Anda di halaman 1dari 17

NAMA : NUR ATIKAH WARDATI

NIM : P07124216121
KELAS : DIV B SEMESTER 3

PEMBERIAN OBAT SESUAI DENGAN KEWENANGAN BIDAN


DAN JENIS OBAT YANG DIPERBOLEHKAN

1. AMOXICILLIN

Dosis :
Dosis amoxicillin disesuaikan dengan dengan jenis beratnya infeksi
a. Anak dengan berat kurang dari 20kg : 20-40mg/kg berat badan sehari, terbagi
dalam 3 dosis.
b. Dewasa atau anak dengan berat badan lebih dari 20kg : 250-500 mg sehari,
sebelum makan.
c. Gonore yang tidak terkomplikasi : amoxilina 3gram dengan probenesid 1 gram
sebagai dosis tunggal.
Efek samping :
Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti urtikaria, ruam
kulit,pruritris, angioedema dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah,
glositis dan stomatitis.
Indikasi :
Amoxilina efektif terhadap penyakit :
a. Infeksi saluran pernafasan kronik dan akut : pneumonia, faringitis (tidak untuk
faringitis genore), bronchitis, laryngitis
b. Infeksi saluran cerna : disentri basiler
c. Infeksi saluran kemih : Gonore tidak terkomplikasi, urettritis, sistitis, pielonefritis.
d. Infeksi lain : Septikemia, Endokarditis
Kontra Indikasi :
Pasien dengan reaksi alergi terhadap penisilina.

2. AMPICILLIN

Dosis :
a) Terapi Oral
Dewasa dan anak-anak dengan berat badan lebih dari 20kg :
 Infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan kulit : 150-500 mg setiap 6
jam
 Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500 mg setiap 6
jam
Anak-anak dengan berat badan 20kg/ kurang :
 50 sampai 100mg/kg BB sehari diberikan dalam dosis terbagi setiap 6 jam.
Pada infeksi yang berat dianjurkan diberikan dosisi lebih tinggi.
b) Terapi Parenteral
Dewasa dan anak-anak dengan berat badan lebih dari 20kg:
 Infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan kulit : 250-500mg setiap 6
jam.
 Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500mg sertiap 6
jam.
Anak-anak dengan berat badan 20kg atau kurang :
 Infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan kulit : 25-50 mg/kg BB
sehari dalam dosis terbagi setiap 6 jam
 Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 50-100mg/kg BB
sehari dalam dosis setiap 6 jam.
Efek Samping :
Pada beberapa penderita pemberian secara oral dapat disertai diare ringan
yang bersifat sementara disebabkan gangguan keseimbangan flora khusus.
Umumnya pengobatan tidak perlu dihentikan. Flora usus yang normal dapat pulih
kembali 3-5 hari setelah pengobatan dihentikan. Ganguan pada saluran
pencernaan seperti glositis, stomatitis, mual, muntah. Pada penderita yang diobati
dnegan ampicillin, termasuk jenis penislin dapat timbul reaksi hipere sensitive,
seperti urtikaria.
Indikasi :
Ampicillin digunakan untuk pengobatan :
a. Infeksi saluran pernafasan, seperti pneumonia, faringitis, brounkitis,
laryngitis
b. Infeksi saluran pencernaan seperti : shigellosis, salmonellosis.
c. Infeksi saluran kemih dan kelamin seperti : Gonore (tanda komplikasi),
urethritis, sistisis.
d. Infeksi kulit dan jaringan kulit
Kontra Indikasi :
Hipersensitif terhadap penicillin.

3. METRONIDAZOL

Dosis :
a. Untuk amoebiasis
- Dewasa : oral 700mg 3x sehari
- Anak : 35-50 mg/kg BB/24jam dibagi dalam 3 dosis peroral selama 10hari
b. Untuk Tricomoniasis
- Pada pria dan wanita pengobatan satu hari singel dosis 2 gr atau 1gr pagi, 1gr
malam.

c. Untuk Giardiasis
- Dewasa : 2gr dosis tunggal diminum 3 hari berturut-turut serta 3x sehari 1 tablet
selama 5 sampai 7 hari.
- Anak-anak 15mg/BB/hari dalam dalam dosis terbagi 5-7 hari
.
Efek samping :
1. Terutama pada saluran cerna seperti mual, muntah, anorexia,diare, nyeri
epigastrum, kolik dan kadang-kadang sakit kepala
2. Selama pengobatan juga bisa timbul rasa lidah berselaput, mulut kering,
glositis, stomatis, moniliasis, dan neutropenia yang akan normal kembali
setelah pengobatan di hentikan.
3. Kejang dan peripheralneuropati

Indikasi :
Metronidazol terutama digunakan untuk amoebeasis intestinal dan ekstra
intestinal dan juga trikomoniasis, giardiasis, lambliasis. Juga untuk pencegahan dan
pengobatan infeksi bakteri anaerobic.

Kontra Indikasi :
- Pasien yang hiper sensitive terhadap metronidazole, wanita hamil yang
menderita trikomoniasis pada trimester pertama.
- Pasien yang mengalami penyakit sesunan saraf pusat yang aktif yang riwayat
penyakit ‘Blood Dyscrasia”

4. ASAM MEFENAMAT

Dosis:
 Dewasa dan anak-anak lebih dari 14 tahun :
 Dosis awal 500mg, selanjutnya 250mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan.
Efek samping :
1. System pencernaan : mual, muntah, diare, dan rasa sakit pada abdominal
2. System hematopoietic : leucopenia, dan eosinophilia.
3. System syaraf : rasa ngantuk, pusing, penglihatan kabur, dan insomnia.
Indikasi :
Meredahkan nyeri ringan sampai sendang sehubungan dengan sakit kepala, sakit
gigi, disminorhoe primer, termasuk nyeri karena trauma nyeri otot dan nyeri sesudah
oprasi.
Kontra indikasi :
1. Pasien yang hipersensitif terhadap asam mefenamat
2. Penderita yang dengan asetosal mengalami bronkospame, alergi prinitis, dan urtikaria.
3. Penderita dengan tukak lambung dan usus
4. Penderita dengan gangguan ginjal yang berat.

5. PARACHETAMOL

Dosis :
a. Melalui oral
 Dibawah 1 tahun : ½ sampai 1 sendok teh atau 60-120 mg tiap 4-6 jam.5
 Umur 1-5 tahun : 1-2 sendok teh atau 120-250 mg tiap 4-6 jam
 Umur 6-12 tahun : 2-4 sendok teh atau 250-500 mg tiap 4-6 jam
 Umur diatas 12 tahun : ½-1 gr tiap 4 jam, maksimal 4 gr per hari.
Efek samping :
Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati.
Indikasi :
1. Sebagai antipiretik/ analgestik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.
2. Sebagai analgestikm misalnya untuk menurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit
gigi, sakit kepala, sakit waktu haid, dan sakit pada otot.
3. Menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Kontra indikasi
 Hipersensitif terhadap paracetamol dan defisiensi glucose-6-fosfat
dehydrogenase.
 Tidak boleh digunakan pada penderita pada gangguan fungsi hati.

6.RANITIDINE

Dosis :
1. Oral
Dewasa :
 tukak lambung dan refluks esophagitis, sehari 2x 1 tablet atau dosis
tunggal 2 tablet menjelang tidur malam, selama 4 sampai 8 minggu.
 Untuk hipersekresi pantologis sehari 2-3x 1 tablet, bila keadaan parah
dosis dapat ditingkatkan sampai 6 tablet sehari dalam dosis terbagi.
 Dosis pemeliharaan sehari 1 tablet pada malam hari.
 Pada penderita fungsi ginjal dan kliren kreatinine kurang dari 500mg per
menit, dosis sehari 1 tablet.
Dosis untuk anak-anak belum mantap.
Efek samping :
1. Kadang-kadang terjadi nyeri kepala, malaise, myalgia, mual, diare, dan kruritus.
2. Konstipasi pusing dan sakit perut.
3. Gangguaan fungsi sexsual dan hepatitis.
4. Rasa sakit di daerah penyuntikkan pada pemberian secara IV.
5. Rasa terbakar pada pemberian secara IM.

Indikasi :
Ranitidine digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan duodenum akut,
refluks eksofagus keadaan hipersekresi asam lambung pathologis seperti hipersekresi
pasca bedah.

Kontra indikasi :
Hypersensitive terhadap ranitidine.

7. MAGNESIUM KARBONAT DAN KALSIUM KARBONAT

Dosis :
Dewasa : 1-2 tablet, 3-4c/hari diminum 30 menit sampai 1 jam sebelum makan.
Dosis dapat disesuaikan tergantung umur dan gejala penyakitnya.
Efek samping :
Efek samping yang umum adalah sembelit, diare, mual, muntah dan gejala-gejala
tersebut akan hilang bila pemakaian obat dihentikan.

Indikasi :
Mengurangi gejala yang berhubungaan dengan kelebihan asam lambung, tukak
lambung, gastritis, tukak usus dua belas jari, dengan gejala-gejala mual, nyeri lambung,
nyeri ulu hati, perasaan penuh pada lambung.

Kontra indikasi :
1) Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini.
2) Pasien dengan hipo atau hipertiroidisme, pasien dalam dialysis (untuk pengobatan
jangka panjang dapat menyebabkan enselopati akibat alumunium atau penyakit
tulang yang berhubungan dengan alumunium).

8. SALBUTAMOL

Dosis :
 Anak 2-6th : 1-2mg, 3-4x/hari
 Anak 6-12th : 2mg, 2-4x/hari
 Dewasa dan anak-anak di atas 12th : 2-4mg, 3-4x/hari

Efek samping :
Relative jarang terjadi, seperti aritmia, palpitasi, tremor, mual, muntah, anoreksia,
dan vertigo.
Indikasi :
Untuk meringankan gejala sesak nafas pada penderita asam bronchial, bronchitis
kronis dan emfisema.

Kontra indikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap salbutamol.

9. AMBROKSOL

Dosis :
Bentuk sediaan Tablet (30mg) Sirup (15mg/5ml)
Anak-anak < 2th - ½ sdt 2x/hari
Anak-anak 2-5th - ½ sdt 3x/hari
Anak-anak 5-10th ½ tablet 3x/hari 1 sdt 2-3x/hari
Dewasa dan anak-anak > 1 tablet 3x/hari 2 sdt 3x/hari
10th

Efek samping :
Ambroksol umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Dilaporkan adanya efek
samping gastro-intestinal yang ringan serta alergi pada beberapa pasien.

Indikasi :
Diindikasikan untuk penyakit saluran pernafasan akut dan kronis yang disertai dengan
sekresi bronchial yang abnormal, terutama pada serangan akut dari bronchitis kronis.
Pengobatan sebelum dan sesudah operasi serta pada perawatan intensif untuk
menghindari komplikasi paru-paru.

10.OKSITOSIN

Pada dasarnya dosis tergantung dari respon uterus


a. Antepartum
Diberikan infus intravena per drip dengan dosis 1ml (10unit) dalam 1000ml cairan
steril. Dosis awal harus diukur berkisar 1-4MU/ menit, dosis dapat dinaikkan
bertahap 1-2MU/ menit, dalam interval minimal 20menit, sampai pola kontraksi yang
diinginkan.
Terapi pada abortis inkomplit atau kehamilan yang sudah tidak dapat dipertahankan
Infus intravenous per drip (10unit) oksitosin dalam 500ml atau D5% diberikan 20-40
tetes/menit.
b. Post partum
Untuk mengontrol perdarahan post partum diberikan 1-1- unit oksitosin dalam
1000ml larutan steril. Infus intravena per drip dan diberikan seperlunya sesuai dengan
yang digunakan untuk mengontrol atoni uterus. Dapat pula diberikan secara
intramuscular 1ml atau 10unit segera setelah plasenta lahir.

Efek samping :
Pada ibu :
1. Reaksi anafilaktik
2. Rupture uteri
3. Kontaksi tetanik
4. Intoksikasi air
5. Hematoma pelvik
6. Aritmia, nausea
Pada janin :
Bradikardi, perdarahan retina, kematian fetus, dan kerusakan permanen
pada susunan saraf pusat.

Indikasi :
1. Antepartum
Oksitosin akan meningkatkan kontraksi uterus, agar proses persalinan berjalan
lebih cepat untuk kepentingan ibu atau fetus.
Dapat di gunakan untuk :
Ibu bersalin
Memperkuat kontrasksi bersalin, seperti pada inertia uteri.
Terapi tambahan untuk abortus inkomplit, ataupun abortus yang terjadi pada
trimester II
2. Postpartum
Oksitosin dapat membantu menghasilkan kontraksi uterus pada kala III
persalinan, sehingga dapat mengontrol pendarahan postpartum.

Kontra Indikasi :
1. Disproporsi sevalopelvic
2. Kelainan letak yang diperkirakan tidak dapat lahir spontan pervaginaan,
misalnya letak lintang.
3. Pada kasus gawar, dimana lebih baik melakukan tindakan SC
4. Gawat janin
5. Pemakaian terus menerus pada inertia uteri atau toksemia yang berat.
6. Kontraksi hipertonus
7. Hipersensitif

11. LIDOCAIN HCL

Dosis :
12 ml IM atau intra subcutan
Efek samping
Daftar efek samping yang memungkinkan yang dapat terjadi dalam obat-obat yang
mengandung Lidocaine Hcl / Epinephrine. Ini bukanlah daftar yang komprehensif. Efek-efek
samping ini memungkinkan, tetapi tidak selalu terjadi. Beberapa efek samping ini langka
tetapi serius.
 Alergi
 Iritasi kulit
 Iritasi pernapasan
 Iritasi mata
 Gangguan gastrointestinal
 Nyeri epigastrium

Indikasi
Local anasthetica

Kontra indikasi
Hypotensi

12. IBU PROFEN

Dosis
 5-10 mg/kg BB/ kali, setelah makan
Efek samping
 Mual (rasa ingin muntah)
 Muntah
 Diare (buang air besar encer)
 Gastritis (sakit maag)
 Sakit perut
Menggunakan ibuprofen, terutama pada dosis tinggi selama jangka waktu yang lama,
dapat meningkatkan risiko:
 Stroke – ketika pasokan darah ke otak terganggu
 Serangan jantung – ketika pasokan darah ke jantung tersumbat

Indikasi
Secara lebih mendetil ibuprofen digunakan untuk mengatasi berbagai keluhan rasa sakit
seperti:
 Rasa sakit ringan hingga sedang: sakit gigi, migrain dan nyeri haid.
 Menurunkan demam: misalnya, ketika seseorang mengalami flu (influenza), baca
juga: Ibuprofen
 Sebagai Obat Demam.
 Rasa sakit dan peradangan (kemerahan dan bengkak) yang disebabkan oleh
penyakit rematik atau anggota gerak lainnya.
 Meringankan rasa sakit dan pembengkakan akibat keseleo, seperti cedera
olahraga.
Kontra Indikasi
Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini begitu saja, oleh karena selalu
perhatikan kontraindikasi yang ada pada label:
 Tidak boleh pada seseorang yang alergi terhadap ibuprofen atau obat NSAID
lainnya.
 Tidak boleh digunakan oleh orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu,
seperti saat ini atau baru-baru ini mengalami ulkus lambung (tukak lambung),
atau riwayat reaksi buruk terhadap NSAID.
 Hati-hati penggunaan orang-orang tua, dan orang dengan kondisi kesehatan
tertentu, termasuk asma atau penyakit ginjal atau gangguan fungsi hati.
 Parasetamol dianjurkan sebagai alternatif untuk meringankan rasa sakit
jangka pendek atau mengurangi demam pada kondisi di atas.
 Hati-hati pada anak usia < 1 tahun
 Ibu hamil, menyusui
13. CHLORPHENIRAMINE MALEAT

Dosis

Pasien Pediatric : Rhinitis alergi

Oral:
 Anak-anak 2 sampai <6 tahun: 1 mg setiap 4-6 jam (sebagai formulasi
konvensional).
 Anak-anak 6 sampai <12 tahun: 2 mg setiap 4-6 jam (sebagai formulasi
konvensional) atau 8 mg (sebagai tablet extended-release) sekali sehari
pada waktu tidur atau siang hari,
 Anak-anak ≥12 tahun: 4 mg setiap 4-6 jam (sebagai formulasi
konvensional) atau 8 atau 12 mg (sebagai tablet extended-release) dua kali
sehari di pagi hari dan sore hari atau 16 mg (sebagai tablet inti
diperpanjang-release) sekali sehari.
Dewasa : Rhinitis alergi
Oral:
 4 mg setiap 4-6 jam (sebagai formulasi konvensional) atau 8 atau 12 mg
(sebagai tablet extended-release) dua kali sehari di pagi hari dan sore hari
atau 16 mg (sebagai tablet extended-release inti) sekali sehari.

Efek Samping
Ada banyak efek samping yang bisa ditimbulkan oleh obat CTM ini, diantaranya:
 Mengantuk
 Pusing
 Sakit kepala
 Sembelit
 Sakit perut
 Penglihatan kabur
 Penurunan koordinasi
 Kering pada mulut, hidung, dan tenggorokan

Indikasi :

 Kondisi alergi Bersin, gatal, mata berair, hidung atau tenggorokan gatal, dan pilek
yang disebabkan oleh hay fever (rinitis alergi), atau alergi pernapasan lainnya.

 Syok anafilaktik

Kontraindikasi :

 Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap obat antihistamin

Sumber :
Fitrianingsih, dwi dan akhsin zulkoni. 2010. Farmakologi Obat-obatan dalam Praktek
Kebidanan. Nuha Medika : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai