ِ { َو َم ْن يُ َعظِّ ْم ُح ُر َما
ت هللا فَهُ َو َخ ْي ٌر لَهُ ِع ْن َد َربِّه
Artinya: "Dan barangsiapa yang mengagungkan peraturan-peraturan suci Allah, maka
itulah yang terbaik baginya di sisi Tuhannya." (al-Hajj: 30)
1. Dari Abu Mas'ud yaitu 'Uqbah bin 'Amr al-Badri r.a., katanya: "Ada seorang
lelaki datang kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: "Sesungguhnya saya mengakhirkan
diri dari shalat subuh -yakni tidak ikut berjama'ah- karena si Fulan itu, sebab ia
suka memanjangkan bacaan suratnya untuk kita." Maka saya -Abu Mas'ud- sama
sekali tidak pernah melihat Nabi s.a.w. marah dalam nasihatnya lebih daripada
marahnya pada hari itu. Beliau s.a.w. bersabda: "Hai sekalian manusia,
sesungguhnya diantara engkau semua ada orang-orang yang menyebabkan larinya
orang lain. Maka siapa saja diantara engkau semua yang menjadi imam orang
banyak hendaklah ia menyingkatkan bacaannya, sebab sesungguhnya di
belakangnya itu ada orang yang sudah tua, anak kecil dan ada pula orang yang
hendak mengurus keperluannya." (Muttafaq 'alaih)
2. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. datang dari berpergian
dan saya telah memberikan tutup dalam rumahku -gorden- dengan tabir yang tipis
sekali, ada beberapa gambar boneka. Setelah Rasulullah s.a.w. melihatnya lalu
dirusaknya dan berubahlah warna wajahnya serta bersabda: "Hai Aisyah, manusia
yang paling besar dalam hal siksanya di sisi Allah pada hari kiamat ialah orang-
orang yang menyamai dengan apa-apa yang diciptakan oleh Allah." (Muttafaq
'alaih)
4. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. melihat ada ingus -lendir- di arah kiblat,
maka hal itu dirasakan amat berat sekali dalam hatinya, sehingga tampaklah di
wajah beliau itu. Selanjutnya beliau berdiri dan menggaruknya -yakni
menggosok-gosoknya -dengan tangannya- dan ingus itu dapat hilang sebab telah
kering. Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya apabila seorang diantara
kalian semua itu berdiri dalam shalatnya, maka sebenarnya ia sedang bermunajat
kepada Tuhannya di kala itu dan bahwasanya Tuhannya itu diantara dirinya dan
antara kiblat. Maka dari itu janganlah seorang diantara kalian semua itu berludah
ke arah kiblat, tetapi berludahlah ke arah kiri atau ke bawah kakinya." Seterusnya
beliau s.a.w. mengambil ujung selendangnya, lalu berludah di situ, kemudian
membolak-balikkan sebagian selendang itu dengan bagian lainnya -yakni
digosok-gosokkan ludah tadi dengan kain selendangnya berulang kali-. Beliau
s.a.w. lalu bersabda: "Atau melakukan seperti demikian ini." (Muttafaq 'alaih)
Adapun perintah berludah di arah kiri atau di bawah kaki itu apabila orang
tersebut shalatnya tidak di dalam masjid. Tetapi jikalau di dalam masjid, maka janganlah
meludah melainkan wajib diletakkan dalam pakaiannya sendiri, atau didalam sapu
tangan atau tissue.
Wallahu A’lam