Bab Iii Laporan Kasus
Bab Iii Laporan Kasus
LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
1
Nama : Erdiansyah Bin Sukadi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 11 Desember 2010
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Tanjung Api-Api, Palembang, Sumatera Selatan
Agama : Islam
MRS : 22 Oktober 2019
No. RM : 58.21.33
Pembiayaan : BPJS
2
bisul yang telah mengeluarkan nanah lama kelamaan mengecil. Kemudian
pasien dibawa ke dokter Poli Bedah untuk diperiksakan.
3
3. Character (Sifat) : Nyeri terasa perih, panas
4. Radiation (Penjalaran) : Nyeri tidak menjalar (terlokalisir)
5. Association (Hubungan) : Mual (-), muntah (-)
6. Timing (Saat terjadinya) : Nyeri saat digerakkan maupun tidak
7. Exacerbating and relieving factor: nyeri dirasakan berkurang saat tidur
8. Severity (Tingkat keparahan) : Nyeri semakin lama semakin hebat
C. Pemeriksaan Fisik
Primary Survey
A : Airway clear paten, bicara (+) tidak parau, gargling (-), snoring (-).
B : RR : 20 x / menit, suara napas kanan dan kiri vesikuler, nafas adekuat
C : N : 87 x / menit.
D :GCS E4 M6 V5 : 15, Pupil isokor diameter 3 mm, refleks cahaya (+/+).
E:
Secondary Survey
Status Generalis
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4, V5, M6)
BB : 19 Kg
Tanda Vital
Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 87 x/menit, isi dan tegangan cukup
Suhu : 36,9ºC
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Keadaan Spesifik
Kepala : normocephali, deformitas (-)
Mata : alis terbakar, konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-)
Telinga dan hidung : bulu hidung terbakar (-)
refleks cahaya (+/+), pupil isokor kanan kiri
4
Leher : pembesaran KGB (-/-), massa (-)
Axilla : pembesaran KGB (-/-)
Thorax : simetris, retraksi (-), sela iga dalam batas
normal
-Jantung : BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-),
- Paru : suara nafas vesikuler (+), ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (+)
Genitalia Eksterna : OUE darah (-), skrotum tidak tampak
hematom dan edema
Ekstremitas : akral hangat, deformitas (-), CRT <2,
Status Lokalis
Regio cruris dextra
Look : Terdapat papul multiple dengan diameter ± 3-4 cm, kemerahan di
sekitar luka/sinus, oedem (-),pus(-), tampak tulang menonjol keluar ,
hipervaskularisasi (-)
Feel :Teraba lebih hangat dibanding regio cruris sinistra, nyeri tekan (+),
krepitasi (-), sensibilitas (+)
Move : Gerakan aktif pasif normal
5
Gambar 1. Luka pada punggung kaki kanan
6
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin
Hb : 13,2 g/dl (N : 12-16 g/dl)
Leukosit : 9,8 mm³ (N : 5000-10000/mm³)
Trombosit : 424.000 mm³ (N :150.000-400.000/mm³)
CT :3
BT :9
E. Diagnosis Kerja
Osteomyolitis kronis Metatarsal II pedis dextra
F. Penatalaksanaan
1. Non operatif
a. Medikamentosa
Antibiotik : Broadspectrum
Analgesik : NSAID
b. Non medikamentosa
Istirahat
Edukasi kepada pasien beserta keluarganya tentang
penyakit yang diderita pasien
Menjaga hiegenitas
2. Operatif
Pro debridement
Pro sequesterectomy
G. Komplikasi
Komplikasi Dini
Septikemia
Abses
Artritis septic
Komplikasi Lanjut
Osteomielitis kronik
7
Fraktur patologis
Kontraktur sendi
Gangguan pertumbuhan
H. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad bonam
I. Follow Up
Tgl S O A P
25/10/1 Pasien masih merasa kesakitan, T=100/70mmhg Osteomielitis Post
pasien mengeluh masih keluar N= 83x/mnt kronis MT II debridement hari
9
darah . RR= 20x/mnt Pedis Dx pertama,
S= 36,8oC Ceftriaxone 2x1,
ketorolac 2x 30
mg, GV/ hari
8
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
Regio cruris dextra
Look : Terdapat papul multiple dengan diameter ± 3-4 cm, kemerahan di
sekitar luka/sinus, oedem (-),pus(-), tampak tulang menonjol keluar ,
hipervaskularisasi (-)
feel :Teraba lebih hangat dibanding regio cruris sinistra, nyeri tekan (+),
krepitasi (-), sensibilitas (+)
Move : Gerakan aktif pasif normal
9
Diagnosis osteomyolitis pada pasien ini didapatkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada kasus ini yang menjadi diagnosa bandingnya adalah
selullitis, anemia sel sabit, dan tumor Ewing.
Selullitis dijadikan diagnosa banding berdasarkan kesamaan manifestasi klinis
seperti lesi kemerahan yang membengkak di kulit serta terasa hangat dan nyeri
bila di pegang. Umumnya disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Namun diagnosa ini dapat disingkirkan bila kemerahan di sekitar luka
didapatkan tidak mengalami penyebaran dan perluasan serta tidak ada kulit
yang terkelupas, karena pada selullitis penyebaran dan perluasan kemerahan
berjalan cepat disekitar luka dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas.
Anemia sel sabit dijadikan diagnosa banding karena pada anemia sel sabit di
mana sel-sel darah merah menjadi berbentuk bulan sabit dan sulit untuk
melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh darah yang
menyempit, karena sel darah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan
rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh. Lokasi yang sering
terkena serangan tersebut salah satunya adalah pada tulang panjang. Jika terjadi
iskemik pada tulang maka akan terjadi nekrosis, selain itu juga bisa menjadi
osteomielitis.
Namun diagnosa ini dapat disingkirkan jika pada pemeriksaan laboratorium
(Hb, Ht) hasilnya dalam batas normal, karena pada anemia sel sabit akan di
temukan hemolisis yang kronik, hematokrit biasanya 20-30%.
Tumor Ewing dijadikan diagnosa banding karena tumor ewing bisa tumbuh di
bagian tubuh manapun, dan paling sering di tulang panjang. Gejala yang paling
sering dikeluhkan adalah nyeri dan kadang pembengkakan di bagian tulang
yang terkena, penderita juga mungkin mengalami demam.
Namun diagnosa ini dapat disingkirkan jika pada anamnesa tidak ditemukan
adanya pembesaran pada daerah yang dikeluhkan, tidak ada penyebaran
ketempat lain, berat badan pasien tidak menurun secara drastis, dan pada
pemeriksaan foto rontgen tidak didapatkan adanya gambaran massa tumor.
10
Karena pada tumor ewing pertumbuhannya cepat, penyebarannya juga cepat
ketempat lain, pada pemeriksaan foto rontgen ditemukan adanya massa tumor.
Pada Penatalaksanaan Osteomielitis akut harus diobati segera Karena
Staphylococcus merupakan kuman penyebab tersering, maka antibiotika yang
dipilih harus memiliki spektrum antistafilokokus. Pasien diharuskan untuk
tirah baring, keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan, diberikan
antipiretik bila demam, dan ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Perbaikan
klinis biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian antibiotika. Jika tidak
ditemukan perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah. Terapi antibiotik
biasanya diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan osteomielitis.
Penangan osteomielitis kronik yaitu debridemant untuk mengeluarkan jaringan
nekrotik dalam ruang sekuester, dan penyaliran nanah.
Prognosis pada kasus ini baik quo ad vitam, quo ad functionam, dan quo
ad sanationam adalah ad bonam. Dengan perawatan luka yang baik maka proses
penyembuhan luka akan berlangsung dengan baik dan cepat.
11
BAB V
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
13