Guru tentu harus mengambil posisi, tapi bukan posisi dibelakang layar. Guru yang bersikap
seperti itu berdiri dibelakang layar adalah tidak “fair”. Tidak terbuka. Ia mengambil strategi
menghindar dari persoalan jika masalah nilai muncul ke permukaan, (Banks:409) menyebutkan
dengan Evasion Strategy.
Disamping sikap menghindar tersebut tadi ada juga sikap guru yang cenderung senang
melakukan indotrinasi nilai kepada siswanya. Guru seperti ini, mengajarkan nilai kepada
siswanya dengan anggapan bahwa yang dianggap benar adalah apa yang disepakati orang
dewasa.
Kedua sikap diatas kiranya perlu mendapat perbaikan siswa memiliki kepedulian dengan
pengembangan nilai. Untuk itu tidak boleh menghindar atau bertindak otoriter.
Menurut Notonagoro (Darmodiharjo, 1979 : 55:56) nilai terbagi atas 3 bagian sebagai
berikut:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia
Nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas 4 macam sebagai berikut
a) Nilai kebenaran/kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia (rasio, budi, cipta)
b) Nilai keindahan yang bersumber pada unsur-unsur rasa manusia, estetis.
c) Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak/kemauan manusia (karsa,
etik)
d) Nilai religius, yang merupakan nilai Ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai
religius ini bersumber pada keyakinan manusia.
Ada beberapa teori tentang pembentukan sikap yang perlu diketahui guru.
Pertama, dikenal dengan nama Theoretic of learning, teori ini berkenaan dengan
proses conditioning, dimana terdapat pertalian antara Stimulus (S) dengan respon (R). Teori ini
dirintis oleh Thorndike, Skinner dan Crowder. Menurut teori ini proses belajar sangat penting
artinya dalam pembentukan sikap. Dikatakannya, sikap positif terhadap objek akan tumbuh jika
dalam interaksi belajar itu diikuti oleh suatu “event” yang menyenangkan (reward). Sebaliknya
jika event itu tidak menyenangkan diperkirakan akan timbul sikap negatif terhadap objek yang
dihadapinya. Response yang penting dalam menghadapi objek ialah responses evaluative. Secara
sederhana proses terbentuknya sikap adalah sebagai berikut:
a. Mula-mula diperoleh belief (kepercayaan) tentang objek, artinya diperoleh hubungan antara
objek dengan atribut-atributnya lainnya.
b. Berkenaan dengan atribut tumbuhlah response evaluatif mengenai objek
c. Melalui conditioning, response evaluative ini dikaitkan dengan objek
d. Response evaluative ini berakumulasi maka jika kemudian objek itu muncul lagi tumbuhlah
sikap terhadap objek secara menyeluruh. Untuk itu memperkokoh sikap yang positif besar sekali
peranan reinforcement.
Kelas 5
Topik 1. Keragaman penampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu indonesia
Nilai yang dapat kita petik dari bahan pengajaran ini, antara lain berikut ini:
1. Nilai Material
2. Nilai Vital
3. Nilai Kerohanian
Topik 2. Perjuangan Para Tooh Pejuang Pada Masa Penjajahan Belanda Dan Jepang
Dengan mengambil contoh kepada topik sebelumnya, kita tidak dapat mengungkapkan nilai yang
terkandung dalam bahan pengajaran topic 2 ini, antara lain berikut ini:
1. Nilai material
2. Nilai vital
3. Nilai kerohanian
Kelas 6
Topik 1. Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia/Pemerintahan
Nilai yang dapat kita-kita ungkapkan dalam proses belajar mengajar antara lain berikut ini:
1. Nilai Material
2. Nilai Vital
3. Nilai Kerohanian
Topik 2. Penampakan Alam Dan Keadaan Sosial Negara-Negara Tetangga
Nilai-nilai yang dapat kita kemukakan, antara lain berikut ini:
1. Nilai Material
2. Nilai Vial
3. Nilai Kerohanian
Sikap yang dapat kita kembangkan, misalnya berikut ini:
a. Sikap keagamaan sesuai dengan nilai diatas
b. Tanggap terhadap berbagai perkembangan yang terjadi disekitarnya
c. Rasional dalam menerima informasi dari berbagai pihak
d. Sikap “ingin mengetahui” persoalan – persoalan yang terjadi disekitarnya, hal ini penting untuk
membiasakans emangat belajar mandiri
e. Dan seterusnya
Itulah sekedar contoh bagaimana kaitannya nilai dan sikap dalam kurikulum IPS SD 2006.
Tentu saja proses pendidikan nilai, terintegrasi di dalam penyajian materi secara kognitif.
Selanjutnya marilah kita beranjak kepada materi berikut.
Seperti telah kita bahas dalam modul terdahulu bahwa keterampilan itu terdiri atas 3 bagian
berikut ini
a. Keterampilan intelektual/kemampuan analisis, keterampilan berpikir
b. Keterampilan personal
c. Keterampilan sosial
1. Kebutuhan akan pengembangan keterampilan berkelompok
Masyarakat manusia pada dasarnya adalah masyarakat demokratis. Mereka harus dapat
berperan dengan sebaik-baiknya dalam masyarakat, tahu bagaimana acara menggunakan
pengaruhnya dalam masyarakat.
Warga negara yang efektif adalah warga negara yang dapat menggunakan pengaruhnya
dalam masalah umum, dengan meyakinkan kelompok tentang pentingnyamencapai tujuan.
2. Peningkatan keterampilan kelompok (sosial)
Siswa memerlukan pengembangan keterampilan kelompokuntuk menjadi warga negara yang
efektif di masyarakat, belajar bagaimana menjadi pemimpin yang sukses, pengikut yang efektif,
bagaimana melakukan kontribusi secara produktif dalam kelompok, mampu menjadi pendengar
yang baik, menyatakan pikirannya sehingga dipahami masyarkat.
Kelompok efektif mampu melihat suatu perkara dari kerangka dan acuan yang berbeda.
Mampu berkomunikasi dan berkompromi.ada diantara siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
ada yang rendah atau sedang.