat ini bisa diambil pelajaran bahwa manusia harus menyadari bahwa

keburuntungan sebenarnya adalah balasan kebaikan di akhirat kelak,

dimana amal baik akan mengahantar kepada kebahagian yang

selamalamanya dan amal buruk menghantarkan pada kesusahan selama-

lamanya. Bukan takaran dunia, karena bahagia, sedih, kaya, miskin,

22
Q.S. Az-Zumar; 39/9
25

sehat, sakit di dunia hanya sementara saja. Alquran surat Al-‘Alaq/96:

1-5 juga menerangkan:

        


       
       

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. Al-‘Alaq: 1-5).23

Dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5 Allah memberikan gambaran dasar

tentang nilai-nilai kependidikan tentang membaca, menulis, meneliti,

mengkaji, menelaah sesuatu yang belum diketahui, dan pekerjaan-

pekerjaan tersebut harus senantiasa diawali dengan menyertakan nama

Allah.

b. Dasar Yuridis

Dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari

perundang-undangan, yang berlaku di Negara Indonesia yang secara

langsung atau tidak dapat dijadikan pegangan untuk melaksanakan

pendidikan agama.

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dikembangkan

berdasarkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam yang fundamental yang

terkandung dalam sumber dasarnya yaitu Alquran dan As-sunah. Pendidikan

agama yang bersifat dasar itu adalah pengajaran yang berhubungan dengan

23
Q.S. Al 'Alaq: 96/1-5
26

aqidah/tauhid, ibadah, syariah, fiqih, mu’amalah, Alquran, dan ahklak.

Menurut Basuki, pendidikan Islam merupakan sekumpulan ide-ide dan

konsep-konsep intelektual yang tersusun dan diperkuat melalui pengalaman

dan pengetahuan.24

Berdasarkan Pengertian pendidikan Agama Islam di atas maka dapat

disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar peserta

didik untuk menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Islam

melalui kegiatan bimbingan, pengetahuan atau latihan dengan

memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan

kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan

kesatuan nasional.25

Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa proses pembelajaran

PAI diarahkan untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, pemahaman,

penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam siswa, di samping untuk

meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Dalam arti, keimanan dan

ketakwaan itu diharapkan mampu memancar keluar dalam hubungan

keseharian dengan manusia lainnya (bermasyarakat) baik yang seagama

maupun yang tidak serta dalam Berbangsa dan Bernegara sehingga dapat

terwujud Persatuan dan Kesatuan Nasional dan bahkan persaudaraan

kemanusiaan.

24
Basuki dan Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. h.19.
25
Ibid. h. 54.
27

2. Tujuan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar

Berhasil tidaknya proses belajar mengajar bergantung pada strategi guru

kepada peserta didik sesuai dengan tahap perkembangan anak SD,

karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna,

apabila materi sesuai dengan model, metode, pendekatan yang digunakan,

maka tujuan pembelajaran akan tercapai. Untuk mencapai tujuan

pembelajaran, ,maka dibutuhkan keterampilan guru dalam memilih dan

melaksanakan model pembelajaran yang tepat agar proses pembelajaran

menjadi lebih bermakna sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa

sesuai dengan tuntutan kurikulum. Tujuan belajar anak didik di SD sebagai

berikut:

a. Menjadikan anak-anak senang bergembira dan riang dalam belajar;

b. Memperbaiki cara berpikir kreatif anak-anak, sifat keingintahuan, kerja

sama, harga diri dan rasa percaya pada diri sendiri khususnya dalam

menghadapi kehidupan akademik;

c. Mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar;

d. Mengembangkan afeksi dan kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang

terjadi di lingkungannya khususnya perubahan yang terjadi dalam

lingkungan sosial dan teknologi.26

Berdasarkan tujuan belajar yang dikita ketahui dapat disimpulkan bahwa

semestinya tujuan belajar tersebut dapat direfleksikan guru-guru SD dalam


26
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. h. 46.
28

rangka membantu peserta didik meletakkan dasar-dasar kehidupan ke arah

perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya ciptanya yang

diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk

pertumbuhan peserta didik serta perkembangan mereka selanjutnya.

3. Ruang lingkup pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Dasar

Ruang lingkup pengajaran PAI mencangkup usaha mewujudkan

keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain :

a. Hubungan manusia dengan Allah Swt.

b. Hubungan dengan sesama manusia.

c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya.

Bahan pengajaran PAI meliputi tujuh unsur pokok :

a. Keimanan

b. Ibadah

c. Alquran

d. Muammalah

e. Akhlak

f. Syariah

g. Tarikh

Pada tingkat SD tekanan diberikan pada empat unsur pokok yaitu

Keimanan, akhlak, ibadah, dan Alquran.


29

D. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan sangat penting sebagai dasar pijakan

dalam rangka penyusunan penelitian ini. Kegunaannya adalah untuk mengetahui hasil

yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu sekaligus sebagai perbandingan dan

gambaran yang dapat mendukung kegiatan penelitian berikutnya. Adapun penelitian

terdahulu didalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian Kholizah, Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Tebingtinggi

Deli, 2015. Dengan judul penelitian Pengaruh Metode Diskusi Terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Akidah Akhlak Di

MIS Al Washliyah Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Kab. Serdang

Bedagai. Rumus penelitiannya Menggunakan Rumus korelasi product

moment, Angket menggunakan Pertanyaan dengan jawabann tiga alternatif

yaitu Selalu, Kadang-kadang, Tidak pernah. Artinya jika menjawab selalu

maka mendapat nilai 3, jika kadang-kadang mendapat nilai 2 dan tidak

pernah mendapat nilai 1, ini untuk mengambil nilai skor pada variabel X

yaitu Metode Diskusi sedangkan untuk variabel Y mengambil dari nilai

prestasi siswa-siswi tersebut. Hasil Hipotesis yaitu hasilnya signifikasi

Metode Diskusi sangat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar,

karena rhitung lebih besar dari rtabel.

2. Penelitian Siti Endah Wati, Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam

Tebingtinggi Deli, 2019. Dengan judul penelitian Pengaruh Metode Bermain

Peran Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Aqidah Akhlak Di MIS Al
30

Washliyah Pasar Lapan Kecamatan Air Putih Kabupaten BatuBara. Hasil

penelitiannya adalah terdapat pengaruh metode bermain peran terhadap hasil

belajar siswa pada materi aqidah akhlak di MIS Al Washliyah Pasar Lapan

Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara. Hal ini dibuktikan dengan

tingkat signifikasi dalam korelasi yang sangat sedang atau cukup

berdasarkan hasil perhitungan rhitung lebih besar dari rtabel (0,52 > 0,33).

Metode bermain peran adalah metode belajar dengan memerankan atau

membuat suatu drama dan skenario yang di lakukan atau di perankan oleh

peserta didik sendiri, agar mereka paham dan mengerti jalan cerita materi

pelajaran. Oleh karena itu, metode bermain peran sangat dapat di gunakan di

Madrasah Ibtidaiyah maupun sekolah dasar, karena belajar dengan bermain

dapat membuat anak didik senang dan tidak merasa bosan dalam proses

belajar mengajar di dalam kelas.

3. Penelitian Halimatun Nisa, Mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Univetsitas Islam Negeri

Sumatera Utara Medan 2019. Dengan judul penelitian Pengaruh Model

Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match Terhadap Hasil

Belajar Siswa Kelas IV pada mata pelajaran IPA di MIN 1 Kecamatan

Padang Hulu Kota Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2018/2019. Hasil

Penelitiannya adalah Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe Make a Match berperan sebagai model yang digunakan untuk

menyampaikan pembelajaran yang membuat peserta didik mampu berfikir


31

secara kreatif dalam menanggapi pembelajaran yang diajarkan oleh guru.

Hasil belajar IPA pada kelas eksperimen (IV B) dengan menggunakan

Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make a Match diperoleh

rata-ratapost test 83,833 sedangkan kelas kontrol (IV A) dengan

menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab diperoleh rata-rata

postest 70,67. Berdasarkan hasil rata-rata posttest bahwa pemebelajaran

menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make a

Match memiliki hasil belajar yang lebih baik, berdasarkan uji statistik t pada

saat post test bahwa diperoleh model pembelajaran Cooperative Learning

Tipe Make a Match berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,606 > 1,67

(n=30) dengan taraf signifikan 0,05 atau 95% yang menyatakan terima Ha

dan tolak H0. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Make a Match berpengaruh signifikan terhadap

hasil belajar IPA siswa kelas IV MIN 1 Tebing Tinggi.

E. Kerangka Berpikir

Suatu pembelajaran dikatakan baik jika seorang guru berhasil menciptakan

proses pembelajaran yang aktif dan kreatif, salah satu cara mengaktifkan siswa yaitu

dengan menerapkan teknik make a match dalam kegiatan pembelajaran. Teknik

make a match merupakan bagian dari model pembelajaran Cooperative Learning

yaitu sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Dalam teknik ini
32

tidak hanya menuntut kerja sama dalam pencarian pemecahan masalah dalam suatu

kelompok, melainkan tanggung jawab perorang.

Dengan adanya tanggung jawab individu yang sangat mempengaruhi tugas

kelompok yang menuntut keaktifan peserta didik, secara tidak langsung dapat

meningkatkan hasil belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI serta

saling meningkatkan mutu pendidikan PAI, faktor terpenting adalah proses

pembelajaran yang saling berinteraksi. Mengajar bukan hanya menceritakan atau

menuangkan bahan pembelajaran kepada siswa. Namun pembelajaran memerlukan

keterlibatan mental dan perubahan siswa itu sendiri.

Proses pembelajaran akan menjadi aktif jika siswa terlibat langsung dalam

penyelesaian masalah yang diberikan oleh gurunya. Untuk itu, semua siswa perlu

mendengarnya, melihat, mengajukan pertanyaan tentang kompetensi yang sedang

dibahas serta membahasnya dengan orang lain. Bahkan tidak cukup itu saja,

melainkan siswa perlu mengerjakannya yakni menggambarkan sesuatu dengan

pikirannya sendiri, menunjukkan contohnya, dan mengerjakan tugas yang menuntut

pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan, menguasai konsep-konsep

materi dan keterkaitan untuk dapat memecahkan masalah yang terkait dalam

kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas maka skema kerangka berpikir dari

penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Hasil Belajar Siswa

Kondisi
Awal
Eksperimen Kontrol

Tes Awal 33
(Pretest)

Menggunakan Tidak Menggunakan Make a Match


Make a Match

Tes Akhir
(Posttest)

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

F. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang
34

merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. 27 Hipotesis merupakan

salah satu unsur teori yang didapat melalui analisis perbandingan. Analisis

perbandingan antara kelompok tidak hanya menganalisis kategori, tetapi

mempercepat adanya hubungan yang disimpulkan antara kelompok tersebut, dan hal

itu dinamakan hipotesis kerja. Yang perlu ditekankan di sini ialah bahwa status

hipotesis kerja ialah sesuatu yang disarankan, bahkan sesuatu yang diuji di antara

hubungan kategori dan kawasannya.

Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban

sementara atas masalah yang dirumuskan. Hipotesis merupakan salah satu unsur teori

yang didapat melalui analisis perbandingan. Yang perlu ditekankan di sini ialah

bahwa status hipotesis kerja ialah sesuatu yang disarankan, bahkan sesuatu yang diuji

di antara hubungan kategori dan kawasannya. Perlu pula dikemukakan bahwa

hipotesis kerja senantiasa diverifikasi sepanjang penelitian itu berlangsung. Menurut

Suharsimi Arikunto, hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.28

Perlu pula dikemukakan bahwa hipotesis kerja senantiasa diverifikasi

sepanjang penelitian itu berlangsung. Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka

berpikir di atas maka dapat diajukan hipotesis adalah

27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010). h. 26.
28
Suharsimi Arikunto, Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010). Edisi Revisi. h. 67.
35

Ha = Terdapat Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Make A Match Terhadap

Hasil Belajar di UPTD. SD Negeri 11 Tanjung Prapat Kecamatan Laut Tador

Kabupaten Batu Bara Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Ho = Tidak Terdapat Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Make A Match

Terhadap Hasil Belajar di UPTD. SD Negeri 11 Tanjung Prapat Kecamatan

Laut Tador Kabupaten Batu Bara Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam.

Anda mungkin juga menyukai