Anda di halaman 1dari 9

MACAM-MACAM TARI NUSANTARA

Sabtu, 02 Februari 2013


TARI JAIPONG

Tari jaipong atau Jaipongan adalah sebuah kesenian dari sunda berupa seni tari dengan
diiringi musik Degung, yang dulunya bernama ketuk tilu dan bermula diciptakan seniman
berbakat yang bernama gugum gumilar. yang menjadi ciri utama Jaipongan adalah gaya
kaleran,alami dan apa adanya, ceria, erotis, humoris, bersemangat, berspontanitas, dan
kesederhanaan. Tari Raden Bojong,Tari Daun dan Pulus Keser Bojong adalah karya tari
jaipong Gugum Gumbira yang pertamakalinya.

Gerakan-gerakan pada TARI JAIPONG sangat dipengaruhi oleh kliningan, pencak silat,
seni ketuk tilu, dan ronggeng sehingga terbentuk GERAKAN TARI YANG INDAH dan
enak untuk kita tonton

Dalam garak Tari Jaipong dapat dibedakan dari beberapa bagian diantaranya
1. Gerakan pembuka yang disebut juga Bukaan
2 . Bagian dari gerakan-gerakan yang disebut Pencungan
3.  pemberhentian atau titik disebut Ngala
4.  Pindahan dari peralihan sesudah ngala disebut Mincit

Dalam perjalanannya kesenian Jaipongan terjadi pro kontra mengenai keerotisan dalam
pakaian dan gaya tariannya. namun meski demikian seni JAIPONGAN masih tetap eksis di
berbagai acara pentas nasional maupun Internasional
sumber : http://www.youtube.com/watch?v=VbKGMXFDNKA

TARI MERAK

Tari Merak merupakan salah satu tarian daerah kreasi baru yang dikreasikan oleh Raden
TjetjepSomantri sekitar tahun 1950-an, yang kemudian direvisi kembali oleh dra. Irawati
Durban pada tahun 1965.
Pada tahun 1985 dra. Irawatai merevisi kembali koreografi tari merak dan mengajarkannya
secara langsung pada Romanita Santoso pada tahun 1993.
Walaupun tarian ini dibawakan oleh penari wanita, namun sebenarnya tarian ini
mengambarkan tingkah laku merak jantan dalam menebatkan pesonanya kepad merak betina.
Dalam tarian ini digambarkan bagaimana usaha merak jantan untuk menarik perhatian merak
betina dengan memamerkan bulu ekornya yang indah dan panjang.
Dalam usahanya menarik merak betina, sang jantan akan menampilkan pesona terbaik yang
ada pada dirinya hingga mampu membuat sang betina terpesona dan berlanjut pada ritual
pekawinan.

Gerakan tari merak lebih didominasi oleh gerakan yang menggambarkan keceriaan dan
kegembiraan yang dipancarkan oleh sang merak jantan. Dan nilai keceriaan yang
digambarkan dalam tari merak semakin jelas dengan penggunaan kostum yang digunakan
oleh sang penari.
Dalam membawakan tarian merak, umumnya penari akan menggunakan kostum yang
berwarna – warni dengan aksesoris yang semakin mempertegas kesan burung merak jantan.
Dan yang tidak pernah ketinggalan dalam kostum tari merak adalah sayap burung merak
yang bisa dibentangkan dan hiasan kepala (mahkota) yang akan bergoyang – goyang ketika
penari menggerakan kepalanya.

Fungsi Tari Merak

Sedangkan untuk fungsi tari merak, tarian ini sering ditampilkan sebagai tarian persembahan
atau tarian penyambutan. Berikut adalah beberapa fungsi tari merak :

 sebagai tarian persembahan untuk para tamu yang hadir dalam resepsi pernikahan
 sebagai tarian penyambutan untuk rombongan pengantin pria ketika menuju
pelaminan
 sebagai tarian penyambutan tamu agung dalam sebuah acara atau ritual
 sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Indonesia dalam kancah internasional.
(nn)

TARI PIRING

Tari Piring merupakan tarian khas dari daerah Sumatera Barat, Minang Kabau. Tarian khas
ini sudah sangat terkenal di Indonesia. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya akan
sedikit mengulas Sejarah Asal Usul Tari Piring yang sangat terkenal tersebut sebagai
penambah wawasan dan pengetahuan kita terhadap budaya bangsa. Mari kita simak informasi
lengkapnya dibawah ini.

Tari Piring
Pada mulanya, Tari Piring ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat
kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan
dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring
sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.

Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari Piring tidak lagi digunakan
sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan
sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara
keramaian.

Di Malaysia , tarian piring dipersembahkan ketika majelis perkawinan terutama bagi keluarga
berada, bangsawan dan hartawan di sebuah kampung. Tarian ini biasa dilihat di kawasan
Seremban, Kuala Pilah dan Rembau oleh kumpulan tertentu. Ada yang dipersembahkan
dengan pakaian lengkap dan pakaian tarian tidak lengkap. Sedikit bayaran akan dikenakan
jika menjemput kumpulan tarian ini mempersembahkan tarian piring. 10 - 20 menit
diperuntukkan untuk persembahan tarian ini.

 Tarian piring dan silat dipersembahkan di hadapan mempelai di luar rumah. Majelis
perkawinan atau sesuatu apa-apa majlis akan lebih meriah jika diadakan tarian piring. Namun
begitu, segelintir masyarakat tidak dapat menerima kehadiran kumpulan tarian kerana
dianggap ada percampuran lelaki dan perempuan. Bagi mengatasi masalah itu, kumpulan
tarian disertai hanya gadis-gadis sahaja.
Kira-kira 8 (delapan) abad yang lalu, Tari Piring telah ada di wilayah kehulauan Melayu. Tari
Piring identik dengan Sumatera Barat. Hingga masa kerajaan Sri Vilaya, eksistensinya masih
ada bahkan semakin mentradisi. Pada saat masa-masa kejayaan kerajaan Majapahitlah,
tepatnya abad ke-16, kerajaan Sri Vijaya dipaksa jatuh.
Namun demikian, Tari Piring tidak lantas ikut lenyap. Bahkan, Tari Piring mengalami
perkembangan ke wilayah-wilayah Melayu lain seiring hengkangnya pengagum setia Sri
Vijaya. Bergantinya pelaku peradaban memaksa adanya perubahan konsep, orientasi dan nilai
pada Tari Piring.

Pada awalnya Tari Piring diperuntukkan buat sesembahan para dewa, dibarengi dengan
penyediaan sesaji dalam bentuk makanan yang lezat-lezat. Tarian ini dibawakan oleh
beberapa perempuan yang dengan penampilan khusus, berbusana indah, sopan, tertib, dan
lemah lembut.

Dalam perjalanannya, orientasi atau tujuan sesembahan Tari Piring bergeser drastis. Ketika
Islam datang, orientasi penyajian tidak lagi tertuju pada para dewa, namun dipersembahkan
kepada para raja dan pejabat, khususnya saat ada pertemuan atau forum khusus dan istimewa
lainnya. Selain itu, Tari Piring juga semakin populer dan tidak hanya dikonsumsi oleh
kalangan elit tertentu.

Tidak cukup sampai disitu, perubahan orientasi terus dilakukan. Arti dan makna Tari Piring
diartikan secara agak luas. Dalam konteks ini, raja tidak harus kepala negara atau pemimpin
kekusaan politik pada rakyatnya, tapi bisa dianalogikan dengan sepasang pengantin. Sang
pengantin adalah raja, yaitu “raja sehari”. Karena itulah tradisi Tari Piring kerap
dipersembahkan dihadapan “raja sehari” (pengantin) saat bersanding dipelaminan dalam
acara walimatul ‘arsy.

Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah salah satu
jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat Minangkabau disebut
dengan Tari Piring karena para penari saat menari membawa piring.

Pada awalnya dulu kala Tari Piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para
dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau Tari
Piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian
yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, Tari Piring juga dipakai dalam acara
keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.

Mengenai waktu kemunculan pertama kali Tari Piring ini belum diketahui pasti, tapi
dipercaya bahwa Tari Piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang
lalu. Tari Piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada
zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri
Wijaya, telah mendorong Tari Piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain
bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu.

sumber :  http://www.youtube.com
Diposkan oleh Duo Dhil di 05.22 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: asia, indonesia, kebudayaan, kesenian, nusantara, sejarah, seni, sumatera barat, tari,
tari piring

Kamis, 31 Januari 2013


TARI PENDET

Tari Pendet termasuk dalam jenis tarian wali, yaitu tarian Bali yang dipentaskan khusus untuk keperluan upacara
keagamaan. Tarian ini diciptakan oleh seniman tari Bali, I Nyoman Kaler, pada tahun 1970-an yang bercerita tentang
turunnya Dewi-Dewi kahyangan ke bumi. Meski tarian ini tergolong ke dalam jenis tarian wali namun berbeda dengan
tarian upacara lain yang biasanya memerlukan para penari khusus dan terlatih, siapapun bisa menarikan tari Pendet,
baik yang sudah terlatih maupun yang masih awam, pemangku pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa. Pada
dasarnya dalam tarian ini para gadis muda hanya mengikuti gerakan penari perempuan senior yang ada di depan
mereka, yang mengerti tanggung jawab dalam memberikan contoh yang baik. Tidak memerlukan pelatihan intensif. 

Pada awalnya tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di Pura, yang menggambarkan
penyambutan atas turunnya Dewa-Dewi ke alam marcapada,merupakan pernyataan persembahan dalam bentuk
tarian upacara. Lambat laun, seiring perkembangan zaman, para seniman tari Bali mengubah tari Pendet menjadi tari
“Ucapan Selamat Datang”, dilakukan sambil menaburkan bunga di hadapan para tamu yang datang, seperti Aloha di
Hawaii. Kendati demikian bukan berarti tari Pendet jadi hilang kesakralannya. Tari Pendet tetap mengandung anasir
sakral-religius dengan menyertakan muatan-muatan keagamaan yang kental. Dan tari pendet disepakati lahir pada
tahun 1950. 

TARI SAMAN

Di antara beraneka ragam tarian dari pelosok


Indonesia, tari saman termasuk dalam kategori seni tari yang sangat menarik. Keunikan tari saman
ini terletak pada kekompakan gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari saman dapat
bergerak serentak mengikuti irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah
digerakkan satu tubuh, terus menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang dinamis.
Sungguh menarik, bukan? Tak salah jika tari saman banyak memikat hati para penikmat seni tari.
Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari mancanegara. Sekarang, mari kita ulas lebih dalam lagi
mengenai tarian unik ini.

Sejarah
Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh
seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi
Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun,
kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta
diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah
satu media dakwah.

Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada saat
merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau
panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga
penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai
tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau
upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat
keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-
perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada jug
yang menggunakan panggung.

Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh.
Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang
kompak dan harmonis.

Makna dan Fungsi


Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Sebelum Saman dimulai, tampil pemuka adat
untuk mewakili masyarakat setempat. Pemuka adat memberikan nasehat-nasehat yang berguna
kepada para pemain dan penonton. Syair-syair yang di antunkan dalam tari Saman juga berisi
petuah-petuah dan dakwah.
Berikut contoh sepenggal syair dalam tari S aman:

Reno tewa ni beras padi, manuk kedidi mulu menjadi rempulis bunge.

Artinya:

Betapa indahnya padi di sawah dihembus angin yang lemah gemulai. Namun begitu, burung
kedidi yang lebih dulu sebagai calon pengantin serta membawa nama yang harum.

Namun dewasa ini, fungsi tarian saman menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering berfungsi
sebagai media hiburan pada pesta-pesta, hajatan, dan acara-acara lain.

Nyanyian
Pada tari Saman, terdapat 5 macam nyanyian :

1. Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau mukaddimah dari tari Saman (yaitu setelah dilakukan
sebelumnya keketar pidato pembukaan). Rengum ini adalah tiruan bunyi. Begitu berakhir
langsung disambung secara bersamaan dengan kalimat yang terdapat didalamnya, antara lain
berupa pujian kepada seseorang yang diumpamakan, bisa kepada benda, atau kepada tumbuh-
tumbuhan.
2. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada
bagian tengah tari.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi
melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari
solo.

Gerakan
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman:
Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, syeikh saman
mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai
dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam konteks kekinian,
tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan
pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.

Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak
tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring
(semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi sambil
bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Dalam Tari
Saman biasanya, temponya makin lama akan makin cepat supaya Tari Saman menarik.

Penari
Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki. tetapi jumlahnya
harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan oleh kaum
perempuan. Pendapat Lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang dari 10 orang, dengan rincian
8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun, perkembangan di era
modern menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh
penari dengan jumlah yang lebih banyak. Di sinilah peran Syeikh, ia harus mengatur gerakan dan
menyanyikan syair-syair tari Saman.

Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu:
· Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi disulam
dengan benang seperti baju, sunting kepies.
· Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang putih, hijau
dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju bertangan pendek)
celana dan kain sarung.
· Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan warna,
menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna menunjukkan identitas
para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan kekompakan, kebijaksanaan,
keperkasaan, keberanian dan keharmonisan.

Tari saman memang sangat menarik. Pertunjukkan tari Saman tidak hanya populer di negeri kita
sendiri, namun juga populer di mancanegara seperti di Australia dan Eropa. Baru-baru ini tari
saman di pertunjukkan di Australia untuk memperingati bencana besar tsunami pada 26
Desember 2006 silam. Maka dari itu, kita harus bangga dengan kesenian yang kita miliki, dan
melestarikannya agar tidak punah.

TARI TOR TOR

Tor tor adalah tari tradisional Suku Batak.


Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik
tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain.
Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil
dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur).
Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan
tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
Jenis tari tor tor beragam. Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar
pada saat pesta besar.
Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut
agar jauh dari mara bahaya.
Selanjutnya ada tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang
raja.

Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit
bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).
Terakhir, ada tor tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual. Biasanya digelar apabila suatu
desa dilanda musibah.
Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Sebab tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah,
dan Benua bawah.
Dahulu, tarian ini juga dilakukan untuk acara seremoni ketika orangtua atau anggota keluarganya meninggal
dunia. Kini, tari tor tor biasanya hanya digunakan untuk menyambut turis.

Anda mungkin juga menyukai