Anda di halaman 1dari 5

Organik vs Konvensional vs Hidroponik: Mana Yang

Lebih Baik Berdasarkan Penelitian?

Bagi anda yang saat ini berusia diatas 30 tahun tentunya masih ingat masa-masa kecil dulu,
setiap pagi diajak ibu ke pasar atau ke warung sayur terdekat atau menunggu ‘mbak sayur’
datang untuk berbelanja menu sayuran yang akan dimasak hari itu. Pemandangan seperti ini
masih merupakan bagian dari keseharian masyarakat Indonesia di tahun 90an atau awal tahun
2000an. Saat ini, orang cenderung lebih memilih belanja kebutuhan pangan sehari-hari di
supermarket atau pergi ke restoran untuk makan. Nah, untuk anda yang sering berbelanja di
supermarket tentunya sudah biasa melihat beberapa macam produk sayur-mayur di sana, ada
yang dilabeli ‘organik’, ‘segar’ bahkan ‘hidroponik’.
Mengapa Lebih Banyak Pilihan Sayur Mayur Saat Ini?
Sebenarnya tekhnik menanam sayur mayur dan buah-buahan yang beragam sudah ada sejak
lebih dari dua ratus tahun lalu, namun meningkatnya jumlah penemuan di bidang tekhnologi
pertanian serta penelitian di bidang kesehatan dan nutrisi kaitannya dengan jenis pertanian
tertentu, membuat permintaan masyarakat akan alternatif lain dari hasil tani konvensional
juga meningkat.
Menjawab permintaan ini, mulai banyak petani yang melirik peluang dan merubah haluan
dengan mulai menerapkan sistem pertanian organik atau hidroponik (tanpa pestisida) sebagai
alternatif dari sistem pertanian konvensional (menggunakan pestisida dan pupuk kimia).
Sebelum menelaah mana dari ketiga sistem tersebut yang lebih baik, mari kita mengenal
ketiganya terlebih dulu.
Pertanian Konvensional
Pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang menggunakan tanah sebagai media
tanam, yang umumnya diikuti dengan pemberian pupuk kimia dan pestisida untuk mencegah
serangan predator dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Penggunaan pestisida mulai
marak di pertengahan abad ke 19.
Pertanian konvensional umumnya bertujuan meraih profit sebanyak-banyaknya dengan
menekan biaya dan meningkatkan hasil produksi. Hal ini dapat dicapai dengan mudah
menggunakan pupuk kimia, pestisida dan tak jarang dengan cara mengembangkan bibit
terbaik di laboratorium (menghasilkan produk GMO). Inilah yang menyebabkan hasil tani
konvensional umumnya memiliki ciri-ciri:
Cepat dipanen: Produk GMO (Genetically Modified Organism) yang merupakan hasil
modifikasi genetik di laboratorium dikembangkan dengan tujuan salah satunya agar cepat
dipanen, supaya dapat menekan proses produksi dan memenuhi lebih banyak permintaan
konsumen.
Minim cacat: Cacat produk pada hasil panen dapat berupa pembusukan atau adanya bentuk
yang tak wajar, disebabkan oleh serangan predator. Hal ini dapat dengan mudah dihindari
dalam sistem pertanian konvensional dengan tekhnik GMO dan penggunaan pupuk kimia
serta pestisida.
Ukuran lebih besar: Tingginya natrium dari pupuk kimia menyebabkan tanaman menyerap
air lebih banyak sehingga ukurannya lebih besar dari hasil tani organik.
Pertanian Organik
Pertanian organik sebenarnya merupakan tekhnik bertani alami yang sudah diterapkan jauh
sebelum maraknya penggunaan pestisida dan pupuk kimia, namun sistem pertanian ini mulai
marak di kerjakan lagi pada awal abad 20 sebagai respon terhadap maraknya penelitian-
penelitian di bidang agriculture yang menunjukkan bahaya penerapan sistem pertanian
konvensional terhadap kesehatan ekosistem termasuk kemungkinan efek buruknya terhadap
manusia. Ciri-ciri hasil tani organik:
Lebih lama dipanen: Pertanian organik lebih menggantungkan prosesnya pada alam,
sehingga masa panennya pun lebih lama dibanding pertanian konvensional.
Tak Lepas dari Cacat Fisik: Jika anda terbiasa berbelanja bahan pangan (yang ditanam
secara konvensional) di supermarket, anda mungkin akan terkejut jika sekali waktu mencoba
membeli sayuran organik dari petani. Hasil tani organik bukan dijual berdasarkan parameter
fisiknya (ukuran besar dan homogen satu dan lainnya, jarang terdapat bagian yang membusuk
atau terdapat ulat, serangga dan siput, warnanya lebih terang, dsb) namun lebih kepada
kandungan nutrisinya dan minimnya kandungan bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan.
Lagi pula, indahnya penampakan sayuran dan buah secara kosmetik (dari luar) tidak
berbanding lurus dengan kandungan nutrisi dan racunnya.
Ukuran lebih kecil: Hasil tani organik rata-rata memiliki ukuran yang cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan hasil tani konvensional. Hal ini dikarenakan pertanian organik tidak
menggunakan pupuk kimia yang banyak mengandung natrium (garam), jadi tanaman tidak
banyak menyerap air, yang menyebabkan ia membesar.
Pertanian Hidroponik
Tekhnik pertanian hidroponik ditemukan di tahun 1627 oleh Francis Bacon. (1) dan mulai
banyak diteliti dan diterapkan di tahun 1920an ke atas. Prinsip tekhnik ini adalah
menumbuhkan tanaman tanpa media tanah, melainkan hanya menggunakan media air dengan
penambahan cairan mineral bernutrisi yang diperlukan tumbuhan. Penggunaan media air
dilakukan awalnya untuk menghindari permasalahan klasik pada sistem pertanian
konvensional, yakni kurang atau justru kelebihan asupan air yang menyebabkan gagal panen.
Namun pada prakteknya, terdapat kekurangan pada sistem ini jika dibandingkan dengan
sistem pertanian konvensional atau organik yang menggunakan media tanah, yakni minimnya
bakteri yang melingkupi akar dari tanaman, padahal ketika kita menanam dengan media
tanah, tumbuhan akan membentuk berbagai macam zat pelindung (antibodi) terhadap
predator berupa kuman-kuman dari tanah yang menempel pada akar mereka. Manusia yang
memakan tumbuhan yang ditanam di tanah akan mendapat asupan zat-zat penting tersebut
(termasuk antioksidan) yang tentunya bermanfaat bagi kesehatan. Ciri-ciri hasil tani
hidroponik:
Lebih cepat dipanen: Tanaman yang ditanam secara hidroponik cenderung lebih cepat
matur (matang) dan ukurannya lebih besar.
Lebih bersih: Karena tidak menggunakan media tanah, hasil tani hidroponik sangat nyaman
dipanen, lebih bersih daripada hasil tani bermedia tanah.
Masih mengandung unsur ‘sintetis’: Sistem pertanian hidroponik menggunakan mineral
nutrient solutions atau cairan mineral bernutrisi yang dikembangkan di laboratorium (bukan
alami). Sistem ini juga tak jarang menggunakan artificial light yang bersumber dari lampu
LED (bukan cahaya matahari). Meskipun belum ada penelitian yang spesifik meneliti efek
penggunaan unsur-unsur sintetis tersebut, namun saya percaya banyak kandungan-kandungan
nutrisi penting yang terdapat di dalam sinar matahari dan tanah, yang tidak bisa didapat dari
unsur-unsur sintetis tersebut.
Label “Organik” mulai banyak dicari beberapa tahun terakhir ini di Indonesia.
Mengapa demikian?
Hasil Tani Organik Bebas Zat-zat Xenobiotic
Semakin banyaknya penelitian yang menunjukkan bahaya efek samping dari pestisida,
herbisida dan insektisida yang marak digunakan petani dunia dan utamanya di Indonesia,
membuat masyarakat mulai berpikir untuk mencari alternatif produk pangan yang lebih sehat.
Pestisida dan insektisida terbukti sebagai zat karsinogenik pada beberapa penelitian terhadap
binatang. Meskipun belum bisa dikatakan mempunyai efek yang sama pada manusia, namun
proses produksi pestisida terbukti menggunakan pelarut yang telah diteliti, bersifat
karsinogenik. (2)
Herbisida yang umumnya mengandung glyphosate telah beberapa kali diteliti dan terbukti
memberikan efek buruk terhadap lingkungan, binatang dan manusia. Sebuah penelitian
oleh Stephanie Seneff et al., di tahun 2013 menunjukkan efek supresi zat tersebut terhadap
enzim-enzim cytochrome P450 (CYP) dalam tubuh mamalia. Enzim CYP berfungsi untuk
membantu proses detoksifikasi alami tubuh terhadap racun-racun kimiawi yang masuk.
Dengan demikian, herbisida justru memperbesar resiko seseorang menderita penyakit-
penyakit yang berkaitan dengan paparan zat-zat xenobiotic tadi. (3)
Penelitian sebelumnya, yang dipublikasikan oleh Pubmed menunjukkan kemampuan
herbisida menurunkan populasi bakteri baik di dalam pencernaan manusia. Penelitian yang
dilakukan secara in vitro ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan populasi bakteri baik
seperti Enterococcus faecalis, Enterococcus faecium, Bacillus badius, Bifidobacterium
adolescentis dan Lactobacillus spp. Yang umumnya tinggal berdampingan dengan bakteri
patogen (jahat) di dalam pencernaan manusia. Para peneliti menegaskan bahwa berkurangnya
populasi bakteri baik dapat saja menimbulkan peningkatan kejadian infeksi oleh bakteri
patogen seperti Clostridium Botulinum dan berbagai penyakit lain yang berhubungan dengan
pencernaan. (4)
Hasil Tani Organik Mengandung Lebih Banyak Antioksidan Polyphenol dan Vitamin C
Telah banyak penelitian yang dilakukan membandingkan kandungan nutrisi hasil tani organik
dengan konvensional, bahkan hidroponik. Dari beragam parameter yang diukur, hasil yang
tampak konsisten dari penelitian satu dan lainnya adalah kandungan vitamin C dan
antioksidan polyphenol  yang lebih tinggi pada hasil tani organik dibandingkan dengan
konvensional dan hidroponik. (5, 6, 7)
Jadi, Mana Yang Lebih Baik dan Bagaimana Menerapkannya?
Sesuai berbagai penelitian yang telah dipaparkan, tentunya organik lebih baik, tapi
bagaimana menerapkannya di kehidupan sehari-hari? Bagaimana dengan biayanya yang
cukup tinggi? Berikut saran saya setelah beberapa tahun beralih ke hasil tani organik:
1. Belilah produk-produk organik semampu anda. Jika budget anda minim, ikuti langkah
2.
2. Hindari membeli produk “processed food” atau “makanan olahan”. Makanan olahan
berbahan dasar organik harganya sangat mahal, bisa 3x lipat dari makanan
konvensional. Sebaiknya, beli bahan pangan organik dalam bentuk ‘mentah’ lalu
proses sendiri di rumah. Meskipun perlu waktu dan tenaga lebih, namun anda bisa
memperoleh hasil lebih banyak dengan harga yang sama.
3. Lihat daftar tingkat residu pestisida di berbagai jenis produk hasil pertanian milik
organisasi peduli lingkungan Environmental Working Group (EWG), lalu:
>> Beli dalam bentuk organik, semua sayur mayur dan buah-buahan yang tingkat residu
pestisidanya paling tinggi.
>> Beli dalam bentuk konvensional, semua sayur mayur dan buah-buahan yang tingkat residu
pestisidanya paling rendah.
4. Jangan asal beli produk organik, pastikan anda tahu persis apa yang anda beli dan dari
mana asalnya, caranya:
>> Usahakan membeli produk langsung dari petaninya.
>> Belilah produk lokal, karena dengan begini, anda bisa melacak dari mana asal produk dan
bagaimana produk diolah, terlebih jika anda membeli langsung dari petani, anda akan dengan
mudah mendapat informasi dimana mendapatkan kebutuhan produk organik yang lainnya
karena biasanya terdapat organisasi tertentu yang menampung para petani dan produsen
organik di kota-kota besar di Indonesia, dan biasanya mereka bisa mengirim produk ke
seluruh Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai