XEROSTOMIA
XEROSTOMIA
Disusun Oleh :
NIM : 173308010030
2017
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia,serta penyertaanNya makalah tentang Xerostomia
ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterimakasih pada drg.Cindy
Denhara Wijaya selaku Dosen yang memberikan tugas ini kepada saya.
Penyusun
Kata Pengantar.................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
Rumusan Masalah............................................................................ 2
Tujuan............................................................................................... 2
BAB II ISI
Pengertian Xerostomia.................................................................... 3
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut sering sekali menjadi prioritas yang kesekian
bagi sebagian orang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian penting dari
kesehatan secara umum serta berpengaruh terhadap senyuman seseorang. Saat ini
cukup banyak keluhan yang dapat timbul di rongga mulut. Salah satu keluhan
tersebut adalah keluhan mulut kering (xerostomia). Keluhan-keluhan yang muncul
akibat xerostomia ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan rongga mulut yang
nantinya akan mempengaruhi tingkat kualitas hidup. Xerostomia biasanya diderita
oleh wanita dan usia lanjut ( usila ) , karena semakin bertambahnya usia seseorang
maka fungsi organ tubuhnya juga akan semakin menurun, baik itu karena faktor
alamiah maupun karena penyakit.
Xerostomia umumnya berhubungan dengan berkurangnya produksi air liur
(saliva), namun ada juga yang produksi salivanya normal tetapi tetap mengeluh
mulutnya kering.Mulut kering menimbulkan penampakan mulut yang kurang
baik. Biasanya orang mengalami xerostomia setelah bangun tidur, karena biasanya
setelah bangun tidur seseorang akan merasa mulutnya sangat kering dan langsung
meminum air putih. Produksi saliva yang berkurang selalui disertai dengan
perubahan dalam komposisi saliva yang mengakibatkan sebagian besar fungsi
saliva tidak dapat berjalan dengan lancar. Hal ini mengakibatkan timbulnya
beberapa keluhan pada penderita mulut kering, seperti kesukaran dalam
mengunyah ataupun menelan makanan, kesukaran dalam berbicara, kepekaan
terhadap rasa berkurang, kesukaran dalam memakai gigi palsu, mulut terasa
seperti terbakar dan sebagainya. Karena pentingnya peranan saliva dan akibat
yang ditimbulkan oleh berkurangnya produksi saliva, maka diperlukan
penanggulangan terhadap orang-orang yang menderita xerostomia.
1.3 Tujuan
Untuk memberikan pemahaman tentang Xerostomia dan bagaimana cara
menanggulanginya.
BAB II
ISI
2.1 Xerostomia
3.Tingkat stress
Pada saat berolah raga, atau berbicara yang lama dapat menyebabkan
berkurangnya aliran saliva sehingga mulut terasa kering. Dalam keadaan
gangguan emosional seperti stres, putus asa dan rasa takut dapat merangsang
terjadinya pengaruh simpatik dari sistem saraf autonom dan menghalangi sistem
saraf parasimpatik sehingga sekresi saliva menjadi menurun dan menyebabkan
mulut menjadi kering. Bernafas melalui mulut juga akan memberikan pengaruh
mulut kering.
4. Penggunaan obat-obatan.
Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi saliva. Obat-obat ini
memiliki sifat antikolinergik atau simpatomimetik yang akan menurunkan
produksi saliva sehingga kadar asam di dalam mulut meningkat. Dengan jumlah
yang sedikit dan konsistensi yang kental, saliva akan kehilangan fungsinya
sebagai pembersih alami rongga mulut. Lihat pada tabel 2!
Nama obat
Antidepresan
trisiklik
Antipsikotik
Antihistamins
Expectorants
Benzodiazepin
5.Tingkat umur
Xerostomia merupakan masalah umum yang banyak terjadi pada usia lanjut.
Keadaan ini disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai
dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah
komposisinya. Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi proses aging. Terjadi
perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim
hilang dan akan digantikan oleh jaringan ikat dan lemak. Keadaan ini
mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva. Perubahan atropik yang terjadi
di kelenjar submandibula sesuai dengan pertambahan usia juga akan menurunkan
produksi saliva dan mengubah komposisinya.
2.2.3 Gejala dan tanda
Gejala
Individu yang menderita xerostomia sering mengeluhkan masalah dalam makan,
berbicara, menelan, dan pemakaian gigi tiruan. Makanan yang kering biasanya
sulit dikunyah dan ditelan. Xerostomia menyebabkan mengeringnya selaput
lendir, mukosa mulut menjadi kering, mudah mengalami iritasi dan infeksi.
Keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya daya lubrikasi dan proteksi dari
saliva. Rasa pengecapan dan proses berbicara juga akan terganggu. Juga disertai
keluhan mulut terasa seperti terbakar.
Tanda
Pasien yang menderita xerostomia dapat mengeluhkan gangguan pengecapan
(dysgeusia), rasa sakit pada lidah seperti terbakar (glossodynia) dan peningkatan
kebutuhan untuk minum air, terutama pada malam hari.
2.2.4 Diagnosis
Diagnosis xerostomia adalah berdasarkan pada bukti yang diperoleh dari
riwayat pasien, seperti pemeriksaan rongga mulut dan sialometri, yaitu suatu
prosedur yang dilakukan untuk menentukan kadar aliran saliva. Kadar aliran
saliva memberi informasi yang penting untuk tindakan diagnostik dan tujuan
penelitian tertentu. Xerostomia harus dipertimbangkan jika pasien mengeluh
mulut kering, terutama pada waktu malam, atau kesulitan ketika makan makanan
kering. Pada pemeriksaan rongga mulut,indikator yang digunakan untuk
menentukan terjadinya xerostomia adalah apabila diletakkan spatel yang kering di
mukosa bukal, spatel lengket di mukosa tersebut sewaktu dialihkan. Pada wanita,
“tanda gincu” yaitu, gincu lengket pada gigi depan merupakan indikator terjadinya
xerostomia.
Diagnosis mulut kering juga dapat dilakukan secara subjektif dan dapat
didasarkan pada pertanyaan berikut :
‘’seberapa sering anda merasakan mulut kering?’’ dengan pilihan jawaban
‘’selalu ’’, ‘’sering’’, ‘’kadang-kadang’’, dan ‘’tidak pernah’’. Maka,pilihan
jawaban ‘’selalu’’ dan ‘‘sering’’ dapat memberikan identifikasi terjadinya
xerostomia.
2.2. 5 Cara mengurangi gejala Xerostomia
Pada keadaan xerostomia yang ringan dapat dianjurkan untuk sering
berkumur atau mengunyah permen karet yang mengandung xylitol. Pada keadaan
berat dapat digunakan zat perangsang saliva dan zat pengganti saliva. Obat
perangsang saliva hanya akan membantu jika ada kelenjar saliva yang masih aktif.
Mouth Lubricant dan Lemon Mucilage yang mengandung asam sitrat dan dapat
merangsang sangat kuat sekresi encer dan menyebabkan rasa segar di dalam
mulut. Tetapi obat ini mempunyai pH yang rendah sehingga dapat merusak email
dan dentin. Mentol dalam kombinasi dengan zat-zat manis dapat merangsang baik
sekresi seperti air maupun sekresi lendir, memberi rasa segar di dalam mulut .
Salivix, yang berbentuk tablet isap berisi asam malat, gumarab, kalsium
laktat, natrium fosfat, Iycasin dan sorbitol akan merangsang produksi saliva.
Permen karet bebas gula atau yang mengandung xylitol dapat menginduksi sekresi
saliva encer seperti air.
Sekresi saliva juga dapat dirangsang dengan pemberian obat-obatan yang
mempunyai pengaruh merangsang melalui sistem syaraf parasimpatis, seperti
pilokarpin, karbamilkolin dan betanekol (Amerongan,1991; Kidd dan
Bechal,1992; Sonis dkk,1995).
2) Bilasan mulut dan obat kumur, gel, semprotan dan saliva buatan.
3) Memperbanyak mengunyah permen, tetapi harus bebas gula dan non-asam.
Produk yang mengandung xylitol sebagai agen pemanis dapat disarankan.
4) Untuk bibir kering, krim atau salep Hydrating dapat membantu meringankan
gejala.
6) Diet makanan yang kaya kelembaban dan bukan makanan panas atau pedas.
Solusi lain :
1.Hindari makan asam ataupun manis menjelang tidur
2.Hindari berkumur dengan obat kumur yang mengandung alkohol
3.Jangan merokok, jangan mengonsumsi kafein ataupun minuman berakohol
4.Banyak minum air putih
5. Hindari bernafas melalui mulut
.
BAB III
KESIMPULAN
Haskell, R; Gayford, J.J. 1990. Penyakit Mulut. alih bahasa drg. Lilian Yuwono.
Ed. Ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 67-73.
Pradono, S.A; Setiyowati, T. 1997. Keluhan Mulut Kering Pada Lansia. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Vol.4. Edisi Khusus KPPIKG XI.603-
607.
Diaz Arnold Ana M, Marek Cindy A. The Impact of Saliva on patient care : a
literature review. J Prosthet Dent. 2002. 88: 337-342
Ship JA, Xerostomia in Older Adults: Diagnosis and Management, Geriatrics &
Aging. September 2003: 6(8)
Rahmadhan AG. Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut. Cetakan Pertama. Jakarta:
Penerbit Bukune. 2010: 15.
Fox PC, Grisius MM. Salivary gland diseases. Burket’s Oral Medicine Diagnosis
and treatment. 10th ed. Hamilton : BC Decker Inc. 2003: 235-38.
Ship JA, Pillemer SR, Baum BJ. Xerostomia and the geriatric patient. J Am
Geriatr Soc. 2002: 50(3): 535-543.