Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.

2, April 2017: 123-131

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT TENTANG


PERAWATAN ULKUS DIABETIK DENGAN METODE MOIST WOUND HEALING
DI RSD MAYJEND H.M.RYACUDU KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN 2017
Eka Yudha Chrisanto

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran


Universitas Malahayati Bandar Lampung
Email : yudhachrisanto88@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan:Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Tujuan penelitian
adalah diketahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap perawat tentang perawatan luka diabetik
dengan metode moist wound healing di RSD Mayjend. H.M. Ryacudu.
Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh perawat yang bertugas
di ruang rawat bedah RSD.Mayjend.H.M.Ryacudu Kotabumi kabupaten Lampung Utara, yang berjumlah 30
orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total populasi didapat sampel penelitian sebanyak 30
responden. Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan chi square.
Hasil: Dalam penelitian diperoleh pengetahuan tentang diketahui bahwa dari 30 responden terdapat sebanyak
16 (53,3%) memiliki pengetahuan yang baik, sebanyak 11 (36,7%) memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 3
(10,0%) memiliki pengetahuan yang kurang, sebanyak 14 (46,7%) memiliki sikap positif tentang perawatan ulkus
diabetik dan sebanyak 16 (53,3%) memiliki sikap negatif tentang perawatan ulkus diabetik dengan metode moist
wound healing. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap perawat tentang perawatan ulkus
diabetik dengan metode moist wound healing di RSD.Mayjend.H.M.Ryacudu Kotabumi Lampung Utara tahun
2017 diperoleh p value = 0,031. Diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan untuk mengadakan
pelatihan internal atau in house training bagi perawat di ruangan sehingga timbul persamaan persepsi tentang
perkembangan perawatan luka dengan metode moist wound healing. Dan sebagai pertimbangan untuk segera
dibuatnya Standar Prosedur Operasional (SPO) merawat luka ulkus diabetik dalam upaya peningkatan mutu
layanan rumah sakit.
Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perawatan ulkus Diabetik
PENDAHULUAN terutama ulkus di kaki. Sekitar 14-24% di antara
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penderita kaki diabetika tersebut memerlukan
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik tindakan amputasi.Berdasarkan studi deskriptif
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi dilaporkan bahwa 6-30% pasien yang pernah
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. (PERKENI, mengalami amputasi dikemudian hari akan
2015).Penderita yang semakin meningkat setiap mengalami risiko re-amputasi dalam waktu 1-3
tahunnya diseluruh dunia, tercatat pada tahun 2010 tahun kemudian setelah amputasi pertama (
penderita DM diseluruh dunia mencapai 285 Juta Cahyono, 2007).
jiwa, dan diprediksi jumlah penderita DM tersebut WHO menyatakan penderita DM potensial
akan meningkat sampai dengan 438 Juta jiwa pada mengalami penyakit arteri perifer sebesar 30%
tahun 2030. (Internasional Diabetic Federation, danulkus kaki diabetiksebesar 4-10% dengan
2014 dalam PERKENI,2015). insidenkejadian 1-4% tiaptahunnya.Dan pada
Penderita DM beresiko mengalami umumnya ulkus diabetik disebabkan oleh faktor
komplikasi – komplikasi, seperti kebutaan, gagal neuropati (40-70%), penyakit arteri neuroiskemia
ginjal, stroke, ulkuskaki dan lain – lain jika tidak (15-45%), dan penyakit pembuluh darah perifer (15-
mengendalikan kadar glukosa darahnya secara 24%) (White & Mclntosh, 2008 dalam Taufiq,
teratur.Dan luka kaki diabetes/ ulkusdiabetik 2011).Prevalensi penderita ulkus diabetika di
merupakan komplikasi yang ditakuti penderita DM Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%, angka
karena dapat mengakibatkan terjadinya amputasi. kematian 32% dan ulkus diabetika merupakan
Sekitar15% penderita diabetes melitus (DM) dalam sebab perawatan rumah sakit terbanyak sebesar
perjalanan penyakitnya akan mengalami komplikasi 80% untuk diabetes mellitus (Hastuti, 2008).

123
Menurut data medical record RSD. Mayjend. antiseptik seperti hydrogen peroxide, povidone
H.M. Ryacudu data kunjungan pasien iodine, acetic acid dan chlorohexadine selalu
DM di poliklinik penyakit dalam tahun 2016 tercatat digunakan untuk menangani luka. Masalah utama
2576 orang, tertinggi pertama dalam 10 penyakit yang timbul adalah antiseptik tersebut tidak hanya
terbanyak. Dan yang berobat ulkus diabetik membunuh kuman-kuman yang ada, tapi juga
sebanyak 24 orang. Sedangkan data di unit rawat membunuh leukosit dan jaringan fibroblast yang
inap penyakit dalam tercatat 114 orang pasien DM. membentuk jaringan kulit baru. Hal ini dapat
Pasien yang dirawat dengan ulkus di ruang bedah menyebabkan ganguan pada proses penyembuhan
di tahun 2016 sebanyak 67 orang, dan 6 orang luka (Rohmayanti, 2015). Selain itu pula, pada
diantaranya mengalami amputasi. balutan konvensional ketika akan merawat luka
Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada hari berikutnya, kassa akan menempel pada
pada permukaan kulit yang disebabkan adanya luka dan menyebabkan rasa sakit pada klien, di
makroangiopati sehingga terjadi vaskulerinsusifiensi samping itu juga sel-sel yang baru tumbuh juga
dan neuropati. Ulkusdiabetikum mudah akan rusak. Untuk itu diperlukan pemilihan metode
berkembang menjadi infeksi karena masuknya balutan luka yang tepat untuk mengoptimalkan
kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang proses penyembuhan luka (Morison ,2003 dalam
tinggi menjadi tempat yang strategis untuk Handayani, 2016).
pertumbuhan kuman (Waspadji, 2009). Namun dengan adanya perkembangan
Ulkusdiabetikum kalau tidak segera perawatan luka internasional, banyak dokter dan
mendapatkan pengobatan dan perawatan, maka perawat Indonesia peminat perawat luka telah
akan mudah terjadi infeksi yang segera meluas dan mulai melakukan penerapan perawatan luka
dalam keadaan lebih lanjut memerlukan tindakan secara modern (terkini). Di samping itu pula, trend
amputasi (Waspadji, 2009). terkini yang berkaitan dengan manajemen
Salah satu asuhan perawatan pada perawatan luka berkaitan dengan perubahan profil
penderita diabetes yang menderita ulkus kaki pasien, dimana pasien dengan kasus penyakit
adalah teknik perawatan luka. Agustina dalam degeneratif dan gangguan metabolik semakin
Sinaga (2012) menerangkan bahwa, perawatan banyak ditemukan.Kondisi tersebut sering
luka merupakan asuhan keseharian perawat di menyertai kekomplekkan suatu luka dimana
bangsal, terutama pada ruang perawatan medical diperlukan perawatan yang tepat agar proses
surgical. Perawat dituntut untuk mempunyai penyembuhan dapat tercapai dengan optimal
pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait (Maryunani, 2013).
dengan proses perawatan luka yang dimulai dari Pada awalnya para ahli berpendapat bahwa
pengkajian yang komprehensif, perencanaan penyembuhan luka akan sangat baik bila luka
intervensi yang tepat, implementasi tindakan, dibiarkan tetap kering . Mereka berpikir bahwa
evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan infeksi bakteri dapat dicegah apabila seluruh cairan
serta dokumentasi hasil yang sistematis. yang keluar dari luka terserap oleh pembalutnya.
Pada area bidang perawatan luka (wound Akibatnya sebagian besar luka dibalut oleh bahan
care) negara yang sedang berkembang salah kapas pada kondisi kering. Penelitian yang
satunya Indonesia, masih banyak kita temukan dilakukan Winter (1962) tentang keadaan
aktivitas wound care yang menggunakan metode lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka
konvensional / tradisional. Manajemen luka menjadi dasar diketahuinya konsep “Moist Wound
sebelumnya tidak mengenal adanya lingkungan Healing” (Morrison, 2004 dalam Sinaga
luka yang lembab. Manajemen perawatan luka yang 2012).Teknik perawatan luka lembab dan tertutup
lama atau disebut juga dengan metode atau yang dikenaldengan “moist wound healing”
konvensional dimana hanya membersihkan luka adalah metode untuk mempertahankan kelembaban
dengan normal salin atau larutan NaCl 0,9% dan luka dengan menggunakan bahan balutan penahan
ditambahkan dengan iodine providine, kemudian kelembaban sehingga menyembuhkan luka,
ditutup dengan kassa kering. Tujuan dari balutan pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami.
konvensional ini adalah untuk melindungi luka dari Munculnya konsep “moist wound healing” menjadi
infeksi (Rainey, 2002 dalam Tiara 2012). dasar munculnya pembalut luka modern (Mutiara,
Namun, ketika diteliti lebih lanjut cara 2009 dalam Septiyanti, 2013).
penyembuhan seperti ini sama sekali tidak Maibach, Bashir dan McKibbon (2002, dalam
membantu bahkan beresiko memperburuk luka. Naralia, 2015) mengatakan metode lembab dengan
Menggunakan antiseptik pada luka dengan tujuan balutan tertutup secara klinis memiliki keuntungan
menjaga luka tersebut agar menjadi steril. Bahkan akan meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-
sel epitel disekitar lapisan air yang tipis, mengurangi Pengetahuan dan sikap dibutuhkan dalam
resiko infeksi dan timbulnya jaringan parut. pengunaandan pemilihan produk perawatan luka,
Beberapa keunggulan metode ini dibandingkan jika menggunakan bahan dan teknik yang
dengan kondisi luka yang kering adalah tidaksesuai, menyebabkan proses inflamasi
meningkatkan re-epitelisasi 30-50%, meningkatkan memanjang dan kurangnya suplai oksigen ditempat
sintesa kolagen sebanyak 20-60%, dan rata-rata re- luka, hal ini akan mengakibatkan proses
epitelisasi dengan kelembaban 2-6 kali lebih cepat penyembuhan luka menjadi lama, luka yang lama
dan epitelisasi terjadi 3 hari lebih awal dari pada sembuh disertai penurunan daya tahan tubuh
luka yang dibiarkan terbuka dan mengering. pasien membuat rentan terpajang mikroorganisme
Perawat mempunyai peranan yang sangat yang menyebabkan infeksi (Morrison, 2004 dalam
penting dalam manajemen luka pada pasien, septiyanti 2013).
terutama di rumah sakit dimana pasien hampir 24 Rumah Sakit Daerah Mayjend. H. M.
jam dalam monitoring dan tanggungjawab perawat. Ryacudu merupakan rujukan alternatif utama bagi
Selama ini, perawat hanya fokus pada rutinitas rumah sakit yang berada di tiga kabupaten
penggantian balutan luka tanpa memperhatikan sekitarnya. Saat ini telah memiliki lima orang
status kelembaban, monitoring kondisi jaringan dan perawat yang telah mengikuti pelatihan perawatan
juga asupan nutrisi pasien yang dapat luka modern dengan metode moist wound healing.
mempercepat perbaikan jaringan. Sementara Saat peneliti melakukan observasi awal di ruang
menurut Bryant (2007) bahwa perawat bertanggung rawat bedah RSD.Mayjend.H.M. Ryacudu,
jawab penuh terhadap dressing atau balutan, didapatkan perawat berjumlah 30 orang, dengan
memonitor luka akut seperti luka operasi. Sehingga pendidikan terakhir D3 Keperawatan 25 orang, S1
kecepatan dan keterlambatan proses penyembuhan Keperawatan 5 orang. Pada saat empat orang
luka dapat dipengaruhi oleh intervensi keperawatan. perawat pelaksana melakukan tugas rutin
Oleh Karena itu, perawat harus berpengetahuan melakukan perawatan luka ulkusdiabetik, mereka
terkait proses penyembuhan luka. Perawat masih menggunakan teknik konvensional dengan
berperan sangat penting dalam kecepatan melakukan kompres basah dengan iodine povidone.
penyembuhan dan manajemen luka. Perawatan luka yang dilakukan sama untuk semua
Perawat bertangggung jawab membantu stadium dan warna dasar luka, termasuk pemilihan
klien memperoleh kembali kesehatan dan balutan luka. Dari hasil wawancara pada empat
kehidupan mandiri yang optimal melalui proses orang perawat tersebut dua orang mengatakan
pemulihan dengan biaya, waktu dan tenaga yang belum mengetahui teknik lembab, dan yang lainnya
seminimal mungkin. Oleh karena itu, dalam hal ini mengatakan melakukan perawatan luka sesuai
perawat harus melakukan perawatan luka yang dengan intruksi dokter, termasuk dalam
tepat sesuai dengan perkembangan ilmu menentukan jenis balutan yang digunakan.
pengetahuan dan teknologi (Potter & Perry, 2009 Mengingat tingginya prevalensi penyakit DM,
dalam Naralia, 2015). Untuk dapat memberikan komplikasi ulkus diabetik yang dirawat dan
perawatan luka yang baik, diperlukan pengetahuan pentingnya perawatan luka ulkus diabetik yang baik
dan sikapyang baik pula tentang luka. Pengetahuan agar tidak terjadi gangren yang berakibat amputasi.
merupakan hasil dari tahu manusia dan ini terjadi Serta masih kurangnya pengetahuan perawat dan
setelah melakukan penginderaan terhadap suatu belum baiknya perawat menjalankan perannya
objek tertentu. Sedangkan Sikap adalah merupakan dalam merawat luka ulkus diabetik, Membuat
reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, pengetahuan dengan sikap perawat tentang
2012). Pengetahuan dan sikap memiliki peran perawatan ulkus diabetik menggunakan teknik
penting dalam pembentukan perilaku perawat. moist wound healing di Rumah Sakit Daerah
Saat ini perawat masih kurang mengetahui Mayjend. H.M. Ryacudu.
tentang perkembangan perawatan luka terkini, yang
berbasis riset dan penelitian. Hasil penelitian Ligita, METODOLOGI PENELITIAN
(2012), Oktiayuliandri (2015) menunjukkan bahwa Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis
pengetahuan perawat pada konsep evidence based penelitian kuantitatif yaitu penelitian ilmiah yang
practice adalah sangat rendah. Penelitian memiliki kriteria berdasarkan fakta, bebas
Septiyanti, 2013 menyimpulkan bahwa prasangka, menggunakan prinsip analisa, hipotesa,
pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan ukuran objektif dan data kuantitatif atau yang
dengan sikap perawat dalam perawatan luka dikuantitatifkan (Aprina & Bustami, 2016).
diabetes menggunakan teknik moist wound healing. Rancangan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian korelasi.Penelitian ini Tabel 2
menggunakan pendekatan cross sectional Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang
(pendekatan silang) yaitu suatu penelitian yang Perawatan Ulkus Diabetik dengan metode Moist
mempelajari dinamika korelasi antara variabel Wound Healing
independent dan variabel dependen atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (poin Persentase
time approach) artinya tiap objek penelitian hanya No Sikap N
(%)
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan 1. Positif 14 46.7
terhadap status karakter atau variabel subjek pada 2. Negatif 16 53.3
saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2012). Penelitian Jumlah 30 100,0
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dengan sikap perawat tentang Analisis Bivariat
perawatan ulkus diabetik dengan metode moist
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa
wound healing di ruang bedah hasil analisis tingkat pengetahuan dengan sikap
RSD.Mayjend.H.M.Ryacudu Kotabumi Lampung
perawat tentang perawatan ulkus diabetik dengan
Utara tahun 2017. metode moist wound healing, diperoleh bahwa dari
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh 16 responden yang memiliki pengetahuan baik
perawat yang bertugas di ruang rawat bedah sebanyak 11 responden (68,8%) memiliki sikap
RSD.Mayjend.H.M.Ryacudu Kotabumi kabupaten positif dan 5 responden (31,2%) memiliki sikap
Lampung Utara, yang berjumlah 30 orang. Yang negatif
setiap hari melaksanakan asuhan keperawatan
medikal bedah salah satunya dengan merawat Tabel 3
ulkus diabetik. Pengumpulan data menggunakan Distribusi Frekuensi Responden N=16
kuisioner. Pengolahan data meliputi editing, coding, (berpengetahuan baik) Dengan Sikap Perawatan
processing, dan cleaning. Analisa data dengan cara Tentang Perawatan Ulkus Diabetik Dengan
univariat dan bivariat. Metode Moist Wound Healing
HASIL Sikap Frekuensi Persentase
Analisis Univariat Positif 11 68,8
Berdasarkan tabel 1 diketahui dari 30 Negatif 5 31,2
responden sebanyak 16 responden (53,3%) Jumlah 16 100
memiliki pengetahuan yang baik, sebanyak 11
responden (36,7%) memiliki pengetahuan cukup
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa
dan sebanyak 3 responden (10,0%) memiliki
hasil analisis tingkat pengetahuan dengan sikap
pengetahuan yang kurang
perawat tentang perawatan ulkus diabetik dengan
metode moist wound healing, diperoleh bahwa dari
Tabel 1 11 responden yang memiliki pengetahuan cukup
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden
terdapat sebanyak 2 responden (18,2%) memiliki
Tentang Perawatan Ulkus Diabetik dengan
sikap positif dan 9 responden (81,8%) memiliki
metode Moist Wound Healing
sikap negatif.
Persentase
No Pengetahuan N
(%) Tabel 4
1. Baik 16 53.3 Distribusi Frekuensi Responden N=11
2. Cukup 11 36.7 wat
3 Kurang 3 10.0 (berpengetahuan Cukup) Dengan Sikap Pera
Tentang Perawatan Ulkus Diabetik Dengan
Jumlah 30 100,0 Metode Moist Wound Healing

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari 30 Sikap Frekuensi Persentase


responden, sebanyak 14 responden (46,7%) Positif 2 18,2
memiliki sikap positif tentang perawatan ulkus Negatif 9 81,8
diabetik dan sebanyak 16 responden (53,3%) Jumlah 11 100
memiliki sikap negatif tentang perawatan ulkus
diabetik
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa
hasil analisis Tingkat Pengetahuan dengan Sikap
Perawat tentang Perawatan Ulkus Diabetik dengan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
Metode Moist Wound Healing, diperoleh bahwa dari (Notoatmodjo, 2012). Menurut Nursalam (2009),
Dari 3 responden yang memiliki pengetahuan pengukuran pengetahuan ada dua kategori yaitu:
kurang sebanyak 1 responden (33,3%) yang menggunakan pertanyaan subjektif misalnya jenis
memiliki sikap positif dan 2 responden (66,7%) pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya
memiliki sikap negatif pertanyaan pilihan ganda (multiple choice),
pertanyaan betul salah dan pertanyaan
Tabel 5 menjodohkan. Pengkategorian pengetahuan yang
Distribusi Frekuensi Responden N=3 umum digunakan yaitu: kategori baik dengan nilai
(berpengetahuan Kurang) Dengan Sikap 76-100 %, kriteria cukup dengan nilai 56-75 %,
Perawat Tentang Perawatan Ulkus Diabetik kriteria kurang dengan nilai < 56 %.
Dengan Metode Moist Wound Healing Pendidikan merupakan salah satu faktor
penting yang dapat menambah pengetahuan
Sikap Frekuensi Persentase seseorang, sehingga tingkat pendidikan
Positif 1 33,3 mendukung pengetahuan baik yang dimiliki
Negatif 2 66,7
responden pada penelitian ini. Hal ini sesuai
Jumlah 3 100
dengan pendapat Budiman (2013) bahwa
Berdasarkan tabel 6 hasil analisis diperoleh semakin tinggi pendidikan seseorang
p value = 0,031 oleh karena nilai p ≤ 0,05 % maka diharapkan semakin luas pula
dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuannya. Namun bukan berarti
tingkat pengetahuan dengan sikap perawat tentang seseorang dengan pendidikan rendah mutlak
perawatan ulkus diabetik dengan metode moist berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
wound healing di RSD.Mayjend.H.M.Ryacudu pengetahuan tidak mutlak diperoleh pada
Kotabumi Lampung Utara tahun 2017. Hasil pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
analisis OR = 4,03 (1,04-15,60) dengan demikian diperoleh pada pendidikan non-formal dan
berarti perawat yang memiliki pengetahuan baik faktor pendukung lainnya.
lebih berpeluang sebesar 4 kali memiliki sikap Hasil penelitian sesuai dengan penelitian
positif jika dibandingkan dengan perawat yang
Septiyanti (2013), dengan judul hubungan
memiliki pengetahuan yang kurang.
tingkat pengetahuan dengan sikap perawat
Tabel 6 tentang perawatan luka diabetes menggunakan
Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Perawat teknik moist wound healing di Eka Hospital
Tentang Perawatan Ulkus Diabetik Dengan Pekanbaru. Hasil penelitian 59,3% perawat
Metode Moist Wound Healing berpengetahuan tinggi, 31,5% pengetahuan
sedang dan 9,3% pengetahuan rendah. Hal ini
Variabel p-value OR didukung oleh adanya kegiatan sosialisasi
Pengetahuan dan 0,031 4,03 perawatan luka dengan metode moist wound
Sikap healing pada tahun 2011.
Perawat Berbeda dengan hasil penelitian Naralia,
(2015), yang berjudul pengetahuan perawat
PEMBAHASAN tentang perawatan luka dengan metode moist
Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan diketahui
wound healing di RSUP H. Adam Malik Medan.
bahwa dari seluruh dari 30 responden sebanyak 16 Mayoritas responden berpendidikan D3
responden (53,3%) memiliki pengetahuan yang (68,3%) dan hasil penelitian menunjukkan
baik, sebanyak 11responden (36,7%) memiliki bahwa pengetahuan responden tentang
pengetahuan cukup dan sebanyak 3 responden perawatan luka dengan metode lembab
(10,0%) memiliki pengetahuan yang kurang. tergolong masih rendah karena data
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu menunjukkan mayoritas responden memiliki
manusia dan ini terjadi setelah melakukan pengetahuan cukup dan kurang.
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Berdasarkan hasil penelitian ini
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia menunjukkan bahwa walaupun 83,3% perawat
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
di ruang bedah RSD Mayjend. H.M.Ryacudu
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
Kotabumi berlatar belakang pendidikan D3 negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak
tapi mendukung maupun kontra terhadap objek sikap.
53,3% dari mereka telah mengetahui atau Pernyataan ini disebut dengan pernyataan
memahami konsep umum perawatan ulkus unfavorable. ( Wawan dan dewi, 2011).
diabetik dengan metode moist wound healing Hasil penelitian sesuai dengan penelitian
secara benar, mulai dari mencuci luka, oleh Septiyanti (2013), dengan judul hubungan
tingkat pengetahuan dengan sikap perawat tentang
mengkaji luka sampai dengan mengganti
perawatan luka diabetes menggunakan teknik moist
balutan luka. Memahami teknik wound healing di rumah sakit Eka Hospital
mempertahankan kondisi luka yang tetap Pekanbaru diketahui mayoritas responden
lembab dengan menggunakan balutan mempunyai sikap positif yaitu sebanyak 29
penahan kelembaban, occlusive dan semi responden (53,7%) dan sikap responden yang
occlusive, dengan mempertahankan luka tetap negatif ada sebanyak 25 responden (46,3%).
lembab dan dilindungi selama proses Sikap negatif perawat di ruang bedah RSD
penyembuhan dapat mempercepat re- Mayjend. H.M.Ryacudu Kotabumi dalam perawatan
epitelisasi 30-50%. ulkus diabetik dengan metode moist wound healing
Pengetahuan yang baik perawat di ruang ini masih ada, meskipun sudah ada perawat di
bedah RSD Mayjend. H.M.Ryacudu Kotabumi ruangan bedah tersebut yang telah mengikuti
pelatihannya. Hal ini dikarenakan masih belum
ini didukung oleh adanya kebijakan bidang
optimalnya metode ini dapat diterapkan oleh
keperawatan rumah sakit telah mengirimkan 7 perawat di ruangan, sebagian dari mereka masih
orang perawat untuk mengikuti pelatihan beranggapan bahwa perawatan luka metode moist
perawatan luka modern di Bogor selama 5 hari. wound healing itu hanya kewajiban perawat
Dan 4 orang diantaranya bertugas di ruang pelaksana dan yang sudah pelatihan perawatan
bedah. Sehingga informasi tentang perawatan luka saja. Perawat juga dalam perawatan luka
ulkus diabetik dengan metode moist wound khususnya ulkus diabetik seringkali masih terfokus
healing telah disosialisasikan ke perawat yang atas instruksi perawatan luka dari dokter saja
lain. Sebagaimana yang dijelaskan oleh sebagai orang yang dianggap penting. Hal ini
Budiman (2013) bahwa tingkat pengetahuan sesuai menurut Azwar (2015) tentang faktor-faktor
seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu yang mempengaruhi sikap antar lain : pengalaman
pribadi, orang lain yang dianggap penting, pengaruh
umur, pendidikan, informasi, sosial, ekonomi,
kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan
budaya, lingkungan dan pengalaman. dan lembaga agama, serta faktor emosional.
Sikap
Tidak hanya itu saja, perawat belum optimal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30
menjalankan peran dan fungsi serta
responden, sebanyak 14 responden (46,7%)
kewenangannya dalam merawat pasien. Terutama
memiliki sikap positif tentang perawatan ulkus
peran sebagai kolaborator dengan tenaga
diabetik dan sebanyak 16 (53,3%) memiliki sikap
kesehatan terkait. Sesuai Konsorsium ilmu
negatif tentang perawatan ulkus diabetik.
kesehatan tahun 1989 (Norfandina, 2015) yang
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat
menjelaskan, peran ini dilakukan karena perawat
manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek
bekerja sebagai tim yang terdiri dari dokter,
atau issue. Sikap adalah merupakan reaksi atau
fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain. Dengan berupaya
respon seseorang seseorang yang masih tertutup
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
terhadap stimulus serta pandangan atau perasaan
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai
dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
objek tersebut (Notoatmodjo, 2012). Pengukuran
Sehingga perawat tidak bisa menjalankan peranan
sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan
ini bila tidak berkerja sama dengan tenaga
sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah
kesehatan terkait, khususnya dokter.
rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu
Akibatnya perawat di ruang bedah RSD
mengenai objek sikap yang hendak diungkap.
Mayjend. H.M.Ryacudu Kotabumi masih belum
Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan
menggunakan metode moist wound healing. Dan
hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu
masih menggunakan cara lama perawatan luka,
kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada
yaitu dengan menggunakan cairan pencuci luka
objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan
yang tidak tepat dan balutan yang sama untuk
pernyataan yang favorable. Sebaliknya pernyataan
sikap mungkin pula berisi hal-hal yang bersifat
semua jenis luka tanpa memperhatikan pengkajian (tertarik), evaluation (menimbang - nimbang), trial
luka. (mencoba), adoption ( adaptasi). Namun dalam
Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan
Perawatan Luka bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.7 di atas tahapan di atas. Jika penerima perilaku baru atau
dari 30 responden diketahui bahwa dari 16 adopsi prilaku melalui proses seperti ini yaitu
responden yang memiliki pengetahuan baik dengan didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan
sebanyak 11 responden (68,8%) memiliki sikap sikap yang positif, maka perilaku itu akan bersifat
positif dan 5 responden (31,2%) memiliki sikap langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku
negatif. Dari 11 responden yang memiliki itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran,
pengetahuan cukup terdapat sebanyak 2 responden perilaku tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo,
(18,2%) memiliki sikap positif dan 9 responden 2003 dalam Nursalam, 2014).
(81,8%) memiliki sikap negatif. Dari 3 responden Menurut hasil penelitian sebelumnya yang
yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 1 dilakukan oleh Kallo (2015), hasil penelitiannya
responden (33,3%) yang memiliki sikap positif dan 2 menunjukan bahwa terdapat hubungan sikap
responden (66,7%) memiliki sikap negatif. dengan pelaksanaan prosedur tetap perawatan
Analisis chi square diperoleh p value = 0,031 luka. Berdasarkan hasil uji statistik Fisher’s Exact
yang berarti ada hubungan yang signifikan antara Test diperoleh nilai p value = 0,044.
tingkat pengetahuan dengan sikap perawat tentang Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas
perawatan ulkus diabetik dengan metode moist responden yang memiliki sikap negatif adalah yang
wound healing di RSD.Mayjend.H.M.Ryacudu memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dan
Kotabumi Lampung Utara tahun 2017. kurang. Walaupun masih ada responden yang
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian memiliki pengetahuan yang baik tetapi memiliki
oleh Septiyanti (2013), Bahwa terdapat hubungan sikap negatif sebanyak 5 responden (31,2%).
pengetahuan dan sikap dengan perawat tentang Menurut peneliti sebagian dari mereka masih
perawatan luka diabetes menggunakan teknik moist beranggapan bahwa perawatan luka metode moist
wound healing di rumah sakit Eka Hospital wound healing itu rumit sehingga hanya bisa
Pekanbaru dengan pengaruh bermakna yakni p diterapkan pada luka pasca operasi saja. Belum
value = 0,033. Hasil analisis OR = 4,03 (1,04- memadainya sarana dan prasarana di ruangan
15,60) dengan demikian berarti perawat yang serta belum adanya SPO (Standar Prosedur
memiliki pengetahuan baik lebih berpeluang Operasional) yang mengatur kebijakan perawatan
sebesar 4 kali memiliki sikap positif jika luka dengan metode moist wound healing
dibandingkan dengan perawat yang memiliki khususnya perawatan ulkus diabetik.
pengetahuan yang kurang. Menurut Green ( 1980, dalam Notoatmodjo,
Menurut Notoatmodjo ( 2012) pengetahuan 2012) menerangkan bahwa perilaku seseorang
merupakan hasil dari tahu manusia dan ini terjadi dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : faktor-
setelah melakukan penginderaan terhadap suatu faktor predisposisi (predisposing factors), mencakup
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca pengetahuan dan sikap, tradisi dan kepercayaan
indra manusia yakni indera penglihatan, masyarakat, sistem budaya, tingkat pendidikan dan
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian tingkat sosial ekonomi, faktor-faktor
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata pemungkin/pendukung (enabling factors),
dan telinga. Pengetahuan / kognitif merupakan mencakup sarana dan prasarana/fasilitas, faktor-
domain yang sangat penting dalam membentuk faktor penguat (reinforcing factor) meliputi sikap
tindakan seseorang. Dan sikap adalah evaluasi tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas
umum yang dibuat manusia terhadap dirinya kesehatan, undang -undang dan peraturan-
sendiri, orang lain, objek atau issue. Sikap adalah peraturan.
merupakan reaksi atau respon seseorang Pengetahuan dan sikap yang negatif ini
seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus dipengaruhi oleh banyak hal seperti umur, jenis
serta pandangan atau perasaan yang disertai kelamin, pendidikan, lama berkerja dan pelatihan
kecendrungan untuk bertindak sesuai objek luka yang diikuti. Akan tetapi tidak hanya
tersebut. pengetahuan yang menunjang suatu sikap yang
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan positif. Sikap yang positif ini juga didukung oleh
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di adanya kebijakan pemimpin, sarana dan prasarana
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang serta keterampilan saling berpengaruh.
berurutan, yaitu awareness (kesadaran), interest
Pengetahuan yang baik akan menunjang sikap DAFTAR PUSTAKA
yang baik pula.
Pernyataan tentang sikap yang didukung Angganis. (2012). Hubungan Sikap Perawat
oleh berbagai hal tersebut sesuai dengan penelitian Dengan Pendokumentasian Asuhan
yang telah dilakukan oleh Angganis (2012) tentang Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Umum
hubungan sikap perawat dengan Rumah Sakit X Di Tanggerang. Jurnal.
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang Fakultas Kedokteran Ilmu Keperawatan
rawat inap umum rumah sakit X di Tanggerang. Universitas Pelita Harapan.
Hasil analisa bivariat menunjukkan nilai p = 1.000 (
p > 0,05) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa American Diabetes Association. (2011). Standar of
tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap Medical Care in Diabetes-2011. Diabetes
perawat dengan pendokumentasian asuhan Care,Volume 34 , S12-S13.
keperawatan. Hal ini dikarenakan kurangnya
dukungan sarana dan prasarana, lingkungan kerja Aprina, Bustami, A, (2016). Riset Keperawatan.
rumah sakit seperti supervisi dari atasan, dan tidak Bandar Lampung.
adanya SPO.
Menurut peneliti sikap perawat yang positif Arisanty, I. P. (2013). Konsep Dasar Manajemen
harus mendapat dukungan dari atasan dan rekan- Keperawatan Luka. Jakarta: EGC.
rekan se-profesi, agar perawat termotivasi dalam
aplikasi perawatan ulkus diabetik dengan metode Azwar, S. (2015). Sikap Manusia Teori dan
moist wound healing di RSD. Mayjend. H.M. Pengukurannya, Pustaka Pelajar,
Ryacudu Kotabumi Lampung Utara. Walaupun Yogyakarta.
dalam era JKN ini menjadi salah satu keterbatasan
dalam penerapannya yang disebabkan oleh Bryant, R. & Nix, D. (2007) Acut and Chronik
penggunaan Bahan Habis Pakai (BHP) khususnya Wound Current Management concept. 3ʳᵈ.
balutan luka / modern dressing tidak ditanggung Edition. St. Louis : Mosby Elsevier.
BPJS. Perawat dapat mengaplikasikannya saat
kegiatan homecare. Budiman., Riyanto, A. (2013). Kapita Selekta
Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam
SIMPULAN Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba
Berdasarkan hasil penelitian dan Medika.
pembahasan dari 30 responden maka peneliti dapat
menarik ahwa ada hubungan antara tingkat Cahyono.,(2007). Manajemen Ulkus Kaki Diabetik.
pengetahuan dengan sikap perawat tentang Dexa Medika Jurnal Kedokteran dan
perawatan ulkus diabetik dengan metode moist Farmasi No 3, Vol 20 , 103.
wound healing di RSD.Mayjend.H.M.Ryacudu
Kotabumi Lampung Utara tahun 2017 diperoleh p Ekaputra.,(2013). Evolusi Manajemen Luka.
value = 0,031. Jakarta. Trans Info Media

SARAN Ernawati.,(2013). Penatalaksanaan Keperawatan


Diharapkan dapat menjadi masukan dan Diabetes mellitus Terpadu. Jakarta : Mitra
pertimbangan untuk mengadakan pelatihan internal Wacana Media.
atau in house training bagi perawat di ruangan
sehingga timbul persamaan persepsi tentang Gitarja, W. S. (2015). Perawatan Luka. Certified
perkembangan perawatan luka dengan metode Wound Care Clician Associate. Student
moist wound healing Dan sebagai pertimbangan Handbook, CWCCA 2015, Yayasan Wocare
untuk segera dibuatnya Standar Prosedur Indonesia, Bogor
Operasional (SPO) merawat luka ulkus diabetik
dalam upaya peningkatan mutu layanan rumah Handayani, L.. T. (2016). Studi Meta Analisis
sakit Perawatan Luka Kaki Diabetes dengan
Modern Dressing, Jurnal, FIK- Universitas
Muhammadiyah Jember.

Hastono, S.P 2007 Analisis Data Kesehatan FKUI


Jakarta
Hastuti, R. T. (2008). Faktor - Faktor Risiko Ulkus Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan
Diabetika pada Penderita Diabetes Mellitus Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Tesis,
Program Studi Magister Epidemiologi, Oktiayuliandri, C. (2015). Pengetahuan dan Sikap
Program Pasca Sarjana, Universitas Perawat dalam Penerapan Evidance - Based
Diponegoro, Semarang. Nursing Practice di Ruang Rawat Inap
RSUP Dr. M. Jamil Padang Tahun 2015,
Kallo (2015) Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Skripsi, PSIK- Universitas Andalas.
Dan Sikap Dengan Pelaksanaan Prosedur
Tetap Perawatan Luka Di Ruang Perawatan PERKENI.,(2015). Konsensus Pengelolaan Dan
Bedah Badan Rumah Sakit Daerah Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Kabupaten Banggai, Jurnal, FK-PSIK Indonesia
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Robert G, F. et al. (2006). Diabetic Foot Disorders:
Ligita, T. (2012). Pengetahuan, Sikap, dan A Clinical Practice Guideline (2006 revision).
Kesiapan Perawat Klinisi dalam The Journal of Foot & Ankle Surgery , S6.
Implementasi Evidance Based. Jurnal, PSIK
- Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat. Rohmayanti, (2015). Implementasi Perawatn Luka
Modern di RS Harapan Magelang. Jurnal,
Maryunani, A. (2013). Perawatan Luka Modern FIK- Universitas Muhammadiyah Magelang.
Terkini dan Terlengkap. Bogor : In Media.
Septiyanti, (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Megawati, (2010). Pengetahuan Perawat Tentang Dengan Sikap Perawat Tentang Perawatan
Pelaksanaan Luka Kronik Dengan Konsep Luka Diabetes Menggunakan Teknik Moist
Lembab Di Rumah Sakit Reksa Waluya Wound Healing di Eka Hospital Pekan Baru
Mojokerto, Jurnal, Poltekkes Majapahit tahun 2013, Jurnal, PSIK Universitas Riau.
Mojokerto
Sinaga, M. S. (2012). Penggunaan Bahan pada
Naralia, T. W. (2015). Pengetahuan Perawat Perawatan Luka, Jurnal, Fakultas
Tentang Perawatan Luka dengan Metode Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Moist Wound Healing di RSUP H. Adam
Malik Medan, Skripsi, Fakultas Keperawatan Smeltzer et al., (2008). Buku Ajar Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Nursalam, (2009). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Taufiq, I. (2011). Pengaruh latihan Range of Motion
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen (ROM) ankle terhadap proses penyembuhan
Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba ulkus kaki diabetik di RSUD Dr. Hi. Abdul
Medika Moeloek dan RSUD Jendral A. Yani
Propinsi Lampung , Tesis, Fakultas Ilmu
Nursalam, (2014). Manajemen Keperawatan : Keperawatan, Program Magister Ilmu
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok.
profesional. Jakarta : Salemba medika
Tiara, Shinta., (2012). Efektifitas Perawatan Luka
Norfandina, (2015) HYPERLINK kaki Diabetik Menggunakan Balutan Modern
"http://silfananorfandina.blogspot.co.id/2015/ di RSUP Sanglah Denpasar dan Klinik
10/dokter-dan-perawat.html" Dahlia Care, Jurnal, PSIK Universitas
http://silfananorfandina.blogspot.co.id/2015/1 Udayana.
0/dokter-dan-perawat.html . Diakses tanggal
23 Januari 2017 Undang - Undang Keperawatan, (2014).
https://www.inna-
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian ppni.or.id/index.php/component/content/articl
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. e/85-berita/144-undang-undang-
keperawatan. diakses tanggal 23 Januari
2017.

Anda mungkin juga menyukai