Definisi Haid
Haid menurut bahasa berarti sesuatu yang mengalir. Maksudnya
adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita dalam keadaan sehat,
bukan karena melahirkan atau pecahnya selaput darah.
Waktu haid
Mayoritas ulama berpendapat bahwa haid dirnulai setelah seorang
wanita bcrumur sembilan tahun.r Jika seorang wanita melihat darah kcluar
sebclum usia sernbilan tahun, darah tersebut bukanlah darah haid, tapi
darah penyakit. Dan darah haid bisa keluar sepanjang umur dan tidak ada
dasar yang menyatakan bahwa haid bcrakhir pada usia tcrtcntu. Jadi, jika
seorang wanita yang sudah tua dan melihat adanya darah yang kcluar dari
kcmaluannya, maka darah tersebLrt adalah darah haid.
' Maksudnya adalah sembilan tahun n.rengikuti tahun Hijriyyah. Satu tahun Hijriyah biasanya
berjumlah 354 hari.
-t46-
darah yang berwarna seperti itu, maka berhentilah mengerjakan shalat!
]ika berwarna lain, her-rdaknya tetap wudhu dan melaksanakan, karena
ia hanyalah darah penyakitl" HR Abu Daud, Nasai, Ibnu Hibban dan
Daraquthni. Ia berkata, Semua perawi hadits adalah tsiqah. Hadits tersebut
juga diriwayatkan oleh Hakin dan ia berkata, hadits ini berdasarkan syarar
Muslim.
) Kemerahan, karena \{arna asal darah adalah rnerah.
3. Kekuningan. warna darah seperti ini biasanya dapat dilihat kaum wanita
seperti nanah, tapi lebih kental dan agak r.nenguning.
Keruh. Yaitu berwarna antara putih dengan hitam laksana air yang kotor.
Berdasarkan hadits Alqamah bin Abu Alqamah dari ibu.rya, Marjanah,
yang dulunya seorang hamba sahaya Iantas dibebaskan oleh Aisyah ra.,
ia berkata bahwa beberapa wanita mengirirlkan suatu wadah yang di
dalamnya terdapat kapas yang berwarna kekuningan bekas terkena darah
haid. Mereka bertanya tentang kewajiban shalat, lalu Aisyah menjawab,
"fangan tergesa-gesa (rner-rgerjakan shalat) sampai kalian melihat warna
kapas itu putih."' HR Malik dan Muhammad bin al-Hasan. Bukhari
nrenyatakan bahwa hadits ini muallacl.
warna kekuningar-r atau keruh bisa menjadi baha' pertimbangan jika
masih berada pada masa haid. Jika darah keluar di luar masa haid, n-raka
darah yang keluar bukan termasuk darah haid. Hal ini berdasarkan pada
hadits Ummu Athilyah ra. yang berkata, "Kami tidak menganggap darah
yang berwarna kekuningan atau keruh sebagai darah haid setelah bersuci."l
HR Abu l)aud dan Bukhari. Narnun, beliau tidak menyebutkan kalimat
' ... setelah bersuci'
HRAbu Daud kitab, "oth-Thahhrah," bab "Man Qdltt, ldzti Aqbalat al Haitllah Tada' ttsh-
sholkh." Izt]61, jilid: I, hal: r95. Nasai kitab, "ath Tlrtthir,rh,'6ab "o/-Fcr,t bttina aL-Haidl
wu.rtl lstihttdhali,"jilid: I, hal: r z.t. Al.Mustrrdrak oleh al-Hakirrr. kitab "aft'-7fia fiartth)'l-tab
" Ahktttt ttl Istih,tdhah,"jilid: I, hal: r
74 dan beliau berkattr, "Hadits ini shahih rnenurut svtrrat
Muslirrt.' Sunan ttl Kttl,rri oleh Birihaki, jilid: l, hrl: 325. Musykil al Atsnr oleh Thirliawi,
iilid: IIl. hirl: jo6. Syekh Naiirddin irl-AI[irrni nrengkli'ihkasikrinnvrr sebacai hadits sh.rhih
d.rlarn Slralift .Vas,ri. I zoql Al-lru,i'. lzo4l. Slnthiti,tl-linti'. [7651.'
' HR Imanr Malik dalam ol-Muvtallha' dalam bab 'lhuhr ttl,Ha;idh. lssl. Bukhari secara
mublltqkitab,'h.l-Haiili jnid: I, hal: 89. Svckh Nirsiruddin al-Albani mengklasifikasikannya
sebagai shahih dalan.r lrn,i' al Ghalil,iilid: l, hal: zr8.
' HR Bukhari kitrb. ",r/-H{rld1, tub "ash-shtrJrult wn tl-Kudirah.' jilid: I. hal: 89. Abu Daud
kitab, "atlr-Trnfirrrrrlr,'brl, "Ji dl-.Vttrih T,ia ttl-Kadirah w,r ashlshufrah bada Ath_thuhr.',
[.roz], jilid: I, hirl: zr s. Nasai kitab, "d/-Hdldl," bal' ",.rsh Shul'rah ia al Kadirahl, iilid: I.
hal: r78 derrgan redirksi dari Bukhrrri. lbnu Majah kitab, "arir Thaharah,'bab"Mi ta',t ti
al-Hn'idh Tura bndrt Ath.thuhr ttslt ShuJrah u'a nl-Kndirah" lo+ll,jilid: I, hal: zrz denga'n
redaksi dari Bukhari. Lihat lrwk' al Glialil,lilid: I, hal: zts.
Masa Haid'
Tidak ada batas maksimal ataupun minimal berkaitan dengan masa haid,
sebab tidak ada dalil yang dapat dijadikan sebagai sandaran. fika seorang wanita
telah mempunyai kebiasaan haid yang berulang, hal tersebut bisa dijadikan
Iandasan untuk menentukan masa haid. Sebagai dasar atas hal ini adalah
hadits Umrnu Salamah ra. yang menceritakan bahwa ia meminta fatwa kepada
Rasulullah saw. mengenai seorang wanita yang selalu mengeluarkan darah (dari
kemaluannya). Rasulullah saw. kemudian bersabd a, "Hendaknya ia mengamati
jumtah melom dan siang selama menjalani haid serto jumlah hari-harinya pada
setiap bulan. Setelah mengetahui masa haid dan jumlahnya, hendaknya ia
meninggalkan shalat pada waktu-woktu tersebut. Setelah berakhirnya masa haid,
hendaknya ia membalut kemaluannya dengan sehelai kain, lalu mengerjakan
shalat'!"'HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah.
fika wanita tidak mempunyai masa haid yang tetap, hendaknya ia
memperhatikan tanda-tanda darah haid. Hal ini berdasarkan pada hadits
Fathimah binti Abu Hubaisyyang telah disebutkan di atas dan sabda Rasulullah
saw. yang berbunyi, "Darah haid adalah berwarna hitam sebagaimana yang
telah diketahui."
Dalam hadits di atas dapat disimpulkan bahwa darah haid memiliki
perbedaan dengan jenis darah yang lain. Dan bagi seorang wanita, jenis darah
haid sudah umum diketahui olehnya.
Para Ulama berbeda pendapat mengenai masa minimal perempuan haid. Sebagian mereka
berpendapat, tidak ida batasan w;ktu tertentu untuk haid. Sebagian lagi berpendapat,
sekirrang-kurangnya sehari semalam. Ada juga yang berpendapat, sekurang-kurangnya tiga
hari. Demikian juga, ularna berbeda pendapat berkaitan dengan.masa maksimum-seorang
perempuan haiit.ida yang berpendapat, waktu maksimal haid adalah sepuluh hari dan
ada iuea vans berpendapat, lirna behs hrri.
HR hfu bu,ia tiiuU, " aih-Thaharahl' bab " al-Marhh Tustahadh wa Man Qiila, Tada' ash' -4l-
Shatahfi'tddah al-Avyam al-Lati Kanat TnhiLlhu)'lzz+l. iilid: I' hal:7r' Nasai kitab,
Haidll'bab " At- Marhh yakunu Laha Ayyam Ma'lumah TahiDluha Kulla Syahri' iilid: hal:
I,
rBz. Ibnu Majah kitab, "ath-Thahdrah,bab. Mh ldh fi al Musthadhah;' l6t'31. As-Sunan
al-Kubrh oleh'Baihaki, jilid: I, hal: 332, Musnad Ahinad.jilid: VI' hal: 32.o.' Musykil al
Atsar oleh Ath-thahawi, jilid: III, hal: 3o3. Daraquthni,-jilid: I' hal: zo7-. Syekh Nasiruddir.r
ai-Albani mengklasifikaiikannya sebagai hadits shahih dalam Shahib Nasai. lzoz-3431.
Shabib al - I hmi'. (s ot 6).
"\@l
Nifas\tzy
Definisi Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita setelah rnelahirkan
meskipun bayi keluar karena keguguran.
Waktu Nifas
Tidak ada batas waktu minimal dalam masalah nifas. Bisa jadi darah nifas
keluar beberapa saat setelah melahirkan. Jika seorang wanita melahirkan dan
darah keluar setelah melahirkan terhenti atau tidak mengeluarkan darah, naka
masa nifasnya telah berakhir dan ia wajib mengerjakan shalat, puasa dan ibadah
yang lain. Sementara untuk batas maksimal nifas aclalah empatpuluh hari.
Sebagai dasar atas hal ini adalah hadits Ummu Salamah ra.. Ia berkata, "Pada
rnasa Rasulullah, ada seorang wanita yang sedang nifas dan ia tidak melakukan
(ibadah) apapun selama empatpuluh haril" HR Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi dan Ibr-ru Majah.
Setelah menyebutkan hadits ini, Tirmidzi berkata, "Para sahabat Rasulullah,
tabi'in dan generasi berikutnya sepakat bahwtr wanita yang sedang nifas
meninggalkan shalat selama empatpulr"rh hari, kecuali apabila ia sudah suci
sebelum habis masa tersebut, maka mereka diwajibkan mandi dan mengerjakan
shalat. Jika darah tetap keluar setelah empatpuluh hari, rnayoritas ularna
berpendapat, ia tidak dibolehkan meninggalkan shalat setelah lewat empatpuluh
hari.
HR Abu Daud kitab, "ath'Thnhhrahl'bab" NItr JhitJi Waqt atr-Nufush'. [3r r-3rz]. Tirmizi
"Abwdb ath-'Ihahhrahl'bab "Ma fta fi Kam Tantkutsu an-Nufisa'?." Ir39]. Ibnu Majah
kita6."ath-Thaharahl'bab "arr-Niy'a.sa' Karn Tajlis?" Io+S-o+gl. Daraquthni, jilid: I, hal:
z. zz. Syekh Nasiruddin Al-Allrani mengklasifikasikannya sebagai hadits hasan Aalam lru,d'
Thaharah - 149
Beberapa hal ya:ng Diharamkan
g\Ct BagiWanita yang sedang Haid atau Nifas'\ily
Wanita yang sedang haid atau nifas sarna hukunnya dengan orang yang
junub. Maksudnya, selnLra hal yirng haram dilakukan oleh orang yang junub,
juga dihararnkan bagi wanita yang sedang haid atau nifas. Ketiga golongan ini
(orang junub, haid, clan nifas, red) dalarr-r keadaan hadas besar. Selain beberapa
larangan yang harus cliliindari orang yang junub, berikut ini ada beberapa hal
lain yang juga diharamkan, yaitu:
r. Puasa. Wanita haid atau nifas tidak diperbolehkan berpuasa. fika mereka
tetap berpuasa, maka puasanya tidak sah atau batal, dan mereka diwajibkan
mengqaclha puasa br.rlan Ramadhan sebanyak Puasa yang ditinggalkannya
saat ia sedang haid atau nifas. Sementara untuk shalat, wanita yang seclang
haid atau nifas tidak cliwajibkan untuk mengadha. Hal ini bertujuan untuk
rnenghindarkan kesulitan, karena shalat dikerjakan secara berulang-ulang.
ini adalah hadits Abu Said al-Khudri ra., ia bercerita
Sebagai dasar atas hal
bahwa Rasulullah saw. pergi ke suatu tempat untuk mengerjakan shalat'ldul
Adha atau'Idul Fithri dan beliau melewati beberapa wanita. Lalu beliau
bersabda, " wahai para wanita! Bersedekahlah kaliqn! Sebab, aku melihat banyak
di antara kalian yang menjadi penghuni neraka!" Mereka bertanya, "Kenapa
demikian wahai Rasulullah?"Rasulullah saw. menjaw ab, "Kalian suka mengutuk
dan tidok patuh keparla suami! Aku tidak melihat orang yang kurang akal dan
(pengetahuan agamanya) yang memperdaya laki-Iaki dari kalian." Mereka
bertanya lagi, "Di manakah letak kekurangan akal dan agama kami, wahai
Rasulullah?" Rasulullah saw. rnenjawab, "Bukankah kekuatan saksi wanita
separuh dari kekuatqn saksi laki-laki?" Mereka menjawab, "Betul." kemudian
Rasultrllah saw. ntelanjutkan, "Itulah yang dimaksud dengan kurang akalnya.
Dan bukankah apabila wanita haid, ia tidak (diperkenankan) mengerjakan shalat
dan puasa? " Mereka mengakui, "Benar." Rasulullah saw. melanjutkan, " Itulah
letakkekurangan agama mereka!"'HR Bukhari dan Muslim.
Mu'adzah berkata, "Saya bertanya kepada Aisyah ra, Kenapa kaum wanita
yang sedang haid diperintahkan untuk menqadha puasa, sementara shalat
tidak? Aisyah menjawab,'Itulah yang kami alami bersama Rasulullah saw.;
' HR Bukhari dalam kitab: Al-Haidl,bab. Tvk al-Ha'idh ash-shaunr, jilid: I, hal: 83 - Bagian
akhirhadits terdapat di dalam kitab: Ash-sftcula, b^ab. Al Ha'id'Ihtruku ash shaum wa ash-
Shalah,iilid: III, hal:45; Muslim drrlarn kitab: Al-iman {kitab: irrar), bab. B,iyrirr nl-imatt
bi Nuqshan Ath-thauh,jilid: l, hal:86-87 dengrn lalaz yrrng I'erhirtan dengrrn Bukhirri.
Namuir lalaz hadits di sini adalah rnilik Btrkhrri.
aq \t- ){ \":e\
"Lskuksnlnh npn snjtt, ke cunli berlufuungan intim.
I r*jr Y1
' HR Muslim kitab,"dl-Hai.dr._bab"lawhz eirahh ar-eurhnJi Hujr at-Ha'idhl' jilid; III, hal:
z r r. Abu Daud kitab, " ath-Thahitrahl' bab " Uuhkaiot, ot 'fl;iit,
,o ttl"jo^Ltinr.ra;;:81.
Nasai kitab, " ath-Thahdrahl' bab "Ta'wil eaul Allah yashlunaka o, of i.iiian.,,UtuUlzol_
Haidll' bab " Mh Yunal m.in al-Ha.'id.]'
[rzz]tszl. Tirriridzi kitab, " ati-ThihArahl'aia'" ua
lithfi M,uhkalah.al-Ha'idh..wa su'riha)'ir:il..tb"" Majah kitab, "oth-rnini*n: aua;ua
Jaaa fi Muakalah al-Ha'idh wa Su'riha: @jl.
Imam Nawawi berkata, "Jika ada seorang Muslim yang meyakini bahwa
menyetubuhi istri yang sedang haid pada kemaluannya adalah boleh, maka
ia menjadi kalir dan murtad. Tapi, jika ia melakukannya tanpa keyakinan
bahwa perbuatan tersebut dibolehkan, baikkarena lupa, tidak mengetahui
status hukumnya, atau tidak mengetahui bahwa istrinya sedang haid, maka
ia tidak berdosa dan tidak diwajibkan membayar kafarat (denda). |ika ia
rnenyetubuhi istrinya yang haid dengan sengaja, ia juga mengetahui istrinya
sedang haid dan diharamkan berbuat demikian, maka ia telah melakukan
dosa besar dan harus bertaubatl'
Mengenai kewajiban membayar kaffarah (denda) bagi orang yang melanggar
larangan berhubungan intim saat sedang haid atau nifas, ada dua pendapat.
pendapat yang lebih benar adalah tidak wajib denda baginya."' Imam Nawawi
menambahkan, "seseorang diperbolehkan menikmati tubuh istrinya yang
sedang haid selain anggota tubuh antara pusar dengan lutut. Hal ini boleh
dilakukan berdasarkan kesepakatan ulama. Adapun menikmati anggota tubuh
istri yang dengan haid antara pusar dengan lutut selain dari kemaluan dan
anus, mayoritas ulama rnenyatakan haram. Sementara Imam Nawawi memilih
pendapat yang membolehkan menikmati anggota tubuh istri yang sedang haid
antara pusar dengan lutut selain dari kemaluan dan anus, tapi makruh. Sebab,
pendapat inilah yang lebih kuat berdasarkan dalil yang adai'
Dalil yang dimaksudkan oleh Imam Nawawi adalah hadits yang diriwayatkan
dari istri-istri Rasulullah saw., bahwa apabila Rasulullah saw. ingin cumbu rayu
dengan istrinya yang sedang haid, beliau rnengambil kain, kemudian menutup
kemaluan istrinya dengan kain tersebutl" HR Abu Daud. Al-Hafidz Ibnu Hajar
berkata, Sanad hadits ini kuat.
Dari Masruq bin al-Ajdal ia berkata, "Saya pernah bertanya kepada
Aisyah, Apa yang diperbolehkan bagi kaum laki-laki kepada isterinya saat ia
sedang haid?'Aisyah menjawab,'Dibolehkan melakukan apa saja kecuali pada
kemaluan?', HR Bukhari dalam Tarikh-nya
Gu-utu* ini perlu dikaii lagi, sebab Rasulullah saw. pernah menerangkan berkaitan
rHendaklah bersedekah satu dinar atou setengah dinar." HR
-utjluh ini denLrn bersabda,
Abu Daud, Nasii dan masih banyak lagi. Ini adalah hadits shahih. Lihat lrwh' al-Ghalil,
iilid: I, hal: zrz.
, Hn eUu Daud kitab, "arh-Thahirah)'ball" li ar-Rajul Yushibu Minha Duna al Iimd'.lzzzl.
iilid: l. hal: r86. Ini adalah hadits hasan. Lihat Fath al-Bari, iilid: I' hal: 482.
, hR Darimi kitab, ".2sh-shalih wa Ath-thuhirl'6ab"Mubasyarah al Haidhl' jilid: I, hal:
24r.
152 - FikihSunnah
I
I
a
e^d tstihadhah bze
Definisi lstihadhah
Istihadhoh adalah darah yang keluar dari kernaluan perempuan secara
terus-menerus dan tidak pada waktu yang biasa.
Thaharah - 153
I
' HR Abu Daud dalam kitab: Afft Thahhrah, bab. Mi QhIa, Idza Aclbalat al-Haidlah TLtda'
ash-Shaldh: (287); Tirrnizi dalam kitab: Ath-Thaharah, bab. Mh ida fi al'Mustahadhah,
iilid: I, hal: zzt-zz5: lbnu Maiah dalam kitab: Ath-ThahAroh' brb. Mri lahli al-Bikr ldza
'lbtadaht
al-Haidlah: (627), .\4isnad Ahmad. jllid: V I' hal: j8 r ' 382' 439 dan 44or Al-Albani
mengklasifikasikannya sebagai hasan dalam lrwh' al-Ghalil,jilid: I' hal: zoz.
154 - FikihSunnah
Khaththabi berkomentar terhadap hadits di atas seraya berkata, "Hamnah
binti |ahsy, dalam hadits ini n-rasih muda dan belum berpengalaman, sehing-
ga ia tidak dapat rnembedakan antara darah haid dengan darah yang lain.
Darah yang keluar dari kemaluan mengalir terus hingga ia kebingungan.
Lantas Rasulullah saw. nemperhatikan kebiasaan yang berlaku di kalangan
wanita. Di samping itu, Rasulullah saw. memerintahkan kepadanya supaya
menetapkan masa haidnya pada setiap bulan, yaitu sebanyak satu kali dalam
sebulan seperti lazimnya wanita pada umumnya. Hal ini dapat dipahami dari
sabda Rasulullah saw. yang menegaskan, "...Selanjutnya,lakukanlah hal itu
setiap bulan sesuai masa haid dan suci wanita pada umumnyal..i'Khaththabi
menarnbahkan, "Hal ini merupakan dasar dalan menganalogikan keadaan
antara seorang wanita dengan wanita lain, baik berkaitan dengan rnasalah
haid, hamil, balig ataupun perkara-perkara lain yang sama."
3. fika seorang rvanita tidak mempunyai kebiasaan dalarn haid, tapi ia dapat
membedakan antara darah haid dengan darah yang lain. Maka, ia harus
berpedoman pada kemarnpuannya dalam membedakan antara darah haid
dengan darah yang lain. Sebagai dasar atas hal ini adalah hadits yang berasal
Fathimah binti Abu Hubaisy bahwasanya ia sering mengalami istihadhah.
Lantas Rasulullah saw. bersabda kepadanya, "Warna darah haid adalah
hitam. fika terdapat darah yang berwarna seperti itu, maka berhentilah
mengerjakan shalatl ]ika tidak, maka berwudhulah dan shalatlah, karena
ia adalah darah penyakit'i'' Hadits ini telah dijelaskan sebelumnya.
Thaharoh - 155
!
u.
*
5. Suami boleh bersetubuh ketika darah istrinya terus mengalir, sebab tidak
ada larangan untuk bersetubuh dengan wanita yang mengeluarkan darah
istihadhah. Hal ini merupakan pendapat mayoritas ulama.
Ibnu Abbas berkata, "Wanita yang istihadhah boleh disetubuhi oleh suaminya.
Sebab, jika ia sudah dibolehkan mengerjakan shalat, tentunya hukum
menyetubuhinya juga dibolehkanl" HR Bukhari. Artinya, jika seorang wanita
yang istihadhah diperbolehkan mengerjakan shalat dalam keadaan darah
masih mengalir, dan suci termasuk bagian penting dalam melaksanakan
shalat, maka bersetubuh juga dibolehkan.
ftR g..khurl secara muallaq dan dikatagorikan sebagai maushAl oleh Ibnu Abu Syaibah
dan ad-Darimi. Lihat Fath al-Bdri, iilid: I, hal: Sro.
HR Abu Daud kitab, "ath-Thahirahl'bab"Al-Mustabddhahl' jilid: I, hal: 8r.
Darah haid adalah darah kotor, sedangkan darah istihadhalr juga adalah darah biasa. Oleh
karena itu, darah haid menjadi penghalang bagi seorang wanita untuk mergerjakan berbagai
aktivitas ibuduh, sementaia untu[ keluirnyi darah {stilndnh, yang bersangkutan tetap
dipcrbolehkan melakukan aktivitas ibadah.
I
k
156 - FikihSunnah
li