Anda di halaman 1dari 5

“INDONESIA BEBAS COVID 19 DI TAHUN 2021

VAKSINASI COVID SANGAT AMPUH MEMBASMII CORONA VIRUS 19”

Sebelumnya timbul pertanyaan apakah aman dan efektifkah vaksin asal

China yang diuji di Indonesia? Juru bicara tim uji klinis vaksin Sinovac Universitas

Padjajaran, Rodman Tarigan menyatakan, hasil pengujian baru akan tuntas Mei

2021 mendatang, setelah itulah pihaknya baru akan melaporkan hasil uji klinis ke

BPOM. Tapi tim akan menyampaikan laporan awal ke BPOM dan Biofarma,

sebagai sponsor uji klinis vaksin pada November 2020.

"Preliminary report  di bulan November untuk 540 relawan, tetapi

masih running terus, selesai lengkap Mei 2021 untuk 1.620 relawan, kemudian

memberikan laporan ke BPOM. Nanti BPOM laporkan ke WHO yang akan meng-

approve. Sampai saat ini dari tujuh kandidat vaksin belum ada yang di-

approve oleh WHO, baik Sinovac, Sinopharm," kata Rodman.

Keamanan vaksin telah dibuktikan oleh 1.620 relawan yang sudah disuntik

vaksin tahap pertama, termasuk 1.300 lebih relawan yang telah disuntik vaksin

tahap dua. Menurut Rodman, seluruh relawan tidak mengalami efek samping

yang mengkhawatirkan. Hanya sebagian kecil yang mengalami demam ringan

dan sakit di bekas suntikan.

Hal yang krusial dari uji klinis vaksin fase 3 ini adalah efikasi atau khasiat

vaksin, yang belum bisa diketahui hingga uji klinis selesai. "Maka di bulan

November cuma tim uji klinis, yang nanti menentukan bahwa vaksin itu diedarkan

izinnya ada di BPOM.

Klarifikasi pemerintah soal pelaksanaan vaksinasi ditanggapi pemerintah

dalam dialog di Media Center BNPB yang disiarkan secara daring, Selasa (27/10).
Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Airlangga

Hartanto menyatakan Desember baru akan dimulai pengadaan vaksin jadi dari

sejumlah negara yang telah selesai melakukan uji klinis. Sementara, pelaksanaan

vaksinasi belum dapat dipastikan, menunggu izin dari BPOM. "Dalam hal

pengadaan vaksin jadi, yang sudah dilakukan clinical trial di negara lain,

diharapkan sudah masuk juga di bulan Desember," kata Airlangga.

Indonesia diketahui telah memiliki komitmen pembelian vaksin jadi dari tiga

produsen vaksin Covid 19, yakni Cansino, G42/Sinopharm, dan Sinovac. Menurut

Airlangga, Badan POM telah mengirimkan tim ke China untuk melihat langsung

produksi ketiga vaksin tersebut.

Di tahap awal, lanjut Airlangga, Sinovac, dalam bentuk vaksin jadi, akan

masuk secara bertahap sebanyak tiga juta dosis. Selain vaksin jadi, pemerintah

juga akan mengimpor vaksin dalam bentuk bahan baku. "Sinovac ini dalam

bentuk jadi itu jumlahnya seitar 3 juta dan itu akan masuk bertahap, kemudian

juga akan masuk dalam bentuk bahan baku yang akan diproduksi di Biofarma.

Nah, itu tahap awalnya setara dengan 15 juta. Bapak presiden mengarahkan

bahwa ini akan bisa dimulai saat Badan POM mengeluarkan emergency use

authorization (EUA)," kata Menko Perekonomian ini.

Pada dasarnya Kuncinya di Badan POM' baik pengadaan, maupun

pelaksanaan vaksin, kata Airlangga, kuncinya ada di Badan POM. Pemerintah,

menurutnya, akan mengacu pada hasil evaluasi Badan POM, termasuk untuk uji

klinis vaksin Sinovac di Bandung yang tengah berjalan.

"Jadi vaksin itu pintunya ada di Badan POM, FDA-nya Indonesia. Dengan

demikian prosedur dari clinical trial harus dipenuhi dan kemarin disampaikan

clinical trial yang di Bandung, interim report awal minggu pertama Desember itu
hasilnya bisa dievaluasi. "Tentunya, dengan prosedur yang dipatuhi untuk EUA,

maka tentu diharapkan Badan POM bisa melakukan evaluasi karena Badan POM

juga akan mendapatkan laporan dari clinical trial yang dilakukan di negara lain,

termasuk di Brasil.

"Jadi utamanya untuk keselamatan, aman, dan efektif kalau seluruh

persyaratan itu terpenuhi, baru kita bisa lakukan imunisasi dengan perencanaan

yang matang," papar Airlangga.

Diketahui Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, menyatakan pihaknya tidak akan

membeli vaksin Covid-19 buatan China, sehari setelah menteri kesehatan Brasil

menyebut vaksin tersebut akan ditambahkan pada program imunisasi. "Rakyat

Brasil tidak akan menjadi kelinci percobaan siapapun," sebutnya. Dalam situasi

demikian. pakar biologi molekuler, Ahmad Rusdan Utomo, mempertanyakan

kriteria emergency use authorization (EUA) sebagai landasan pemberian vaksin

Covid-19 untuk masyarakat.

"Namanya EUA itu ada kegentingan. Nah, kegentingannya itu apa. Kalau

memang kegentingannya karena 2% persen nakes terpapar, terus 0,5%

meninggal, misalnya, harusnya kita juga punya angka, vaksinasi bisa menekan

hingga berapa persen. Misalnya, yang tadinya 2%, bisa gak turun jadi 0,2%.

Untuk bisa mendapatkan 0,2% vaksin mana yang akan dipakai. "Apa bukti dari

vaksin ini hingga bisa mencapai target penurunan 10 kali lipat dari paparan

terhadap nakes? Jadi kegentingan oke, karena itu hak dari pemerintah. Tetapi

karena sekarang ini kita punya konsep yang namanya target yang smart,

spesifik, measureable. "Kita juga harus mengajari rakyat kita, bagaimana nih

membuat program yang punya smart dan lain-lain tadi itu. Belum lagi kita mesti

menyampaikan mitigasi risikonya.


Ada tekanan terhadap BPOM' mengingatkan, BPOM juga harus tetap

independen dan terhindar dari berbagai tekanan. Badan pemerintah tersebut

harus tetap mengutamakan keamanan dan efektifitas dari vaksin yang akan

disuntikkan ke masyarakat.

Pemerintah, harus mencermati risiko pelaksanaan vaksinasi Covid 19, di

tengah kebingungan dan keraguan masyarakat terhadap keampuhan vaksin.

Jangan sampai, pelaksanaan vaksinasi massal ini menimbulkan penolakan dan

antipati terhadap vaksin.

"Kalau ini di- rollout vaksin benaran besok, lalu timbul nih di media massa,

kemarin divaksin eh dua minggu depannya kena Covid. Satu saja kenanya. Kira-

kira kepercayaan masyarakat runtuh.

"Jadi, kita cuma berharap, jangan sampai BPOM itu terkena tekanan. Kalau

dia ditekan, harus mengeluarkan EUA. Sementara terjadi skenario, akan susah

mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat. Jangan sampai diremehkan

orang-orang yang tidak percaya vaksin. "Itu tidak sedikit (jumlah antivaksin) dan

mereka cukup influencial, mereka militan sekali, dan mereka siap menunggu satu

saja insiden, dan itu bisa merusak," ujar dosen di Fakultas Kedokteran, Kesehatan

Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gajah Mada ini.

Pihak BPOM sempat dimintai penjelasan soal kriteria EUA dalam rencana

pelaksanaan vaksinasi Covid 19, namun menolak berkomentar. "Mohon maaf

untuk saat ini dari BPOM belum bisa memenuhi permohonan wawancara secara

khusus," kata Nelly Rachman, Kepala Bagian Humas BPOM, melalui aplikasi

percakapan.

Keamanan dan efektivitas vaksin virus corona juga menjadi sorotan media

massa langkah apa yang diambil pemerintah, tentang hasil uji vaksin Sinovac, tapi
kemudian pemerintah mau mengimpor vaksin Sinovac yang sudah jadi, sebelum

hasil uji klinis di Bandung selesai. "Jadi membingungkan dengar pemerintah

pesan dua juta vaksin dan akan disuntikkan ke masyarakat terutama ke dokter

dan tenaga kesehatan. Yang mebingungkan ini mana yang mau disuntikkan,

“apakah berhasil atau nggak”?.

Anda mungkin juga menyukai