Anda di halaman 1dari 13

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identifikasi

1
Nama : Erdiansyah Bin Sukadi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 11 Desember 2010
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Tanjung Api-Api, Palembang, Sumatera Selatan
Agama : Islam
MRS : 22 Oktober 2019
No. RM : 58.21.33
Pembiayaan : BPJS

B. Anamnesis (Autoanamnesis dan Alloanamnesis, 22 Oktober 2019)


Keluhan Utama
Nyeri pada tungkai kanan bawah sejak ± 4 bulan SMRS.

Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak ± 4 bulan sebelunya pasien sedang bermain dengan temannya di
belakang rumah tetangga pasien di pasir-pasir dekat pembuangan sampah, lalu
tungkai kanan bawah pasien terinjak oleh batu berukuran sebesar telur puyuh,
pasien mengeluh nyeri dan susah untuk berjalan kemudian pasien di bawa ke
tukang urut, lalu minggu pertama timbul benjolan berwarna kemerahan seperti
bisul dipunggung kaki berjumlah 1 buah disertai nyeri, nyeri dirasakan terus
menerus, demam (+) selama 3 hari. Kemudian pasien di bawa ke praktik dokter
dan di beri obat minum dan salep namun pasien lupa nama obatnya dan dokter
mengatakan bahwa benjolan itu hanya bisul. Minggu ke 2 benjolan yang
seperti bisul di punggung kaki bertambah menjadi 2 buah, pada minggu ke 4
benjolan yang seperti bisul bertambah menjadi 3 buah, kemudian pecah disertai
keluar nanah dan terlihat berwarna putih seperti kuku saat dipegang teraba
keras,memanjang kurang lebih 3 cm tampak seperti tulang. ± 2 hari yang lalu
pasien mengeluh nyeri lagi pada tungkai kanan bawahnya. Nyeri yang terasa
panas hingga pada punggung dan telapak kaki dan terasa lebih nyeri jika
ditekan, saat ini pasien tidak mengeluhkan adanya demam, benjolan seperti

2
bisul yang telah mengeluarkan nanah lama kelamaan mengecil. Kemudian
pasien dibawa ke dokter Poli Bedah untuk diperiksakan.

Riwayat Penyakit Terdahulu:


Pasien mengalami keluhan yang sama sebelumnya (-), Riwayat operasi
disangkal. Riwayat trauma sebelumnya (+).

Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat penyakit dengan keluhan serupa pada keluarga juga disangkal.
Riwayat diabetes mellitus, hipertensi, dan asma bronchial disangkal.

Pengkajian Nyeri Komprehensif

1. Onset : Mendadak, terus menerus


2. Provokasi : Ditekan, digerakkan terasa lebih sakit
3. Quality : Perih/sakit sekali
4. Radiation/Region : Tidak ada
5. Severity :5
6. Treatment : Salep
7. Understanding : Nyeri disebabkan trauma
8. Values : Nyeri menghilang

Nyeri berdasarkan SOCRATES


1. Site (Lokasi) : Nyeri pada kaki kanan
2. Onset (Mulai timbul) : 4 bulan SMRS

3
3. Character (Sifat) : Nyeri terasa perih, panas
4. Radiation (Penjalaran) : Nyeri tidak menjalar (terlokalisir)
5. Association (Hubungan) : Mual (-), muntah (-)
6. Timing (Saat terjadinya) : Nyeri saat digerakkan maupun tidak
7. Exacerbating and relieving factor: nyeri dirasakan berkurang saat tidur
8. Severity (Tingkat keparahan) : Nyeri semakin lama semakin hebat
C. Pemeriksaan Fisik
Primary Survey
A : Airway clear paten, bicara (+) tidak parau, gargling (-), snoring (-).
B : RR : 20 x / menit, suara napas kanan dan kiri vesikuler, nafas adekuat
C : N : 87 x / menit.
D :GCS E4 M6 V5 : 15, Pupil isokor diameter 3 mm, refleks cahaya (+/+).
E:

 Tampak luka berupa papul multiple berukuran 4 cm


 Suhu 36,9ᴼ C

Secondary Survey
Status Generalis
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4, V5, M6)
BB : 19 Kg
 Tanda Vital
Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 87 x/menit, isi dan tegangan cukup
Suhu : 36,9ºC
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
 Keadaan Spesifik
Kepala : normocephali, deformitas (-)
Mata : alis terbakar, konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-)
Telinga dan hidung : bulu hidung terbakar (-)
refleks cahaya (+/+), pupil isokor kanan kiri

4
Leher : pembesaran KGB (-/-), massa (-)
Axilla : pembesaran KGB (-/-)
Thorax : simetris, retraksi (-), sela iga dalam batas
normal
-Jantung : BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-),
- Paru : suara nafas vesikuler (+), ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (+)
Genitalia Eksterna : OUE darah (-), skrotum tidak tampak
hematom dan edema
Ekstremitas : akral hangat, deformitas (-), CRT <2,

Status Lokalis
Regio cruris dextra
Look : Terdapat papul multiple dengan diameter ± 3-4 cm, kemerahan di
sekitar luka/sinus, oedem (-),pus(-), tampak tulang menonjol keluar ,
hipervaskularisasi (-)
Feel :Teraba lebih hangat dibanding regio cruris sinistra, nyeri tekan (+),
krepitasi (-), sensibilitas (+)
Move : Gerakan aktif pasif normal

Dorsum pedis dextra: kemerahan,


luka putih kemerahan ,tampak
basah, berair, tepi luka kotor, papul
(+), nyeri (+)

5
Gambar 1. Luka pada punggung kaki kanan

Gambar 2. Foto Rotgen pedis dextra


Kesan : Osteomyolitis MT. II Pedis dextra

6
D. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Darah Rutin
Hb : 13,2 g/dl (N : 12-16 g/dl)
Leukosit : 9,8 mm³ (N : 5000-10000/mm³)
Trombosit : 424.000 mm³ (N :150.000-400.000/mm³)
CT :3
BT :9

E. Diagnosis Kerja
Osteomyolitis kronis Metatarsal II pedis dextra
F. Penatalaksanaan
1. Non operatif
a. Medikamentosa
 Antibiotik : Broadspectrum
 Analgesik : NSAID
b. Non medikamentosa
 Istirahat
 Edukasi kepada pasien beserta keluarganya tentang
penyakit yang diderita pasien
 Menjaga hiegenitas
2. Operatif
 Pro debridement
 Pro sequesterectomy      

G. Komplikasi
Komplikasi Dini
 Septikemia
 Abses
 Artritis septic
Komplikasi Lanjut
 Osteomielitis kronik

7
 Fraktur patologis
 Kontraktur sendi
 Gangguan pertumbuhan

H. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad bonam

I. Follow Up
Tgl S O A P
25/10/1 Pasien masih merasa kesakitan, T=100/70mmhg Osteomielitis Post
pasien mengeluh masih keluar N= 83x/mnt kronis MT II debridement hari
9
darah . RR= 20x/mnt Pedis Dx pertama,
S= 36,8oC Ceftriaxone 2x1,
ketorolac 2x 30
mg, GV/ hari

26/10/1 Pasien mengeluh sedikit nyeri . T=100/70mmhg Osteomielitis Post


N= 87x/mnt kronis MT II debridement hari
9
RR= 19x/mnt Pedis Dx ke 2,
S= 36,5oC Ceftriaxone 2x1,
ketorolac 2x 30
mg, GV/ hari

28/10/1 Pasien mengeluh sedikit nyeri T=100/70mmhg Osteomielitis Post


hanya saat tertekan saja. N= 97x/mnt kronis MT II debridement hari
9
RR= 20x/mnt Pedis Dx ke 2,
S= 36,6oC Ceftriaxone 2x1,
ketorolac 2x 30
mg, GV/ hari

8
BAB IV

PEMBAHASAN

Sejak ± 4 bulan sebelunya pasien sedang bermain dengan temannya di


belakang rumah tetangga pasien di pasir-pasir dekat pembuangan sampah, lalu
tungkai kanan bawah pasien terinjak oleh batu berukuran sebesar telur puyuh,
pasien mengeluh nyeri dan susah untuk berjalan kemudian pasien di bawa ke
tukang urut, lalu minggu pertama timbul benjolan berwarna kemerahan seperti
bisul dipunggung kaki berjumlah 1 buah disertai nyeri, nyeri dirasakan terus
menerus, demam (+) selama 3 hari. Kemudian pasien di bawa ke praktik dokter
dan di beri obat minum dan salep namun pasien lupa nama obatnya dan dokter
mengatakan bahwa benjolan itu hanya bisul. Minggu ke 2 benjolan yang
seperti bisul di punggung kaki bertambah menjadi 2 buah, pada minggu ke 4
benjolan yang seperti bisul bertambah menjadi 3 buah, kemudian pecah disertai
keluar nanah dan terlihat berwarna putih seperti kuku saat dipegang teraba
keras,memanjang kurang lebih 3 cm tampak seperti tulang. ± 2 hari yang lalu
pasien mengeluh nyeri lagi pada tungkai kanan bawahnya. Nyeri yang terasa
panas hingga pada punggung dan telapak kaki dan terasa lebih nyeri jika
ditekan, saat ini pasien tidak mengeluhkan adanya demam, benjolan seperti
bisul yang telah mengeluarkan nanah lama kelamaan mengecil. Kemudian
pasien dibawa ke dokter Poli Bedah untuk diperiksakan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
Regio cruris dextra
Look : Terdapat papul multiple dengan diameter ± 3-4 cm, kemerahan di
sekitar luka/sinus, oedem (-),pus(-), tampak tulang menonjol keluar ,
hipervaskularisasi (-)
feel :Teraba lebih hangat dibanding regio cruris sinistra, nyeri tekan (+),
krepitasi (-), sensibilitas (+)
Move : Gerakan aktif pasif normal

9
Diagnosis osteomyolitis pada pasien ini didapatkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada kasus ini yang menjadi diagnosa bandingnya adalah
selullitis, anemia sel sabit, dan tumor Ewing.
 Selullitis dijadikan diagnosa banding berdasarkan kesamaan manifestasi klinis
seperti lesi kemerahan yang membengkak di kulit serta terasa hangat dan nyeri
bila di pegang. Umumnya disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Namun diagnosa ini dapat disingkirkan bila kemerahan di sekitar luka
didapatkan tidak mengalami penyebaran dan perluasan serta tidak ada kulit
yang terkelupas, karena pada selullitis penyebaran dan perluasan kemerahan
berjalan cepat disekitar luka dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas.

 Anemia sel sabit dijadikan diagnosa banding karena pada anemia sel sabit di
mana sel-sel darah merah menjadi berbentuk bulan sabit dan sulit untuk
melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh darah yang
menyempit, karena sel darah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan
rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh. Lokasi yang sering
terkena serangan tersebut salah satunya adalah pada tulang panjang. Jika terjadi
iskemik pada tulang maka akan terjadi nekrosis, selain itu juga bisa menjadi
osteomielitis.
Namun diagnosa ini dapat disingkirkan jika pada pemeriksaan laboratorium
(Hb, Ht) hasilnya dalam batas normal, karena pada anemia sel sabit akan di
temukan hemolisis yang kronik, hematokrit biasanya 20-30%.

 Tumor Ewing dijadikan diagnosa banding karena tumor ewing bisa tumbuh di
bagian tubuh manapun, dan paling sering di tulang panjang. Gejala yang paling
sering dikeluhkan adalah nyeri dan kadang pembengkakan di bagian tulang
yang terkena, penderita juga mungkin mengalami demam.
Namun diagnosa ini dapat disingkirkan jika pada anamnesa tidak ditemukan
adanya pembesaran pada daerah yang dikeluhkan, tidak ada penyebaran
ketempat lain, berat badan pasien tidak menurun secara drastis, dan pada
pemeriksaan foto rontgen tidak didapatkan adanya gambaran massa tumor.

10
Karena pada tumor ewing pertumbuhannya cepat, penyebarannya juga cepat
ketempat lain, pada pemeriksaan foto rontgen ditemukan adanya massa tumor.
Pada Penatalaksanaan Osteomielitis akut harus diobati segera Karena
Staphylococcus merupakan kuman penyebab tersering, maka antibiotika yang
dipilih harus memiliki spektrum antistafilokokus. Pasien diharuskan untuk
tirah  baring, keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan, diberikan
antipiretik bila demam, dan ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Perbaikan
klinis biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian antibiotika. Jika tidak
ditemukan perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah. Terapi antibiotik
biasanya diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan osteomielitis.
Penangan osteomielitis kronik yaitu debridemant untuk mengeluarkan jaringan
nekrotik dalam ruang sekuester, dan penyaliran nanah.

Prognosis pada kasus ini baik quo ad vitam, quo ad functionam, dan quo
ad sanationam adalah ad bonam. Dengan perawatan luka yang baik maka proses
penyembuhan luka akan berlangsung dengan baik dan cepat.

11
BAB V

KESIMPULAN

Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis dari


tulang dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman
piogenik. Infeksi dalam suatu sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui
dua cara, baik melalui peredaran darah maupun akibat kontak dengan lingkungan
luar tubuh.
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula
ditemukan pada bayi dan infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak
perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur,
tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula. Penyebab osteomielitis pada anak-anak
adalah kuman Staphylococcus aureus (89- 90%),Streptococcus (4-7%),
Haemophilus influenza (2-4%), Salmonella typhii dan eschericia coli(1-2%).
Penatalaksanaannya harus secara komprehensif meliputi pemberian antibiotika,
pembedahan, dan konstruksi jaringan lunak, kulit, dan tulang. Juga harus
dilakukan rehabilitasi pada tulang yang terlibat setelah pengobatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. King, RW. Osteomyelitis. Updated: Jul 15, 2010 (diakses 10 November,


2019). Available at http://emedicine.medscape.com/article/785020-
overview.
2. Kalyoussef S. Pediatric Osteomyelitis: 2 mei 2016, ( diakses 10 November
2019) Available http://emedicine.medscape.com/article/967095-overview
3. Harik, N. S, Mark S, Management of acute hematogenous osteomyelitis in
children: 1 Desember 2010. NIH Public Access. ( diakses 10 November
2019) Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2836799/
4. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Infeksi dan Inflamasi, Edisi ke-
3. Jakarta: PT Yarsif Watampone. 2008; 132-41.
5. Jong W., Sjamsuhidayat R. 2013. Infeksi Muskuloskeletal. In Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 903
– 910

13

Anda mungkin juga menyukai