PENDAHULUAN
dengan orang lain. Dengan adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial,
hal ini disebabkan karena manusia adalah makluk sosial, dimana antara yang satu
dengan yang lain saling membutuhkan, sehingga terjadi interaksi yang timbal
balik. Suatu contoh komunikasi yang dilakukan antara dokter dan pasien.
hal yang unik karena dokter selaku komunikator harus berhadapan pada
Tentunya dalam hal ini banyak sekali hanbatan-hambatan yang dirasakan dokter
antara nilai –nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim (dokter) dan
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Hal-hal apa saja yang menyebabkan terjadinya komunikasi tidak efektif
3. Bagaimana dampak dari komunikasi yang tidak efektif antara dokter dan
pasien?
3. Untuk mengetahui dampak dari komunikasi yang tidak efektif antara dokter dan
pasien.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hambatan Fisik
Hambatan fisik adalah hambatan yang berupa gangguan fisik, biasanya
terjadi pada penderita tuna rungu,tuna wicara, atau tuna netra. Dalam hal ini,
komunikan dan komunikator harus memaksimalkan penggunaan panca inderanya
agar tidak terjadi miskomunikasi.
Misalnya: seorang penderita tuna rungu bisa menggunakan gerakan
tangan dan gerakan mulut untuk berkomunikasi
2.Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis adalah hambatan yang berhubungan dengan psikis
manusia. Hambatan ini dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Prasangka: prasangka dalam komuniksai berkaitan dengan persepsi
seseorang terhadap orang lain, adanya prasangka ini dapat menimbulkan
hambatan dalam berkomunikasi.
b. Perbedaan kepentingan atau interest: perbedaan ini dapat menyebabkan
seseorang selektif terhadap pesan yang diperhatikan.
c. Motivasi: Motivasi melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia
melakukan sesuatu (why doing something). Semakin sesuai sebuah isi
pesan komuniksai massa dengan motivasi komunikan, maka semakin
besar pesan dapat diterima komunikan, dan sebaliknya. (Gerungan, 1983)
d. Stereotip: memberikan label kepada seseorang mengenai watak orang
tersebut berdasarkan keterangan-keterangan yang kurang lengkap, bersifat
negatif, dan subjektif.
Hambatan Teknis
Hambatan teknis merupakan hambatan yang disebabkan oleh
lingkungan yang memberi dampak pencegahan terhadap kelancaran proses
komunikasi. Contohnya adalah saat kita berada di lingkungan yang
berisik atau bising, hal ini dapat menyebabkan orang tidak mendengar
jelas perkataan komunikator. Jadi sebagai komunikator kita harus
memiliki kejelasan artikulasi dan pengucapan, dan memilih tempat yang
tepat untuk memulai suatu komunikasi.
3
4. Hambatan Sosiologis
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai golongan dan lapisan dengan
perbedaan yang banyak. Perbedaan tersebut dapat berupa yang menimbulkan
perbedaan dalam statu sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, dan
sebagainya, yang kesemuanya dapat menjadi hambatan sosioliogis.
5. Hambatan Antropologis
Hambatan ini terjadi karena perbedaan pada diri manusia seperti dalam
postur, warna kulit, dan kebudayaan. Perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai
yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.
6. Hambatan Bahasa
Bahasa yang digunakan biasanya memberikan petunjuk tentang perasaan-
perasaan dan motif yang terselebung. Hambatan komunikasi yang berikut ini
terjadi apabila pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver)
menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak
dimengerti oleh penerima pesan.Faktor bahasa yang digunakan seseorang
secara verbal maupun nonverbal (bahasa tubuh) ikut berpengaruh dalam proses
komunkasi antara lain; perbedaan arti kata, penggunaan istilah atau bahasa
tertentu, dan penggunaan bahasa tubuh (nonverbal).
7. Hambatan Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses internal yang memungkinkan kita
memilih atau menilai sesuatu dan proses tersebut dapat mempengaruhi pikiran
atau pandangan kita terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki persepsi yang
berbeda-beda. Oleh karena perbedaan persepsi inilah komunikasi efektif antar
individu akan terhambat. Perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak
terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi salah satu faktor yang
menghambat komunikasi.
8. Hambatan Media
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Media komunikasi didefinisikan sebagai alat
perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya
kepada komunikan.
Contoh: Saat menulis surat, tulisannya luntur tidak terbaca, atau selaku
komunikan yang menonton televisi, namun gambarnya rusak tidak terlihat. Hal itu
menunjukkan gangguan pada saluran atau media yang digunakan.
4
2.2 Peran Komunikasi Dalam Bidang Kedokteran Gigi
(1) Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan pasien) (2)
pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien, untuk kepentingan pasien
dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan finansial Membantu
memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan pasien. (4)
Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang
penyakit/masalah yang dihadapinya. (5) Membantu mengendalikan kinerja dokter
dengan acuan langkah-langkah atau hal- hal yang telah disetujui
2.3 Dampak Dari Komunikasi yang Tidak Efektif Antara Dokter dan Pasien
Pasien
a. pasien tetap tidak mengerti, pasien merasa dokter tidak memberinya
kesempatan untuk bicara atau ia merasa usahanya sia-sia karena sepulang dari
dokter ia tetap tidak tahu apa-apa, hanya mendapat resep saja.
b. pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan semata sebagai objek, bukan
sebagai subjek yang memiliki tubuh yang sedang sakit
5
f. pasien merasa berada dalam posisi yang lebih rendah dihadapan dokter,
sehingga takut bertanya dan hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter
Dokter
Dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang
dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya dokter sangat
mungkin tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis
dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut.
Tahap – tahapdalammewujudkankomunikasiantarapasiendandoktermeliputi:
Tujuantahapini, yaitu:
Mendapatkan data
biofisikatausejarahpenyakitdenganlengkapdanakurat,
supayadapatmengenalipola yang
bisadiasosiasikandengansuatupenyakittertentu
Mengeksplorasidanmemahamiperspektifpasien, agar
dokterbisamemahamiartigejalasertapenyakittersebutbagipasien
6
Menyusunwawancaraantaradokter-
pasiensedemikianrupasehinggamendukung proses diagnostic reasoning
dalamwaktuseefisiendanseefektifmungkin
Melibatkanpartisipasipasiendalamsuatu proses interaktif,
dengancaraselalumemeliharasambung rasa denganpasien,
danmemberikanresponsertadukunganpadaketerlibatanmereka
3. PenjelasandanPerencanaan (explanation and planning)
Hal pentingpadatahapini, yaitu:
Memberikaninformasidalamjumlahsertajenis yang tepat
Mencapaipemahamanbersamaantaradokterdanpasienterutamadalamhal
kerangkapenyakitpasien
Perencanaanmembuatkeputusanbersamaantaradokterdenganpasien
Tujuantahapiniadalah:
Memberikaninformasi yang
tepatdanmenyeluruhdenganmemperhatikankebutuhanmasing-
masingpasienterhadapinformasi
Menyediakanpenjelasan yang
berkaitandenganperspektifpasienterhadapmasalah
Menemukanperasaandanpemikiranpasiensehubungandenganinformasi
yang diberikan
Mendorongadanyainteraksiatauhubungantimbalbalik
(bukanhubungansearah)
Membuatpasienmenjadipahamtentang proses pengambilankeputusan
Melibatkanpasiendalammengambilkeputusan
(sampaidengantingkatatau level yang diinginkanpasien)
Meningkatkankomitmenpasienterhadaprencana yang telahtepat
4. Menutupwawancara (closing the session)
Tujuantahapiniadalah:
Mengkonfirmasirencanaperawatan
7
Mengklarifikasilangkahselanjutnya yang
akanditempuholehdoktergigimaupunpasien
Menetapkanrencana yang akanditempuhbilaadasituasi “darurat”
Peningkatan rasa sakit setelah beberapa hari pasca ekstraksi gigi dapat
menyebabkan dry soket. Dry soket atau alveolitis merupakan suatu komplikasi
yang paling sering, paling menakutkan dan paling sakit sesudah pencabutan gigi.
Dry soket merupakan suatu kondisi dimana terdapat kehilangan bekuan darah dari
soket.
8
Pembuangan sisa-sisa jaringan nekrotik dari bekuan darah dengan
pengirigasian larutan garam hangat secara pelan-pelan.
Membuat perdarahan baru dibawah lokal anastesi dan antibiotika.
b. Terapi Sistemik
Pemberian analgesik dan anti inflamasi untuk mengurangi rasa sakit dan
meminimalkan pembengkakan.
Penggunaan antibiotik spektrum luas dan untuk kuman anaerob seperti
metronidazole.
9
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Skenario
Titta berumur 25 tahun datang ke klinik Pratama BPJS, dengan keluhan bekas
pencabutan gigi 2 hari yang lalu terasa sakit, bengkak, dan ada rasa bau yang tidak
sedap. Titta juga mengalami kesulitan membuka mulut. Setelah melakukan
pemeriksaan klinis drg. A menarik kesimpulan bahwa gejala yang dialami Titta
adalah “Dry Socket”. Drg A bertanya pada Titta berapa lama Titta menggigit
tampon pasca pencabutan, pasien mengatakan bahwa tamponnya digigit selama
semalaman, karena pasien tidak diberitahu kapan harus melepaskan tampon
tersebut. Drg A menarik kesimpulan bahwa telah terjadi kesalahpahaman
komunikasi antara dokter gigi dan pasien.
10
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunikasi interpersonal yang terjadi antara dokter dan pasien di rumah sakit
penyembuhan.
4.2 Saran
Seharusnya dokter gigi tersebut harus berkomunikasi secara efektif dengan
pasien dan mengintruksikan apa yang harus dilakukan pasca pencabutan gigi agar
tercipta hubungan yang efektif antara dokter dan pasien.
11
DAFTAR PUSTAKA
Peterson L.J, Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed, Sint Louis : Mosby. 2003
Malaki Zainab, Dry Socket, http://dental practice.uktrading.com/clinical/viewd
12