Anda di halaman 1dari 20

Borang PortofolioBora Internship 2019

2020

BAB 1
PENDAHULUAN

Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus


respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat
mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru. Pada
perkembangannya , Infeksi saluran nafas bawah masih menjadi masalah utama
dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO) melaporkan infeksi
saluran nafas bawah sebagai infeksi penyebab kematian paling sering di dunia
dengan hampir 3,5 juta kematian per tahun. Pneumonia dan influenza didapatkan
sebagai penyebab kematian sekitar 50.000 estimasi kematian pada tahun 2019.
Berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk pneumonia, yaitu
pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia/CAP), apabila
infeksinya terjadi di masyarakat; dan pneumonia-RS atau pneumonia nosokomial
(hospital-acquired pneumonia/HAP), bila infeksinya didapat di rumah sakit.1
Pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia) adalah
pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar rumah sakit , sedangkan pneumonia
nosokomial adalah pneumonia yang terjadi >48 jam atau lebih setelah dirawat di
rumah sakit, baik di ruang rawat umum ataupun di ICU tetapi tidak sedang
menggunakan ventilator. Pneumonia berhubungan dengan penggunaan ventilator
(ventilator-acquired pneumonia/VAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah 48-
72 jam atau lebih setelah intubasi tracheal. Pneumonia yang didapat di pusat
perawatan kesehatan (healthcare-associated pneumonia) adalah pasien yang
dirawat oleh perawatan akut di rumah sakit selama 2 hari atau lebih dalam waktu
90 hari dari proses infeksi, tinggal dirumah perawatan (nursing home atau
longterm care facility), mendapatkan antibiotik intravena, kemoterapi, atau
perawatan luka dalam waktu 30 hari proses infeksi ataupun datang ke klinik
rumah sakit atau klinik hemodialisa.1,2
Data riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa period prevalence
pneumonia di Provinsi Jawa Timur mendekati rata-rata period prevalence
pneumonia di Indonesia (1,8%). Data kesehatan Kota Surabaya menunjukkan

1
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

angka kasus pneumonia yang tinggi meskipun telah mengalami penurunan kasus
dari tahun 2015 sebanyak 4018 kasus menjadi 3925 kasus pada tahun 2016.2
Pneumonia tentunya perlu mendapat perhatian dan penanganan yang tepat,
mengingat penyakit ini masih menjadi permasalahan kesehatan utama di
Indonesia. Untuk itu, diagnosis yang tepat, pemberian terapi antibiotika yang
efektif, perawatan yang baik, serta usaha preventif yang bermakna terhadap
penyakit ini perlu dilakukan agar berkurangnya morbiditas dan mortalitas pada
pneumonia.1
Makalah ini dibuat untuk mempelajari pneumonia, baik dari segi diagnosis
klinis hingga tata laksana penyakit ini sehingga dapat memberikan wawasan bagi
pembaca dan penulis.

2
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pneumonia


Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim
paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. Pnemunonia dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia kominiti dan
pneumonia nosokomial. Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi
akibat infeksi di luar rumah sakit, sedangkan pneumonia nosokomial adalah
pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah
sakit. Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Sebagian besar
disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebab pneumonia dibagi menjadi organisme
gram positif atau gram negatif seperti Streptococcus pneumoniae (pneumococus),
Staphylococcus aureus, Enterococcus, Streptococus piogenes, Pseudomonas
aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, dan Haemophillus influenzae.2

2.2 Etiologi Pneumonia


Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti
bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Pneumoni komunitas yang diderita oleh
masyarakat luar negeri banyak disebabkan gram positif, sedangkan pneumonia
rumah sakit banyak disebabkan gram negatif. Dari laporan beberapa kota di
Indonesia ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita komunitas adalah bakteri
gram negatif. Penyebab paling sering pneumonia yang didapat dari masyarakat
dan nosokomial: 3
a. Yang didapat di masyarakat: Streeptococcus pneumonia, Mycoplasma
pneumonia, Hemophilus influenza, Legionella pneumophila, chlamydia
pneumonia, anaerob oral, adenovirus, influenza tipe A dan B.
b. Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli, Klebsiella
pneumonia), Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, anaerob oral.
2.3 Patofisiologi Pneumonia

3
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

Proses patogenesis pneumonia terkait dengan tiga faktor yaitu keaadan


(imunitas) pasien, mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan yang
berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi
pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Adanyanya bakteri di paru merupakan akibat ketidakseimbangan
antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit. Ada
beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan Inokulasi langsung,
Penyebaran melalui darah, Inhalasi bahan aerosol, dan Kolonosiasi di permukaan
mukosa. Dari keempat cara tersebut, cara yang terbanyak adalah dengan
kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada virus, mikroorganisme atipikal,
mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteria dengan ikuran 0,5-2,0 mikron
melalui udara dapat mencapai brokonsul terminal atau alveol dan selanjutnya
terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung,
orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi
paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal
waktu tidur (50%) juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan
pemakai obat (drug abuse). Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri
yang sanagt tinggi 108-10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 -
1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi
pneumonia. Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli
menyebabkan reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi
sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis
sebelum terbentuk antibodi. Sel-sel PNM mendesak bakteri ke permukaan alveoli
dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis sistoplasmik
mengelilingi bakteri tersebut kemudian terjadi proses fagositosis. pada waktu
terjadi perlawanan antara host dan bakteri maka akan nampak empat zona pada
daerah pasitik parasitik terset yaitu : Zona luar (edama): alveoli yang tersisi
dengan bakteri dan cairan edema, Zona permulaan konsolidasi (red hepatization):
terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah, Zona konsolidasi yang

4
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

luas (grey hepatization): daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan
jumlah PMN yang banyak, Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan
banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.2,3

2.4 Gambaran Klinis Pneumonia


Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk
(baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen,
atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya
adalah pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena
nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada
bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus,
perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan
pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.2

2.5 Epidemiologi Pneumonia


Dari data Riskesdas (2013) terjadi peningkatan prevalensi pneumonia pada
semua umur dari 2,1% (2007) menjadi 2,7% (2013). Berdasarkan kelompok umur
penduduk, prevalensi pneumonia yang tinggi terjadi pada 2 kelompok umur 1-4
tahun, kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meningkat
pada kelompok umur berikutnya. Pneumonia merupakan penyebab kematian
terbesar pada anak di seluruh dunia. Pada tahun 2015, terjadi kematian akibat
pneumonia, 16% dari seluruh kematian anak usia kurang dari 5 tahun.
Data hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan
proporsi angka kematian bayi sebesar 22,23 per mil kelahiran hidup, proporsi
kematian balita sebesar 26,29 per mil kelahiran hidup, meskipun hasil ini telah
memenuhi target MDG’s (32 per mil kelahiran hidup), proporsi AKB dan
AKABA ini dinilai masih cukup tinggi. Estimasi data kematian balita tahun 2012-
2016 menunjukkan 16% kematian balita dikarenakan Acute Respiratory
Infection. Penyakit infeksi utama pada balita yang menyebabkan kematian masih
dikarenakan penyakit pneumonia. Data global UNICEF (2018) menunjukkan
bahwa pada tahun 2016, pneumonia masih menjadi penyebab kematian balita di
Indonesia dengan menempati urutan kedua (16%) setelah preterm (19%).3

5
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

2.6 Penegakan Diagnosa Pneumonia


Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit yang
lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis
pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru
atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini: 3,4
a. Batuk-batuk bertambah
b. Perubahan karakteristik dahak/purulen
c. Suhu tubuh > 38C (aksila) /riwayat demam
d. Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan
ronki
e. Leukosit > 10.000 atau < 4500.
Penilaian derajat keparahan penyakit pneumonia komunitas dapat dilakukan
dengan menggunakan sistem skor menurut hasil penelitian Pneumonia Patient
Outcome Research Team (PORT).

Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis
pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsoludasi
dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran
kavitas.

6
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

2. Laboratorium Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul,


Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula
ditemukanleukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED
meningkat.
3. Mikrobiologi Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur
darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi
antigen polisakarida pneumokokkus.
4. Analisa Gas Darah Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa
kasus, tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut
menunjukkan asidosis respiratorik.

2.7 Penatalaksanaan Pneumonia


Dalam memilih antibiotika yang tepat harus dipertimbangkan faktor
sensitivitas bakteri terhadap antibiotika, keadaan tubuh pasien, dan faktor biaya
pengobatan. Pada infeksi pneumonia (CAP dan HAP) seringkali harus segera
diberikan antibiotika sementara sebelum diperoleh hasil pemeriksaan
mikrobiologik. Pemilihan ini harus didasarkan pada pengalaman empiris yang
rasional berdasarkan perkiraan etiologi yang paling mungkin serta antibiotika
terbaik untuk infeksi tersebut. Memilih antibiotika yang didasarkan pada luas
spektrum kerjanya tidak dibenarkan karena hasil terapi tidaklebih unggul daripada

7
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

hasil terapi dengan antibiotika berspektrum sempit, sedangkan superinfeksi lebih


sering terjadi dengan antibiotika berspektrum luas.4,5
Berdasarkan atas panduan penatalaksanaan pasien dengan CAP oleh
American Thoracic Society (ATS), untuk pasien yang memerlukan perawatan di
rumah sakit dengan penyakit kardiopulmoner dengan atau tanpa faktor modifikasi,
terapi yang dianjurkan adalah terapi dengan golongan β-lactam (cefotaxim,
ceftriaxon, ampicillin/sulbactam, dosis tinggi ampicillin intravena) yang
dikombinasi dengan makrolide atau doksisiklin oral atau intravena, atau
pemberian fluroquinolon antipneumococcal intravena saja. Begitu juga panduan
penatalaksanaan yang dikeluarkan oleh Infectious Diseases Society of America
(IDSA) menganjurkan pemberian cephalosporin ditambah makrolide atau
βlactam/β-lactamase inhibitor ditambah makrolide atau fluroquinolon saja.
Penatalaksanaan yang baik terhadap bakteriemik streptococcal pneumonia akan
secara signifikan menurunkan angka kematian pasien CAP. Terdapat isu penting
tentang penggunaan dual terapi meningkatkan outcome yang lebih baik
dibandingkan denganmonoterapi pada pasien CAP. Dual terapi yang dimaksud
adalah kombinasi antara regimen yang terdiri dari antibiotika β-lactam, makrolide,
atau fluroquinolon. Sedangkan monoterapi yang dimaksud adalah penggunaan
golongan β-lactam atau fluoroquinolon sebagai agen tunggal.4
Kegagalan Terapi Kepekaan kuman terhadap antibiotika tertentu tidak
dapat menjamin efektivitas klinis. Faktor berikut dapat menjadi penyebab
kegagalan terapi: 5
a. Dosis kurang Dosis suatu antibiotika seringkali bergantung dari tempat infeksi,
walaupun kuman penyebanya sama. Sebagai contoh dosis penisilin G yang
diperlukan untuk mengobati meningitis oleh Pneumococcus jauh lebih tinggi
daripada dosis yang diperlukan untuk pengobatan infeksi saluran napas bawah
yang disebabkan oleh kuman yang sama.
b. Masa terapi yang kurang Konsep lama yang menyatakan bahwa untuk setiap
jenis infeksi perlu diberikan antimikroba tertentu selama jangka waktu tertentu
kini telah ditinggalkan. Pada umunya para ahli cenderung melakukan
individualisasi masa terapi, yang sesuai dengan tercapai respon klinik yang

8
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

memuaskan. Namun untuk penyakit tertentu seperti tuberkulosis paru tetap


dipertahankan masa terapi yang cukup walaupun perbaikan klinis cepat terlihat.
c. Kesalahan dalam menetapkan etiologi Demam tidak selalu disebabkan oleh
kuman, virus, jamur, parasit, reaksi obat, dan lain-lain dapat meningkatkan suhu
badan. Pemberian antibiotika yang lazim diberikan dalam keadaan ini tidak
bermanfaat.
d. Pilihan antibotika yang kurang tepat Suatu daftar antibiotika yang dinyatakan
efektif dalam uji sensitivitas tidak dengan sendirinya menyatakan bahwa setiap
antibiotika akan memberikan aktivitas klinik yang sama. Disini dokter harus dapat
mengenali dan memilih antibiotika yang secara klinis merupakan obat terpilih
untuk suatu kuman tertentu. Sebagai contoh obat terpilih untuk infeksi S. faecalis
adalah ampisilin, walaupun secara in vitro kuman tersebut juga dinyatakan sensitif
terhadap sefamandol atau gentamisin.
e. Faktor pasien Keadaan umum yang buruk dan gangguan mekanisme pertahanan
tubuh (selular dan humoral) merupakan faktor penting yang menyebabkan
gagalnya terapi antibotika.

2.8 Komplikasi Pneumonia


Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan
komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien risiko
tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis),
abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas. Bakteremia dapat terjadi pada
pasien jika bakteri yang menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah dan
menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan kegagalan
organ. Pada 10% pneumonia pneumokokkus dengan bakteremia dijumpai terdapat
komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis,
peritonitis, dan empiema. Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi cairan
pada rongga pleura atau biasa disebut dengan efusi pleura. Efusi pleura pada
pneumonia umumnya bersifat eksudatif. Pada klinis sekitar 5% kasus efusi pleura
yang disebabkan oleh P. pneumoniae dengan jumlah cairan yang sedikit dan
sifatnya sesaat (efusi parapneumonik). Efusi pleura eksudatif yang mengandung

9
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan nanah disebut empiema.


Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu di drainage menggunakan chest
tube atau dengan pembedahan.2

BAB III

10
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn.SB
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Alamat : Kandangan
Tanggal Pemeriksaan : 8 Januari 2020

3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Demam

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan demam menggigil sejak 3 hari SMRS.
Demam semakin memberat 2 hari ini. Mual (-), muntah (-), pasien juga
mengalami nafsu makan menurun. Sesak (+), batuk (-), nyeri daerah perut (+),
kepala terasa tidak nyaman di daerah tengkuk. Bak dan Bab normal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi, DM, asma, dan sakit jantung disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi, DM, asma, dan sakit jantung dalam keluarga disangkal.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Present
Kesadaran : Kompos Mentis
Tensi : 125/88 mmHg
Nadi : 105 x/menit

11
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

Pernapasan : 38 x/menit
Suhu : 38 0C
SpO2 : 89%

Status General
Kepala : Normosefali , Pupil Isokhor (+/+) 3mm=3mm
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-,
edema palpebra (-/-)
Telinga : Sekret (-), deformitas (-)
Hidung : Sekret (-), deformitas (-)
Tenggorokan : Tidak hiperemis, tonsil T1-T1
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)

Paru :
Inspeksi : Dinding dada simetris, pergerakan simetris, retraksi
dinding dada (-)
Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan-kiri
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikular +/+ wheezing -/- rhonki +/+
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV MCL S
Perkusi : Batas kanan PSL D, Batas kiri 1 jari MCL S, Batas atas
ICS II, Batas bawah ICS V
Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, mengikuti gerak nafas
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba pembesaran organ
dan massa.
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

12
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-, CRT < 2 detik

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium
Tanggal 2 Januari 2020
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan
Rujukan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 14.8 14.0 – 22.00 g/dL

Leukosit 14,2 4 – 10.5 rb/μL

Eritrosit 5.47 3.40 – 5.50 Juta/μL

Hematokrit 44,4 35 – 50 Vol%

Trombosit 216 150 – 450 ribu/μL

RDW% 13,0 12.1 – 14 %

MCV.MCH.MCHC

MCV 81.1 75.0 – 96.0 Fl

MCH 27.5 28.0 – 32.0 Pg

MCHC 33.3 33.0 – 37.0 %

HITUNG JENIS

Granulosit % 81,8 35.0-80.0 %

Limfosit % 14,3 25.0-40.0 %

Granulosit # 6,8 1,2-8.0 Ribu/ul

Limfosit # 1.1 1.25-4.0 Ribu/ul

Fungsi Hati

SGOT 43 10-40 gr/dl

SGPT 27 10-55

13
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan
Rujukan

Pemeriksaan Fungsi
Ginjal

Ureum 16 10-45

Creatinin 1,06 0,7-1,3

3.5 Diagnosis
Pneumonia

3.6 Rencana Tatalaksana


IVFD NS 20 tpm
Ceftriaxone 2x 1gr
Levofloxaxin 1x 750 mg
Omz 1x40 mg
Pct 3x1 gr
Nebu meptin

3.7 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam

3.8 Follow Up
Tanggal 4 Januari 2020
S : Batuk (+), muntah (+), nafsu makan menurun, sesak (+)
O : TD :120/70mmHg, N : 81, R : 20, T : 36,9

14
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

Kepala : Edema Palpebra (-/-),


Thorax : rh (-/-), wh (-/-), S1>S2 tunggal, murmur(-)
Abdomen : BU (-), Asites (-)
Eks : Edema tungkai (-/-)
A : Pneumonia
P : O2 10 Lpm
IVFD NS 20 tpm
Ceftriaxone 2x 1gr
Levofloxaxin 1x 750 mg
Omz 1x40 mg
Pct 3x1 gr
Nebu meptin
Sucralfat 3x10cc

Tanggal 5 Januari 2020


S : Batuk (<), muntah (+), demam (-), sesak (<)
O : TD :117/77mmHg, N : 98, R : 22, T : 36
Kepala : Edema Palpebra (-/-),
Thorax : rh (-/-), wh (-/-), S1>S2 tunggal, murmur(-)
Abdomen : BU (-), Asites (-)
Eks : Edema tungkai (-/-)
A : Pneumonia
P : IVFD NS 20 tpm
Ceftriaxone 2x 1gr
Levofloxaxin 1x 750 mg
Omz 1x40 mg
Pct 3x1 gr
Nebu meptin +NS 2cc 3x1
Sucralfat 3x10cc

15
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

Tanggal 6 Januari 2020


S : Batuk (<), muntah (-), demam (-), sesak (-)
O : TD :115/83 mmHg, N : 80, R : 21, T : 37
Kepala : Edema Palpebra (-/-),
Thorax : rh (-/-), wh (-/-), S1>S2 tunggal, murmur(-)
Abdomen : BU (-), Asites (-)
Eks : Edema tungkai (-/-)
A : Pneumonia
P : IVFD NS 20 tpm
Ceftriaxone 2x 1gr
Levofloxaxin 1x 750 mg
Omz 1x40 mg
Pct 3x1 gr
Nebu meptin +NS 2cc 3x1
Sucralfat 3x10cc

Tanggal 7 Januari 2020


S : Batuk (-), muntah (-), demam (-), sesak (-), bab cair
O : TD :110/83 mmHg, N : 82, R : 21, T : 36,2
Kepala : Edema Palpebra (-/-),
Thorax : rh (-/-), wh (-/-), S1>S2 tunggal, murmur(-)
Abdomen : BU (-), Asites (-)
Eks : Edema tungkai (-/-)
A : Pneumonia
P : cefixim 3x 100
Diatab 3x1
Levofloxaxin 3x ½
Omeprazole 1x1
Paracetamol 3x1
BLPL

16
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

BAB IV
PEMBAHASAN

17
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

Pasien seorang anak laki-laki usia 42 tahun datang dengan keluhan demam
dan menggigil sejak 3 hari SMRS. Demam semakin memberat 2 hari ini. Mual (-),
muntah (-), pasien juga mengalami nafsu makan menurun. Sesak (+), batuk (-),
nyeri daerah perut (+), kepala terasa tidak nyaman di daerah tengkuk. Bak dan
Bab normal.

Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya sempat


mengalami demam, batuk, sesak namun saat datang ke IGD sesak semakin
memberat. Gejala tersebut merupakan gejala khas dari pada Pneumonia.
Kemudian juga disertai tanda-tanda utama Pneumonia yaitu leukositosis yaitu
leukosit 14,2
Hal tersebut sesuai dengan diagnosis dari Pneumonia yaitu leukosit 14,2
kemudian temperature 38, dan disertai dengan sesak nafas yaitu dengan SpO2
89%.
Pada pasien direncanakan nebu meptin untuk mengatasi sesak nafas.
Diberikan antibiotik ceftriaxone dan levofloxaxin dengan tujuan mencegah
kemungkianan komplikasi infeksi, karena kasus pneumonia rentan terhadap
infeksi. Pemberian Paracetamol dengan dosis 3x1 gr perhari yang diberikan
kepada pasien untuk mengatasi demam. Diberikan oksigen untuk mengurangi
sesak nafas.

BAB V
PENUTUP

18
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

Telah dilaporkan kasus seorang anak laki-laki usia 42 tahun dengan


diagnosis Pneumonia, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dirawat selama 4 hari di ruangan paru,
selama perawatan tidak ada penyulit yang di alami, pasien akhirnya diperbolehkan
pulang pada 7 Januari 2020, dengan perbaikkan klinis dan hasil laboratorium, dan
kontrol tanggal 14 januari 2020 ke Poli paru.

DAFTAR PUSTAKA

19
Borang PortofolioBora Internship 2019
2020

1. Erlina dkk. 2020. Pneumonia Covid 19 Diagnosis dan Penatalaksanaan di


Indonesia. PDPI. Hal 1-56
2. Elza FS,dkk. 2016. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Diagnosis
Pneumonia pada Pasien Usia Lanjut. Jurnal Penyakit Dalam. Vol 3. Hal 183-
191
3. Rigustia R,dkk. 2019. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita Di Puskesmas Ikur Koto Kota Padang. Health &
Medical Journal. Hal 22-28
4. Yeni F,dkk. 2017. Studi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pneumonia di
Rumah Sakit Rujukan Daerah Surakarta. Journal of Pharmaceutical Science
and Clinical Research. Hal 44-52
5. Made VB. 2017. Pola Pemberian Antibiotik untuk Pasien Community
Acquired Pneumonia Anak di INSTALASI RAWAT INAP RSUD
BULELENG TAHUN 2013. E-JURNAL MEDIKA.VOL 6. Hal 1-6

20

Anda mungkin juga menyukai