Anda di halaman 1dari 66

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN

TEKNIK ICE BREAKING UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN


INTERAKSI SOSIAL SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH
NEGERI 5 KERINCI

PROPOSAL

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Matakuliah Penulisan Karya Ilmiah

Oleh:

ELENA NUR FAZIRA


NIM. 2010207070 KELAS 1 B BKPI

Dosen Pengampu

FUTRI ZAKIYAH APRIA SAPAWER, M. Pd

JURUSAN PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI
1442H/2021M
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ELENA NUR FAZIRA

NIM : 2010207070

KELAS : 1 B BKPI

Jurusan : Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Matakuliah Karya Tulis Ilmiah

berbentuk proposal penelitian saya yang berjudul: Efektivitas Layanan

Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Ice Breaking untuk Membantu

Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 5

Kerinci, adalah hasil karya saya sendiri kecuali pada bagian-bagian yang

dirujuk sumbernya.

Kerinci, Januari 2021


Yang menyatakan

ELENA NUR FAZIRA


NIM. 2010207070

i
KATA PENGANTAR

‫بِ ْس َم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم‬

Puji dan sukur selalu penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

sebuah karya ilmiah berbentuk Proposal ini dengan cukup baik. Shalawat beriring

salam bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW rahmatan lil’alamin. Penulis

menyadari bahwa karya ilmiah berbentuk Proposal tidak akan bisa diselesaikan

tampa adanya bimbingan dari Ibuk FUTRI ZAKIYAH APRIA SAPAWER,

M.Pd selaku Dosen pengampu matakuliah Penulisan Karya Ilmiah, yang telah

mengajarkan dan memberi bimbingan materi tentang tatacara, prosedur, metode

penulisan karya tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa karyatulis ilmiah ini tidak

sempurna untuk itulah saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan dimasa

mendatang sangat di butuhkan. Akhirnya atas segala bantuan dan sumbangsih

yang telah diberikan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah berbentuk proposal,

sehingga bisa menjadi karya ilmiah yang bermanfaat untuk nusa dan bangsa,

penulis do’a kan semoga bantuan pihak yang terlibat mejadi amal di sisi Allah

SWT, amin.

Sungai Penuh, Januari 2021

Wassalam

ELENA NUR FAZIRA


NIM. 2010207070

i
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................... 7
C. Batasan Masalah ............................................................... 7
D. Rumusan Masalah .............................................................. 7
E. Tujuan Penelitian .................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ..................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori …………………………………………… 10
1. Konsep Efektivitas ........................................................ 10
2. Layanan Bimbingan Kelompok ...................................... 12
3. Interaksi sosial ................................................................ 31
4. Teknik Ice Breaking ………………………..………… 40
B. Penelitian yang relevan ..................................................... 42
C. Kerangka Konseptual ........................................................ 44
D. Hipotesis ………………………………………………….. 46

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ..................................................................
47
B. Populasi dan Sampel ........................................................
48
1. Populasi …………………………………………….
48
2. Sampel ……………………………………………..
49
C. Instrumen penelitian .............................................................
50
1. Pengembangan Kisi-Kisi Kuesioner .............................
51
2. Pemberian Skor .............................................................
51
D. Prosedur Penelitian ……………………………………….
53
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................
55

ii
F. Teknik Analisis Data................................................................
56
1. Tabulasi Data ……………………………………..
56
2. Menghitung Rata-rata Skor …………………………..
56
3. Uji Hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test ……………
57

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Gambar 3.1 Indeks Kriteria Skor Efektivitas Layanan Bimbingan


Kelompok ……………………………………………………
53

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ………………………………….…….


44
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian One Group Pre-test Post-test Design ….
48

iv
v
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara hakiki manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup

berdampingan dengan manusia lain. Sebagai makhluk sosial manusia tidak

dapat menjalin hubungan sendiri, selalu menjalin hubungan dengan orang

lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain,

membentuk interaksi, serta berusaha mempertahankan interaksi yang telah

dibangun. Ketika manusia melakukan interaksi dengan orang lain, maka

secara langsung manusia akan melakukan hubungan interpersonal untuk

itulah dibutuhkan keterampilan sosial yang baik.1

Keterampilan sosial sendiri adalah kemampuan individu untuk

berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun

nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, dimana

keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Peserta didik dengan

keterampilan sosial akan mampu mengungkapkan perasaan baik positif

maupun negatif dalam hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang

lain.2

Manusia yang memiliki keterampilan sosial yang baik, maka akan

mampu membangun kehidupan masyarakat yang aman, damai, penuh dengan

1
Sarlito W. sarwono, Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial. (Depok: Salemba Humanika.
2009), h.67.
2
Yusranadam, 2013, Meningkatkan Keterampilan Sosial Melalui Bimbingan Kelompok
Teknik Diskusi Pada Siswa. Jurnal ilmu pendidikan jurusan bimbingan dan konseling Universitas
Negeri Gorontalo. h 4

1
2

tenggang rasa, gotong-royong, tolong menolong, karena di dalam ajaran

Islam pun manusia diajarkan untuk selalu berlaku sosial dan senantiasa

berbuat kebaikan kepada orang lain. Seperti yang telah dijelaskan dalam al-

Qur‟an surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut:

ْ Sُ‫وا َعلَى ٱإۡل ِ ۡث ِم َو ۡٱلع ُۡد ٰ َو ۚ ِن َوٱتَّق‬ ۖ


‫وا‬S َ ‫وا َعلَى ۡٱلبِ ِّر َوٱلتَّ ۡق َو ٰى َواَل تَ َع‬
ْ ُ‫اون‬ ْ ُ‫اون‬ َ ‫وتَ َع‬...
َ
٢ ‫ب‬ ۡ
ِ ‫ٱهَّلل ۖ َ إِ َّن ٱهَّلل َ َش ِدي ُد ٱل ِعقَا‬

… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya.(Q.S Al-Maidah:2).3

ُّ‫ا إِ َّن ٱهَّلل َ اَل ي ُِحب‬Sۖ S‫ض َم َر ًح‬ ‫أۡل‬


ِ ‫ش فِي ٱ َ ۡر‬ ِ َّ‫ك لِلن‬
ِ ۡ‫اس َواَل تَم‬ َ ُ‫َواَل ت‬
َ ‫ َّد‬S‫ع ِّۡر َخ‬S ‫ص‬
١٨ ‫ور‬ ٖ ‫ال فَ ُخ‬ ٖ َ‫ُك َّل ُم ۡخت‬

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena


sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. (Q.S Luqman:18).4

Kedua ayat tersebut memberikan makna bahwa, manusia dalam

kehidupan masyarakat hendaklah saling tolong menolong dan tidak bersikap

sombong, agar dapat membangun masyarakat menjadi makhluk yang berjiwa

sosial. Pentingnya keterampilan sosial dalam masyarakat sehingga dapat

terpenuhinya seluruh aspek yang dibutuhkan untuk menjalankan kehidupan

masyarakat yang harmonis.

3
Mudofir Sanusi dkk, Al- Majid Al- Qur’an dan Terjemah, dan Tajwid Warna Standar
Kemenag RI. (Jakata Pusat: Beras, 2014), h.106
4
Ibid., h. 412
3

Pentingnya keterampilan sosial pada masa remaja pun membuat peserta

didik berlomba-lomba untuk selalu belajar dan membenahi diri. Namun, ada

saja peserta didik yang mengalami kegagalan dalam menguasai keterampilan

sosial. Kegagalan peserta didik dalam menguasai keterampilan sosial akan

menyebabkan rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku

yang kurang normatif (misalnya asocial atau anti sosial), dan bahkan dalam

perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan

jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dan lain

sebagainya.5

Melihat dampak dari ketidakcakapan peserta didik dalam

berketerampilan sosial, maka sangat jelas bahwa keterampilan sosial memang

harus dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik dengan usia 15 sampai 18

tahun, masuk kedalam perkembangan adolesen. Perkembangan pada masa

adolesen (15-20 tahun), orang mulai mengembangkan pengertian tentang

kenyataan hidup serta mulai memikirkan pola tingkah laku yang bernilai

moral. Manusia juga mulai belajar memikirkan kepentingan sosial serta

kepentingan pribadinya.6

Guru Bimbingan Konseling sebagai konselor disekolah memiliki peran

yang sangat penting yaitu sebagai pemberi layanan bimbingan yang

merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka menemukan

5
Mustofa, Pendidikan Kewarganegaraan SMP (On-line), tersedia di http://mustofasmp2/
pentingnya-keterampilan-sosial/ di akses pada tanggal 19 Februari 2020.
6
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h.90.
4

pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan dengan

menanamkan keterampilan sosial pada diri siswa. 7

Merrel yang menyebutkan ciri-ciri dari keterampilan sosial, antara lain:

(1) hubungan dengan teman sebaya (peer relationship), ditandai dengan

perilaku siswa yang sukar dalam bergaul; ditandai dengan perilaku yang

kurang senang bermain dalam kelompok/gank/group dan sukar menyesuaikan

diri; (2) perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri, ditandai dengan

perilaku tidak mau menerima kekalahan, mudah marah, sering tidak sabar,

dan sering tidak menepati janji; (3) perilaku yang berhubungan dengan

kesuksesan akademis, ditandai dengan siswa tidak berminat dalam organisasi,

dan sering ditegur karena kurang sopan; (4) kepatuhan (compliance), ditandai

dengan mematuhi dan mentaati aturan; dan (5) perilaku assertif (assertion),

ditandai dengan perilaku peserta didik menerima atau memberikan pujian.8

Ada banyak cara menanamkan dan menumbuhkan keterampilan sosial

pada siswa, salah satunya adalah dengan memberikan layanan bimbingan

konseling kelompok. Menurut Wibowo dalam bukunya menyatakan bahwa

yang dimaksud dengan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok

dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan

mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk

membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.9

7
Switri, Endang. Bimbingan Konseling Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Deepublish:2018),
hlm. 17
8
Merrel, Keterampilan Sosial (Social Skill) (Jakarta: Gramedia, 2008), hlm. 20
9
Wibowo, Mungin Edi, Konseling Kelompok Perkembangan, (Semarang: UNNES Press,
2005). h.17.
5

Dalam mengaplikasikan bimbingan kelompok salah satu yang teknik yang

bisa digunakan adalah Ice Breaking.

Menurut Said, yang dimaksud ice breaking adalah permainan atau

kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suasana kebekuan dalam

kelompok.10 Ada juga yang menyebutkan bahwa ice breaking adalah

peralihan situasi dari yang membosankan, membuat mengantuk,

menjenuhkan dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat

mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau

melihat orang yang berbicara di depan kelas atau ruangan pertemuan. Teknik

Ice breaking cocok diterapkan dalam layanan bimbingan kelompok untuk

memecah kekakuan suasana.

Penelitian mengenai layanan bimbingan kelompok sebenarnya sudah

pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya antaranya adalah hasil

penelitian Darkonah dengan judul Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan

Efikasi Diri Siswa SMPN 5 Satu Atap Tanjung Brebes mengungkapkan

bahwa hasil yaitu pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi

kelompok yang dilakukan guru BK memberikan peningkatan terhadap efikasi

diri siswa SMPN 5 Satu Atap Tanjung Brebes.11 Selain itu penelitian yang

dilakukan oleh Astiti 2013 dengan judul, Meningkatkan Kemampuan

Interaksi Sosial Melalui Bimbingan Kelompok pada Siswa Program

Akselerasi SD Hj.Isriati Baiturrahman Semarang mengungkapkan bahwa

10
M. Said, 80+ Ice Breaker Games-Kumpulan PermainanPenggugah Semangat,
(Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h.1
11
Darkonah, Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Evikasi Diri Siswa SMPN 5
Satu Atap Tanjungan Brebes, Skripsi, (Yogyakarta: UIN SUKA, Dakwah dan Komunikasi, 2015).
6

kemampuan interaksi sosial siswa program akselerasi meningkat setelah

mendapatkan layanan bimbingan kelompok.12

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di MTsN 5 Kerinci

pada 19 Februari 2020 ditemukan bahwa ada beberapa siswa yang perilaku

interpersonalnya kurang baik dengan teman satu kelas, kurangnya

kemampuan siswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, dan

sering ditegur karena kurang sopan, siswa tidak senang ikut berorganiasi

disekolah, siswa sukar dalam bergaul, siswa tidak berminat dalam organisasi

sekolah dan, siswa sukar menyesuaikan diri dengan lingkungan. Lebih lanjut

berdasarkan hasil wawancara dengan Fatimah, S.Pd guru BK di MTsN

Kerinci yang menyatakan bahwa masalah yang dihadapi oleh beberapa siswa

MTsN 5 Kerinci diantaranya adalah masih ada siwa yang suka menjahili

temannya dikelas, dan sebagian siswa itu kurang mau ikut kegiatan OSIM,

dan masih ada beberapa siswa yang kurang etikanya terhadap guru. Zaman

sekarang beda dengan zaman kita sekolah dulu, kalau kita mempunyai rasa

segan, takut, dipanggil orang tua kesekolah sehingga kita mengikuti setiap

tatatertib sekolah.13

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian degan judul “Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok Dengan

Teknik Ice Breaking untuk Membantu Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa

Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Kerinci”.

12
Dini Tias Astuti, Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok pada Siswa Program Akselerasi SD Hj.Istiati Baiturrahman 01 Semarang,
Skripsi, (Semarang: UNES, Ilmu Pendidikan, 2013).
13
Wawancara. Fatimah, S.Pd pada hari rabu 19 Februari 2020
7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya maka dapat

diidentifikasi masalah-masalah yang ditemukan pada bebeberapa siswa di

MTsN 5 Kerinci, yaitu:

1. Kurang baik dengan teman satu kelas.

2. Kurang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosial.

3. Ditegur karena kurang sopan

4. Tidak senang ikut berorganiasi disekolah

5. Sukar dalam bergaul

6. Suka menjahili temannya dikelas.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari konsep yang dibuat, maka

penelitian ini hanya dibatasi pada kajian tentang Efektivitas layanan

bimbingan kelompok dengan teknik Ice Breaking untuk meningkatkan

keterampilan sosial siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Kerinci.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan

antara lain:

1. Bagaimana tingkat interaksi siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Kerinci

sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik Ice

Breaking?
8

2. Bagaimana tingkat interaksi siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Kerinci

setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik Ice

Breaking?

3. Apakah layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan

interaksi sosial siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Kerinci dengan

teknik Ice Breaking?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat interaksi siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 5

Kerinci sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik

Ice Breaking.

2. Untuk mengetahui tingkat interaksi siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 5

Kerinci setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik Ice

Breaking.

3. Untuk mengetahui efektivitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan

interaksi sosial siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Kerinci dengan

teknik Ice Breaking.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu

khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling yaitu membantu siswa

dalam meningkatkan keterampilan sosial di lingkungan sekolah.


9

2. Secara Praktis

a. Bagi Sekolah, diharapkan penelitian ini dapat memberikan

kontribusi untuk sekolah khususnya dalam meningkatkan

keterampilan sosial siswa dan dapat dijadikan umpan balik (feed

back) atas pelaksanaan dan pemanfaatan layanan bimbingan

kelompok secara optimal.

b. Bagi Guru BK, penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi

dan referensi dalam melaksanakan bimbingan kelompok di sekolah

terkait dengan peningkatan keterampilan sosial siswa, serta dapat

dijadikan bahan masukan guru pembimbing dalam memberikan

layanan yang tepat terhadap siswa yang mempunyai keterampilan

sosial rendah.

c. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan sosial

melalui bimbingan kelompok sehingga kehidupan sosial di sekolah

menjadi lebih baik.

d. Bagi peneliti, penelitian ini dapat rujukan untuk melakukan penelitan

yang sama di tempat yang berbeda di masa mendatang.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Efektivitas

Kurniawan menjelaskan jika memerlukan bantuan tugas, fungsi

(operasi kegiatan program atau misi) dari pada suatu organisasi atau

sejenisnya yang tidak mewakili tekanan atau menyelesaikan

pelaksanaannya.14 Pengertian ini mengartikan apa yang dimaksud dengan

bantuan yang dicantumkan dengan bantuan yang sesuai dengan yang telah

disediakan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang

diharapkan dengan hasil yang seharusnya disetujui. Berbeda dengan

pendapat Susanto, yang memberikan resolusi tentang Efektivitas mewakili

daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan

untuk mempengaruhi.15 Jadi dapat simpulkan bahwa Efektivitas adalah suatu

pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Efektivitas juga dapat diartikan sebagai ukuran berhasil tidaknya suatu

organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai

tujuannya, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan

efektif.16 Menurut Bastian Efektivitas dapat diartikan sebagai keberhasilan

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu

14
Ari Johan Wambraw, 2013, Efektivitas Pelaksanaan Peraturan Daerah Perpajakan
Dan Retribusi Daerah Dalam Memperoleh Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Supiori
Provinsi Papua, e-journal.uajy.ac.id.
15
Ibid.,
16
Ulum Ihyaul MD, Akuntansi Sektor Publik, (Malang: UMM Press, 2004), h. 294

10
11

Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan dimana Efektivitas

diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output atau keluaran kebijakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya istilah Efektivitas

adalah pencapaian tujuan atau hasil yang dikehendaki tanpa menghiraukan

faktor-faktor tenaga, waktu, biaya, pikiran, alat-alat dan lain-lain yang telah

ditentukan.17 Efektivitas adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai target

sasaran.18 Jadi dapat diartikan bahwa indikator Efektivitas dalam arti

tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya

merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai

dengan apa yang telah direncanakan.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, Efektivitas adalah berasal

dari kata efektif yang berarti menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan.19

Suatu usaha yang diperlukan efektif apabila usaha itu telah memenuhi

persyaratan. Adapun Efektivitas menurut Mulyasa adalah yang

menunjukkan taraf tercapainya tujuan.20

Memperhatikan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat dari apa yang

dikehendaki. Misalkan saja jika seseorang melakukan suatu perbuatan

dengan maksud tertentu dan memang dikehendakinya, maka perbuatan

17
Asnawi, Efektivitas Penyelenggaraan Publik Pada Samsat Corner Wilayah Malang
Kota , Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Pemerintahan, (Malang: FISIP UMM, 2014), h. 6
18
Ns. Roymond H. Simamora, Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperatawan, (Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009), h. 31
19
Ummi Chulsum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Khasiko, 2014), h. 207
20
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016). h.
32
12

orang itu dikatakan efektif jika hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang

dikehendakinya dan telah direncanakan sebelumnya.

2. Layanan Bimbingan Kelompok

a. Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok

Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata

“guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti

“menunjukkan, menuntun, ataupun membantu”. Sesuai istilahnya, maka

secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau

tuntunan. Bantuan yang bermakna bimbingan memenuhi syarat dan

prinsip diantaranya: bimbingan merupakan suatu proses yang kontinu,

sistematis, dan terarah kepada suatu tujuan tertentu, bimbingan

merupakan aktivitas yang bernuansa sukarela dan tidak mengandung

unsur paksaan baik dari pihak yang membimbing maupun pihak yang

terbimbing, bimbingan merupakan unsur untuk semua “guidance for all”,

bantuan yang diberikan bertujuan supaya individu mampu

mengembangkan dirinya secara optimal sesuai potensi yang ada pada

dirinya, sasaran dan fokus individu adalah agar individu mencapai

kemandirian, tujuan yang dipaparkan di atas dapat dicapai dengan

berbagai pendekatan, penggunaan jenis media dalam aktivitas bimbingan

yang efektif dan efisien hendaknya dilakukan oleh personil-personil yang

memiliki keterampilan, pengalaman khusus dalam bimbingan.21

21
Rifda El-Fiah, Layanan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, Fakultas Tarbiyah
(IAIN Raden Intan Lampung, 2007), h.2.
13

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik

anak-anak, remaja, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang

dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan

mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada

dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.22

Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan

kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya

individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia langgung

mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan

tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan

kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati

kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti

kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu

individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk

sosial.23

Menurut Crow & Crow yang telah diterjemahkan, bimbingan

adalah bantuan yang diberikan seseorang baik pria maupun wanita yang

memiliki kepribadian yang baik dan berpendidikan yang memadai

kepada seorang individu dari semua usia dalam mengembangkan

kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya

22
Prayitno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2014), h.99.
23
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.36.
14

sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri.24

Sedangkan menurut Ketut, bimbingan merupakan bantuan yang

diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar

mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi mandiri. Kemandirian

ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi

mendiri seperti: (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya; (b)

menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis; (c)

mengambil keputusan; (d) mengarahkan diri; (e) mewujudkan diri.25

Sementara yang dimaksud dengan bimbingan kelompok adalah

suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan

memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam

kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat,

menanggapi, memberi saran, dan lain-lain. Apa yang dibicarakan itu

semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan

untuk peserta lainnya.26 Menurut Wibowo dalam bukunya menyatakan

bahwa yang dimaksud dengan bimbingan kelompok adalah suatu

kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-

informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi

lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk

mencapai tujuan bersama.27

24
Hellen, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.5.
25
Dewa Ketut Sukardi. Op.Cit. h.37.
26
Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1995), h.178.
27
Wibowo, Mungin Edi, Konseling Kelompok Perkembangan, (Semarang: UNNES Press,
2005). h.17.
15

Menurut Tohirin menyebutkan bahwa definisi bimbingan

kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu

(peserta didik) melalui kegiatan kelompok. Selain itu bimbingan

kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada

individu dalam suatu kelompok untuk mencegah timbulnya masalah dan

mengembangkan potensi peserta didik.28

Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan kelompok tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan

kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada

individu guna untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya

secara maksimal dengan memberikan informasi, diskusi, dan tanya jawab

dengan memanfaatkan dinamika kelompok

b. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno, tujuan dalam bimbingan kelompok terdapat

tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari layanan bimbingan

kelompok adalah berkembangnya sosialisasi peserta didik, khususnya

kemampuan komunikasi anggota kelompok, dan untuk mengentaskan

masalah peserta didik dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

Sedangkan secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk:

1). Melatih untuk mengemukakan pendapat di hadapan anggotanya;

2). Melatih peserta didik dapat bersikap terbuka di dalam kelompok;

28
Nita Purnama Sari, dkk., “Upaya Peningkatan Self-Disclosure Dengan Menggunakan
Bimbingan Kelompok Pada Siswa”. Jurnal ilmu pendidikan jurusan bimbingan dan konseling
Universitas Lampung. h.4.
16

3). Melatih peserta didik untuk dapat membina keakraban bersama

anggota dalam kelompok khususnya dan teman di luar kelompok

pada umumnya;

4). Melatih peserta didik untuk dapat mengendalikan diri dalam

kegiatan kelompok;

5). Melatih peserta didik untuk dapat bersikap tenggang rasa dan

bertoleransi dengan orang lain;

6). Melatih peserta didik memperoleh keterampilan sosial;

7). Membantu peserta didik mengenali dan memahami dirinya dalam

hubungannya dengan orang lain; dan

8). Melatih peserta didik untuk menjalin hubungan interpersonal dalam

situasi kelompok dan dapat menumbuhkan daya kreatif peserta

didik.29

Menurut Maliki, bimbingan kelompok memiliki beberapa tujuan

yang dijabarkan sebagai berikut:

1). Membantu setiap anggota kelompok mengetahui dan memahami

dirinya untuk membantu proses menemukan identitas.

2). Dengan memahami diri sendiri, maka siswa diharapkan semakin

mampu mengembankan penerimaan diri dan merasa berharga

sebagai pribadi.

3). Membantu mengembangkan keterampilan sosial dan kecakapan

antar pribadi, sehingga siswa mampu melaksanakan tugas

perkembangan dalam kehidupan sosial-pribadi.


29
Prayitno. Op.Cit.h.2
17

4). Menumbuh kembangkan kecakapan, mengarahkan diri, memecahkan

masalah, mentransfer kecakapan untuk digunakan dalam kehidupan

sosial sehari-hari.

5). Membantu mengembangkan kepekaan terhadap kebutuhan orang

lain, sehingga menyadari dan bertanggung jawab terhadap tingkah

lakunya kepada orang lain. Belajar bagaimana mengidentifikasi

perasaan orang yang berarti dalam kehidupannya, sehingga mampu

menunjukkan kecakapan yang lebih baik untuk bersikap empatik.

6). Membantu siswa belajar bagaimana menjadi pendengar yang empati;

yang mampu mendengar bukan saja apa yang diucapkan, tetapi juga

dapat mendengar perasaan-perasaan yang mengikuti ucapan orang

lain.

7). Membantu siswa untuk dapat memberi makna terhadap sesuatu

sesuai dengan keyakinan dan pemikiran yang dimilikinya.

8). Membantu setiap anggota kelompok untuk dapat merumuskan

tujuan-tujuan tertentu yang akan diwujudkannya secara konkret.30

Menurut Setiawan, tujuan bimbingan kelompok adalah untuk

memungkinkan anggota kelompok menemukan berbagai eksistensial

keprihatinan mereka, dalam konseling kelompok eksistensial peserta

membuat komitmen seumur hidup.31 Lebih lanjut menurut Narti tujuan

30
Maliki, Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar Suatu Pendekatan Imajinatif, (Jakarta:
Kencana, 2016), hlm. 77-78
31
M. Andi Setiawan, Pendekatan-Pendekatan Konseling Teori dan Aplikasi, (
Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 64
18

bimbingan kelompok terdiri dari tujuan umum dan dujuan khusus, yang

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1). Tujuan umum

Tujuan secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk

membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur

kelompok. Selain itu juga mengembangkan primadi masing-masing

anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam

kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan maupun yang

menyedihkan.

2). Tujuan Secara khusus

Tujuan secara khusus terdiri dari:

a). Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan

teman-temannya

b). Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam kelompok

c). Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama teman-

teman dalam kelompok khususnya dan teman di luar kelompok

pada umumnya

d). Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan

kelompok

e). Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang

lain

f). Melatih siswa memperoleh keterampilan sosial


19

g). Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam

hubungannya dengan orang lain.32

c. Fungsi Layanan Bimbingan Kelompok

Fungsi dari layanan bimbingan kelompok diantaranya adalah

sebagai berikut:

1). memberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan memberikan

tanggapan tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan sekitar;

2). memberikan pemahaman yang efektif, objektif, tepat, dan cukup luas

tentang berbagai hal tentang apa yang mereka bicarakan;

3). menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan sendiri dan

lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka

bicarakan dalam kelompok; dan

4). menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan

terhadap sesuatu hal yang buruk dan memberikan dukungan terhadap

sesuatu hal yang baik. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang nyata

dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana apa yang

mereka programkan semula.33

Menurut Switri, layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk

memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan

32
Sri Narti, Kumpulan Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling
PTBK, (Yogyakarta: Deepublish, 2019), hlm. 332-333
33
Yusran Adam, 2013,meningkatkan keterampilan sosial melalui bimbingan kelompok
teknik diskusi pada siswa. Jurnal ilmu pendidikan jurusan bimbingan dan konseling Universitas
Negeri Gorontalo. h.4
20

dari narasumber tertentu yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. 34

Menurut Karyanti ada beberapa fungsi bimbingan kelompok, yaitu:

1). Fungsi Pengentasan

Fungsi pengentasan yaitu fungsi bimbingan konseling yang

akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai

permasalahan yang dialami oleh peserta didik

2). Fungsi Pencegahan

Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari

berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan

mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan

kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

3). Fungsi pengembangan

Fungsi pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling

yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembankannya berbagai

potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka

perkembangan dirinya secara mantap, optimal dan berkelanjutan.35

d. Isi Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok membahas materi atau topik-topik

umum baik topik tugas maupun topik bebas. Topik tugas ialah topik atau

pokok bahasan yang diberikan oleh pembimbing (pimpinan kelompok)

kepada kelompok untuk dibahas. Sedangkan topik bebas adalah suatu


34
Switri, Endang. Bimbingan Konseling Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Deepublish:2018),
hlm. 116
35
Karyanti, Dance Counseling, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 25
21

topik atau pokok bahasan yang dikemukakan secara bebas oleh anggota

kelompok. Secara bergiliran anggota kelompok mengemukakan topik

secara bebas, selanjutnya dipilih mana yang akan dibahas terlebih dahulu

dan seterusnya. Topik-topik yang dibahas dalam layanan bimbingan

kelompok baik topik bebas maupun topik tugas dapat mencakup bidang-

bidang pengembangan kepribadian, hubungan sosial, pendidikan, karir,

kehidupan berkeluarga kehidupan beragama dan lain sebagainya. Topik

pembahasan bidang-bidang tersebut dapat diperluas ke dalam subbidang

yang relevan.36 Dalam penelitian ini topic yang akan digunakan adalah

topik tugas, dimana guru telah mempersiapkan materi yang diberikan

kepada siswa untuk dibahas dalam kelompk.

e. Asas-Asas Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno ada empat asas-asas dalam bimbingan kelompok,

yaitu: “asas kerahasiaan yaitu anggota kelompok harus menyimpan dan

merahasiakan data apa saja dan informasi yang didengar dan dibicarakan

dalam kelompok terutama hal-hal yang tidak boleh dan tidak layak

diketahui oleh orang lain, asas keterbukaan yaitu semua peserta bebas

dan terbuka mengeluarkan pendapat ide saran dan apa saja yang

disarankan dan dipikirkannya, asas kesukarelaan yaitu semua peserta

dapat menampilkan dirinya secara spontan tanpa disuruh-suruh atau

malu-malu atau dipaksa oleh teman yang lain atau oleh pemimpin

kelompok, asas kenormatifan yaitu semua yang dibicarakan dan yang

36
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers,
2007).h.173.
22

dilakukan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-

norma dan peraturan yang berlaku.37

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa asas dalam kegiatan

bimbingan kelompok ada empat, yaitu asas kerahasiaan, asas

keterbukaan, asas kesukarelaan, dan asas kenormatifan. Sedangkan

menurut Prayitno, asas-asas dalam kegiatan bimbingan kelompok ada

lima, yaitu asas keterbukaan, asas kesukarelaan, asas kegiatan, asas

kenormatifan, dan asas kerahasiaan. Asas-asas bimbingan kelompok

perlu dilaksanakan supaya kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar

dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama kelompok.

f. Tahapan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok berlangsung melalui empat tahap, dan tahap-

tahap bimbingan kelompok tersebut adalah sebagai berikut: 38

1). Tahap Pembentukan

Pada tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan

diri atau tahap memasukkan diri kedalam kehidupan suatu

kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling

memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun

harapan-harapan masing-masing anggota. Pemimpin kelompok

menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok.

Selanjutnya pimpinan kelompok mengadakan permainan atau

37
Seliva Yuliandita, Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Peningkatan
Pemahaman Self-Controlsiswa Kelas Ix Di Smp N 1 Wanasari Kabupaten Brebes Tahun Ajaran
2015/2016. Skripsi (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2015)
38
Sri Narti, Kumpulan Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling.
(Yogyakarta: Deepublish, 2019), h. 336
23

mengakrabkan masing-masing anggota sehingga menunjukkan sikap

hangat, tulus dan penuh empati. Kegiatannya:

a). Mengungkapkan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok

b). Menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok

c). Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri

d). Teknik khusus

e). Permainan penghargaan atau pengakraban

2). Tahap Peralihan

Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan kelompok

yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan

dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut

dalam kegiatan kelompok. Pemimpin kelompok menjelaskan peran

anggota kelompok dalam kegiatan, kemudian menawarkan atau

mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada

tahap selanjutnya. Dalam tahap ini pemimpin kelompok mampu

menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka. Tahap kedua

merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Dalam hal

ini pemimpin kelompok membawa para anggota meniti jembatan

tersebut dengan selamat. Bila perlu, beberapa hal pokok yang telah

diuraikan pada tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan

kelompok ditegaskan dan dimantapkan kembali, sehingga anggota

kelompok telah siap melaksanakan tahap bimbingan kelompok

selanjutnya. Kegiatannya:
24

a). Menjelaskan kegiatan yang ditempuh pada tahap berikutnya.

b). Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap

menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya.

c). Membahas suasana yang terjadi

d). Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota

e). Kalau perlu kembali ketahap awal atau tahap pertama.

3). Tahap Kegiatan

Tahap ini merupakan kegiatan yang sebenarnya dari kelompok.

Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat

tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika dua tahap

sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ketiga itu akan

berhasil dengan lancar. Pemempin kelompok dapat lebih santai dan

membiarkan para anggota sendiri yang melakukan kegiatan tampa

banyak campur tangan dari pimpinan kelompok. Disini prinsip tut

wuru handayani dapat diterapkan. Tahap kegiatan ini merupakan

tahap inti dimana masing-masing anggota kelompok saling

berinteraksi memberi tanggapan dan lain sebagainya yang

menunjukkan hidupnya kegiatan bimbingan kelompok yang pada

akhirnya membawa kearah bimbingan kelompok sesuai dengan

tujuan yang diharapkan. Kegiatannya:

a). Pemimpin kelompok mengungkapkan suatu masalah atau topic


25

b). Tanya jawab anggota kelompok dan pemimpin kelompok

tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau

topic yang telah dikemukakan pemimpin kelompok

c). Anggota membahas masalah atau topik tersebut secara

mendalam dan tuntas

d). Kegiatan selingan

4). Tahap Pengakhiran

Pada tahap ini merupakan tahap berhentinya kegiatan. Dalam

pengakhiran ini terdapat kesepakatan kelompok apakah kelompok

akan melanjutkan kegiatan dan bertemu kembali serta berapa kali

kelompok akan bertemu. Dengan kata lain kelompok yang

menetapkan diri kapan kelompok itu akan melakukan kegiatan.

Kegiatannya:

a). Penyampaian pengakhiran kegiatan oleh pimpinan kelompok

b). Pengungkapan kesan-kesan dari anggota kelompok

c). Penyampaian tanggapan-tanggapan dai masing-masing anggota

kelompok

d). Pembahasan kegiatan lanjutan

e). Penutup.

5). Tahap Evaluasi

Pada tahap evaluasi konselor, pemimpin kelompok dan

anggota kelompok secara bersama-sama mengevaluasi kegiatan-


26

kegiatan bimbingan konseling kelompok yang telah dilakukan untuk

perbaikan di masa mendatang.

g. Standar Operasional Prosedur (SOP) Bimbingan Kelompok

Standar operasional prosedur (SOP) bimbingan konseling

kelompok terdiri dari hal-hal sebagai berikut, yaitu:

1). Perencanaan Bimbingan Konseling Kelompok

Perencanaan terdiri dari:

a). Membuat rencana program layanan bimbingan konseling;

b). Mengajukan rencana layanan bimbingan dan konseling pada

kepala sekolah;

c). Membuat jadwal layanan bimbingan konseling kelompok;

d). Membuat silabus layanan bimbingan sosial kelompok.

2). Mengidentifikasi Keadaan dan Masalah Siswa

Mengidentifikasi keadaan dan masalah siswa terdiri dari

beberapa kegiatan yaitu:

a). Menyusun instrument pengumpul informasi (DCM) daftar cek

masalah.

b). Melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran

3). Pelaksanaan Layanan dan Bimbingan Konseling Kelompok sesuai

dengan tahapan yang telah ditetapkan.

4). Evaluasi

Menilai dampak yang diperoleh siswa dari layanan bimbingan

konseling kelompok yang dilaksanakan


27

5). Analisis Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling Kelompok

Jika hasil layanan tidak sesuai dengan yang diharapkan maka

perlu analisa atau memcari penyebab ketidak berhasilan layanan atau

kegiatan bimbingan konseling kelompok yang dilaksanakan.

6). Tindak Lanjut

Melakukan perbaikan program dan proses untuk masa

mendatang. Program yang tidak perlu diganti dengan program yang

dibutuhkan sesuai dengan perkembangan siswa dan tetap

mempertimbangkan waktu, suasana dan lingkungan.

h. Bentuk Bimbingan Kelompok

Menurut Djumhur dan Moh. Surya, bentuk bimbingan kelompok

adalah sebagai berikut:39

1). Home Rome Program

Home rome program adalah kegiatan yang bertujuan untuk

mengenal siswa lebih dekat dengan cara membuat suasana kelas

seperti di rumah.

2). Karya Wisata

Dengan karya wisata, siswa mendapat kesempatan untuk

memperoleh penyesuaian dalam meninjau obyek-obyek yang

menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih menarik dari

obyek itu. Selanjutnya informasi tersebut dapat dilanjutkan oleh

murid.

39
Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guaidance and
Counseling), (Bandung: CV Ilmu, 1972), h. 106.
28

3). Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok merupakan salah suatu cara yang

memungkinkan siswa mendapat kesempatan untuk menyumbangkan

pikiran masing-masing dalam memecahkan masalah.

4). Kegiatan Kelompok

Kegiatan kelompok dapat merupakan teknik yang baik dalam

bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada

individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya.

5). Organisasi Siswa

Organisasi siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun di

luar lingkungan sekolah merupakan suatu teknik dalam bimbingan

kelompok. Melalui organisasi siswa, banyak masalah-masalah

individu maupun kelompok diselesaikan.

6). Sosiodrama

Sosiodrama digunakan sebagai teknik di dalam memecahkan

masalah-masalah sosial dengan kegiatan bermain peran.

7). Psikodrama

Psikodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah-

masalah psikis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan

suatu peran tertentu, konflik atau ketegangan dirinya dapat

terhundarkan atau terkurangi.


29

8). Remedial Teaching

Remedial teaching adalah bentuk pengajaran yang diberikan

kepada seorang siswa untuk membantu memecahkan masalah

kesulitan belajar yang dihadapinya. Remidian teaching dapat berupa

penambahan pelajaran, pengulangan, latihan-latihan, dan lain-lain.

Berdasarkan bentuk-bentuk bimbingan kelompok yang dijelaskan

sebelumnya maka dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan

bentuk bimbingan diskusi kelompok dengan cara peneliti menyiapkan

materi sebagai bahan diskusi dan memberikan materi tersebut untuk

didiskusikan dalam kelompok siswa yang telah ditetapkan.

i. Materi Umum Layanan Bimbingan Kelompok

1). Materi Secara Umum

Melalui dinamika dalam bimbingan kelompok, dapat dibahas

berbagai hal yang sangat beragam (dan tidak terbatas) yang berguna

bagi siswa dalam segenap bidang bimbingan. Materi tersebut

meliputi:40

a). Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagaman dan hidup

sehat.

b). Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain

sebagaimana adanya (termasuk perbedaan individu, sosial, dan

budaya serta permasalahannya).

40
Siti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: PT Revika Aditama,
2009), h.104.
30

c). Pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik dan peristiwa

yang terjadi di masyarakat, serta pengendalian atau

pemecahannya.

d). Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif (untuk belajar,

kegiatan sehari-hari, serta waktu senggang).

e). Pemahaman tentang adanya berbagai alternatif pengambilan

sebuah keputusan dan berbagai konsekuensinya.

f). Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar, pemahaman hasil

belajar, timbulnya kegiatan belajardan cara-cara

penanggulangannya.

g). Pengembangan hubungan sosial yang efektif dan produktif.

h). Pemahaman tentang dunia kerja, pilihan, dan pengambangan

karir, serta perencanaan masa depan.

i). Pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jurusan

atau program studi dan pendidikan lanjutan.

2). Materi Secara Khusus dalam Bidang Bimbingan Sosial

Adapun materi bimbingan kelompok secara khusus dalam

bidang bimbingan sosial, yaitu:41

a). Kemampuan berkomunikasi, menerima, dan menyampaikan

pendapat secara logis, efektif dan produktif.

b). Kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial (di rumah,

sekolah, dan masyarakat) dengan menjunjung tinggi tata krama,

41
Ibid, h. 108.
31

norma, nilai-nilai, agama, adat-istiadat, dan kebiasaan yang

berlaku.

c). Hubungan dengan teman sebaya (di sekolah dan di masyarakat).

d). Pengendalian emosi, penanggulangan konflik, dan permasalahan

yang timbul di masyarakat (baik di sekolah maupun di luar

sekolah).

e). Pemahaman dan pelaksanaan disiplin serta peraturan sekolah di

rumah dan di masyarakat.

f). Pengenalan, perencanaan, dan pengalaman pola hidup sederhana

yang sehat dan bergotong royong.

3. Interaksi Sosial

a. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah dan secara kodrati

manusia hidup memerlukan bantuan orang lain. Bahkan mereka baru

akan menjadi manusia manakala berada di dalam lingkungan dan

berhubungan dengan manusia lain. Dengan kata lain manusia merupakan

makhluk sosial.42 Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 13, yaitu

sebagai berikut:

َ ِ‫ ُعوبٗ ا َوقَبَٓائ‬SSS‫ر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ۡل ٰنَ ُكمۡ ُش‬SSS


‫ل‬SSS ٰۡ
ٖ ‫ا ۚٱلنَّاسُ إِنَّا َخلَقنَ ُكم ِّمن َذ َك‬SSSَ‫َيٰٓأَيُّه‬
١٣ ‫ير‬ ٞ ِ‫ارفُ ٓو ْا إِ َّن أَ ۡك َر َم ُكمۡ ِعن َد ٱهَّلل ِ أَ ۡتقَ ٰى ُكمۡۚ إِ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم َخب‬
َ ‫لِتَ َع‬
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

42
Aunur Rahim Fakih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: Pusat Penerbitan
UII Press, 2001), h. 19.
32

orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha


Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S Al-Hujarat:13).43

Ayat di atas dapat menjadi dasar sebagai eksistensi interaksi sosial

antar manusia dalam islam. Allah SWT telah menciptakan manusia

dengan berbeda-beda baik jenis kelamin, bangsa, maupun suku, namun

islam mengajarkan untuk saling kenal-mengenal dalam kehidupan sosial.

Thibaut dan Kelley pakar dalam teori interaksi, dalam Mohammad

Ali dan Mohammad Asrori mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa

saling memengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir

bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau

berkomunikasi satu sama lain.kelompok. Melalui organisasi siswa,

banyak masalah-masalah individu maupun kelompok diselesaikan.44

Chaplin mendefinisikan bahwa interaksi merupakan hubungan

sosial antara beberapa individu yang bersifat alami yang individu-

individu itu saling memengaruhi satu sama lain secara serempak.

Sedangkan Shaw mendefinisikan bahwa interaksi adalah suatu

pertukaran antar pribadi yang masing-masing orang menunjukkan

perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-masing

perilaku memengaruhi satu sama lain45

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh

karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.

Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan

43
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 847.
44
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.87.
45
Ibid, h. 87.
33

menghasilkan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup

semacam itu baru akan terjadi apabila orang-perorangan atau kelompok-

kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk

mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan

lain sebagainya.46

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan

behwa interaksi sosial merupakan hubungan sosial atau peristiwa saling

memengaruhi antara individu dengan individu lain atau individu dengan

kelompok yang tidak hanya bertemu secara badaniah saja melainkan

mereka saling bekerja sama, saling berkomunikasi dan saling

mempengaruhi satu sama lain.

b. Jenis-jenis Interaksi Sosial

Shaw membedakan interaksi menjadi tiga jenis, yaitu interaksi

verbal,interaksi fisik, dan interaksi emosional.47

1). Interaksi antara individu dengan individu

Jenis interaksi sosial sosial ini terdiri dari dua jenis yaitu:

pertama, interaksi sosial antar individu yang bersifat positf yaitu

saling menguntungkan atau dengan kata lain lebih dekat kerja sama

dan kedua adalah interaksi sosial antar individu yang bersifat

negative yang kedua nya menghasilkan konflik/pertentangan atau

juga bisa merugikan salah satu pihak atau pun keduanya.

2). Interaksi antar individu dengan kelompok


46
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press,2010), h. 67
47
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik, h. 88.
34

Yaitu interaksi antar individu dengan kelompok, sama dengan

point pertama interaksi ini juga bisa bersifat positf dan negative.

3). Interaksi antar kelompok dengan kelompok

Interaksi sosial jenis ini terjadi sebagai suatu kesatuan bukan

kehendak pribadi, minsal saja kerja sama antara dua tim sepak bola

untuk berlatih bersama.48

c. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Menurut Marton Deuttah dalam Slamet Santosa, berpendapat

bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi:49

1). Kerja Sama (Cooperation)

Pada pokoknya kerja sama diartikan sebagai terpusatnya

berbagai usaha secara langsung untuk tujuan terpisah. Ada pula yang

menunjukkan bahwa kerja sama adalah suatu bentuk interaksi sosial

ketika tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan

tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan

sehingga setiap individu hanya dapat mencapai tujuan apabila

individu lain juga mencapai tujuan.

Proses timbulnya kerja sama adalah apabila individu

menyadari bahwa mereka mempunyai tujuan atau kepentingan yang

sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan

dan pengendalian diri untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam

48
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 2002),
hlm. 275-276
49
Slamet Santosa, Dinamika Kelompok Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.
22-23
35

bentuk kerja sama ada kesediaan dari anggota kelompok untuk

mengganti kegiatan anggota kelompok yang lain karena kegiatan

yang dilaksanakan saling bergantung dengan kegiatan ang lain dalam

hubungannya dengan pencapaian tujuan bersama.

2). Persaingan (Competition)

Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial ketika seorang

individu dapat mencapai tujuan sehingga individu lain akan

terpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut. Pengertian lain dari

persaingan adalah suatu proses sosial ketika individu atau kelompok

saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam

waktu yang bersamaan.

d. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak

memenuhi dua syarat, yaitu:50

1). Adanya kontak sosial (social-contact)

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: (1)

Antara orang perorangan, misalnya apabila anak kecil mempelajari

kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi

melalui sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat

yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat

dimana dia menjadi anggota. (2) Antara orang perorangan dengan

suatu kelompok manusia atau sebaliknya, misalnya apabila

seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan


50
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press,2010), h. 71.
36

dengan norma-norma masyarakat. (3) Antara suatu kelompok

manusia dengan kelompok manusia lain. Umpamanya, dua partai

politik mengadakan kerjasama untuk mengalahkan partai politik

yang ketiga didalam pemilihan umum.51

Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Yang bersifat

positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat

negatif mengarah pada pertengkaran atau bahkan sama sekali tidak

menghasilkan interaksi sosial. Suatu kontak dapat pula bersifat

primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang

mengadakan hubungan langsung bertemu dan bertatap muka, seperti

misalnya orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum dan

lain sebagainya. Sebaliknya, kontak sekunder memerlukan perantara.

Misalnya A berkata kepada B, bahwa C mengagumi permainannya

sebagai pemeran utama salah satu sandiwara. A sama sekali tidak

bertemu dengan C, tetapi telah terjadi kontak antara mereka, oleh

karena masing-masing memberikan tanggapan, walaupun dengan

perantaraan B.

2). Adanya Komunikasi

Arti penting dari komunikasi adalah bahwa seseorang

memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud

pembicaraan, gerak-gerak badan atau sikap), perasaan-perasaan apa

yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang

51
Ibid, h. 72.
37

bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang

ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.

Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai

macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum

dapat ditafsirkan sebagai keramah-tamahan, sikap bersahabat atau

bahkan sikap sinis dan sikap ingin menunjukkan kemenangan.

Dengan demikian komunikasi memungkinkan kerja sama antara

orang perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia dan

memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja

sama. Akan tetapi tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama

bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah

faham atau karena masing-masing tidak mau mengalah.52

e. Karakteristik Interaksi Kemampuan Interaksi Sosial yang Baik

Menurut Soekanto, ciri-ciri interaksi sosial adalah adanya

hubungan; adanya individu; adanya tujuan; dan adanya hubungan dengan

struktur dan fungsi sosial. Berdasarlam teori tersebut, Yuniati dalam

penelitiannya menjelaskan bahwa ciri-ciri interaksi sosial yang baik

antara siswa dengan siswa misalnya adanya kebersamaan, rasa saling

membutuhkan, saling menghargai dan menghormati, tidak ada gap atau

jarak antara yang kaya dan yang miskin, serta saling membantu satu

sama lain untuk mencapai tujuan bersama yang ingin dicapai.53

52
Ibid., , h. 73-74.
53
Yuniati, Meningkatkan Interaksi Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok dengan
Teknik Permainan pada Siswa Kelas VII F SMP Negeri 13 Semarang Tahun Ajaran 2012-2013,
Skripsi, (Semarang: UNNES, 2013) h. 22-23.
38

Berdasarkan pengertian di atas, kemampuan interaksi sosial yang

baik antar siswa dapat dibuktikan dengan adanya kebersamaan, rasa

saling membutuhkan, saling menghormati dan menghargai antar teman,

saling membantu tanpa melihat gap antara miskin dan kaya, serta bekerja

sama dalam mencapai tujuan tertentu di dalam kelas.

f. Usaha Meningkatkan Interaksi Sosial

Dikutip dari puluhulawa54, bahwa bimbingan kelompok merupakan

suatu kegiatan yang mengandung unsur psikopedagogis yang

memanfaatkan dinamika kelompok, dengan jumlah anggota kelompok

yang memungkinkan pemimpin kelompok dapat melakukan pendekatan

personal, serta dilakukan secara berkesinambungan yang berisi informasi

tentang cara meningkatkan kemampuan interaksi sosial secara

mendalam. Informasi tersebut diberikan terutama dengan tujuan

memperbaiki dan mengembangkan diri siswa dan pemahaman terhadap

cara menjalin interaksi sosial yang baik dengan orang lain. Kegiatan

bimbingan kelompok juga dapat membuat anggotanya lebih menghargai

pendapat orang lain, dan lebih berani mengungkapkan pendapatnya

secara bertanggung jawab.

Siswa sebagai anggota kelompok mempunyai hak untuk melatih

diri dalam mengungkapkan pendapatnya, membahas masalah yang

dialaminya dengan tuntas, dapat saling tukar informasi, memberi saran

54
Maiske Puluhulawa dkk, Proceeding Seminar Dan Lokakarya Nasional Revitalisasi
Laboratorium Dan Jurnal Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan Dan Konseling
Berbasis Kkni, 4 –6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia Jurusan Bimbingan dan
Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo.
39

dan belajar memecahkan masalah yang dihadapi anggota bersama-sama,

serta dapat berbagi pengalaman dan diskusi. Layanan bimbingan

kelompok merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih

berbicara, menanggapi, memberi dan menerima pendapat orang lain,

membina sikap dan perilaku normatif serta aspek-aspek positif lainnya

yang nantinya individu dapat mengembangkan potensi diri serta dapat

meningkatkan perilaku komunikasi antar pribadi yang dimiliki.55

Berdasarkan pembahasan di atas, kemampuan interaksi sosial siswa

dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok yaitu melalui kegiatan-

kegiatan di dalamnya seperti menanggapi dan mengungkapkan pendapat,

saling bertukar informasi, serta aspek-aspek positif lain yang telah

disebutkan yang dapat mengembangkan perilaku kominikasi antar

pribadi yang dimiliki. Ketika komunikasi antar pribadi dapat terjalin

dengan baik, maka syarat dalam interaksi sosial terpenuhi, yaitu adanya

kontak sosial dan adanya komunikasi. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu usaha

yang dapat dilakukan dalam meningkatkan interaksi sosial siswa.

4. Teknik Ice breaking

a. Pengertian Ice breaking

Istilah ice breaking berasal dari dua kata asing, yaitu ice yang

berarti es yang memiliki sifat kaku, dingin, dan keras, sedangkan

breaking berarti memecahkan. Arti harfiah ice-breaking adalah „pemecah


55
Dini Tias Astuti, Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok pada Siswa Program Akselerasi SD Hj.Istiati Baiturrahman 01 Semarang,
Skripsi, h. 45-46.
40

es‟ Jadi, ice breaking bisa diartikan sebagai usaha untuk memecahan atau

mencairkan suasana yang kaku seperti es agar menjadi lebih nyaman

mengalir dan santai. Hal ini bertujuan agar materi-materi yang

disampaikan dapat diterima. Siswa akan lebih dapat menerima materi

pelajaran jika suasana tidak tegang, santai, nyaman, dan lebih

bersahabat.56

M. Said mengungkapkan, yang dimaksud ice breaking adalah

permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suasana

kebekuan dalam kelompok.57 Ada juga yang menyebutkan bahwa ice

breaking adalah peralihan situasi dari yang membosankan, membuat

mengantuk, menjenuhkan dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak

membuat mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk

mendengarkan atau melihat orang yang berbicara di depan kelas atau

ruangan pertemuan.Ice breaking merupakan cara tepat untuk

mencipatakan suasana kondusif. “Penyatuan” pola pikir dan pola tindak

ke satu titik perhatian adalah yang bisa membuat suasana menjadi

terkondisi untuk dinamis dan fokus.58

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, Ice breaking dapat

diartikan sebagai pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik siswa. Ice

breaking juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang

dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Ice breaking dapat


56
Sunarto, Ice Breaker dalam Pembelajaran Aktif, (Surakarta: Yuman Pressindo, 2012),
h.1
57
M. Said, 80+ Ice Breaker Games-Kumpulan PermainanPenggugah Semangat,
(Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h.1
58
Adi Soenarno, Ice Breaker Permainan Atraktif-Edukatif, (Yogyakarta: Andi offset,
2005), h.1
41

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi

santai. Menurut Bashori, Ice Breajubg cocok diterapkan dalam layanan

bimbingan konseling kelompok, karena efektivitas belajar kelompok

merupakan contoh yang bisa dijadikan objek penelitian.59

b. Tujuan Ice breaking

Ada beberapa tujuan penggunaan ice breaking, yaitu : (1)

Menghilangkan sekat-sekat pembatas di antara siswa, dengan adanya

selingan ice breaking dalam pembelajaran, sehingga tidak ada lagi

anggapan si A pandai, si B bodoh dan lain sebagainya yang ada hanyalah

kesamaan kesempatan untuk maju; (2) Terciptanya kondisi yang dinamis

di antara siswa adalah menimbulkan kegairahan antara sesama siswa

untuk melakukan aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung.dan

pemecah suasana canggung; (3) Menciptakan motivasi antara sesama

siswa untuk melakukan aktivitas selama proses belajar-mengajar

berlangsung; (4) Membuat peserta saling mengenal dan akan

menghilangkan jarak mental sehingga suasana menjadi benar-benar

rileks, cair dan mengalir; (5) Mengarahkan atau memfokuskan peserta

pada topikpembahasan/pembicaraan.

c. Macam-Macam Ice breaking

Macam-macam Ice breaking dalam pembelajaran model dan ragam

materi ice breaking sebenarnya dapat diperoleh dengan mudah. Materi

ice breaking dapat kita jumpai di toko-toko buku, majalah, surat kabar,

59
Khoruddin Bashori dkk, Pengembangan Kapasitas Guru, (Jakarta: PT. Pustaka Alvabet,
2015) ,hlm. 110
42

dan internet. Kita pun dapat mengembangkannya lagi, bahkan

menciptakan sendiri. Yang penting saat melakukan ice breaking, durasi

waktunya jangan terlalu panjang karena kegiatan ini hanya selingan,

bukan kegiatan pokok pembelajaran.

Ice breaking dapat dilakukan dengan berbagai macam cara atau

permainan. Menurut The Encyclopedia of Ice Breakerterbitan University

associates Inc., bentuk ice breaking ada bermacam-macam, mulai dari

sekadar teka-teki, cerita-cerita lucu atau humor ringan yang memancing

senyum, lagu-lagu atau nyanyian yang disertai gerakan tubuh (action

song), sampai permainan-permainan berkelompok yang cukup menguras

tenaga atau bahkan pikiran. Selain itu dapat juga dilakukan dengan

melakukan senam otak (brain gym).

B. Penelitian Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti diantaranya yaitu:

Hasil penelitian Ernawati pada 2015 degan judul: Bimbingan Kelompok

untuk meningkatkan menejemen waktu siswa di MAN Lab UIN Yogyakarta

mengungkapkan bahwa pelaksanaan bimbingan kelompok untuk meningkatkan

manajemen waktu Siswa di MAN Lab UIN Yogyakarta dilaksanakan melalui

beberapa tahap, meliputi: tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap

pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran.60 Perbedaan penelitian yang

dilakukan oleh Ernawati dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah


60
Ernawati, Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Menejemen waktu Siswa MAN
Lab UIN Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta: UIN SUKA, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
2015).
43

terletak pada lokasi penelitian nya, Ernawati meneliti di MAN Lab UIN

Yogyakarta. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama meneliti bimbingan

kelompok.

Hasil penelitian Darkonah pada tahun 2015, meneliti dengan judul:

Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Efikasi Diri Siswa SMPN 5 Satu

Atap Tanjung Brebes mengungkapkan bahwa Pada pelaksanaan bimbingan

kelompok dengan teknik diskusi kelompok terbagi menjadi empat tahap yaitu

tahap pembentukan, peralihan, pelaksanaan, dan pengakhiran. Dari teknis dan

pelaksanaan serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan

kelompok dengan teknik diskusi kelompok yang sudah dilaksanakan dalam

penelitian ini maka diperoleh hasil yaitu pelaksanaan bimbingan kelompok

dengan teknik diskusi kelompok yang dilakukan guru BK memberikan

peningkatan terhadap efikasi diri siswa SMPN 5 Satu Atap Tanjung Brebes. 61

Perbedaan penelitian Darkonah dengan penelitian yang dilakukan peneliti

terletak pada lokasi penelitiannya. Persamaan penelitian Darkonah dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama meneliti bimbingan

konseling kelompok.

Hasil penelitian Astiti pada tahun 2013, meneliti dengan judul:

Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Bimbingan Kelompok

pada Siswa Program Akselerasi SD Hj.Isriati Baiturrahman Semarang

mengungkapkan bahwa kemampuan siswa program akselerasi sebelum

61
Darkonah, Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Evikasi Diri Siswa SMPN 5
Satu Atap Tanjungan Brebes, Skripsi, (Yogyakarta: UIN SUKA, Dakwah dan Komunikasi, 2015).
44

mendapatkan layanan bimbingan kelompok adalah 76% pada kategori sedang.

Setelah mendapatkan layanan bimbngan kelompok menjadi 83% dengan

kategori tinggi. Simpulain dari penelitiannya ialah kemampuan interaksi sosial

siswa program akselerasi meningkat setelah mendapatkan layanan bimbingan

kelompok.62 Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang

disajikan diatas adalah sama-sama meneliti Efektivitas Layanan Bimbingan

Kelompok di sekolah, sedangkan perbedaannya adalah terletak pada lokasi

penelitian dan jenjang sekolah objek penelitian yang berbeda.

C. Kerangka Konseptual

Bimbingan kelompok dengan teknik Ice breaking adalah upaya

pemberian layanan kepada peserta didik yang memiliki keterampilan sosial

rendah dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Layanan bimbingan

kelompok memberikan beberapa upaya atau cara untuk meningkatkan

keterampilan sosial dengan menggunakan teknik diskusi. Hal ini menunjukkan

bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi mampu

memberikan perubahan terhadap tingkat keterampilan sosial yang rendah,

dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Berdasarkan penjelasan diatas

maka kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:

Siswa MTsN 5 Kerinci

62 Siswa
Dini Tias Astuti, Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok pada Siswa Program Akselerasi SD Hj.Istiati Baiturrahman 01 Semarang,
Skripsi, (Semarang: UNES, Ilmu Pendidikan, 2013).
45

Pre-test

Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Ice Breaking

Post-test

Analisis Data

Kesimpulan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:

H0 = Layanan bimbingan kelompok teknik Ice breaking tidak efektif

untuk meningkatkan interaksi sosial siswa.

H1 = Layanan bimbingan kelompok teknik Ice breaking efektif untuk

meningkatkan interaksi sosial siswa.


46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

metode kuantitatif eksperimen. Sugiyono mendefinisikan eksperimen adalah

metode yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap

yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.63 Metode penelitian kuantitatif

dapat diartikan juga sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme, digunakan untuk menguji pada populasi atau sampel

tertentu, mengumpulkan data menggunakan instrumen penelitian, analisis


63
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 107
47

data kuantitatif / statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.64 Lebih lanjut Penelitian eksperimen benar-benar untuk melihat

hubungan sebab-akibat. Perlakuan yang kita lakukan terhadap variabel bebas

dan dilihat hasilnya pada variabel terikat, sehingga peneliti melakukan

perlakuan terhadap variabel bebas dan mengamati perubahan pada variabel

terikat.

Desain penelitian yang peneliti gunakan yaitu pre-eksperimental

design jenis one group pre-test post-test design. Desain penelitian one group

pre-test post-test design diukur dengan menggunakan pre-test yang telah

dilakukan sebelum diberi perlakuan dan post-test yang dilakukan setalah di

beri perlakuan. Penelitian ini diberikan pada satu kelompok saja tanpa

adanya kelompok pembanding.65 Rancangan ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh yang timbul sebelum dan sesudah perlakuan pada satu kelompok

sampel.66 Rancangan penelitian ini disajikan sebagai berikut:

47
01 X 02
(Angket) (Treatment) (Angket)
Awal Akhir

Gambar 3.1
Rancangan Penelitian One Group Pre-test Post-test Design

Keterangan:

64
Ibid., h. 8
65
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 99
66
Ibid., h. 101
48

01 = Angket awal diberikan pada siswa (sampel) untuk mengetahui

kemampuan interaksi sosial siswa sebelum diberi layanan bimbingan

kelompok.

X = Teratment atau pelakuan yang diberikan adalah berupa layanan

bimbingan kelompok kepada sampel penelitian untuk membantu

meningkatkan interaksi sosial.

02 = Angket akhir diberikan pada siswa (sampel) untuk mengetahui

kemampuan interaksi sosial siswa setelah diberi layanan bimbingan

kelompok.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, yang dapat terdiri dari

manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai

sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam penelitian. 67

Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih

sebagai cuplikan kemudian digunakan untuk merefleksikan keadaan

populasi yang ada.68 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MTsN 5

Kerinci dengan jumlah siswa sebanyak 109 orang siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan penulis tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan


67
Subana dkk, Statistic Pendidikan, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2000), h. 24
68
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta : PT Bumi Aksara, 2013), h.
54
49

dana, tenaga dan waktu, maka penulis dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu. Dalam pengambilan sampel harus benar-benar

respresentatif (mewakili).69

Adapun teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik probability Sampling (sampel probabilitas) yaitu

teknik pengambilan sampel yang memberi kesempatan kepada seluruh

anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.70 Penantuan

sampel dengan teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.71

Pengambilan sampel karena subjek yang dipilih adalah siswa yang

memiliki masalah dengan interaksi sosial (Social Interaction). Subjek ini

dipilih melalui pertimbangan sebagai berikut:

a. Siswa MTsN 5 Kerinci

b. Siswa yang memiliki masalah interaksi sosial

c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang siswa,

pengambilan sepuluh orang siswa berdasarkan teori yang disampaikan

oleh salah satu ahli yaitu menurut Karyanti, syarat pembentukan kelompok

dari calon peserta layanan bimbingan konseling kelompok adalah peserta

terdiri dari 8 – 10 orang, sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang

mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok.72

69
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 107
70
Ibid., h. 120
71
Ibid., h. 124
72
Karyanti, Dance Counseling, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 25
50

C. Insturmen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini yaitu angket berupa

kuesioner/angket yang diberikan kepada responden yang dalam hal ini adalah

siswa MTsN 5 Kerinci yang terpilih sebagai sampel. Adapun angket yang

digunakan merupakan jenis angket langsung, yang mana cara pengukurannya

menggunakan skala likert. skala likert adalah suatu skala psikometrik yang

umum digunakan dalam kuesioner, dan skala yang paling banyak

digunakan.73 Sewaktu menanggapi pertanyaan-pernyataan dalam skala likert,

responden menentukan tingkat persetujuannya terhadap suatu pernyataan

dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.

1. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Pengembangan instrument untuk mengetahui efektivitas layanan

bimbingan kelompok dengan teknik Ice Breaking untuk meningkatkan

interaksi sosial siswa adalah dengan cara menentukan indikator dari

variabel interaksi sosial yang akan diteliti yang diteliti kemudian membuat

sub indikatornya. Indikator interaksi sosial terdiri dari interaksi antar

individu, interaksi individu dengan kelompok dan interaksi antar

kelompok. Instumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instumen

yang dikembangkan oleh Dwi Ratna Sari, instrument ini diadopsi dari

instumen yang dikembangkan oleh Dwi Ratna Sari karena karakteristik

73
Maryuliana, dkk. Sistem Informasi Angket Pengukuran Skala Kebutuhan Materi
Pembelajaran Tambahan Sebagai pendukung Pengambilan Keputusan Di Sekolah Menengah Atas
Menggunakan Skala Likert. 2016. Vol.1 No.2. Diakses pada tanggal 21 Februari 2020. h. 2
51

nya sama dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, bentuknya bisa

dilihat pada Lampiran 3.74

2. Pemberian Skor

Pemberian skor kuesioner bentuk skala likert dengan ketentuan jika

pernyataan positif maka untuk jawaban Selalu (SS) diberi skor 5, Sering

(SR) diberi skor 4,Kadang-kadang (KD) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi

skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (TP) diberi skor 1. Untuk pernyataan

negative Selalu (SS) diberi skor 1, Sering (SR) diberi skor 2,Kadang-

kadang (KD) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi skor 4, dan Sangat Tidak

Setuju (TP) diberi skor 5.

Setelah ditentukan nilai dari dari masing-masing pernyataan baik

pernyataan positif maupun pernyataan negative, selanjutnya adalah


75
menentukan skor ideal, dengan menggunakan rumus menurut Sari

sebagai berikut.

skor maksimum
Skor Ideal=
Jumlah Item Pernyataan x Jumlah Pilihan Jawaban

Setelah memperoleh skor ideal maka untuk menentukan nilai

perolehan siswa adalah dengan mengalikan hasil skor perolehan dengan

skor ideal. Setelah diperoleh nilai masing-masing responden dalam

74
Dwi Ratna Sari, Efektivitas Teknik Ice Breaking Dalam Layanan Bimbingan
Kelompok Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa di SMAN 5 Surabaya. Digilib.UNAIR:
Skripsi, Bimbingan Konseling, UNAIR.
75
Yesi Nur Endah Sari, Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish,
2018), h. 105
52

penelitian ini selanjutnya adalah menentukan nilai rata responden. Adapun

rumusnya sebagai berikut76:

M=
∑X
N

Keterangan:

M = Mean

X = Jumlah Nilai

N = Jumlah Individu

D. Prosedur Penelitian

Demi menjalankan peranturan dan program pemerintah dalam

penanganan Covid 19 dengan dasar hukum Peraturan Presiden Nomor PP 21

tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka

Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) ditempatkan

dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 91.

Penjelasan Atas PP 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar

dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19)

ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

6487. Serta himbauan untuk bekerja dari rumah, maka untuk melaksanakan

penelitian peneliti membuat dua opsi, yaitu:

1. Penelitian dilaksanakan disekolah jika pemerintah telah menyatakan aman

dan membolehkan membolehkan kegiatan belajar di sekolah.

76
Jonathan Sarwono, Metodoogi Penelitian Kuantitatif dan kualitatif, (Yogyakata: Graha
Ilmu, 2006), h. 138
53

2. Penelitian dilaksanakan berbasis teknoligi internet yang memungkinkan

terjadinya interaksi sosial secara online melalui aplikasi Zoom. Menurut

Alyusi, interaksi sosial secara online adalah interaksi seseorang orang lain

ataupun kelompok satu dengan kelompok lain melalui interaksi sosial

online.77 Berdasarkan teori tersebut maka penelitian ini juga dapat

dilakukan secara online dengan melakukan persiapan, sebagai berikut:

a). Memastikan bahwa jaringan internet bisa di akses di lokasi tempat

sampel berada/tinggal.

b). Memastikan siswa yang terpilih sebagai sampel bisa mengakses

internet setidak nya memiliki HP yang memiliki fitur yang bisa

mengakses zoom.

c). Memastikan siswa yang terpilih sebagai sampel telah memiliki akun

zoom.

d). Memastikan ketersediaan paket internet bagi setiap sampel (jika perlu

peneliti menyediakan biaya pembelian paket internet bagi sampel.

e). Menetapkan Jadwal hari/ tanggal/ jam agar sampel bisa mengikuti

kegiatan secara tepat waktu (dengan pertimbangan jika ada salah satu

sampel yang tidak bisa ikut disebabkan hal yang tak terduga maka

akan jadwal akan di atur kembali)

f). Materi mengikuti RPL BKp yang telah ditetapkan.

E. Teknik Pengumpulan Data

77
Shaefti Dyah Alyusi, Media Sosial: Interaksi, Identitas dan Modal Sosial Edisi
Pertama, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 1
54

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket atau kesioner. Angket atau kuesioner adalah cara atau alat

pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan yang sudah disiapkan

sebelumnya oleh peneliti dan nantinya akan disisi oleh responden.78 Dengan

penggunaan kuesioner peneliti dapat menghimpun data yang relevan dengan

tujuan penelitian yang memiliki tingkat reliabilitas serta validitas yang

tinggi.79 Pernyataan yang terdapat dalam instumen yang digunakan telah di

kembangkan oleh Dwi Ratna Sari dalam penelitian yang dilakukannya

sehingga intrumen tersebut sudah dinyatakan valid dan reliable secara

konten.80 Penggunaan instrument telah dimendapat izin dari pengembang

melalui email yang dapat dilihat pada Lapiran 4.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

atau sumber data terkumpul. Kegiatan dalam menganalisa data terdiri dari

pengelompokan data berdasarkan variabel, tabulasi data, penyajian data,

menjawab rumusan masalah dan melakukan pengujian hipotesis yang telah di

ajukan.81

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Tabulasi Data dan menghitung frekuensi yang diberikan oleh responden

atas setiap item pertanyaan yang diberikan.


78
Ating somantri dan Sambas Ali Muhidin, Aplikasi Statistika dalam Penelitian,
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), h. 35
79
Ibid., h. 36
80
Dwi Ratna Sari, Efektivitas Op. Cit.,
81
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 107
55

2. Menghitung rata-rata skor total item

Untuk menghitung persentase frekuensi jawaban responden, menurut

Sudjana persentase dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

f
P= x 100
N

Keterangan:

P = Persentase

F = frekuensi

N= Jumlah Responden

3. Uji Hipotesis

a. Wilcoxon Signed Rank Test

Untuk melihat perbedaan persepsi siswa sebelum dan sesudah

diberilayanan bimbingan konseling orientasi digunakan teknik analisis

data Wilcoxon Signed Rank Test yang digunakan untuk

membandingkan dua media atau sampel yang saling berhubungan dan

data di kumpulkan dua sampel yang tidak independent.82 Dalam

menganalisa data peneliti menggunakan bantuan komputer program

SPSS 23.00.

Adapun persamaan rumus yang digunakan dalam Wilcoxon

Signed Rank Test adalah sebagai berikut:

w−µT
Z hutung=
ÓT

82
Ibid., h. 108
56

Keterangan:

W = Nilai hitung dari uji Wilcoxon

µT = N x (N+1) / 4

µT = Akar n ( n + 1) x (2n +1) / 24

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika Asymp. sig > α (α = 0,05) = maka H0 diterima

Jika Asymp. sig ≤ α (0,05) = maka H0 ditolak.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Yusran. (2013). Meningkatkan Keterampilan Sosial Melalui Bimbingan


Kelompok Teknik Diskusi Pada Siswa. Jurnal bimbingan dan konseling
Universitas Negeri Gorontalo, 05 (1).

Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. 2001. Psikoterapi dan Konseling Islam Penerapan


Metode Sufistik, Yogyakarta: Pajar Pustaka Baru.

Agoestyawati, Redjeki. 2015. Ice Breaker for All Aneka Permainan dan Aktivitas
untuk Menghidupkan Suasana dan Menyukseskan Acara, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Aisyah, Siti. 2015. Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar,


Yogyakarta: Deepublish.

Alyusi, Shaefti Dyah. 2016. Media Sosial: Interaksi, Identitas dan Modal Sosial
Edisi Pertama, Jakarta: Kencana.

Asnawi. (2014). Efektivitas Penyelenggaraan Publik Pada Samsat Corner


Wilayah Malang Kota, (Skripsi, Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas
Muhammadiyah Malang).

Astuti, Dini Tias. (2013). Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui


Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Program Akselerasi SD
57

Hj.Istiati Baiturrahman 01 Semarang, (Skripsi Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Semarang).

Azam, Ulul. 2016. Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah (teori


dan Praktik), Yogyakarta:Deepublish.

Chulsum, Ummi. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya: Khasiko.

Departemen Agama. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta Pusat: Beras.

Ernawati. (2015). Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Menejemen waktu


Siswa MAN Lab UIN Yogyakarta, (Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan
Kali Jaga).

Lesmana, Jeanette Muarad. 2008. Dasar-dasar Konseling, Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Marbun, Stepanus M. 2018. Psikologi Pendidikan, Ponorogo: Uwais Inspirasi


Indonesia.

Maryuliana, dkk. (2016). Sistem Informasi Angket Pengukuran Skala Kebutuhan


Materi Pembelajaran Tambahan Sebagai pendukung Pengambilan
Keputusan Di Sekolah Menengah Atas Menggunakan Skala Likert.
UNSULA: Jurnal Transistor dan Informatika, 1 (2)

Mustofa, Pendidikan Kewarganegaraan SMP (On-line), tersedia di


http://mustofasmp2/ pentingnya-keterampilan-sosial/ diakses pada tanggal
19 Februari 2020.

Nurihsan, Achmad Juntika. 2009. Bimbingan dan Konseling, Bandung: Refika


Aditama.

Nurkholis. 2016. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Grasindo.

Purwanto, Ngalimun. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajara,


Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Said, M. 2010. 80+ Ice Breaker Games-Kumpulan Permainan Penggugah


Semangat, Yogyakarta: Andi Offset.

Sanusi, Mudofir dkk. 2014. Al- Majid Al- Qur’an dan Terjemah, dan Tajwid
Warna Standar Kemenag RI. Jakata Pusat: Beras.

Sari, Yesi Nur Endah. 2018. Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta:
Deepublish.
58

Sari, Dwi Ratna. (2017). Efektivitas Teknik Ice Breaking Dalam Layanan
Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa di
SMAN 5 Surabaya. (Skripsi, Digilib: Universitas Airlangga)

Sari, Nita Purnama dkk. (2014). Upaya Peningkatan Self-Disclosure Dengan


Menggunakan Bimbingan Kelompok Pada Siswa. ALIBKIN: Jurnal
Bimbingan Konseling, 3 (2)

Siregar, Syofian. 2012. Statistik Parameterik untuk Penelitian Kuantitatif, Jakarta


Bumi Aksara.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press.

Soenarno, Adi. 2005. Ice Breaker Permainan Atraktif-Edukatif, Yogyakarta: Andi


offset.

Sofyan. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:


Alfabeta.
Surya, Djumhur dan Moh. 1972. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah
Guaidance and Counseling, Bandung: CV Ilmu.

Suryanto. 2012. Pengantar Psikologi Sosial. Surabaya: Pusat Penerbitan dan


Percetakan Unair.

Susanto. Ahmad. 2018, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Konsep, Teori, dan
Aplikasinya, Jakarta: Kencana.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta:


Rajawali Pers.

Wambraw, Ari Johan. (2013). Efektivitas Pelaksanaan Peraturan Daerah


Perpajakan Dan Retribusi Daerah Dalam Memperoleh Pendapatan Asli
Daerah Di Kabupaten Supiori Provinsi Papua. UAJY:Jurnal Hukum dan
Ekonomi, 1 (2).

Wekke, Ismail Suardi. 2018. Peserta Didik dan Guru Bimbingan Konseling
Dalam Penbelajaran Edisi Kedua, Yogyakarta: Diandra.

Wibowo, Mungin Edi. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan, Semarang:


UNNES Press.

Yuliandita, Seliva. (2015). Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap


Peningkatan Pemahaman Self-Controlsiswa Kelas Ix Di Smp N 1
59

Wanasari Kabupaten Brebes Tahun Ajaran 2015/2016 (Universitas Negeri


Semarang).

Yuniati. (2013). Meningkatkan Interaksi Siswa Melalui Layanan Bimbingan


Kelompok dengan Teknik Permainan pada Siswa Kelas VII F SMP Negeri
13 Semarang Tahun Ajaran 2012-2013 (Skripsi, Semarang: Universitas
Negeri Semarang).

Yusranadam. (2013). Meningkatkan Keterampilan Sosial Melalui Bimbingan


Kelompok Teknik Diskusi Pada Siswa. UNG: Jurnal bimbingan dan
konseling, 05 (1).

Anda mungkin juga menyukai