Anda di halaman 1dari 48

ISU DAN MASALAH PENGELOLAAN

SDA DAN LINGKUNGAN:


SEKTOR KEHUTANAN

Kuliah 3
Sustainable Forest Management
Pokok bahasan
1. Hutan dan Kawasan Hutan
2. Klasifikasi , Fungsi dan Tipe Hutan
3. Masalah di sektor Kehutanan
– Deforestasi, kebakaran hutan, perubahan fungsi
4. Hutan dan Perubahan Iklim
HUTAN DAN KAWASAN HUTAN (1)
Hutan bukan hanya sekumpulan individu pohon, tetapi
merupakan suatu masyarakat tumbuhan yang
kompleks, yang terdiri dari pada pohon, semak,
tumbuhan bawah, jasad renik tanah dan hewan lain.
Mereka satu sama lain terikat hubungan ketergantungan.
Pengertian Hutan (2)
Hutan: suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Pasal
1 angka 2 UU No. 41 Tahun 1999)

Hutan≠Kawasan Hutan
Kawasan Hutan: wilayah tertentu yang
ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan tetap (Pasal 1 angka 3 UU No. 41 Tahun
1999)
KAWASAN HUTAN
• Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang
berupa hutan, yang ditunjuk dan atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap.
• Kawasan hutan perlu ditetapkan untuk menjamin
kepastian hukum mengenai status kawasan
hutan, letak batas dan luas suatu wilayah
tertentu yang sudah ditunjuk sebagai kawasan
hutan menjadi kawasan hutan tetap.
Klasifikasi Kawasan Hutan
(UU 41/1999)
• Hutan konservasi: kawasan hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
• Hutan Lindung: kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan
erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan
tanah.
• Hutan produksi: kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok memproduksi hasil hutan:
– Hutan Produksi Tetap (HP)
– Hutan Produksi Terbatas (HPT)
– Hutan Produksi yang dapat dikonversi.
KAWASAN HUTAN
BERDASARKAN FUNGSI
HPK; Hutan
22,7 juta ha Konservasi;
23,5 juta ha

Hutan
Lindung;
HP & HPT; 31,5 juta ha
59,2 juta ha

9
9
Fungsi Hutan
Ekologi
Biodiversity
Tata Air
Ekonomi-Sosial
Iklim
Penyerap polusi
Ciri-ciri Hutan Hujan Tropis
vegetasi selalu hijau
ada variasi dari tempat ke tempat
memiliki nilai ekonomi
nilai sosial, dan
nilai ekologi.
Kekayaan Hutan Tropis

Hanya 14% permukaan bumi, terdiri dari


separuh spesies tumbuhan bumi
Kurang dari 1500 taksonomi yang mempunyai
skill dibidang ini berasal di luar daerah tropika
Studi hutan tropik masih terbatas
Hutan Indonesia dibagi atas 3 kelompok:
 Zona Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan
dan Pulau Jawa (hutan dipterocarpaceae)
 Zona Irian Jaya yang relatip miskin
dengan campuran namun kaya dengan
agathis, dan
 Zona Intermediate Wallacea (Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara), yang kaya
akan eboni, agathis, eucaliptus, dan
cendana.
Tipe Istilah yang digunakan bagi kelompok
tegakan yang mempunyai ciri-ciri yang
Hutan sama dalam susunan dan
perkembangannya.

Tipe Hutan Secara Umum


1. Hutan Hujan Tropis
2. Hutan Musim
3. Hutan Daerah Kering
4. Hutan Gambut
5. Hutan Rawa
6. Hutan Pantai
7. Hutan Mangrove
8. Hutan Tanaman
Masalah di sektor kehutanan
• Deforestasi
– Hukum tidak dipatuhi oleh pemegang HPH
– Perambahan hutan
– Pencurian kayu/penebangan liar
• Kebakaran hutan
– Alami: kebakaran hutan diduga sebagai konsekuensi
adanya endapan kayu arang
– Disebabkan oleh proses deforestasi yang sangat tinggi.
– Kerusakan akibat kebakaran hutan cukup besar,
meliputi kerusakan serius pada hutan, pencemaran
udara, gangguan kesehatan masyarakat, kematian,
kerusakan harta benda dan pilihan sumber
penghidupan
• Kebijakan otda
– UU No. 23 /2014 tentang Pemerintahan Daerah
memberikan kewenangan kepada provinsi untuk
mengelola hutan  kewenangan Kabupaten/Kota hanya
untuk taman hutan rakyat
– Urusan pilihan kehutanan Membuka peluang daerah
untuk mengembangkan potensi sumberdaya yang
dimilikinya, termasuk potensi hutan secara besar-besaran
(kelestarian lingkungan?).
• Konflik lahan
– Kegiatan kehutanan juga menghadapi konflik penggunaan
lahan, baik dengan masyarakat adat, para transmigran,
kegiatan perkebunan, pertanian (ladang berpindah),
kehutanan sendiri (konversi hutan), dan pertambangan.
– Konflik lahan yang saat ini marak dibicarakan adalah
melawan pertambangan.
Deforestasi vs Perubahan kawasan hutan
• Deforestasi
Perubahan kondisi penutupan lahan dari hutan
menjadi bukan hutan (termasuk perubahan untuk
perkebunan, pemukiman, kawasan industri, dan lain-
lain).

• Perubahan kawasan hutan


Berubahnya luas kawasan hutan sebagai akibat dari
adanya pelepasan kawasan hutan (untuk keperluan
non kehutanan), adanya tukar menukar kawasan atau
adanya perubahan fungsi hutan.
Deforestasi
Laju Deforestasi: 1,6 – 2 juta Ha per-tahun

Hingga tahun 1982-1990 laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,3 juta ha per
tahun dengan rincian:

 Menjadi karet dan kelapa sawit 160.000 ha/tahun,


 Transmigrasi dan infrastruktur 300.000 ha/tahun,
 Perladangan berpindah 300.000 ha/tahun,
 Kebakaran hutan 100.000 ha/tahun,
 Pengaruh kebakaran hutan di Propinsi Kalimantan Timur 1982-
1983 hingga mencapai 3,5 juta ha,
 Dan lain-lain (transmigrasi spontan, pertambangan, dsb)
mencapai 77.000 ha/tahun.
PROSES DEGRADASI HUTAN DAN DEFORESTASI DI INDONESIA
Faktor penyebab illegal logging
1. Ketimpangan pasokan dan permintaan kayu
yang sangat tinggi.
2. Hutan yang sangat luas dan rentang geografis
yang sangat lebar.
3. Indonesia memiliki garis batas lintas negara yang
sangat panjang.
4. Keterlibatan pemodal besar dan pemodal asing
dalam kegiatan illegal logging.
5. Keterlibatan oknum aparat penegak hukum.
6. Kemiskinan masyarakat di dalam dan sekitar
hutan.
Tumpang tindih lahan
pertambangan dan kehutanan
• Pertambangan dan energi merupakan sektor pembangunan
penting bagi Indonesia.
– sebagai bentuk konkret sektor pertambangan menyumbang sekitar 11,2% dari
nilai ekspor Indonesia dan memberikan kontribusi sekitar 2,8% terhadap
pendapatan domestik bruto (PDB).
– mempekerjakan sekitar 37.787 tenaga kerja orang Indonesia, suatu jumlah yang
tidak sedikit.
• Namun dari sisi lingkungan hidup, pertambangan dianggap
paling merusak dibanding kegiatan-kegiatan eksploitasi SDA
lainnya.
 Pertambangan dapat mengubah bentuk bentang alam,
merusak dan atau menghilangkan vegetasi, menghasilkan
limbah tailing, maupun batuan limbah, serta menguras air
tanah dan air permukaan.
Isu terkait UU No.41/1999
tentang Kehutanan
• Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan
penambangan dengan pola pertambangan terbuka
• Pertambangan akan selalu bersinggungan dengan
kawasan kehutanan. Pertambangan selalu dianggap
‘biang keladi’ kerusakan lingkungan, termasuk
kerusakan hutan.
– Padahal, kerusakan hutan tidak semata-mata disebabkan
pertambangan, namun lebih banyak disebabkan pola
penebangan dan pengelolaan hutan yang kurang baik.
• Bagaimana agar sektor pertambangan dapat terus
berlangsung, namun keberlangsungan hutan lindung
juga dapat terus terjaga ?
Konflik Penataan Ruang Kehutanan?
• Konflik tata ruang melibatkan beberapa stakeholder yang memiliki
kepentingan terhadap penggunaan lahan.
 Untuk menyelesaikan konflik dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis stakeholder di mana tujuan dari analisis ini
menentukan pola-pola interaksi antar stakeholder yang berlangsung
sehingga diperoleh stakeholder kunci dalam terjadinya konflik.
• 4 Jenis stakeholder :
– mereka yang menuntut untuk memperoleh perlindungan hukum (legal
protection)
– mereka yang mempunyai kunci kekuatan politik
– mereka yang mempunyai kekuasaan yang dapat menjegal kesepakatan
yang sudah dirundingkan
– mereka yang mempunyai tuntutan moral untuk mendapatkan simpati
dari publik.
Masalah penataan ruang kehutanan
• Penataan ruang dalam suatu wilayah Provinsi atau Kabupaten
yang terkait dengan sektor kehutanan secara teknis berkaitan
dengan kesesuaian antara Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi atau Kabupaten/Kota dengan Tata Guna
Hutan Kesepakatan (TGHK).
 Terjadi karena secara teknis ada ketidaksesuaian antara arahan
penggunaan sektor lain yang sesuai dengan RTRWP/RTRWK dengan
peruntukan fungsi hutan sesuai TGHK (peta kawasan hutan).
• Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) yang ditetapkan
berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 137/Kpts-II/1986
merupakan dasar bagi Kementerian Kehutanan untuk
melakukan penataan ruang di sektor kehutanan.
 Karena adanya perubahan yang sangat besar terhadap kondisi hutan
dan dianggap TGHK sudah tidak sesuai lagi dengan realita di lapangan
maka dilakukan perubahan terhadap TGHK yang ada berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan.
• Perbedaan TGHK dan RTRWP ini disebabkan oleh adanya
perbedaan dalam arahan fungsi dan pemanfaatan kawasan.
– Dalam TGHK, kawasan hutan dibedakan menjadi lima yaitu kawasan
hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, hutan konversi, hutan
lindung dan hutan konservasi.
– Menurut RTRWP, arahan pemanfaatan kawasan dibedakan menjadi
kawasan lindung dan kawasan budidaya.
• Permasalahan RTRWP yang terkait dengan penataan ruang sektor
kehutanan adalah adanya pelanggaran pemanfaatan kawasan
hutan oleh perkebunan, pertambangan dan pemukiman di
kawasan hutan produksi, hutan lindung dan konservasi.
• Penanganan:
Kebijakan tentang tata cara perubahan peruntukan dan fungsi
kawasan hutan melalui PP No. 10 /2010.
 Perubahan peruntukan kawasan hutan: perubahan kawasan
hutan menjadi bukan kawasan hutan yang dapat dilakukan secara
parsial atau untuk wilayah provinsi (tukar-menukar kawasan hutan
dan pelepasan kawasan hutan.
Faktor penyebab tumpang-tindih
dalam penataan ruang di sektor kehutanan
1. Bias wilayah administrasi
– Selama ini basis dalam penataan ruang adalah berbasis pada
ruang wilayah administratif (sementara ketentuan luas
minimum 30% kawasan hutan dalam DAS)
– Seharusnya penataan ruang, termasuk penataan ruang
kehutanan, dilakukan berdasarkan keterkaitan fungsional
wilayah seperti kawasan yang berfungsi sebagai penyangga
ekosistem (ekoregion): kawasan pesisir (hutan bakau), kawasan
pegunungan (kekayaan biodiversitas), DAS.
– Dengan menghilangkan pendekatan administrasi maka penataan
ruang di sektor kehutanan dapat dilakukan secara terintegrasi
dengan seluruh kawasan dalam suatu wilayah DAS atau
bioregion (ekosistem). Pendekatan ini juga akan mengurangi
bias antarsektor.
2.Bias antarsektor
– Mekanisme penataan ruang selama ini sangat bias
kepentingan sektoral terutama dalam era pemerintahan
yang sentralistik, sektoral dan vertikal.
– Walaupun telah terjadi pergeseran arah kebijakan
pembangunan menjadi desentralisasi, produk RTR sering
kali berada dalam kedudukan yang lemah bila dihadapkan
dengan kepentingan sektor di mana sektor tersebut juga
memiliki produk spasialnya sendiri (peta).
 menyebabkan adanya konflik antarsektor dalam
pemanfaatan ruang: Biasanya sektor yang mendatangkan
keuntungan finansial jangka pendek lebih diutamakan
dibandingkan dengan sektor yang bertujuan untuk
menjaga kelestarian dan keserasian ruang dan
lingkungannya dan berorientasi jangka panjang.
Kebakaran hutan &
Penebangan hutan

 Tingkat kerusakan hutan


di Indonesia = 2 juta
ha/tahun
 64% dari total emisi
GRK Indonesia
dihasilkan dari sektor
kehutanan
Deforestation in Borneo 1950-2005, and projection towards 2020
(UNEP/GRID-Arendal, 2007)
Hutan dan Isu perubahan iklim
• Mengurangi laju deforestrasi merupakan
suatu keniscayaan untuk mencegah bencana
lingkungan
• Deforestrasi dan degradasi hutan adalah salah
satu sumber emisi karbon?
 Fakta atau mitos?
• Indonesia, penyebab atau korban perubahan
iklim?
Komitmen nasional
(terhadap Copenhagen Accord, 2007)
• Perlunya melakukan upaya bagi seluruh negara di dunia
untuk menahan agar dampak perubahan iklim tidak
menaikkan suhu global sd 2 derajat pada 2050
• Perlunya negara maju menyebutkan target pertubuhan
emisi GRK secara ambisius
• Perlu adanya pembiayaan dari negara maju untuk
penanganan dampak perubahan iklim oleh negara maju
dan negara tertinggal
• Perlunya penerapan pola pembangunan yang ramah
lingkungan
• Perlu adanya MRV (mesurement, reporting and verifying)
pelaksanaan komitmen penanganan perubahan iklim dan
masalah kehutanan.
Perangkap Perdagangan Karbon
• Secara ekonomi nilai bisnis karbon dalam skema REDD jauh lebih
rendah dibandingkan dengan harga kayu
 Nilai kompensasi USD 5-14 per-metrik ton < harga kayu USD
100-150 per-m3.
• Meskipun wacana skema REDD sangat nyaring digaungkan, namun
sejatinya secara makro nilai ekonomi bisnis karbon tidak banyak
berpengaruh terhadap neraca pembangunan
 kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB hanya 0,9%
 meski skema REDD merupakan upaya mengkuantifikasi dan
merealisasikan nilai jasa lingkungan hutan, potensi ekonominya
lebih kecil dari fungsi tata air.
• Kemungkinan semakin maraknya praktek illegal logging pasca
implementasi REDD
 terkait dengan ketimpangan pasokan dan kebutuhan kayu bulat.
Motor ekonomi kehutanan masa depan:
Bisnis karbon atau jasa hidrologis?
• Motor ekonomi kehutanan di masa yad: jasa
lingkungan
• 2 unsur pemanfaatan jasa lingkungan hutan
yang memiliki peluang untuk direalisasikan:
– Nilai manfaat jasa lingkungan hutan dari fungsi
hidrologis
– Nilai manfaat jasa lingkungan hutan sebagai
penyerap karbon
Perubahan fungsi dan peruntukan
kawasan hutan
• Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan: perubahan kawasan
hutan menjadi bukan kawasan hutan.
• Perubahan Fungsi Kawasan Hutan: perubahan sebagian atau
seluruh fungsi hutan dalam satu atau beberapa kelompok
hutan menjadi fungsi kawasan hutan yang lain.
• Tukar Menukar Kawasan Hutan: perubahan kawasan hutan
produksi tetap dan/atau hutan produksi terbatas menjadi
bukan kawasan hutan yang diimbangi dengan memasukkan
lahan pengganti dari bukan kawasan hutan menjadi kawasan
hutan.
• Pelepasan Kawasan Hutan: perubahan peruntukan kawasan
hutan produksi yang dapat dikonversi menjadi bukan kawasan
hutan.
PERUBAHAN FUNGSI ANTAR FUNGSI POKOK
Dari Menjadi Kriteria

Hutan Hutan Lindung  tidak memenuhi seluruh kriteria sebagai kawasan


Konservasi atau Hutan hutan konservasi sesuai peraturan perUUan; dan
Produksi  memenuhi kriteria hutan lindung atau hutan produksi
sesuai peraturan perundang-undangan.

Hutan Hutan Konservasi  tidak memenuhi kriteria sebagai kawasan hutan


Lindung atau Hutan lindung
Produksi sesuai peraturan perUUan dalam hal untuk diubah
menjadi HP
 memenuhi kriteria hutan konservasi atau HP sesuai
peraturan perundang-undangan.

Hutan Hutan Konservasi wajib memenuhi kriteria sebagai hutan konservasi


Produksi atau Hutan atau hutan lindung sesuai peraturan perUUan
Lindung
PERUBAHAN KAWASAN HUTAN
DALAM REVIEW RTRW
Kawasan hutan merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan
dengan penataan ruang
Secara nasional, penyebab utama konflik terkait pengelolaan hutan,
antara lain:
 Kepastian status kawasan hutan,
 Ketidakjelasan batas kawasan dan
 Keterbatasan akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan.
 Konflik antar sektor (keterbatasan dan tumpang tindih sumberdaya)

Hal yang sangat penting dan Proses dan review penataan


mendasar untuk ruang harus berlandaskan
mewujudkan kawasan pada keseimbangan
hutan yang mantap ekosistem

KEMENTERIAN KEHUTANAN
KRITERIA PENETAPAN
FUNGSI KAWASAN HUTAN
PP No. 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Kehutanan dan PP
No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.

Kriteria Hutan Lindung dan Hutan Produksi didasarkan pada


faktor-faktor kerentanan alam terhadap bencana (kelas lereng,
jenis tanah dan intensitas hujan).
Sedangkan Kriteria Hutan Konservasi didasarkan pada ciri khas
alam hayati dan ekosistem yang rentan kerusakan dan bencana
lingkungan. (PP 68 Tahun 1998)

Kondisi penutupan lahan bukan merupakan kriteria


penentuan fungsi kawasan hutan .
PENYESUAIAN PROSES REVIEW TATA RUANG
BERDASARKAN PP 10 TH. 2010

• Pasal 31 ayat (5) dan Pasal 46 ayat (2) PP No


10/2010, antara lain menyebutkan bahwa usulan
perubahan kawasan hutan yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan,
wajib melaksanakan kajian lingkungan hidup
strategis (KLHS).
• Pasal 48 PP 10/2010, perubahan peruntukan
kawasan hutan yg berdampak penting dan cakupan
luas serta bernilai strategis perlu mendapat
persetujuan DPR RI, yaitu perubahan peruntukan
yang menimbulkan pengaruh terhadap kondisi
biofisik atau kondisi sosial ekonomi masyarakat
PENYESUAIAN PROSES REVIEW TATA RUANG
BERDASARKAN PP 15/2010
TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

• PASAL 29 :
“Persetujuan perubahan Kawasan Hutan ditetapkan,
apabila seluruh perubahan telah disepakati…. “
• PASAL 30 :
“ Dalam hal masih terdapat bagian perubahan kawasan hutan yang
tidak disepakati, maka bagian tersebut dikembalikan pada tata ruang
sebelumnya”
• PASAL 31 :
“Setelah penetapan tata ruang, perubahan kawasan hutan dapat
dilakukan sesuai peraturan perundangan di bidang Kehutanan….. “
PROSES PERUBAHAN KAWASAN HUTAN PROVINSI
UU 26/2007
Tidak ada
Perubahan Kws
Ranperda
Gubernur RTRW
Ada Perubahan
Kawasan
Persetujuan
Substansi
Kehutanan
Tim Terpadu UU 41/1999

Menteri
Kehutanan
Menteri
Kehutanan
Persetujuan

Hasil Penelitian
DPR RI Terpadu
Bahan Bacaan
• Fauzi, A, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan
Aplikasi. Gramedia, Jakarta, 2010
• Perman, R Yue Ma, and J.McGilvray. 1996. Natural Resources &
Environmental Economics. Longman, Singapore
• Bappenas. 2004. Sumber Daya alam dan Lingkungan Hidup
Indonesia: Antara Krisis dan Peluang.
• Ridho N, D dan Hasan,MF. 2012. Ekonomi Politik Kehutanan:
Mengurai Mitos dan Fakta Pengelolaan Hutan. INDEF, Jakarta.
• Syaufina, L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Perilaku
Api, Penyebab dan Dampak Kebakaran. Bayumedia, Malang
• Sukandarrumidi. 2010. Bencana Alam dan Bencana Athropogene.
Kanisius, Yogyakarta.
• Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
• Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2010 tentang Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan.

Anda mungkin juga menyukai