Fix
Fix
a. MRI
MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi operasi
osteomyelitis.Penelitian telah menunjukkan keunggulannya dibandingkan
dengan radiografi polos, CT, dan scanning radionuklida dan dianggap
sebagai pencitraan pilihan. Sensitivitas berkisar antara 90-100%.4 Namun
pada pasien tidak dilakukan.
b. CT scan
CT scan dapat menggambarkan kalsifikasi abnormal,pengerasan,dan
kelainan intracortical. Hal ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan
rutin untuk mendiagnosis osteomyelitis tetapi sering menjadi pilihan
pencitraan ketika MRI tidak tersedia. 4
1
c. Ultrasonografi
Teknik sederhana dan murah telah menjanjikan, terutama pada anak dengan
osteomielitis akut. Ultrasonografi dapat menunjukkan perubahan sejak 1-
2 hari setelah timbulnya gejala. Kelainan termasuk abses jaringan lunak atau
kumpulan cairan dan elevasi periosteal. Ultrasonografi memungkinkan
untuk petunjuk ultrasound aspirasi. Tidak memungkinkan untuk evaluasi
korteks tulang.4
2.6 Terapi
Osteomielitis akut harus diobati segera. Biakan darah diambil dan
pemberian antibiotika intravena dimulai tanpa menunggu hasil biakan.
Karena Staphylococcus merupakan kuman penyebab tersering, maka
antibiotika yang dipilih harus memiliki spektrum antistafilokokus. Jika
biakan darah negatif, maka diperlukan aspirasi subperiosteum atau aspirasi
intramedula pada tulang yang terlibat. Pasien diharuskan untuk tirah
baring, keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan, diberikan
antipiretik bila demam, dan ekstremitas diimobilisasi dengan gips.
Perbaikan klinis biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian
antibiotika. 2,3
Jika tidak ditemukan perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah.
Terapi antibiotik biasanya diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan
osteomielitis. LED dan CRP sebaiknya diperiksa secara serial setiap
minggu untuk memantau keberhasilan terapi. Pasien dengan peningkatan
LED dan CRP yang persisten pada masa akhir pemberian antibiotik yang
direncanakan mungkin memiliki infeksi yang tidak dapat ditatalaksana
secara komplit. Idealnya, eksplorasi bedah harus dilakukan pada pasien ini
untuk menentukan apakah dibutuhkan terapi tambahan. 2
Penangan osteomielitis kronik yaitu debridemant untuk
mengeluarkan jaringan nekrotik dalam ruang sekuester, dan penyaliran
nanah. Pasien juga diberikan antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur.
Involukrum belum cukup kuat untuk menggantikan tulang asli yang telah
2
hancur menjadi sekuester sehingga ekstrimitas yang sakit harus dilindungi
oleh gips untuk mencegah patah tulang patologik, dan debridement serta
sekuesterektomi ditunda sampai involukrum menjadi kuat. Pada fraktur
terbuka, semua soft tissues yang mati dan semua fragmen tulang bebas
harus dibersihkan dari luka. Kulit, lemak subkutan, dan otot harus
didebridemen secara tajam hingga berdarah. Untuk mendeteksi viabilitas
dari cancellous bone, ditandai dengan adanya perdarahan dari permukaan
trabekula. Untuk managemen awal pasca operasi dapat diberikan spalk
atau imobilisasi: Hal Ini mungkin diperlukan untuk imobilisasi tulang yang
terkena dan sendi terdekat untuk menghindari trauma lebih lanjut dan
untuk membantu daerah infeksi untuk sembuh secepat mungkin. spalk dan
imobilisasi sering dilakukan pada anak-anak. Beberapa pertimbangan
sehingga tidak dilakukan pemasangan spalk yaitu karena pada kontrol
awal penting untuk mencegah kekakuan dan atrofi. 4
3
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Nama : Erdiansyah Bin Sukadi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 11 Desember 2010
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Tanjung Api-Api, Palembang, Sumatera Selatan
Agama : Islam
MRS : 22 Oktober 2019
No. RM : 58.21.33
Pembiayaan : BPJS
4
tukang urut, lalu minggu pertama timbul benjolan berwarna kemerahan seperti
bisul dipunggung kaki berjumlah 1 buah disertai nyeri, nyeri dirasakan terus
menerus, demam (+) selama 3 hari. Kemudian pasien di bawa ke praktik dokter
dan di beri obat minum dan salep namun pasien lupa nama obatnya dan dokter
mengatakan bahwa benjolan itu hanya bisul. Minggu ke 2 benjolan yang
seperti bisul di punggung kaki bertambah menjadi 2 buah, pada minggu ke 4
benjolan yang seperti bisul bertambah menjadi 3 buah, kemudian pecah disertai
keluar nanah dan terlihat berwarna putih seperti kuku saat dipegang teraba
keras,memanjang kurang lebih 3 cm tampak seperti tulang. ± 2 hari yang lalu
pasien mengeluh nyeri lagi pada tungkai kanan bawahnya. Nyeri yang terasa
panas hingga pada punggung dan telapak kaki dan terasa lebih nyeri jika
ditekan, saat ini pasien tidak mengeluhkan adanya demam, benjolan seperti
bisul yang telah mengeluarkan nanah lama kelamaan mengecil. Kemudian
pasien dibawa ke dokter Poli Bedah untuk diperiksakan.
5
2. Provokasi : Ditekan, digerakkan terasa lebih sakit
3. Quality : Perih/sakit sekali
4. Radiation/Region : Tidak ada
5. Severity :5
6. Treatment : Salep
7. Understanding : Nyeri disebabkan trauma
8. Values : Nyeri menghilang
Secondary Survey
Status Generalis
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4, V5, M6)
6
BB : 19 Kg
Tanda Vital
Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 87 x/menit, isi dan tegangan cukup
Suhu : 36,9ºC
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Keadaan Spesifik
Kepala : normocephali, deformitas (-)
Mata : alis terbakar, konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-)
Telinga dan hidung : bulu hidung terbakar (-)
refleks cahaya (+/+), pupil isokor kanan kiri
Leher : pembesaran KGB (-/-), massa (-)
Axilla : pembesaran KGB (-/-)
Thorax : simetris, retraksi (-), sela iga dalam batas
normal
-Jantung : BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-),
- Paru : suara nafas vesikuler (+), ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (+)
Genitalia Eksterna : OUE darah (-), skrotum tidak tampak
hematom dan edema
Ekstremitas : akral hangat, deformitas (-), CRT <2,
Status Lokalis
Regio cruris dextra
Look : Terdapat papul multiple dengan diameter ± 3-4 cm, kemerahan di
sekitar luka/sinus, oedem (-),pus(-), tampak tulang menonjol keluar ,
hipervaskularisasi (-)
Feel :Teraba lebih hangat dibanding regio cruris sinistra, nyeri tekan (+),
krepitasi (-), sensibilitas (+)
Move : Gerakan aktif pasif normal
7
Dorsum pedis dextra: kemerahan,
luka putih kemerahan ,tampak
basah, berair, tepi luka kotor, papul
(+), nyeri (+)
8
Gambar 2. Foto Rotgen pedis dextra
Kesan : Osteomyolitis MT. II Pedis dextra
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin
Hb : 13,2 g/dl (N : 12-16 g/dl)
Leukosit : 9,8 mm³ (N : 5000-10000/mm³)
Trombosit : 424.000 mm³ (N :150.000-400.000/mm³)
CT :3
BT :9
E. Diagnosis Kerja
Osteomyolitis kronis Metatarsal II pedis dextra
F. Penatalaksanaan
1. Non operatif
a. Medikamentosa
Antibiotik : Broadspectrum
Analgesik : NSAID
b. Non medikamentosa
Istirahat
Edukasi kepada pasien beserta keluarganya tentang
penyakit yang diderita pasien
Menjaga hiegenitas
2. Operatif
Pro debridement
Pro sequesterectomy
G. Komplikasi
9
Komplikasi Dini
Septikemia
Abses
Artritis septic
Komplikasi Lanjut
Osteomielitis kronik
Fraktur patologis
Kontraktur sendi
Gangguan pertumbuhan
H. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad bonam
I. Follow Up
Tgl S O A P
25/10/1 Pasien masih merasa kesakitan, T=100/70mmhg Osteomielitis Post
pasien mengeluh masih keluar N= 83x/mnt kronis MT II debridement hari
9
darah . RR= 20x/mnt Pedis Dx pertama,
S= 36,8oC Ceftriaxone 2x1,
ketorolac 2x 30
mg, GV/ hari
10
28/10/1 Pasien mengeluh sedikit nyeri T=100/70mmhg Osteomielitis Post
hanya saat tertekan saja. N= 97x/mnt kronis MT II debridement hari
9
RR= 20x/mnt Pedis Dx ke 2,
S= 36,6oC Ceftriaxone 2x1,
ketorolac 2x 30
mg, GV/ hari
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
Regio cruris dextra
11
Look : Terdapat papul multiple dengan diameter ± 3-4 cm, kemerahan di
sekitar luka/sinus, oedem (-),pus(-), tampak tulang menonjol keluar ,
hipervaskularisasi (-)
feel :Teraba lebih hangat dibanding regio cruris sinistra, nyeri tekan (+),
krepitasi (-), sensibilitas (+)
Move : Gerakan aktif pasif normal
Anemia sel sabit dijadikan diagnosa banding karena pada anemia sel sabit di
mana sel-sel darah merah menjadi berbentuk bulan sabit dan sulit untuk
melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh darah yang
menyempit, karena sel darah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan
rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh. Lokasi yang sering
terkena serangan tersebut salah satunya adalah pada tulang panjang. Jika terjadi
iskemik pada tulang maka akan terjadi nekrosis, selain itu juga bisa menjadi
osteomielitis.
Namun diagnosa ini dapat disingkirkan jika pada pemeriksaan laboratorium
(Hb, Ht) hasilnya dalam batas normal, karena pada anemia sel sabit akan di
temukan hemolisis yang kronik, hematokrit biasanya 20-30%.
Tumor Ewing dijadikan diagnosa banding karena tumor ewing bisa tumbuh di
bagian tubuh manapun, dan paling sering di tulang panjang. Gejala yang paling
12
sering dikeluhkan adalah nyeri dan kadang pembengkakan di bagian tulang
yang terkena, penderita juga mungkin mengalami demam.
Namun diagnosa ini dapat disingkirkan jika pada anamnesa tidak ditemukan
adanya pembesaran pada daerah yang dikeluhkan, tidak ada penyebaran
ketempat lain, berat badan pasien tidak menurun secara drastis, dan pada
pemeriksaan foto rontgen tidak didapatkan adanya gambaran massa tumor.
Karena pada tumor ewing pertumbuhannya cepat, penyebarannya juga cepat
ketempat lain, pada pemeriksaan foto rontgen ditemukan adanya massa tumor.
Pada Penatalaksanaan Osteomielitis akut harus diobati segera Karena
Staphylococcus merupakan kuman penyebab tersering, maka antibiotika yang
dipilih harus memiliki spektrum antistafilokokus. Pasien diharuskan untuk
tirah baring, keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan, diberikan
antipiretik bila demam, dan ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Perbaikan
klinis biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian antibiotika. Jika tidak
ditemukan perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah. Terapi antibiotik
biasanya diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan osteomielitis.
Penangan osteomielitis kronik yaitu debridemant untuk mengeluarkan jaringan
nekrotik dalam ruang sekuester, dan penyaliran nanah.
Prognosis pada kasus ini baik quo ad vitam, quo ad functionam, dan quo
ad sanationam adalah ad bonam. Dengan perawatan luka yang baik maka proses
penyembuhan luka akan berlangsung dengan baik dan cepat.
13
BAB V
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15