Anda di halaman 1dari 2

MARAH JIKA KEHORMATAN SYARA' DILANGGAR

DAN MENOLONG UNTUK KEMENANGAN AGAMA ALLAH TA'ALA

Allah Ta'ala berfirman:

ِ ‫{ َو َم ْن يُ َعظِّ ْم ُح ُر َما‬
‫ت هللا فَهُ َو َخ ْي ٌر لَهُ ِع ْن َد َربِّه‬
Artinya: "Dan barangsiapa yang mengagungkan peraturan-peraturan suci Allah, maka
itulah yang terbaik baginya di sisi Tuhannya." (al-Hajj: 30)

Allah Ta'ala berfirman lagi:

‫ِّت أَ ْق َدا َم ُكم‬


ْ ‫صر ُْوا هللاَ يَ ْنصُرْ ُك ْم َويُثَب‬
ُ ‫{إن تَ ْن‬
ْ
}Artinya: "Jikalau engkau memberikan pertolongan kepada agama Allah maka Allah
pasti memberikan pertolongan kepadamu semua dan menetapkan -meneguhkan- kaki-
kakimu." (Muhammad: 7)

1. Dari Abu Mas'ud yaitu 'Uqbah bin 'Amr al-Badri r.a., katanya: "Ada seorang
lelaki datang kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: "Sesungguhnya saya mengakhirkan
diri dari shalat subuh -yakni tidak ikut berjama'ah- karena si Fulan itu, sebab ia
suka memanjangkan bacaan suratnya untuk kita." Maka saya -Abu Mas'ud- sama
sekali tidak pernah melihat Nabi s.a.w. marah dalam nasihatnya lebih daripada
marahnya pada hari itu. Beliau s.a.w. bersabda: "Hai sekalian manusia,
sesungguhnya diantara engkau semua ada orang-orang yang menyebabkan larinya
orang lain. Maka siapa saja diantara engkau semua yang menjadi imam orang
banyak hendaklah ia menyingkatkan bacaannya, sebab sesungguhnya di
belakangnya itu ada orang yang sudah tua, anak kecil dan ada pula orang yang
hendak mengurus keperluannya." (Muttafaq 'alaih)

2. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. datang dari berpergian
dan saya telah memberikan tutup dalam rumahku -gorden- dengan tabir yang tipis
sekali, ada beberapa gambar boneka. Setelah Rasulullah s.a.w. melihatnya lalu
dirusaknya dan berubahlah warna wajahnya serta bersabda: "Hai Aisyah, manusia
yang paling besar dalam hal siksanya di sisi Allah pada hari kiamat ialah orang-
orang yang menyamai dengan apa-apa yang diciptakan oleh Allah." (Muttafaq
'alaih)

3. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula bahwasanya orang-orang Quraisy disedihkan


oleh peristiwa seorang wanita dari golongan Makhzum yang mencuri -dan wajib
dipotong tangannya-. Mereka berkata: "Siapakah yang berani memperbincangkan
soal wanita ini dengan Rasulullah s.a.w.?" Kemudian mereka berkata pula: "Tidak
ada rasanya seorang pun yang berani mengajukan perkara ini -maksudnya untuk
meminta supaya dimaafkan dari hukuman potong tangan - melainkan Usamah bin
Zaid seorang yang dicintai Rasulullah s.a.w., Usamah lalu membicarakan hal
tersebut pada beliau s.a.w., kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah
engkau hendak meminta tolong dihapuskannya sesuatu had -hukuman- dari had-
had yang ditentukan oleh Allah Ta'ala?" Seterusnya beliau berdiri dan berkhutbah:
"Sesungguhnya yang menyebabkan rusak orang-orang yang sebelummu semua itu
ialah karena mereka itu apabila yang mencuri termasuk golongan yang mulia di
kalangan mereka, orang tersebut mereka biarkan saja -yakni tidak diterapkan
hukuman apa-apa-, sedang apabila yang mencuri itu orang yang lemah -orang
miskin dan tidak berkuasa-, maka mereka melaksanakan hadnya. Demi Allah
yang mengaruniakan keberkahan, andaikata Fathimah puteri Muhammad itu
mencuri pastilah saya potong pula tangannya." -yakni sekalipun anaknya sendiri
juga harus diterapi hukuman sebagaimana orang lain-. (Muttafaq 'alaih)

4. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. melihat ada ingus -lendir- di arah kiblat,
maka hal itu dirasakan amat berat sekali dalam hatinya, sehingga tampaklah di
wajah beliau itu. Selanjutnya beliau berdiri dan menggaruknya -yakni
menggosok-gosoknya -dengan tangannya- dan ingus itu dapat hilang sebab telah
kering. Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya apabila seorang diantara
kalian semua itu berdiri dalam shalatnya, maka sebenarnya ia sedang bermunajat
kepada Tuhannya di kala itu dan bahwasanya Tuhannya itu diantara dirinya dan
antara kiblat. Maka dari itu janganlah seorang diantara kalian semua itu berludah
ke arah kiblat, tetapi berludahlah ke arah kiri atau ke bawah kakinya." Seterusnya
beliau s.a.w. mengambil ujung selendangnya, lalu berludah di situ, kemudian
membolak-balikkan sebagian selendang itu dengan bagian lainnya -yakni
digosok-gosokkan ludah tadi dengan kain selendangnya berulang kali-. Beliau
s.a.w. lalu bersabda: "Atau melakukan seperti demikian ini." (Muttafaq 'alaih)

Adapun perintah berludah di arah kiri atau di bawah kaki itu apabila orang
tersebut shalatnya tidak di dalam masjid. Tetapi jikalau di dalam masjid, maka janganlah
meludah melainkan wajib diletakkan dalam pakaiannya sendiri, atau didalam sapu
tangan atau tissue.

Wallahu A’lam

Anda mungkin juga menyukai