PENDAHULUAN
Profil Kesehatan Puskesmas terdiri dari beberapa bagian, yakni sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika
dari penyajiannya.
Bab 6 : Penutup
2.1.KEADAAN GEOGRAFIS
Luas Kecamatan Mangaran adalah 35,70 Km2 atau 3 570 Ha. Kecamatan
Mangaran terbagi menjadi 6 desa, yakni Desa Trebungan, Mangaran, Tanjung Kamal,
Tanjung Glugur,Tanjung Pecinan dan Semiring. Luas wilayah menurut desa, terluas
2.2.WILAYAH ADMINISTRASI
2.3.KEPENDUDUKAN
Data kependudukan merupakan salah satu data pokok yang sangat diperlukan
dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan karena penduduk selain merupakan
obyek juga merupakan subyek pembangunan.
Jumlah penduduk Kecamatan Mangaran pada tahun 2018 mencapai 33.221 jiwa
yang terdiri dari 16.057 penduduk laki–laki dan 17.164 penduduk perempuan dengan
sex ratio sebesar 93,55. Dengan luas wilayah 35,70 Km² Angka Kepadatan penduduk
Kecamatan Mangaran pada tahun 2018 adalah 931 jiwa/km². Sedangkan jumlah rumah
tangga di Kecamatan Mangaran adalah 11.977 Ruta, sehingga rata-rata penduduk per
rumah tangga adalah 2,82.
Dari jumlah penduduk yang tersebar di 6 desa di Kecamatan Mangaran, jumlah
penduduk terbanyak adalah Desa Trebungan (7.143 jiwa), sedangkan desa dengan
jumlah penduduk terkecil adalah Desa Semiring (3.846 jiwa).
Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur Kecamatam Mangaran Tahun
2018 dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.
Data kependudukan yang lebih detail dapat dilihat di Lampiran Data Profil
Kesehatan Tabel 2.
2.4.PEREKONOMIAN
5000 4470
4000
2.5.PENDIDIKAN
KEPALA PUSKESMAS
drg. Hj. DINA FITRYA,M.Kes
Pelaksana :
Pelaksana Program Esensial Penanggung Jawab Program Pengembangan 1. Pemeriksaan Umum : Hermanto,S.Kep
2. Kesehatan Gigi dan Mulut : drg. Suci Eka Sulistyowati
1. Promkes : Sofi Danawiyah,S.KM 1. Kesehatan Jiwa : Nur Hasanah,AMK 3. Kesehatan Ibu Anak dan KB : Sismiati,A.Md.Keb
2. Upaya Kesehatan Sekolah : Yuli Indriani,S.ST 2. Kesehatan Gigi Masyarakat : drg. Suci Eka Sulistyowati yang bersifat UKP
3. Kesehatan Lingkungan : Widya Andari,A.Md.Kl 3. Kesehatan Tradisional Komplementer : Indartok,S.Kep 4. Gawat Darurat : Nur Hasanah,AMK
4. Kesehatan Ibu Anak dan KB : Sismiati,A.Md.Keb 4. Kesehatan Olahraga : David Henri,A.Md.Kep 5. Gizi bersifat UKP : Yuni Wahyu Triana,S.Gz
yang bersifat UKM 5. Kesehatan Indera : Hermanto,S.Kep 6. Persalinan : Yuli Indriani,S.ST
5. Gizi : Yuni Wahyu Triana,S.Gz 6. Kesehatan Lansia : Siti Syamsiyah,A.Md.Keb 7. Rawat Inap : Nur Hasanah,AMK
6. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit : Siti Syamsiyah,A.Md.Keb 7. Kesehatan Kerja : Ainol Fawair,A.Md.Kep 8. Kefarmasian : Dian Widiyastuti,A.Md
7. Keperawatan Kesehatan Masyarakat : Novi Dianasari,A.Md.Kep 9. Laborat : Yoga Firmansyah,A.Md.AK
Pustu Trebungan Pustu Semiring Pustu Tanjung Kamal Tanjung Kamal Mangaran Tanjung Pecinan Tanjung Glugur Semiring Trebungan
Ira Irma Wanti,A.Md.Keb Fitryah,A.Md.Keb Jihan Fajriah,A.Md.Keb Erva Rosita,A.Md.Kep Muh. Idris,A.Md.Kep Ainol Fawair.A.Md.Kep David Henri,A.Md.Kep Deni Eko P,A.Md.Kep Novi Dianasari,A.Md.Kep
a. VISI
Untuk mencapai target dari rencana yang sudah ditetapkan tahun sebelumnya
maka Visi dari Puskesmas Mangaran adalah sbb:
b. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut ada empat (4) misi di puskesmas Mangaran
yaitu :
c. TUJUAN
Ke empat (4 ) misi tersebut bertujuan
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dampak Kegiatan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), di samping Angka Kematian Bayi (AKB). AKI dan
AKB merupakan indikator keberhasilan pembangunan daerah dan juga digunakan
sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM).
Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian seorang ibu yang disebabkan
oleh kehamilan, melahirkan atau nifas, bukan karena kecelakaan. Angka Kematian Ibu
(AKI) dihitung per 100.000 kelahiran hidup (kh). Jumlah kematian ibu pada Tahun
2018 adalah 1 kasus dengan masa kematian pada masa hamil.
2 2
1.5
1 1
0.5
0 0
2016 2017 2018
Angka kematian ibu ini dapat ditekan dengan pengawalan pada semua ibu
hamil yang Resiko Tinggi yang di kendalikan melalui aplikasi “SI RISTI MESSEM”
maupun komplikasi yang dirujuk ke Rumah Sakit melalui “GERDU PENAKIB”.
Aplikasi SI RISTI MESSEM dan GERDU PENAKIB melibatkan tenaga kesehatan dan
adanya dukungan lintas sektor yang sangat bagus seperti kader, PKK, Aparat Desa,
Camat dsb. Sehingga kematian ibu bukan hanya menjadi tanggungjawab mutlak dari
Dinas kesehatan tetapi juga tanggung jawab semua pihak
Dalam Penurunan Angka Kematian Ibu sangat ditentukan oleh kualitas
pelayanan Ibu Hamil (Bumil K4), Penanganan komplikasi kebidanan, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten, dan Kualitas pelayanan Ibu Nifas.
Upaya percepatan penurunan AKI di Kabupaten Situbondo yang terus dilakukan hingga
saat ini adalah sbb:
1. Peningkatan pelaksanaan ANC berkualitas
2. Optimalisasi aplikasi SI RISTI MESSEM dan tindaklanjutnya
9 9
8
6 6
5
4
4
0
2016 2017 2018
2. Perilaku dan budaya dari masyarakat setempat yang tidak mendukung upaya
penurunan AKB, misal pengambilan keputusan yg terlambat
3. Masih adanya kepercayaan masyarakat terhadap orang yang dituakan
4. Kasus BBLR yang masih tinggi yang sebagian besar adalah karena kehamilan
kembar/gemelli,
5. Pengetahuan masyarakat tentang tanda bahaya bayi baru lahir.
Angka kematian bayi yang terjadi dapat ditekan serendah mungkin dengan
melakukan berbagai upaya, diantaranya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
masyarakat tentang gizi ibu hamil dan perawatan kehamilan, serta meningkatkan
cakupan kunjungan bayi melalui kegiatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
dan DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang), sehingga tercapai jaminan kualitas
pelayanan kesehatan yang optimal.
a. Tuberculosis (TB)
Penemuan Kasus TB Paru all case atau semua kasus di Puskesmas Mangaran pada
tahun 2018 sebanyak 151 kasus dari target 250 kasus atau mencapai 60.4%. Hal ini
berarti bahwa penemuan kasus all case TB di Puskesmas Mangaran belum mencapai
target yang ditentukan . Capaian penemuan Kasus Baru (all case) TB Paru Di
Puskesmas Mangaran Tahun 2018 disajikan pada Gambar 3.7 berikut.
300
250
200
150
100
50
0
TARGET CAPAIAN
120
100
80
60
40
20
0
target capaian %
6. Kusta
Sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Kabupaten Situbondo. Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun
2016 menunjukkan bahwa Kabupaten Situbondo merupakan salah satu daerah endemis
kusta peringkat ke-5 dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur dengan prevalensi sebesar
2,51 per 10.000 penduduk setelah Kabupaten Probolinggo (2,56 per 10.000 penduduk),
Pamekasan (2,67 per 10.000 penduduk), Bangkalan (3,19 per 10.000 penduduk),
Kabupaten, Sampang (3,69 per 10.000 penduduk), dan Sumenep (4,38 per 10.000
penduduk).
target
capaian
7. HIV/AIDS
8. Diare
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah penyebab nomor
satu kematian balita di seluruh dunia. Sedangkan di Indonesia, diare adalah pembunuh
balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF
(Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap
30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena Diare. Di Indonesia, setiap tahun
100.000 balita meninggal karena diare.
Berdasarkan hasil survei Sub Direktorat Diare dan Infeksi Saluran
Pencernaan (ISP) Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Angka Kesakitan Diare pada Balita
tahun 2015 adalah 843 per 1.000 Balita.
Jumlah penderita diare pada Balita yang di tangani di sarana kesehatan
Kabupaten Situbondo tahun 2017 sebesar 5.867 kasus dari 7.568 perkiraan kasus diare
atau sebesar 77,53% (Lampiran Profil Tabel 13). Target Pelayanan Diare adalah 100%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pelayanan Diare Balita belum mencapai target.
Walaupun angka kabupaten belum mencapai target, namun sudah ada beberapa
kecamatan yang memenuhi target 100% penanganan Diare Balita, yakni Kecamatan
Cakupan pelayan diare pada balita dapat dilihat pada gambr 3.15 sebagai berikut:
Gambar 3.15. Cakupan Pelayanan Diare Balita Tahun 2018
100
127
100
103 131
TREBUNGAN 0 T.KAMAL
126 123
132
T.PECINAN
Tata laksana penderita Diare yang tepat diharapkan dapat mencegah terjadinya
dehidrasi berat yang bisa berujung pada kematian. Meningkatnya akses masyarakat
terhadap sarana sanitasi dan peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
untuk pencegahan Diare diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan Diare dengan.
Upaya yang dilakukan adalah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga
semua sektor dan masyarakat luas. Salah satu kegiatan berkesinambungan yang
dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan dan informasi atau penyuluhan dari
berbagai sumber media. Keterlibatan kader juga mendukung dalam pelayanan penderita
Diare, terutama untuk meningkatkan penggunaan rehidrasi oral, yakni Oralit maupun
cairan rumah tangga.
100.0
100.0 100.0
100.0 100.0
100.0 100.0
100.0 100.0
100.0 100.0
100.0 100.0
100.0
6
1 0 1 1 1 2
a. Difteri
Difteri merupakan kasus “Re Emerging Disease” di Jawa Timur karena kasus
Difteri sebenarnya sudah menurun pada tahun 1985, namun kembali meningkat pada
tahun 2005 saat terjadi KLB di Bangkalan. Dan sejak itu, penyebaran Difteri semakin
meluas dan mencapai puncaknya pada tahun 2010 sebanyak 300 kasus dengan 21
kematian dan Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang kasus Difteri terbesar di
Indonesia (74%) bahkan di dunia. Gubernur Jawa Timur menyatakan Propinsi Jatim
saat ini berstatus KLB Difteri karena penyakit yang disebabkan bakteri itu menyebar di
14 kabupaten dan kota. Untuk penanganan kasus dan memutus rantai difteri, Pemprov
Jatim mengalokasikan anggaran Outbreak Response Immunization (ORI) dengan skema
pembiayaan sharing antara provinsi dan daerah masing-masing 50 persen. ORI Difteri
merupakan kegiatan vaksin imunisasi pada anak berusia 1-19 tahun di seluruh Jatim
sebanyak 10.717.765 orang. Imunisasi diberikan sebanyak tiga kali dengan interval 5
bulan.
Upaya yang dilakukan untuk menekan kasus Difteri adalah dengan melakukan
imunisasi dasar pada bayi dengan vaksin Difteri-Pertusis-Tetanus dan Hepatitis B HIB
(Pentavalen). Vaksin tersebut diberikan 3 (tiga) kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan
a. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu keadaaan dimana tekanan darah
sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih
besar atau sama dengan 90 mmHg (Joint National Committee on Prevention Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure VII/JNC-VII, 2003). Setiap
Penduduk berusia >15 tahun wajib dilakukan pengukuran tekanan darah minimal satu
tahun sekali. Pengukuran dapat dilakukan di dalam unit pelayanan kesehatan primer,
pemerintah maupun swasta, di dalam maupun di luar gedung.
Hasil skrining pada usia 15-59 tahun di Kabupaten Situbondo tahun 2017
menunjukkan dari 158.503 penduduk yang diperiksa 37.544 diantaranya menderita
Hipertensi atau sebesar 23,69%. Proporsi kejadian Hipertensi berdasarkan gender pada
laki-laki sebesar 24,25% (dari 66.571 yang diperiksa 16.144 diantaranya menderita
Hipertensi) dan pada perempuan sebesar 23,28%, (dari 91.932 perempuan yang
diperiksa 21.400 diantaranya menderita Hipertensi). Proporsi penyakit Hipertensi per
Kecamatan dapat dilihat pada Lampiran Profil Tabel 25.
b. Diabetes
Hasil skrining pada usia 15-59 tahun di Kabupaten Situbondo tahun 2017
menunjukkan dari 158.503 penduduk yang berkunjung ke fasilitas kesehatan hanya
5.236 diantaranya menderita Diabetes atau sebesar 3,3%. Sedangkan hasil skrining pada
lansia menunjukkan dari 69.850 lansia yang diperiksa 2.328 diantaranya menderita
Diabetes atau sebesar 3,3%. Dengan demikian diketahui bahwa total penderita Diabetes
di Kabupaten situbondo tahun 2017 sebesar 7.564 dari 228.353 sasaran atau 3,31%.
Namun, angka ini sebenarnya kurang menggambarkan kondisi Kabupaten Situbondo
karena masih jauh dari angka perkiraan Diabetes hasil Riskesdas tahun 2007, yakni
sebesar 6,9% atau 37.120 penderita Diabetes. Rendahnya penemuan kasus Diabetes di
Kabupaten Situbondo dikarenakan data yang tercatat saat ini hanya bersumber dari
Puskesmas dan jaringannya, sedangkan data dari rumah sakit, klinik swasta,
Laboratorium swasta dan praktek dokter swasta belum terjaring.
10 PENYAKIT TERBANYAK
843
800
644
600 512 498 466
400 355
282
180 166 160
200
0
Balita dikatakan mengalami gizi buruk jika status gizinya berdasarkan indeks
berat badan (BB) menurut panjang badan (BB/PB) atau berat badan (BB) menurut
tinggi badan (BB/TB) dengan Z-score <-3 SD (sangat kurus) dan/atau terdapat tanda-
tanda klinis gizi buruk lainnya (marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwasiorkor).
Data Balita Gizi buruk dapat diperoleh dari laporan masyarakat, kader posyandu,
maupun kasus-kasus yang langsung dibawa ke tempat-tempat pelayanan kesehatan yang
ada, seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Balita gizi buruk (sangat kurus) dikatakan
mendapat pelayanan sesuai standar jika mendapat pelayanan rawat inap maupun rawat
jalan (sesuai tata laksana gizi buruk) di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat.
Pada tahun 2018 jumlah kasus gizi yang ditemukan di Kecamatan Mangaran
tercatat sebanyak 5 kasus yang terbanyak di Desa Tanjung Kamal. Dari enam desa yang
ada hanya terdapat dua desa dimana tidak ditemukan kasus gizi buruk yaitu desa
Mangaran dan Trebungan. Gambar berikut menggambarkan capaian Balita Gizi Buruk
Mendapat Perawatan Sesuai Standar Tatalaksana Gizi Buruk
5
5
4
2
2
1
1 1 1
0 0
0
PUSKESMAS MANGARAN T.KAMAL T.GLUGUR T.PECINAN SEMIRING TREBUNGAN
K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu
hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi
sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ke
tiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu
hamil dan merupakan salah satu jenis pelayanan dasar Standar Pelayanan Minimal
(SPM) bidang kesehatan berdasrakan Permenkes No 43 Tahun 2016 yang wajib
dipenuhi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dengan demikian, tareget
pencapaian pelayanan ibu hamil K4 adalah sebesar 100%. Cakupan K4 di UPTD
Puskesmas Mangaran dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.
TREBUNGAN MANGARAN
93.0
100 121.2
101.1
87.7 0 76.0
TARG
ET
T.PECINAN T.GLUGUR
Gambar 4.2. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter dan atau dokter
spesialis kebidanan) di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta merupakan salah
satu jenis pelayanan dasar Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan
berdasarkan Permenkes No 43 Tahun 2016 yang wajib dipenuhi oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota kepada setiap warganya tanpa terkecuali. Dengan demikian,
target pencapaian pelayanan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan adalah sebesar 100%.
TREBUNGAN MANGARAN
100.0
108.2 100 115.6
85.2 0 88.0
TARGE
T
T.PECINAN T.GLUGUR
Sumber : Laporan bulanan PWS dan LB3 KIA
TREBUNGAN MANGARAN
100.0
108.2 100 115.6
85.2 0 88.0
TARGE
T
T.PECINAN T.GLUGUR
Sumber : Laporan bulanan PWS dan LB3 KIA Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo
Setiap bayi baru lahir wajib mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Pemerintah Daerah Kabupaten wajib memberikan pelayanan kesehatan bayi baru lahir
kepada semua bayi di wilayah kerjanya. Hal ini sesuai amanah Permenkes No 43 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menyebutkan bahwa Pelayanan
Kesehatan Bayi Baru Lahir merupakan salah satu jenis pelayanan dasar bidang
kesehatan. Dengan demikian, target Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir adalah
sebesar 100%.
Bayi usia kurang dari satu bulan (0-28 hari) merupakan golongan umur yang
rentan gangguan kesehatan. Upaya untuk mengurangi resiko tersebut adalah melalui
pelayanan kesehatan pada neonatus (bayi baru lahir) minimal tiga kali yaitu satu kali
pada 6-48 jam setelah lahir (disebut KN1), satu kali pada usia 3-7 hari dan satu kali
pada usia 8 – 28 hari atau disebut KN lengkap. Pelayanan yang diberikan meliputi
Inisiasi Menyusui Dini (IMD), pencegahan infeksi berupa perawatan mata (salep mata),
perawatan tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi apabila tidak diberikan pada saat
lahir, pemberian imunisasi Hepatitis B (HB0) dan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi
Muda).
Cakupan kunjungan neonatus dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut.
TREBUNGAN MANGARAN
107.9
114.7 100 121.0
94.1 0 94.3
SEMIRING T.KAMAL
101.2
127.5
TARGE
T
T.PECINAN T.GLUGUR
Sumber: Laporan Bulanan PWS KIA
Pelayanan kesehatan Balita termasuk salah satu jenis pelayanan dasar Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan berdasarkan Permenkes No. 43 tahun 2016.
Dengan demikian, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar kepada semua Balita di wilayah kerjanya. Yang dimaksud
pelayanan kesehatan Balita seuai standar adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada anak usia 0-59 bulan dan dilakukan oleh bidan dan atau perawat dan atau
dokter/DLP dan atau dokter spesialis anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR)
PELAYANAN KESEHATAN
PUSKESMAS ANAK BALITA
200
TREBUNGAN MANGARAN
112.1
100
100
105.0
100 105.8
100
113.9
100 0 100
116.0
SEMIRING T.KAMAL
100 100
110.4
120.4
TARGE
T.PECINAN T.GLUGUR T
50
100 100
SEMIRING 0 TJ. KAMAL 1
100 100
TREBUNGAN MANGARAN
103.2
100 125.0
101.3
95.1 0 111.1
SEMIRING 84.7 T.KAMAL
109.9
TARGET
CAPAIAN
T.PECINAN T.GLUGUR
Sumber : Laporan Bulanan Imunisasi Puskesmas
Cakupan UCI desa di Puskesmas Mangaran pada tahun 2018 tercapai 66,7%
dari target 100%. Capaian ini belum memenuhi target, namun ada 4 desa yang sudah
memenuhi target antara lain Desa Mangaran (100%), T.glugur (100%), T.kamal
(100%), Trebungan (100%). Tetapi masih 2 desa yang belum mencapai UCI yaitu
desa Semiring (95%) dan Pecinan (85%) . Hal ini disebabkan oleh adanya adanya ibu
yang menolak (78%) d.an bayi yang resiko (10%) , lain-lain (12%).
Strategi yang dilakukan Kabupaten situbondo untuk meningkatkan cakupan
UCI adalah dengan Pelaksanaan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional (GAIN) UCI
yang meliputi :
a. Penguatan PWS dengan memetakan wilayah berdasarkan cakupan dan analisa
masalah
b. Menyiapkan Sumber daya yang dibutuhkan termasuk tenaga,logistik,baiya dan
sarana prasarana.
Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Tahun 2018 disajikan pada Gambar 4.21
berikut.
Gambar 4.21 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Tahun 2018
0
78.9 81.0
SEMIRING T.KAMAL
82.6
94.0
TARGE
T
T.PECINAN T.GLUGUR
TARGET
CAPAIAN
1 Albendazol Tablet
2 Amoxicillin 500 mg Tablet
3 Amoxicillin Sirup
4 Deksametason Tablet
5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi
6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi
7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi
8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet
9 Garam Oralit Serbuk
10 Glibenklamid / Metformin Tablet
11 Kaptopril Tablet
12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi
13 Magnesium Maleat 0,200 mg - 1 ml Injeksi
14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet
15 Oksitosin Injeksi
16 Paracetamol 500 mg Tablet
17 Tablet Tambah Darah Tablet
18 Vaksin BCG Injeksi
19 Vaksin TT Injeksi
20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa Kejadian Lauar Biasa (KLB) di
Kabupaten Situbondo selama lima tahun terakhir mengalami trend penurunan,
khususnya kasus Difteri, namun sebaliknya kasus KLB Campak semakin meningkat.
TREBUNGAN MANGARAN
200%
128.7%97.6%
100.7%
72.8%
36.8%
206.3% 0%
71.1%
SEMIRING T.KAMAL
T.PECINAN T.GLUGUR
TREBUNGAN MANGARAN
103.3%
111.9%
100%
97.1%
112.1%
T.PECINAN T.GLUGUR
Sumber : Laporan LB3 Gizi
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air
putih,sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan
makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun. Pemberian ASI
Eklusif memberikan banyak manfaat bagi bayi dan ibu diantaranya dalam hal
pertumbuhan dan perkembangan bayi, dan kesehatan ibu
TREBUNGAN MANGARAN
200%
212.8%
87.0%
0.0%
60.8%
212.8% 0%
106.4%
SEMIRING T.KAMAL
212.8%
T.PECINAN T.GLUGUR
Sumber : Laporan LB3 Gizi
Cakupan bayi usia 6 (enam) bulan mendapat ASI Eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Mangaran tahun 2018 tercapai 87% dari target 100%. Capaian ini belum
mencapai target yang ditetapkan yaitu 47% dari jumlah bayi usia 6 bulan pada saat
pendataan di bulan Februari dan Agustus. Hal ini disebabkan kurangnya dukungan
keluarga dan masyarakat dalam pemberian ASI. Terdapat tiga desa dengan capaian
tertinggi 212,8% yaitu desa Tanjung Glugur, Semiring dan Trebungan. Capaian
terendah 0% yakni desa Mangaran.
Status gizi adalah aspek penting untuk menentukan apakah seorang ibu yang
sedang hamil dapat melewati masa kehamilannya dengan baik dan tanpa ada gangguan
apapun. Status gizi ibu hamil haruslah normal, karena ketika ibu hamil tersebut
mengalami gizi kurang atau gizi berlebih akan banyak komplikasi yang mungkin terjadi
selama kehamilan dan berdampak pada kesehatan janin yang dikandungnya.
Salah satu permasalahan gizi ibu hamil adalah kekurangan energi kronik
(KEK). KEK adalah masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan makanan
dalam waktu yang cukup lama, hitungan tahun. Kondisi kurang energi kronik (KEK)
biasanya terjadi pada wanita usia subur yaitu wanita yang berusia 15-45 tahun.
81.0%
100%
87.7% 72.5%
108.8% 0% 95.9%
52.3%
SEMIRING 77.4% T.KAMAL
T.PECINAN T.GLUGUR
Cakupan ibu hamil kurang energi kronis (KEK) dengan LILA kurang dari 23,5
cm yang ditemukan dan ditangani di wilayah kerja Puskesmas Mangaran pada tahun
2018 tercapai 81,1% dari target 100%. Capaian ini telah mencapai target yang
ditetapkan, yakni <19,7% dari sasaran ibu hamil yang diukur LILA. Jika dilihat perdesa,
hanya ada satu desa yang mencapai target sekaligus dengan capaian tertinggi 108,8%
yaitu desa Semiring. Sedangkan capaian terendah 52,3% yakni desa Tanjung Pecinan.
Menurut teori Blum, salah satu faktor yang berperan penting dalam
menentukan derajat kesehatan adalah perilaku, karena ketiga faktor lain seperti
lingkungan, kualitas pelayanan kesehatan maupun genetika kesemuanya masih dapat
Persentase rumah tangga yang ber-PHBS didapatkan dari jumlah rumah tangga
yang melaksanakan 10 indikator PHBS dibagi dengan rumah tangga yang dipantau.
Sepuluh indikator tersebut adalah :
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
2. Bayi diberi ASI eksklusif
3. Balita ditimbang setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah.
40
30
20
10
0
Capaian indikator tatanan sehat untuk tahun 2018 di Puskesmas Mangaran adalah 91%
dari target 100% dengan rincian sebagai berikut :
1. Rumah tangga sehat yang memenuhi 10 indikator tercapai 718 KK dari target
1.634 KK
2. Institusi pendidikan dengan klasifikasi IV tercapai 15 sekolah dari target 15
sekolah.
3. Institusi kesehatan dengan klasifikasi 4 tercapai 7 faskes dari target 7 faskes.
4. TTU dengan klasifikasi 4 tercapai 5 TTU dari target 5 TTU.
5. TTK dengan klasifikasi 4 tercapai 3 TTK dari target 3 TTK.
6. Ponpes dengan klasifikasi 4 tercapai 1 ponpes dari target 1 ponpes.
DASAR
a. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan
yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah sesuai dan lantai rumah
tidak dari tanah.
Gambar 4.47 berikut ini menggambarkan kondisi rumah sehat tahun 2018
Target Realisasi
Pembinaan Sanitasi Perumahan dan Sanitasi Dasar tercapai 100% ( 9.850 Rumah dari
target 3.460 Rumah ). Rumah yang Memenuhi Syarat Kesehatan tercapai 42,82%
( 1.827 Rumah dari target 4.267 Rumah )
Hambatan dan kendala yang dihadapi di lapangan terkait rendahnya cakupan
rumah sehat adalah sbb:
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan
pemukiman.
b. Masih rendahnya kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat
c. Masih tingginya angka kemiskinan di Kabupaten situbondo, yakni 13,15% pada
tahun 2014 (BPS Kab. Situbondo)
Oleh karena itu, langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kendala tersebut adalah sbb:
a. Penyuluhan / sosialisasi pada masyarakat untuk memperhatikan masalah kesehatan
lingkungan dengan mengupayakan keberadaan sarana sanitasi dasar di rumah
mereka.
Air bersih dan air layak minum atau air minum sehat adalah dua hal yang tidak
sama tetapi sering dipertukarkan. Tidak semua air bersih layak minum, tetapi air layak
minum biasanya berasal dari air bersih. Air bersih perlu diolah dahulu agar layak
minum dan menjadi air minum sehat. Air yang terkontaminasi dapat membawa penyakit
bahkan kematian. Salah satunya adalah penyakit Diare yang sepintas terlihat sederhana
dan tidak berbahaya. Diare adalah pembunuh balita nomor dua di Indonesia setelah
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) karena menyebabkan 100.000 balita meninggal
setiap tahun. Untuk menghindarkan diri dari penyakit seperti Diare, selain jamban sehat,
maka air bersih harus diolah terlebih dahulu agar layak dan sehat untuk diminum.
Berikut ini disajikan cakupan pengawasan sarana air bersih tahun 2018.
Hambatan dan kendala yang dihadapi di lapangan terkait akses air minum
sehat adalah :
a. Kepedulian masyarakat terkait pemeliharaan SAB yang masih rendah
b. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya penyehatan air dan
penyehatan lingkungan pemukiman.
c. Rendahnya stimulasi perbaikan SAB di masyarakat
d. Adanya program lintas sektor yang terkait dengan peningkatan akses air bersih
di masyarakat seperti PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum Berbasis
Masyarakat), PAM STBM, PnPM (Pemberdayaan Masyarakat) khusunya di
Pedesaan.
Jamban sehat merupakan salah satu sanitasi dasar yang paling dianggap
penting karena tinja manusia merupakan sumber dari berbagai macam penyakit. Oleh
karena itu, pembuangan tinja harus dilakukan di tempat yang memenuhi persyaratan
kesehatan, artinya jamban yang tidak memungkinkan penularan penyakit dan tidak
mencemari lingkungan di sekitarnya. Yang termasuk jenis jamban yang memenuhi
syarat kesehatan adalah jamban leher angsa, komunal, plengsengan dan jamban
cemplung.
Pembinaan Tempat Pengolahan Makanan ( TPM ) yang tercapai 100 % ( 14 TPM dari
target 13 TPM ). T P M yang Memenuhi Syarat Kesehatan tercapai 100% ( 14 TPM dari
target 7 TPM )
Hambatan dan kendala yang dihadapi terkait rendahnya capaian TPM sehat di
Kabupaten Situbondo adalah sbb:
a. Kurangnya sarana/alat pemeriksaan penyehatan makanan khususnya bagi makanan
siap saji dan makanan jajanan bagi petugas di Puskesmas.
b. Masih ditemukan pengelola TPM yang berada di pinggir jalan maupun pedagang-
pedagang yang berjualan di areal sekolah yang belum memenuhi persyaratan lokasi
maupun cara pengeloaan dan penyajian yang sehat.
Berdasarkan Gambar 4.55 di atas diketahui bahwa Pembinaan Sarana Tempat – tempat
Umum tercapai 100% ( 41 TTU dari target 38 TTU ). T T U yang Memenuhi Syarat
Kesehatan tercapai 100% ( 39 TTU dari target 23 TTU )
BAB 5
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
a. Tenaga Medis
Yang tergolong tenaga medis di sini adalah dokter spesialis, dokter umum,
dokter gigi spesialis dan dokter gigi baik PNS maupun Non PNS (Kontrak). Jumlah
SDM tenaga medis dicatat berdasarkan jumlah tempat prakteknya. Setiap tenaga medis
berhak memiliki maksimal 3 izin praktek, sehingga 1 orang dokter dapat tercatat tiga
kali. Di UPTD Puskesmas Mangaran terdapat 1 orang dokter umum dan 1 orang dokter
gigi.
b. Tenaga Keperawatan
c. Tenaga Kebidanan
d. Tenaga Gizi
Untuk jumlah tenaga kesehatan dan non kesehatan di puskesmas Mangaran dapat dilihat
pada tabel 67 dan 68 pada lampiran profil ini.