Anda di halaman 1dari 12

HAID

Definisi Haid
Haid menurut bahasa berarti sesuatu yang mengalir. Maksudnya
adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita dalam keadaan sehat,
bukan karena melahirkan atau pecahnya selaput darah.

Waktu haid
Mayoritas ulama berpendapat bahwa haid dirnulai setelah seorang
wanita bcrumur sembilan tahun.r Jika seorang wanita melihat darah kcluar
sebclum usia sernbilan tahun, darah tersebut bukanlah darah haid, tapi
darah penyakit. Dan darah haid bisa keluar sepanjang umur dan tidak ada
dasar yang menyatakan bahwa haid bcrakhir pada usia tcrtcntu. Jadi, jika
seorang wanita yang sudah tua dan melihat adanya darah yang kcluar dari
kcmaluannya, maka darah tersebLrt adalah darah haid.

Warna darah haid


Darah yang keluar dari kemaluan wanita dapat dinyatakan sebagai
darah haid jika warna darah tersebut sebagai berikut:
1. Hitam. Sebagai dasar atas hal ini adalah hadits Fathimah binti Abu
Hubaisy, bahwasanya ia sering mengeluarkan darah. Kemudian
Rasulullah saw. berkata kepadanya, "Jika darah yang keluar adalah
haid, maka warnanya adalah hitam yang dapat dikenali. Jika terdapat

' Maksudnya adalah sembilan tahun n.rengikuti tahun Hijriyyah. Satu tahun Hijriyah biasanya
berjumlah 354 hari.

-t46-
darah yang berwarna seperti itu, maka berhentilah mengerjakan shalat!
]ika berwarna lain, her-rdaknya tetap wudhu dan melaksanakan, karena
ia hanyalah darah penyakitl" HR Abu Daud, Nasai, Ibnu Hibban dan
Daraquthni. Ia berkata, Semua perawi hadits adalah tsiqah. Hadits tersebut
juga diriwayatkan oleh Hakin dan ia berkata, hadits ini berdasarkan syarar
Muslim.
) Kemerahan, karena \{arna asal darah adalah rnerah.

3. Kekuningan. warna darah seperti ini biasanya dapat dilihat kaum wanita
seperti nanah, tapi lebih kental dan agak r.nenguning.
Keruh. Yaitu berwarna antara putih dengan hitam laksana air yang kotor.
Berdasarkan hadits Alqamah bin Abu Alqamah dari ibu.rya, Marjanah,
yang dulunya seorang hamba sahaya Iantas dibebaskan oleh Aisyah ra.,
ia berkata bahwa beberapa wanita mengirirlkan suatu wadah yang di
dalamnya terdapat kapas yang berwarna kekuningan bekas terkena darah
haid. Mereka bertanya tentang kewajiban shalat, lalu Aisyah menjawab,
"fangan tergesa-gesa (rner-rgerjakan shalat) sampai kalian melihat warna
kapas itu putih."' HR Malik dan Muhammad bin al-Hasan. Bukhari
nrenyatakan bahwa hadits ini muallacl.
warna kekuningar-r atau keruh bisa menjadi baha' pertimbangan jika
masih berada pada masa haid. Jika darah keluar di luar masa haid, n-raka
darah yang keluar bukan termasuk darah haid. Hal ini berdasarkan pada
hadits Ummu Athilyah ra. yang berkata, "Kami tidak menganggap darah
yang berwarna kekuningan atau keruh sebagai darah haid setelah bersuci."l
HR Abu l)aud dan Bukhari. Narnun, beliau tidak menyebutkan kalimat
' ... setelah bersuci'

HRAbu Daud kitab, "oth-Thahhrah," bab "Man Qdltt, ldzti Aqbalat al Haitllah Tada' ttsh-
sholkh." Izt]61, jilid: I, hal: r95. Nasai kitab, "ath Tlrtthir,rh,'6ab "o/-Fcr,t bttina aL-Haidl
wu.rtl lstihttdhali,"jilid: I, hal: r z.t. Al.Mustrrdrak oleh al-Hakirrr. kitab "aft'-7fia fiartth)'l-tab
" Ahktttt ttl Istih,tdhah,"jilid: I, hal: r
74 dan beliau berkattr, "Hadits ini shahih rnenurut svtrrat
Muslirrt.' Sunan ttl Kttl,rri oleh Birihaki, jilid: l, hrl: 325. Musykil al Atsnr oleh Thirliawi,
iilid: IIl. hirl: jo6. Syekh Naiirddin irl-AI[irrni nrengkli'ihkasikrinnvrr sebacai hadits sh.rhih
d.rlarn Slralift .Vas,ri. I zoql Al-lru,i'. lzo4l. Slnthiti,tl-linti'. [7651.'
' HR Imanr Malik dalam ol-Muvtallha' dalam bab 'lhuhr ttl,Ha;idh. lssl. Bukhari secara
mublltqkitab,'h.l-Haiili jnid: I, hal: 89. Svckh Nirsiruddin al-Albani mengklasifikasikannya
sebagai shahih dalan.r lrn,i' al Ghalil,iilid: l, hal: zr8.
' HR Bukhari kitrb. ",r/-H{rld1, tub "ash-shtrJrult wn tl-Kudirah.' jilid: I. hal: 89. Abu Daud
kitab, "atlr-Trnfirrrrrlr,'brl, "Ji dl-.Vttrih T,ia ttl-Kadirah w,r ashlshufrah bada Ath_thuhr.',
[.roz], jilid: I, hirl: zr s. Nasai kitab, "d/-Hdldl," bal' ",.rsh Shul'rah ia al Kadirahl, iilid: I.
hal: r78 derrgan redirksi dari Bukhrrri. lbnu Majah kitab, "arir Thaharah,'bab"Mi ta',t ti
al-Hn'idh Tura bndrt Ath.thuhr ttslt ShuJrah u'a nl-Kndirah" lo+ll,jilid: I, hal: zrz denga'n
redaksi dari Bukhari. Lihat lrwk' al Glialil,lilid: I, hal: zts.
Masa Haid'
Tidak ada batas maksimal ataupun minimal berkaitan dengan masa haid,
sebab tidak ada dalil yang dapat dijadikan sebagai sandaran. fika seorang wanita
telah mempunyai kebiasaan haid yang berulang, hal tersebut bisa dijadikan
Iandasan untuk menentukan masa haid. Sebagai dasar atas hal ini adalah
hadits Umrnu Salamah ra. yang menceritakan bahwa ia meminta fatwa kepada
Rasulullah saw. mengenai seorang wanita yang selalu mengeluarkan darah (dari
kemaluannya). Rasulullah saw. kemudian bersabd a, "Hendaknya ia mengamati
jumtah melom dan siang selama menjalani haid serto jumlah hari-harinya pada
setiap bulan. Setelah mengetahui masa haid dan jumlahnya, hendaknya ia
meninggalkan shalat pada waktu-woktu tersebut. Setelah berakhirnya masa haid,
hendaknya ia membalut kemaluannya dengan sehelai kain, lalu mengerjakan
shalat'!"'HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah.
fika wanita tidak mempunyai masa haid yang tetap, hendaknya ia
memperhatikan tanda-tanda darah haid. Hal ini berdasarkan pada hadits
Fathimah binti Abu Hubaisyyang telah disebutkan di atas dan sabda Rasulullah
saw. yang berbunyi, "Darah haid adalah berwarna hitam sebagaimana yang
telah diketahui."
Dalam hadits di atas dapat disimpulkan bahwa darah haid memiliki
perbedaan dengan jenis darah yang lain. Dan bagi seorang wanita, jenis darah
haid sudah umum diketahui olehnya.

Masa Bersuci di antara Dua Haid


Para ulama sepakat, bahwa tidak ada batasan waktu maksimal masa suci
di antara dua haid. Tetapi mereka berbeda pendapat berkaitan dengan batas
waktu minimal. Salah satu pendapat menyatakan bahwa batas waktu minimal
suci dari haid adalah lima belas hari, sedangkan pendapat yang lain menyatakan

Para Ulama berbeda pendapat mengenai masa minimal perempuan haid. Sebagian mereka
berpendapat, tidak ida batasan w;ktu tertentu untuk haid. Sebagian lagi berpendapat,
sekirrang-kurangnya sehari semalam. Ada juga yang berpendapat, sekurang-kurangnya tiga
hari. Demikian juga, ularna berbeda pendapat berkaitan dengan.masa maksimum-seorang
perempuan haiit.ida yang berpendapat, waktu maksimal haid adalah sepuluh hari dan
ada iuea vans berpendapat, lirna behs hrri.
HR hfu bu,ia tiiuU, " aih-Thaharahl' bab " al-Marhh Tustahadh wa Man Qiila, Tada' ash' -4l-
Shatahfi'tddah al-Avyam al-Lati Kanat TnhiLlhu)'lzz+l. iilid: I' hal:7r' Nasai kitab,
Haidll'bab " At- Marhh yakunu Laha Ayyam Ma'lumah TahiDluha Kulla Syahri' iilid: hal:
I,
rBz. Ibnu Majah kitab, "ath-Thahdrah,bab. Mh ldh fi al Musthadhah;' l6t'31. As-Sunan
al-Kubrh oleh'Baihaki, jilid: I, hal: 332, Musnad Ahinad.jilid: VI' hal: 32.o.' Musykil al
Atsar oleh Ath-thahawi, jilid: III, hal: 3o3. Daraquthni,-jilid: I' hal: zo7-. Syekh Nasiruddir.r
ai-Albani mengklasifikaiikannya sebagai hadits shahih dalam Shahib Nasai. lzoz-3431.
Shabib al - I hmi'. (s ot 6).

14a - Fikih Sunnah


bahwa batas rvaktu minimal suci dari haid adalah tiga belas hari. Pada dasarnya,
tidak ada dalil yang dapat dijadikan sebagai pegangan mengenai waktu minimal
suci dari haid.

"\@l
Nifas\tzy
Definisi Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita setelah rnelahirkan
meskipun bayi keluar karena keguguran.

Waktu Nifas
Tidak ada batas waktu minimal dalam masalah nifas. Bisa jadi darah nifas
keluar beberapa saat setelah melahirkan. Jika seorang wanita melahirkan dan
darah keluar setelah melahirkan terhenti atau tidak mengeluarkan darah, naka
masa nifasnya telah berakhir dan ia wajib mengerjakan shalat, puasa dan ibadah
yang lain. Sementara untuk batas maksimal nifas aclalah empatpuluh hari.
Sebagai dasar atas hal ini adalah hadits Ummu Salamah ra.. Ia berkata, "Pada
rnasa Rasulullah, ada seorang wanita yang sedang nifas dan ia tidak melakukan
(ibadah) apapun selama empatpuluh haril" HR Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi dan Ibr-ru Majah.
Setelah menyebutkan hadits ini, Tirmidzi berkata, "Para sahabat Rasulullah,
tabi'in dan generasi berikutnya sepakat bahwtr wanita yang sedang nifas
meninggalkan shalat selama empatpulr"rh hari, kecuali apabila ia sudah suci
sebelum habis masa tersebut, maka mereka diwajibkan mandi dan mengerjakan
shalat. Jika darah tetap keluar setelah empatpuluh hari, rnayoritas ularna
berpendapat, ia tidak dibolehkan meninggalkan shalat setelah lewat empatpuluh
hari.

HR Abu Daud kitab, "ath'Thnhhrahl'bab" NItr JhitJi Waqt atr-Nufush'. [3r r-3rz]. Tirmizi
"Abwdb ath-'Ihahhrahl'bab "Ma fta fi Kam Tantkutsu an-Nufisa'?." Ir39]. Ibnu Majah
kita6."ath-Thaharahl'bab "arr-Niy'a.sa' Karn Tajlis?" Io+S-o+gl. Daraquthni, jilid: I, hal:
z. zz. Syekh Nasiruddin Al-Allrani mengklasifikasikannya sebagai hadits hasan Aalam lru,d'

al-Ghalil,jilid: I, hal: zzz.

Thaharah - 149
Beberapa hal ya:ng Diharamkan
g\Ct BagiWanita yang sedang Haid atau Nifas'\ily
Wanita yang sedang haid atau nifas sarna hukunnya dengan orang yang
junub. Maksudnya, selnLra hal yirng haram dilakukan oleh orang yang junub,
juga dihararnkan bagi wanita yang sedang haid atau nifas. Ketiga golongan ini
(orang junub, haid, clan nifas, red) dalarr-r keadaan hadas besar. Selain beberapa
larangan yang harus cliliindari orang yang junub, berikut ini ada beberapa hal
lain yang juga diharamkan, yaitu:
r. Puasa. Wanita haid atau nifas tidak diperbolehkan berpuasa. fika mereka
tetap berpuasa, maka puasanya tidak sah atau batal, dan mereka diwajibkan
mengqaclha puasa br.rlan Ramadhan sebanyak Puasa yang ditinggalkannya
saat ia sedang haid atau nifas. Sementara untuk shalat, wanita yang seclang
haid atau nifas tidak cliwajibkan untuk mengadha. Hal ini bertujuan untuk
rnenghindarkan kesulitan, karena shalat dikerjakan secara berulang-ulang.
ini adalah hadits Abu Said al-Khudri ra., ia bercerita
Sebagai dasar atas hal
bahwa Rasulullah saw. pergi ke suatu tempat untuk mengerjakan shalat'ldul
Adha atau'Idul Fithri dan beliau melewati beberapa wanita. Lalu beliau
bersabda, " wahai para wanita! Bersedekahlah kaliqn! Sebab, aku melihat banyak
di antara kalian yang menjadi penghuni neraka!" Mereka bertanya, "Kenapa
demikian wahai Rasulullah?"Rasulullah saw. menjaw ab, "Kalian suka mengutuk
dan tidok patuh keparla suami! Aku tidak melihat orang yang kurang akal dan
(pengetahuan agamanya) yang memperdaya laki-Iaki dari kalian." Mereka
bertanya lagi, "Di manakah letak kekurangan akal dan agama kami, wahai
Rasulullah?" Rasulullah saw. rnenjawab, "Bukankah kekuatan saksi wanita
separuh dari kekuatqn saksi laki-laki?" Mereka menjawab, "Betul." kemudian
Rasultrllah saw. ntelanjutkan, "Itulah yang dimaksud dengan kurang akalnya.
Dan bukankah apabila wanita haid, ia tidak (diperkenankan) mengerjakan shalat
dan puasa? " Mereka mengakui, "Benar." Rasulullah saw. melanjutkan, " Itulah
letakkekurangan agama mereka!"'HR Bukhari dan Muslim.
Mu'adzah berkata, "Saya bertanya kepada Aisyah ra, Kenapa kaum wanita
yang sedang haid diperintahkan untuk menqadha puasa, sementara shalat
tidak? Aisyah menjawab,'Itulah yang kami alami bersama Rasulullah saw.;

' HR Bukhari dalam kitab: Al-Haidl,bab. Tvk al-Ha'idh ash-shaunr, jilid: I, hal: 83 - Bagian
akhirhadits terdapat di dalam kitab: Ash-sftcula, b^ab. Al Ha'id'Ihtruku ash shaum wa ash-
Shalah,iilid: III, hal:45; Muslim drrlarn kitab: Al-iman {kitab: irrar), bab. B,iyrirr nl-imatt
bi Nuqshan Ath-thauh,jilid: l, hal:86-87 dengrn lalaz yrrng I'erhirtan dengrrn Bukhirri.
Namuir lalaz hadits di sini adalah rnilik Btrkhrri.

150 - Fkih Sunnah


kami diperintahkan untuk menqadha puasa dan tidak diperintahkan
menqadha shalat'l'HR Bukhari, Muslim, Nasai, Tirmidzi, Abu Daud dan
Ibnu Majah.
Berhubungan intim. Larangan berhubungan intim (bagi wanita yang
sedang haid atau nifas) berdasarkan pada kesepakatan kaum Muslimin,
Al-Qur'an dan Sunnah. Seseorang diharamkan berhubungan intim dengan
isterinya yang sedang haid atau nifas sampai suci. Sebagai dasar atas hal ini
adalah hadits yang berasal Anas ra.. Ia berkata, "Kaum yahudi tidak mau
berhubungan intim dan makan bersama istri-istri mereka yang sedang haid.
Para sahabat menanyakan hal ini kepada Rasulullah saw.. Lantas turunlah
ayat,

"J;i t ;i>-Si q ;r' \i \ji;E C'J'; S,


-,-c$i,;
4 jr,:;;
1; 4gi ii-Ai Ly"ii {A 4 b 6;3,\s';,,,*(.t,g"a.iIi2 s:
i,-,C;LJ:
"Merckn bertttnrln kcTtadnnru tcntnng hoid. Katnknnlcrh, 'Hnid itu srjnlslt
kotorun.' Olch sebrfu itu lrcndsklnlt katntr menjttLrhknn tliri tisri tpttrtits tli rusktu
lnid; dln jturgttnlnlt knnttt nrendekttti tnereka, sebclunt mereko suci. Apttbiln
nterckn tclnh suci, rnaka cnrnpLLrilnh nrcrakn di tcntpnt yuttg tliperirrtttl*nn
Allnlr kepndnmu. scstLrtggultnyn Allah nrcnyukni ttrnng-ctrnng L/ong tnuhnt
dan rrrcnr,lukni ornng-ornng Votlg rnensucikan ttiri.,' (Al-Baqarah
[2]:222)
Kemudian Rasulullah saw. mengulas ayat tersebut dengan bersabda,

aq \t- ){ \":e\
"Lskuksnlnh npn snjtt, ke cunli berlufuungan intim.

Dalam riwayat yang lain dengan redaksi,

I r*jr Y1

'...kecunli bcrlttiltuttgatt intirtt!"1Hp nutnari, Muslim, Nasai, Tirmidzi,


Abu Daud dan lbnu Majah.

' HR Muslim kitab,"dl-Hai.dr._bab"lawhz eirahh ar-eurhnJi Hujr at-Ha'idhl' jilid; III, hal:
z r r. Abu Daud kitab, " ath-Thahitrahl' bab " Uuhkaiot, ot 'fl;iit,
,o ttl"jo^Ltinr.ra;;:81.
Nasai kitab, " ath-Thahdrahl' bab "Ta'wil eaul Allah yashlunaka o, of i.iiian.,,UtuUlzol_
Haidll' bab " Mh Yunal m.in al-Ha.'id.]'
[rzz]tszl. Tirriridzi kitab, " ati-ThihArahl'aia'" ua
lithfi M,uhkalah.al-Ha'idh..wa su'riha)'ir:il..tb"" Majah kitab, "oth-rnini*n: aua;ua
Jaaa fi Muakalah al-Ha'idh wa Su'riha: @jl.
Imam Nawawi berkata, "Jika ada seorang Muslim yang meyakini bahwa
menyetubuhi istri yang sedang haid pada kemaluannya adalah boleh, maka
ia menjadi kalir dan murtad. Tapi, jika ia melakukannya tanpa keyakinan
bahwa perbuatan tersebut dibolehkan, baikkarena lupa, tidak mengetahui
status hukumnya, atau tidak mengetahui bahwa istrinya sedang haid, maka
ia tidak berdosa dan tidak diwajibkan membayar kafarat (denda). |ika ia
rnenyetubuhi istrinya yang haid dengan sengaja, ia juga mengetahui istrinya
sedang haid dan diharamkan berbuat demikian, maka ia telah melakukan
dosa besar dan harus bertaubatl'
Mengenai kewajiban membayar kaffarah (denda) bagi orang yang melanggar
larangan berhubungan intim saat sedang haid atau nifas, ada dua pendapat.
pendapat yang lebih benar adalah tidak wajib denda baginya."' Imam Nawawi
menambahkan, "seseorang diperbolehkan menikmati tubuh istrinya yang
sedang haid selain anggota tubuh antara pusar dengan lutut. Hal ini boleh
dilakukan berdasarkan kesepakatan ulama. Adapun menikmati anggota tubuh
istri yang dengan haid antara pusar dengan lutut selain dari kemaluan dan
anus, mayoritas ulama rnenyatakan haram. Sementara Imam Nawawi memilih
pendapat yang membolehkan menikmati anggota tubuh istri yang sedang haid
antara pusar dengan lutut selain dari kemaluan dan anus, tapi makruh. Sebab,
pendapat inilah yang lebih kuat berdasarkan dalil yang adai'
Dalil yang dimaksudkan oleh Imam Nawawi adalah hadits yang diriwayatkan
dari istri-istri Rasulullah saw., bahwa apabila Rasulullah saw. ingin cumbu rayu
dengan istrinya yang sedang haid, beliau rnengambil kain, kemudian menutup
kemaluan istrinya dengan kain tersebutl" HR Abu Daud. Al-Hafidz Ibnu Hajar
berkata, Sanad hadits ini kuat.
Dari Masruq bin al-Ajdal ia berkata, "Saya pernah bertanya kepada
Aisyah, Apa yang diperbolehkan bagi kaum laki-laki kepada isterinya saat ia
sedang haid?'Aisyah menjawab,'Dibolehkan melakukan apa saja kecuali pada
kemaluan?', HR Bukhari dalam Tarikh-nya

Gu-utu* ini perlu dikaii lagi, sebab Rasulullah saw. pernah menerangkan berkaitan
rHendaklah bersedekah satu dinar atou setengah dinar." HR
-utjluh ini denLrn bersabda,
Abu Daud, Nasii dan masih banyak lagi. Ini adalah hadits shahih. Lihat lrwh' al-Ghalil,
iilid: I, hal: zrz.
, Hn eUu Daud kitab, "arh-Thahirah)'ball" li ar-Rajul Yushibu Minha Duna al Iimd'.lzzzl.
iilid: l. hal: r86. Ini adalah hadits hasan. Lihat Fath al-Bari, iilid: I' hal: 482.
, hR Darimi kitab, ".2sh-shalih wa Ath-thuhirl'6ab"Mubasyarah al Haidhl' jilid: I, hal:
24r.

152 - FikihSunnah

I
I
a
e^d tstihadhah bze
Definisi lstihadhah
Istihadhoh adalah darah yang keluar dari kernaluan perempuan secara
terus-menerus dan tidak pada waktu yang biasa.

Kapan Darah yang Keluar dari Kemaluan Wanita


Dikatakan lstihadhah?
Darah yang keluar dari kemaluan wanita dikatakan istihadhah jika tidak
terlepas dari salah satu keadaan berikut ini:
1. Masa keluarnya darah haid sudah diketahui sebelum keluarnya darah
istihadhah. Dalam hal ini, rentang waktu yang biasanya pada saat itu darah
haid keluar, maka darah tersebut dinyatakan darah haid, sedangkan darah
yang keluar setelah masa keluarnya darah haid termasuk darah istihadhah.
Sebagai dasar atas hal ini adalah landasan atas hal ini adalah hadits yang
bersumber dari Ummu Salamah ra.. Ia meminta fatwa kepada Rasulullah
saw. mengenai seorang wanita yang selalu mengeluarkan darah. Rasulullah
saw. lalu bersabda, "Hendaklah seorang wanita mengetahui terlebih dulu
bilangan malam dan siang selama darah haid keluar serta lamanya masa
keluarnya darah haid setiap bulan. Setelah mengetahui waktu haid dan
masa lamanya, kemudian hendaklah ia menghentikan shalat pada waktu-
waktu tersebut. Sesudah waktu haid berakhir, ia di anjurkan menyumpal
kemaluannya dengan sehelai kain, lalu shalat'!"' HR Bukhari, Muslim,
Nasai, Abu Daud Ibnu Majah dan Malik. Imam Nawawi berkata, Sanadnya
hadits ini berdasarkan pada syarat Malik dan Syaf i.
Khaththabi berkata, "Hal ini berlaku bagi wanita yang sudah mengetahui
Iamanya masa haid di waktu sehat; tidak dalam waktu ia sedang sakit. Jika
dalam masa waktu ia mengeluarkan darah haid berakhir, tapi darah tetap
keluar, maka darah tersebut adalah darah istihadah. Karenanya, Rasulullah
saw. men)'uruh wanita tersebut supaya meninggalkan shalat pada tiap bulan
selama masa haid yang berjalan secara normal, yaitu sebelum tiba masa
keluarnya darah istihadhah. fika masa haid telah berakhir, hendaklah ia
mandi wajib satu kali dan setelah itu, ia dalam keadaan suci.
2. Darah keluar secara terus-menerus, tetapi ia tidak mengetahui berapa lama
masa haid yang biasanya ia jalani; baik karena haidnya tidak teratur atau ia

LlhaI takhrijhadits yang serupa sebelumnya.

Thaharah - 153
I

memasuki masa balig dalam keadaan mengeluarkan darah dan ia tidakbisa


membedakan jenis darah yang keluar dari kemaluannya (apakah darah haid
atau darah akibat terpecah selaput darah). Dalarn keadaan seperti ini, masa
haidnya berlaku selama enam atau tujuh hari, sebagaimana kebiasaan masa
haid wanita para umurnnya. Sebagai dasar atas hal ini adalah hadits yang
brasal dari Hamnah binti Jahsy, ia berkata,'Aku pernah haid, dan darah
yang keluar sangat banyak. Kemudian aku menemui Rasulullah saw. untuk
menanyakan masalah tersebut. Aku menemui beliau di-rumah saudara
perempuanku, Zainab binti lahsy. Setibanya di sana, aku menceritakan
masalahku, saya berkata,
"Wahai Rasulullah, aku haid dengan mengeluarkan darah yang sangat
banyak dan terus-menerus sehingga saya tidak dapat mengerjakan shalat
dan berpuasa. Bagaimana cara mengatasinya? Rasulullah saw. menjawab,
'Hendaknya engkau memakai kapas (pembalut, red), karena ia dapat meng-
hilangkan darahl Hamnah berkata, 'Tetapi darah tetap keluari Beliau bersabda,
'Kalau begitu, ikatlah kuat-kuat dengan kain!' Hamnah berkata, 'Tetapi darah
tetap keluar. Rasulullah saw. lalu bersabda, Aku perintahkan kepadamu
dua hal, dan engkau boleh memilih salah satu di antara keduanya. Jika eng-
kau telah memilih salah satu, itu sudah cukup bagimu jika engkau kuat
melakukannya." Rasulullah saw kemudian bersabda, 'Ini adalah tipu daya
setan. Masa haidmu selama enam atau tujuh hari, sebagaimana kebiasaan
haid kaum wanita lain. Lalu mandilah, hingga engkau yakin bahwa dirimu
sudah suci dan bersih. Setelah itu, kerjakanlah shalat selama z4 atau z3 hari
dan berpuasalah. Selanjutnya, lakukanlah hal itu setiap bulan menurut masa
haid dan sucinya wanita pada umumnya!'fika kamu sanggup melaksanakan
shalat Dzuhur di akhirwaktu dan shalat Ashar di awal waktu, maka mandilah
dan jamaklah kedua shalat tersebut. Kemudian laksanakan shalat Maghrib di
akhir waktu dan shalat Isya di awal waktu, kemudian mandilah dan jamaklah
kedua shalat tersebut. Ketika waktu shalat Shubuh tiba, hendaklah kamu
mandi lalu shalatlahl Rasulullah saw. bersabda lagi,'Inilah dua perkara yang
lebih aku senangi."' HR Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi' Ia berkata bahwa
hadits Hadits ini hasan dan sahih. Ia juga berkata, Ketika aku menanyakan
pendapat Bukhari tentang hadits ini, ia menjawab, hadits ini hasan' Ahmad
bin Hanbal berkata, hadits itu hasan dan sahih.

' HR Abu Daud dalam kitab: Afft Thahhrah, bab. Mi QhIa, Idza Aclbalat al-Haidlah TLtda'
ash-Shaldh: (287); Tirrnizi dalam kitab: Ath-Thaharah, bab. Mh ida fi al'Mustahadhah,
iilid: I, hal: zzt-zz5: lbnu Maiah dalam kitab: Ath-ThahAroh' brb. Mri lahli al-Bikr ldza
'lbtadaht
al-Haidlah: (627), .\4isnad Ahmad. jllid: V I' hal: j8 r ' 382' 439 dan 44or Al-Albani
mengklasifikasikannya sebagai hasan dalam lrwh' al-Ghalil,jilid: I' hal: zoz.

154 - FikihSunnah
Khaththabi berkomentar terhadap hadits di atas seraya berkata, "Hamnah
binti |ahsy, dalam hadits ini n-rasih muda dan belum berpengalaman, sehing-
ga ia tidak dapat rnembedakan antara darah haid dengan darah yang lain.
Darah yang keluar dari kemaluan mengalir terus hingga ia kebingungan.
Lantas Rasulullah saw. nemperhatikan kebiasaan yang berlaku di kalangan
wanita. Di samping itu, Rasulullah saw. memerintahkan kepadanya supaya
menetapkan masa haidnya pada setiap bulan, yaitu sebanyak satu kali dalam
sebulan seperti lazimnya wanita pada umumnya. Hal ini dapat dipahami dari
sabda Rasulullah saw. yang menegaskan, "...Selanjutnya,lakukanlah hal itu
setiap bulan sesuai masa haid dan suci wanita pada umumnyal..i'Khaththabi
menarnbahkan, "Hal ini merupakan dasar dalan menganalogikan keadaan
antara seorang wanita dengan wanita lain, baik berkaitan dengan rnasalah
haid, hamil, balig ataupun perkara-perkara lain yang sama."

3. fika seorang rvanita tidak mempunyai kebiasaan dalarn haid, tapi ia dapat
membedakan antara darah haid dengan darah yang lain. Maka, ia harus
berpedoman pada kemarnpuannya dalam membedakan antara darah haid
dengan darah yang lain. Sebagai dasar atas hal ini adalah hadits yang berasal
Fathimah binti Abu Hubaisy bahwasanya ia sering mengalami istihadhah.
Lantas Rasulullah saw. bersabda kepadanya, "Warna darah haid adalah
hitam. fika terdapat darah yang berwarna seperti itu, maka berhentilah
mengerjakan shalatl ]ika tidak, maka berwudhulah dan shalatlah, karena
ia adalah darah penyakit'i'' Hadits ini telah dijelaskan sebelumnya.

Hukum Bagi Wanita yang Keluar Darah lstihadhah


Bagi wanita yang mengeluarkan darah istihadhah, ada beberapa ketentuan
hukum yang mesti diperhatikan. Secara ringkas, saya akan menyebutkan sebagai
berikut:
r. Ia tidak diwajibkan rnandi besar ketika hendak melakukan shalat, kecuali
hanya satu kali, yaitu ketika haidnya sudah berhenti. Pendapat ini dikemu-
kakan oleh mayoritas ulama, baik ularna salaf maupun ulama khalaf.
z. Ia diwajibkan wudhu setiap kali hendak mengerjakan shalat. Sebagai dasar
atas hal ini
adalah hadits yang diriwayatkan Bukhari bahwa Rasulullah
saw. bersabda, "Kemudian hendaklah engkau wudhu setiap kali hendak
mengerjakan shalat!"

Lihat takhrij hadits sebelumnya

Thaharoh - 155
!
u.
*

Imam Malik berpendapat, wanita yang istihadhah hanya disunnahkan


wudhu setiap kali akan mengerjakan shalat dan ia hanya wajib berwudhu
jika berhadas besar.
3. Hendaknya ia membasuh kemaluannya sebelum berwudhu kemudian ke-
maluannya diberi sehelai kain atau kapas (pembalut, red) untuk menghindari
kenajisannya atau mengurangi aliran darah yang keluar. fika tidakberhasil,
maka kemaluannya disumpal dan diikat dengan kain seperti sabuk. Namun,
hal tersebut tidak wajib, hanya sebuah anjuran.

4. Mayoritas ulama berpendapat, hendaknya wanita yang istihadhah tidak


wudhu terlebih dulu sebelum waktu shalat tiba, karena ia bersuci dalam
keadaan darurat. Dengan demikian, wanita yang mengeluarkan darah istiha-
dah hendaknya tidak mendahulukan wudhu sebelum tiba waktu shalat.

5. Suami boleh bersetubuh ketika darah istrinya terus mengalir, sebab tidak
ada larangan untuk bersetubuh dengan wanita yang mengeluarkan darah
istihadhah. Hal ini merupakan pendapat mayoritas ulama.
Ibnu Abbas berkata, "Wanita yang istihadhah boleh disetubuhi oleh suaminya.
Sebab, jika ia sudah dibolehkan mengerjakan shalat, tentunya hukum
menyetubuhinya juga dibolehkanl" HR Bukhari. Artinya, jika seorang wanita
yang istihadhah diperbolehkan mengerjakan shalat dalam keadaan darah
masih mengalir, dan suci termasuk bagian penting dalam melaksanakan
shalat, maka bersetubuh juga dibolehkan.

Diriwayatkan dari Ikrirnah binti Hamnah, ketika ia istihadhah' suaminya


selalu menyetubuhinya.' HR Abu Daud dan Baihaki. Imam Nawawi
berkata, Sanad hadits hasan.
6. Hukum wanita istihadhah sama dengan wanita dalam keadaan suci. Karena-
nya, ia diperbolehkan mengerjakan shalat, berpuasa, beri'tikaf, membaca
Al-Qur'an, menyentuh dan membawa Mushaf Al-Qur'an serta melakukan
semua jenis ibadah. Hukum ini berdasarkan kesepakatan para ulama.r

ftR g..khurl secara muallaq dan dikatagorikan sebagai maushAl oleh Ibnu Abu Syaibah
dan ad-Darimi. Lihat Fath al-Bdri, iilid: I, hal: Sro.
HR Abu Daud kitab, "ath-Thahirahl'bab"Al-Mustabddhahl' jilid: I, hal: 8r.
Darah haid adalah darah kotor, sedangkan darah istihadhalr juga adalah darah biasa. Oleh
karena itu, darah haid menjadi penghalang bagi seorang wanita untuk mergerjakan berbagai
aktivitas ibuduh, sementaia untu[ keluirnyi darah {stilndnh, yang bersangkutan tetap
dipcrbolehkan melakukan aktivitas ibadah.
I
k
156 - FikihSunnah
li

Anda mungkin juga menyukai