Anda di halaman 1dari 27

Meet The Expert

Identifikasi Kehamilan Risiko Tinggi

Oleh :
Rahmat Ilham 1840312680
Ade Yosdi Putra 1940312002
Aulia Latifah 1940312104
Priyanka Prima Putri 1940312105
Nadia Rizki Shabrina 1940312112
Trise Anestesia Masykur 1940312133
Radha Kurnia Amanda 1940312138
Muhammad Thariq Isnanini 1940312165
Yuliana Eksandra 2040312003
Risma Anjelina 2040312076
Kamilaturizqi Sakinah 1940312106
Rida Khairunnisa F 2040312014

Preseptor :
Prof. Dr. dr. Yusrawati, Sp. OG (K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M DJAMIL PADANG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan risiko tinggi menurut Poedji Rochjati adalah kehamilan dengan satu
atau lebih satu faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi
dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko
kegawatan tetapi tidak darurat. Kehamilan risiko tinggi sangat berkaitan erat dengan
angka kematian ibu, angak kematian bayi serta sangat berdampak terhadap keberadaan
janin seorang ibu. Berbagai faktor resiko yang dimiliki oleh ibu yang dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan yang beresiko tinggi.1
Berdasarkan penelitian disebutkan bahwa lebih dari 90% kematian ibu
disebabkan komplikasi obstetrik, yang sering tidak diketahui saat kehamilan.
Kebanyakan komplikasi itu terjadi pada saat atau sekitar persalinan. Banyak ibu yang
tidak dikategorikan beresiko ternyata mengalami komplikasi. Faktor yang dapat
menyebabkan komplikasi kehamilan meliputi: Riwayat medis dan pembedahan,
Riwayat Obstetri, Riwayat ginekologi dan usia ibu. Faktor-faktor penyebab tingginya
angka kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, ekslampsia, aborsi tidak aman,
partus lama, infeksi, emboli, trauma obsetrik dan lain lain. Sedangkan penyebab tidak
langsung kematian ibu yaitu rendahnya tingkat pendidikan ibu, keadaan sosial
ekonomi yang rendah, sosial budaya yang tidak mendukung selain itu disebabkan
karena terbatasnya akses ibu yang tinggal di pedesaan memperoleh pelayanan
kesehatan.1
Kondisi ini kemudian didukung oleh terlambat mengenali tanda- tanda gawat
darurat, terlambat mencapai tempat pelayanan dan terlambat mendapat pertolongan
maka melalui makalah ini penting diketahui dan dilakukan upaya optimal untuk
mencegah atau menurunkan frekuensi ibu hamil yang beresiko tinggi dan
penanganannya perlu segera dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak dan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu
adalah kurangnya skrining terhadap kasus kehamilan resiko tinggi antenatal pada ibu
hamil.1
Secara umum terjadi penurunan kematian ibu di Indonesia selama periode 1991-
2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun terjadi
kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak berhasil mencapai target
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2
MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015. Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan angka kematian ibu tiga kali lipat
dibandingkan target MDGs.2

1.2 Batasan Masalah


Batasan masalah Meet The Expert ini adalah membahas identifikasi kehamilan
risiko tinggi dan konseling prakonsepsi.

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan penulisan Meet The Expert ini adalah untuk menambah pengetahuan
mengenai identifikasi kehamilan risiko tinggi dan konseling prakonsepsi.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan Meet The Expert ini berdasarkan dari hasil tinjauan kepustakaan yang
merujuk kepada berbagai literatur.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis, namun kehamilan yang normal
dapat berubah menjadi patologis/abnormal. Risiko kehamilan bersifat dinamis, karena
ibu hamil yang normal secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Kehamilan risiko
tinggi menurut Poedji Rochjati adalah kehamilan dengan satu atau lebih satu faktor
risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang
menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak
darurat. Menurut Maisuri T. Chalid, kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang
kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya bahaya atau komplikasi baik terhadap ibu
maupun janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas
bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal.1
2.2 Epidemiologi
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas
atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau
insidental di setiap 100.000 kelahiran hidup.2
Selain untuk menilai program kesehatan ibu, indikator ini juga mampu menilai
derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Secara umum terjadi penurunan
kematian ibu selama periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran
hidup. Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak
berhasil mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan angka
kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs. 2

2.3 Faktor Resiko


Berbagai faktor dapat menyebabkan seorang perempuan yang tergolong sebagai
calon ibu berisiko tinggi atau menghadapi bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan
maupun persalinan. Kondisi ini yang bisa menyebabkan janin tidak dapat tumbuh dengan
sehat bahkan dapat menimbulkan kematian pada ibu dan janin. Adapun kehamilan yang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4
memiliki risiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan
bila dibandingkan dengan Ibu hamil yang normal yang disebut dengan kehamilan resiko
tinggi. Ada 2 cara untuk menentukan kehamilan resiko tinggi, yaitu:1

a. Cara skoring (Skrining/deteksi dini ibu risiko tinggi)


b. Cara kriteria

2.3.1 Cara Skoring


Kartu Skor Poedji Rochajti (KSPR) adalah alat untuk mendeteksi dini kehamilan
berisiko dengan menggunakan skoring. Jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu Kehamilan Risiko Rendah (jumlah skor 2 dengan kode warna hijau),
Kehamilan Risiko Tinggi (jumlah skor 6-10 dengan kode warna kuning), dan Kehamilan
Risiko Sangat Tinggi (jumlah skor 12 dengan kode warna merah). Skor yang digunakan
adalah angka bulat dibawah angka 10 yaitu 2, 4, 8. Skor awal ibu hamil adalah 2 dan tiap
faktor risiko memiliki skor 4 kecuali pada riwayat sectio caesarea, letak sungsang, letak
lintang, perdarahan antepartum, preeklampsia berat dan eklampsia.
a. Kelompok Faktor Risiko I : Ada Potensi Gawat Obstetrik/APGO
1. Terlalu muda hamil (< 16 tahun)
2. Terlalu lambat hamil pertama setelah kawin > 4 tahun
3. Terlalu tua hamil pertama (hamil > 35 tahun)
4. Terlalu cepat hamil lagi (< 2 tahun)
5. Terlalu lama hamil lagi (> 10 tahun)
6. Terlalu banyak anak (> 4 anak)
7. Terlalu tua (umur > 35 tahun)
8. Terlalu pendek (< 145 cm)
9. Pernah gagal hamil (riwayat obstetrik jelek)
Pernah melahirkan dengan :
a. Tarikan tang/vakum
b. Uri dirogoh
c. Diberi infus atau transfusi
10. Pernah operasi seksio sesaria
Masing-masing memiliki skor 4 kecuali pernah operasi seksio sesaria dengan
skor 8.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


b. Kelompok Faktor Risiko II : Ada Gawat Obstetrik/AGO
1. Penyakit pada ibu hamil
a. Kurang darah
b. Malaria
c. TBC paru
d. Penyakit jantung
e. Kencing manis (diabetes)
f. Penyakit menular seksual
2. Keracunan kehamilan preeklampsia, yaitu bengkak pada muka dan tungkai,
tekanan darah tinggi, albumin terdapat dalam air seni.
3. Hamil kembar (perut ibu sangat membesar, gerakan anak terasa di banyak
tempat)
4. Hidramnion atau kembar air (perut ibu sangat membesar, gerakan dari anak
tidak begitu terasa)
5. Janin mati dalam kandungan
6. Kehamilan lebih bulan
7. Letak sungsang dan letak lintang
Masing-masing memiliki skor 4, kecuali letak sungsang dan letak lintang
dengan skor 8.

c. Kelompok Faktor Risiko III (Ada Gawat Darurat Obstetrik/AGDO)


1. Perdarahan antepartum
2. Preeklampsia berat atau eklampsia
Masing-masing memiliki skor 8.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


Skrining dilakukan pada trimester I, II, III.1 dan III.2
d.

Persalinan dengan Risiko

Jumlah Kelompok
Perawatan Rujukan Tempat Penolong
Skor Risiko
2 KRR Bidan Tidak Rumah
Bidan
dirujuk Polindes
6-10 KRT Bidan Bidan Bidan Bidan
dokter PKM Dokter dokter
> 12 KRST Dokter Rumah
sakit Rumah sakit Dokter
2.3.2 Cara Kriteria
Ada berbagai kriteria, tetapi dengan tujuan sama, yaitu mencoba
mengelompokkan kasus-kasus kehamilan risiko tinggi. Salah satunya adalah kriteria
yang ditetapkan oleh Poedji Rochayati, dkk.
a. Kelompok Faktor Risiko I : Ada Potensi Gawat Obstetrik (APGO)
1. Terlalu muda hamil pertama (< 16 tahun)
Ibu hamil yang berumur ≤ 16 tahun meningkatkan risiko bayi prematur,
perdarahan antepartum, dan perdarahan postpartum. Faktor risiko kehamilan pada
remaja antara lain terjadinya anemia, hipertensi pada kehamilan, prematur, fetal distress,
asfiksia neonatorum, BBLR, dan biasanya juga plasenta previa. 2 Hal ini dapat
disebabkan karena berhubungan dengan kematangan organ reproduksi, angka kecukupan
gizi remaja yang kurang, serta kondisi psikologis.6

2. Terlalu lambat hamil pertama setelah kawin > 4 tahun


Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan
perkawinan biasa:7
- Suami istri tinggal serumah
- Suami atau istri tidak sering keluar kota
- Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)

Bahaya yang terjadi pada primi tua:7


- Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya,
misalnya pre-eklamsia
- Persalinan tidak lancar

3. Terlalu tua hamil pertama (hamil > 35 tahun)


Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi
penyakit pada ibu dan terjadi penuaan pada organ kandungan. Jalan lahir juga tambah
kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi
persalinan macet dan perdarahan.7
Bahaya yang terjadi antara lain:7
- Hipertensi / tekanan darah tinggi
- Pre-eklamsia
- Ketuban pecah dini
- Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi tidak dapat

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.
- Perdarahan setelah bayi lahir
- Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gram.

4. Terlalu lama hamil lagi (> 10 tahun)


Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan
dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. Pengalaman
hamil dan melahirkan sudah >10 tahun yang lalu, ibu sudah lupa, cemas dan khawatir
sehingga membutuhkan pendampingan dan penjelasan. 7 Bahaya yang dapat terjadi: 7
- Persalinan dapat berjalan tidak lancar
- Perdarahan pasca persalinan
- Penyakit ibu: Hipertensi, diabetes, dan lain-lain.

5. Terlalu cepat hamil lagi (< 2 tahun)


Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Pada
kondisi ini rahim belum kembali seperti semula selain itu ibu masih dalam proses
menyusui.7
Bahaya yang dapat terjadi:7
- Perdarahan pasca persalinan karena kondisi ibu lemah
- Bayi premature
- Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

6. Terlalu banyak anak (> 4 anak)


Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 4 kali atau lebih,
lebih mungkin mengalami:7
- Kesehatan terganggu : anemia, kurang gizi
- Kelemahan otot dinding perut
- Kelemahan dinding rahim yang akan menyebabkan kelainan letak janin seperli letak
lintang atau sungsang.

Bahaya yang dapat terjadi:7


- Persalinan lama akibat kontraksi yang lemah pada saat persalinan
- Perdarahan pasca persalinan
- Plasenta previa

7. Terlalu tua (umur > 35 tahun)


Pada ibu hamil yang berumur > 35 tahun terjadi perubahan pada alat kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9
serta jalan lahir yang sudah tidak lentur lagi, dan pada usia > 35 tahun lebih rentan
terhadap penyakit seperti hipertensi, diabetes, serta kekuatan fisik dari ibu untuk hamil
dan melahirkan juga menurun.7 Diatas usia 35 tahun, resiko memiliki bayi dengan
kelainan kromosom (misalnya sindroma Down) semakin meningkat. Pada wanita hamil
yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis)
untuk menilai kromosom janin.2
Bahaya yang dapat terjadi:7
- Hipertensi, preeklampsia, eklampsia
- Persalinan tidak lancar/ macet
- Perdarahan pasca persalinan.

8. Terlalu Pendek (< 145 cm)


Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 150 sentimeter, lebih
mungkin memiliki panggul yang sempit sehingga akan menyebabkan disproporsi kepala
panggul, terjadi persalinan sulit, atau partus macet. 2 Selain itu, wanita tersebut juga
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan melahirkan
bayi yang sangat kecil.
Bahaya yang dapat terjadi:7
- Persalinan tidak lancar/ macet, bisa menyebabkan terjadi gawat darurat janin

9. Pernah gagal hamil atau riwayat obstetrik jelek


Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:7
a. Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:
- Abortus
- Premature
- Bayi lahir mati
- Bayi lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari
b. Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu ≥ 2 kali mengalami :
- Abortus
- Premature
- Bayi lahir mati
- Bayi lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari
c. Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan
Masalah:7
- Adanya gangguan kehidupan janin dalam rahim dapat disebabkan oleh

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


penyakit dari ibu seperti diabetes melitus, radang saluran kencing, dan lain-
lain
- Kegagalan dapat terjadi karena masalah atau faktor risiko seperti perdarahan,
eklampsia
- Kegagalan dapat terjadi karena adanya kelainan pada rahim ibu misalnya
bentuk rahim atau ada tumor pada rahim
- Bayi lahir mati bisa disebabkan karena kesulitan atau komplikasi dari
persalinan macet.

10. Pernah melahirkan dengan:7


a. Tarikan tang/vakum
Yaitu tindakan dengan cunam / forcep / vakum
b. Uri dirogoh
Yaitu tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan
menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila :
- Ditunggu setengah jam plasenta tidak dapat lahir sendiri
- Setelah bayi lahir serta plasenta belum lahir terjadi perdarahan banyak
- >500 ml

c. Diberi infus atau transfusi


Persalinan yang lalu ibu mengalami perdarahan pasca persalinan yang banyak
lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi syok dan membutuhkan infus, serta transfusi
darah.

11. Pernah operasi sesar


Ibu hamil yang pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena
itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bekas luka pada rahim ibu
tersebut menjadi jaringan kaku, ada bahaya mudah robek selama proses kehamilan, atau
pada proses persalinan berikutnya.7
Pada kehamilan apalagi dalam persalinan ibu bekas sectio caesaria, ada bahaya
terjadinya robekan rahim, hal ini sangat berbahaya:7
- Bagi ibu karena tepat pada robekan rahim terjadi perdarahan banyak kemudian
terjadi infeksi dalam rongga perut ibu serta ibu dapat meninggal
- Janin keluar dari rahim ibu dan masuk kedalam rongga perut dan meninggal sebelum
dilahirkan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


Pada ibu bekas operasi sectio caesaria harus diperhatikan apakah indikasi untuk operasi :
- Masih tetap ada, karena panggul sempit, maka persalinan ini harus ditolong dengan
operasi sesar lagi
- Indikasi lalu tidak ada lagi, misalnya plasenta previa, letak litang, persalinan macet

Sectio Caesaria dengan potongan korporal maka untuk persalinan selanjutnya


berisiko 4 kali lebih besar terjadinya ruptur uteri spontan. Beberapa penelitian juga telah
menunjukkan bahwa makin pendek durasi antara persalinan Caesaria dan persalinan
berikutnya, makin tinggi angka ruptur uteri. Odd rasio yang terukur berkisar dari 2,5–3
tahun untuk peningkatan ruptura uteri pada wanita dengan selang antar kehamilan lebih
pendek. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang sangat sering menghalangi dokter
untuk mengizinkan persalinan pervaginam pada wanita dengan riwayat SC adalah
kekhawatiran akan terjadinya ruptur uteri.

b. Ada Gawat Obstetri / AGO (tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas)
1. Penyakit pada ibu hamil
a) Anemia (kurang darah)
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 g% pada
trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Hipoksia akibat anemia dapat
menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi
perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh
kurang baik, seperti:
- Kematian mudigah
- Kematian perinatal
- Prematuritas
- Dapat terjadi cacat bawaan
- Cadangan besi kurang.8

Keluhan yang dirasakan ibu hamil:


- Lemah badan, lesu, lekas lelah
- Mata berkunang-kunang
- Jantung berdebar
Dari inspeksi didapatkan keadaan ibu hamil:
- Pucat pada muka
- Pucat pada kelopak mata, lidah dan telapak tangan.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12
Dari hasil Laboratorium: Kadar Hb < 11 gr%

Pengaruh anemia pada kehamilan:


- Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit
- Menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan berat badan lahir
rendah
Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%):
- Kematian janin mati
- Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu
- Persalinan lama
- Perdarahan pasca persalinan.9

b) Malaria
Keluhan yang dirasakan ibu hamil, adalah:
- Panas tinggi
- Menggigil, keluar keringat
- Sakit kepala
- Muntah-muntah
- Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan
mengganggu ibu hamil dan kehamilannya.
Bahaya yang dapat terjadi:
- Abortus
- IUFD
- Persalinan premature.9

c) Tuberculosa paru
Keluhan yang dirasakan:
- Batuk lama tak sembuh-sembuh
- Tidak suka makan
- Badan lemah dan semakin kurus
- Batuk darah
Bahaya yang dapat terjadi:
- Keguguran
- Bayi lahir belum cukup umur
- Janin mati dalam kandungan.9

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


d) Payah jantung
Keluhan yang dirasakan:
- Sesak napas
- Jantung berdebar
- Dada terasa berat, kadang-kadang nyeri
- Nadi cepat
- Kaki bengkak

Bahaya yang dapat terjadi:


- Payah jantung bertambah berat
- Kelahiran premature
- Dalam persalinan: BBLR dan Bayi dapat lahir mati.9
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin
dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat
menderita pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus. 8

e) Diabetes mellitus
Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila:
- Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar
- Pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu- minggu
terakhir
- Ditemukan glukosa dalam air seni (Glikosuria)
Bahaya yang dapat terjadi:
- Persalinan premature
- Hydramnion
- Kelainan bawaan
- Makrosomia
- Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36
- Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). 9

Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut:


- Pre-eklamsia
- Kelainan letak janin
- Insufisiensi plasenta
Diabetes sebagai penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan ialah:
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14
- Inersia uteri dan atonia uteri
- Distosia bahu karena anak besar
- Lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio sesarea
- Lebih mudah terjadi infeksi
- Angka kematian maternal lebih tinggi
Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan menghambat
penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka episiotomi. 10

f) HIV / AIDS (PMS)


Bahaya yang dapat terjadi:
- Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena infeksi
- Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada kehamilan adalah
pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko
premature
- Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI.9

2. Bengkak pada Muka/wajah dan tekanan darah tinggi


Tanda-tanda:
- Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh
- Tekanan darah tinggi
- Dalam urin terdapat Proteinuria
- Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan ke atas
mungkin masih normal karena tungkai banyak di gantung atau kekurangan Vitamin
B1. tetapi bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit,
berarti ada Pre-Eklamsia ringan.

Bahaya bagi janin dan ibu:


- Menyebabkan gangguan pertumbuhan janin
- Janin mati dalam kandungan.9

3. Hamil kembar
Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan dan
persalinan membawa risiko bagi janin dan ibu. Rahim ibu membesar dan menekan organ
dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan seperti:
- Sesak napas
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15
- Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai
- Varises
- Hemorrhoid

Bahaya yang dapat terjadi:


- Keracunan kehamilan
- Hidramnion
- Anemia
- Persalinan premature
- Kelainan letak
- Persalinan sukar
- Perdarahan saat persalinan.9

Pengaruh terhadap ibu:


- Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan
defisiensi zat-zat lainnya.
- Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar
- Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering
- Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta terdapat
edema dan varises pada tungkai dan vulva
- Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta sesudah
anak pertama lahir.

Pengaruh terhadap Janin:


- Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan
kembar : 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75% pada quadruplet, yang
akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi
prematur akan tinggi.
- Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi
kedua tinggi.
- Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian
10
janin.

4. Hidramnion
Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak
dari normal, biasanya jika lebih dari 2 liter. Walau etiologi belum jelas, namun ada
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hidramnion, antara lain:
- Penyakit jantung
- Nefritis
- Edema umum (anasarka)
- Anomaly congenital (pada anak), seperti enensepali, spina bifida, atresia atau striktur
esophagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus.11
Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya Nampak
pada trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat.
Keluhan-keluhan yang dirasakan:
- Sesak napas
- Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2 liter
- Edema labia mayor, dan tungkai.

Bahaya yang dapat terjadi:


- Keracunan kehamilan
- Cacat bawaan pada bayi
- Kelainan letak
- Persalinan premature
- Perdarahan pasca persalinan.9

5. Janin mati dalam Rahim (IUFD)


Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5
bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12
jam, kehidupan janin mungkin terancam. Keluhan-keluhan yang dirasakan:
- Tidak terasa gerakan janin
- Perut terasa mengecil
- Payudara mengecil
Berdasarkan keluhan ibu dapat dilakukan pemeriksaan:
- DJJ tidak terdengar
- Hasil tes kehamilan negative
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:
- Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang
masuk ke dalam darah ibu.9

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


6. Hamil serotinus / Hamil lebih bulan
Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari
jaringan uri dan pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin:
- Janin mengecil
- Kulit janin mengkerut
- Lahir dengan berat badan rendah
- Janin dalam rahim dapat mati mendadak.9

7. Letak sungsang
Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam Rahim
dengan kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.
Bahaya yang dapat terjadi:
- Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat
- Bayi dapat mati.9

8. Letak lintang
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9
bulan): kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak
dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap
sumbu tubuh ibu.

Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan
dengan alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa
waktu mati masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa.

Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang
tidak di tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya:
a. Bahaya bagi ibu
- Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat
- Infeksi
- Ibu syok dan dapat mati
b. Bahaya bagi janin: Janin mati.9

c. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO (Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)
1. Perdarahan pada saat kehamilan
Perdarahan yang keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18
minggu hingga sebelum kelahiran, disebut perdarahan antepartum. Perdarahan
antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang
dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat keluar:
- Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat
- Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan
darah menurun.
Perdarahan dapat terjadi pada:
- Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian /
seluruh mulut rahim.
- Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya.
Biasanya disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi
atau pre-eklamsia, maka terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta.
Akibat perdarahan, dapat menyebabkan adanya penumpukan darah beku
dibelakang plasenta.
Bahaya yang dapat terjadi:
- Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan
- Dapat membahayakan ibu:
- Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok
- Ibu dapat meninggal.9

2. Pre-Eklamsia berat / Eklamsia


Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan yang tidak dirawat,
ditangani dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan
terjadi kejang-kejang, menjadi eklamsia.
Bahaya yang dapat terjadi:
- Bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal
- Bahaya bagi janin:
- Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil
- Mati dalam kandungan.9

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20
KOMPLIKASI KEHAMILAN RESIKO TINGGI
Bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh kehamilan risiko tinggi bisa terjadi pada
janin maupun pada ibu. Antara lain:2,12
1. Bayi
a) Bayi lahir belum cukup bulan.
b) Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
c) Janin mati dalam kandungan.
2. Ibu
a) Keguguran (abortus).
b) Persalinan tidak lancar / macet.
c) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
d) Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
e) Keracunan kehamilan/kejang-kejang.

Pengobatan atau perawatan yang dilakukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi
dilakukan dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan penyakit dan efek yang
diakibatkan oleh penyakit yang diderita oleh ibu hamil tersebut selama kehamilannya.
Jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan agar dapat lebih membantu dalam
menunjang pengobatan atau perawatan yang sebaiknya dilakukan selama kehamilan.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


PENANGANAN KEHAMILAN RISIKO TINGGI

Penanganan terhadap pasien dengan kehamilan risiko tinggi berbeda-beda


tergantung dari penyakit apa yang sudah di derita sebelumnya dan efek samping penyakit
yang dijumpai nanti pada saat kehamilan. Tes penunjang sangat diharapkan dapat
membantu perbaikan dari pengobatan atau dari pemeriksaan tambahan. Jika perlu
dilakukan pemeriksaan tambahan agar dapat lebih membantu dalam menunjang pengobatan
atau perawatan yang sebaiknya dilakukan selama kehamilan.13
Kehamilan dengan risiko tinggi harus ditangani oleh ahli kebidanan yang harus
melakukan pengawasan yng intensif, misalnya dengan mengatur frekuensi pemeriksaan
prenatal. Konsultasi diperlukan dengan ahli kedokteran lainnya terutama ahli penyakit
dalam dan ahli kesehatan anak. Pengelolaan kasus merupakan hasil kerja tim antara
berbagai ahli. Keputusan untuk melakukan pengakhiran kehamilan perlu dipertimbngkan
oleh tim tersebut dan juga dipilih apakah perlu di lakukan induksi persalinan atau tidak.13

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


PENCEGAHAN KEHAMILAN RISIKO TINGGI

Pendekatan risiko pada ibu hamil merupakan strategi operasional dalam upaya
pencegahan terhadap kemungkinan kesakitan atau kematian melalui peningkatan efektifitas
dan efisiensi dengan memberikan pelayanan yang lebih intensif kepada risiko ibu hamil
dengan cepat serta tepat, agar keadaan gawat ibu maupun gawat janin dapat dicegah. Untuk
itu diperlukan skrining sebagai komponen penting dalam perawatan kehamilan untuk
mengetahui ada tidaknya faktor risiko pada ibu hamil tersebut. Pengenalan adanya Resiko
Tinggi Ibu Hamil dilakukan melalui skrining/deteksi dini adanya faktor resiko secara
pro/aktif pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh petugas
kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih di masyarakat, misalnya ibu-ibu PKK, Kader
Karang Taruna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga.2,14
Setiap kontak pada saat melakukan skrining dibicarakan dengan ibu hamil, suami,
keluarga tentang tempat dan penolong untuk persalinan aman. Pengambilan keputusan
dapat dilakukan dalam keluarga untuk persiapan mental dan perencanaan untuk biaya,
transportasi telah mulai dolakukan jauh sebelum persalinan menuju kepatuhan untuk
Rujukan Dini Berencana/ Rujukan In Utero dan Rujukan Tepat Waktu.2,14
Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah, maka
diupayakan untuk mencegah 4 terlambat yang meyebabkan kematian ibu, yaitu :2
1. Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya resiko tinggi
2. Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga
3. Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan
4. Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara memadai

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23


PROGNOSIS

Prognosis untuk ibu dengan kehamilan resiko tinggi tergantung pada ringan
beratnya penyakit yang dialami ibu. Ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan
untuk seorang ibu untuk hamil dikarenakan jika ibu tersebut hamil maka akan membawa
beresiko pada bayi yang dikandungnya. Contohnya seorang ibu dengan penyakit thyroid,
pada penyakit ini glandula thyroid dapat menghasilkan hormon thyroid yang tidak stabil,
bisa dalam jumlah banyak ataupun sedikit. Jumlah dari hormon thyroid yang abnormal
dapat mnyebabkan masalah pada kehamilan sehingga dapat mengganggu kesehatan bayi
yang ada dalam kandungan ibu. Dan untungnya penyakit thyroid ini dapat dibantu
dengan pengobatan.selama jumlah dari hormon thyroid masih dalam batas yang
terkontrol selama kehamilan maka tidak akan ada masalah selama kehamilan, baik
untuk ibu maupun untuk bayinya.12,14
Ada beberapa kondisi yang biasanya tidak berhubungan dengan kehamilan tapi
dapat timbul suatu kondisi yang dipicu oleh kehamilan itu sendiri. Seperti asma,
epilepsi, dan colitis ulcerative. Contohnya beberapa ibu dengan riwayat cholitis
ulcerative akan menunjukkan kondisi dengan gejala yang lebih berat selama kehamilan,
sementara yang lainnya ada juga yang tidak mengalami perubahan apa-apa selama
kehamilan ataupun dapat membaik selama kehamilannya . hal yang sama juga bisa
dialami oleh ibu dengan penyakit asma, beberapa ibu bahkan mengalami perbaikan
selama kehamilannya, dan juga ada yang semakin memburuk, dan ada juga ada yang
merasa tidak berpengaruh pada kehamilannya. Kondisi ini memang sulit untuk
diprediksikan, sampai saat ini tidak ada yang mengerti mengapa bisa terjadi kondisi
yang demikian, pada intinya semua wanita dengan penyakit kronik sebaiknya harus
kontrol secara rutin selama kehamilannya. 12,14
Ada beberapa kelompok dari kondisi medis yang dapat berdampak langsung
pada kehamilan. Wanita dengan lupus (penyakit yang disebabkan perubahan pada sistem
imun yang mengakibatkan peradangan pada jaringan penyokong dan organ–organ) atau
dengan penyakit ginjal mengahadapi risiko serius selama masa kehamilannya.
Kehamilan dapat menyebabkan keluhan penyakit ini semakin memberat secara
signifikan dan dapat menuju tingkat yang lebih serius. Oleh karena penyakit ini dapat
mempengaruhi kemampuan ibu untuk menyediakan oksigen dan nutrisi ke bayi melalui
plasenta, hal ini juga akan menyebabkan masalah pada bayi. Bayi-bayi ini mungkin tidak
dapat berkembang dan mengalami pertambahan berat badan yang sesuai (retardasi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24
pertumbuhan intrauterin). Selain itu juga terjadi peningkatan risiko bayi lahir
meninggal.12,14
Diabetes adalah suatu kondisi dimana dapat terjadi karena dipengaruhi dan
mempengaruhi kehamilan itu sendiri. Diabetes dapat menyebabkan keguguran, defek
kelahiran, kematian pada bayi baru lahir. Ketika seorang wanita mengontrol kadar gula
dalam darahnya dengan hati-hati dan mengobati kadar gulanya yang tinggi dengan
insulin, hal itu tidak berarti menandakan hal yang baik untuk si ibu. Dan buruknya,
kehamilan membuat diabetes semakin sulit untuk dikontrol. Secara keseluruhan, gula
darah dan kebutuhan insulin sebaiknya dikontrol selama menjalani kehamilan. 12,14
Ada beberapa hal yang dapat sedikit mengurangi komplikasi selama kehamilan
yaitu dengan sering berkunjung ke penyedia layanan kesehatan dan hendaknya hati-hati
terhadap obat-obatan, wanita dengan masalah medis biasanya berusaha untuk melakukan
pola hidup sehat, dan biasanya kehamilannya sukses. Ada juga beberapa kondisi medis
yang dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi ibu dan bayi selama kehamilan. Wanita
dengan masalah medis itu harus mempertimbangkan risiko tersebut sebelum
memutuskan untuk hamil. Banyak juga dari ibu hamil yang mendapatkan perawatan dari
perinatologis selama kehamilan. Walaupun kejadiannya jarang dalam kasus penyakit
jantung berat, misalnya, risiko ibu begitu tinggi untuk hamil sehingga ia tidak lagi harus
mempertimbangkan kehamilan sama sekali atau dengan kata lain mutlak tidak boleh
hamil.12,14

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25


BAB 3
KESIMPULAN

Berbagai faktor risiko dapat terjadi selama proses kehamilan maupun persalinan
yang bisa membahayakan bagi ibu dan janinnya. Selain dapat mengancam keselamatan ibu,
kehamilan risiko tinggi akan berdampak pada janin seperti gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
Kehamilan risiko tinggi menurut Poedji Rochjati adalah kehamilan dengan satu atau
lebih satu faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang
menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melakukan penapisan kehamilan risiko
tinggi menurut Poedji Rochjati adalah dengan cara skoring dan cara kriteria yang membagi
faktor risiko kedalam beberapa kelompok berdasarkan kegawatdaruratan yang terjadi.
Penapisan ini juga merupakan upaya skrining terhadap kehamilan risiko tinggi.
Penanganan terhadap pasien dengan kehamilan risiko tinggi berbeda-beda
tergantung dari penyakit yang sudah di derita sebelumnya dan juga efek samping penyakit
yang dijumpai nanti pada saat kehamilan ataupun persalinan.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 26


DAFTAR PUSTAKA

1. Rochjati, P. 2004. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Airlangga University


Press, Surabaya
2. Kementerian Kesehatan RI. Profi kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. 2013 [diunduh 20 Maret 2015]. Tersedia dari : http://www. kemkes.go.id
3. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan edisi keempat. Jakarta. PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo;2010. Hal 21-34, 157-64,278-88,667- 75,677-81.
4. Manuaba Ibg, Editor Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri, Ginekologi, Dan
Kb 2001: EGC.
5. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2012. 2013.
6. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Universitas Diponegoro, Volume 5, Nomor 1,
Januari 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal- s1.undip.ac.id/index.php/jkm (2)
7. Rochyati Poedji. Tangga Menuju Persalinan Aman dalam Mempercepat Pencapaian
MDG’s Ibu Hamil Sebagai Subjek. PIT HOGSI, Padang.2013 (3)
8. Abdul Bari Syaifuddin, Prof. dr., Sp.OG, MPH, Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi ke – 1, cetakan ke – 3, JNPKKR – POGI, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002, hal 03-336.
9. Poedji Rochyati, Dr, dr, SpOG(K), Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengenalan
Faktor Risiko Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi, Cetakan- 1, Airlangga University
Press, Surabaya, 2003, hal 27-128.
10. Hanifa Wiknjosastro, Prof, dr., SpOG, Ilmu Kandungan, Edisi-2, Cetakan ke-3, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, hal 336-498.
11. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC: Jakarta.
12. Bhide. A, Arulkumaran.S, Damania.KR, Daftary. SN. Aria’s Pratical Guide to High-Risk
Pregnancy and Delivery: A South Asian Perspective: 2015. Hal 140-230.
13. Queenan. JT, Spong. YC, Lockwood. CJ. Management of High-Risk Pregnancy :An
Evidence-Based Approach: 2007. Hal 407-452 Harms, M.D. Roger W, Mayo Clinic
Guide To A Healthy Pregnancy, Harper Collins E-books. Hal 391-417.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27

Anda mungkin juga menyukai