Anda di halaman 1dari 12

SEMINAR EKONOMI

“ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN WILAYAH PANTAI TIMUR

SUMATERA UTARA TAHUN 2013- 2016”.

OLEH: KELOMPOK 1

MUTIARA TESALONIKA KAROSEKALI

RIRI ADINDA PURNAMA SARI NAINGGOLAN

PUSPITA SARI

NIADI DEVI SIMBOLON

WAHYUNI JUMI YANTI HASIBUAN

B - REGULER

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2019

1. Latar Belakang Masalah

Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah didalam proses

pembangunanya, masalah yang paling sering muncul didalam wilayah tersebut yang

paling besar adalah masalah ketimpangan pembangunan wilayah dan kesenjangan

dalam distribusi pendapatan. Pembangunan menurut Rustiadi et al. (2011) dapat

diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara/wilayah untuk

mengembangkan kualitas hidup masyarakatnya. Pembangunan harus dipandang

sebagai suatu proses dimana terdapat saling keterkaitan dan saling mempengaruhi

antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkembangan tersebut dapat

diidentifikasi dan dianalisis dengan seksama sehingga diketahui runtutatan perisiwa

yang timbul yang akan mewujdkan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat dari

satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan selanjutnya.

Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang

melibakan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan diberbagai

sektor yang bertujuan untuk meratakan serta menyeimbangkan pembangunan daerah ,

meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan taraf hidup, dan meningkatkan

kemakmuran rakyat, disisi lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi pendapatan yang


merata. Pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak diimbangi dengan pemerataan

akan menimbulkan ketimpangan.

Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuha

ekonomi dan pemerataan secara optimal. Indikator yang dapat digunakan utuk

melihat keberhasilan suatu daerah adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Oleh

sebab itu pemerintah selalu menetapkan target laju pertumbuhan didalam

perencanaan dan tujuan pembangunannya. Selain pertumbuhan yang tinggi

pembangunan daerah harus juga dapat memperhatikan ketimpangan wilayah, terlihat

dengan adanya wilayah yang maju dengan wilayah yang terbelakang atau kurang

maju. Hal ini dikarenakan tidak memperhatikan apakah pertumbuhan tersebut lebih

bear atau lebih kecil tingkat pertumbuhan penduduk atau perubahan struktur ekonomi

(Nurhuda et al;2011:110).
Tabel 1.1
Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sumatera Utara (7 Kabupaten /
Kota )Atas Dasar Harga Konstan (Milyar Rupiah) Periode 2013-2016
PDRB/Tahun
Kabupaten/Kota
No 2013 2014 2015 2016
1 Langkat 22029,48 23157,01 24321,61 25533,81
2 Medan 110795,42 117528,08 124269,93 132062,86
3 TanjungBalai 4152,39 4392,58 4637,21 4904,54
4 Asahan 18892,62 20004,51 21116,72 22302,70
5 LabuhanBatu 17263,41 18164,10 19080,99 20046,02
6 Deli Serdang 51896,06 55793,75 58713,67 61839,67
7 SerdangBedagai 14345,60 15080,38 15841,95 16656,17
Sumber : BPS Sumut

Seperti yang terlihat pada Tabel 1.1 diatas bahwa dari tahun 2013 sampai

dengan tahun 2016 menunjukan peningkatan jumlah PDRB dari masing-masing

Kabupaten/ Kota. Dari tujuhkabupaten/kota tersebut ternyatakabupatenTanjungBalai

memiliki PDRB yang rendah bila dibanding dengan PDRBke-

enamwilayahkabupaten/kotalainnya.Hal ini disebabkan karena potensi sumber daya

yang dimiliki oleh masing-masing provinsi berbeda.

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi adalah

sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah. Pertumbuhanpenduduk dan hal-hal

yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labour force) secara

tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan

ekonomi. Pernyataan tersebut berarti: (1) Semakin banyak jumlah angkatan kerja

semakin banyak pasokan tenaga kerja, dan (2) semakin banyak jumlah penduduk

akan meningkatkan potensi pasar domestik (Arsyad, 2010).


Teori ekonomi menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, yang menunjukkan

semakin banyaknya output nasional mengindikasikan semakin banyaknya orang yang

bekerja, sehingga seharusnya mengurangi pengangguran (Sobita dan Suparta, 2014).

Dalam penelitian (Nur, 2011) mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan

pertumbuhan penyerapan tenaga kerja mengelompokan Provinsi Sumatera Utara

sebagai daerah yang mengalami hubunganyang tidak seimbang antara pertumbuhan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Dimana terjadi pertumbuhan ekonomi yang

tinggi namun dibarengi dengan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang rendah.

Tabel 1.2
Total Kondisi Ketenagakerjaan di Sumatera Utara Wilayah Pantai Timur
Tahun 2013-2016 (Jiwa)
No Kabupaten/Kota Jumlah Tenaga Kerja/ Tahun
2013 2014 2015 2016
1 Langkat 668904 696729 704305 719672
2 Medan 1552184 1613984 1632490 1668891

3 TanjungBalai 103973 109088 110888 114485

4 Asahan 455048 474868 480938 492959

5 LabuhanBatu 285337 300841 307480 320557

6 Deli Serdang 1304665 1379023 1414264 1482934

7 SerdangBedagai 402357 416966 420133 426222

Sumber : BPS Sumut

Berdasarkan gambar diatas terlihat jumlah angkatan kerja di provinsi

Sumatera Utara yang cenderung naik setiap tahunnya. Hal ini menandakan baik

jumlah orang yang bekerja maupun menganggur selalu naik setiap tahunnya.

Banyaknya keempatan kerja maka akan meningkatkan jumlah orang yang bekerja dan

berakibat pada kenaikan output yang menandakan terjadinya pertumbuhan ekonomi,

hal ini akan menurunkan angka pengangguran sesuai dengan hukum Okun (okun law)
yang mana adanya hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan

pengangguran, dimana semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka semakin

rendah tingkat pengangguran (Arsyad,2010:360).

IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah

yang mempunyai dimensi yang sangat luas, karena memperlihatkan kualitas

penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, pendidikan dan standar hidup

layak (Melliana dan Zain, 2013). IPM merupakan alat kebijakan (Spangenberg 2015)

yang merupakan hasil komprehensif dari berbagai faktor (Niu et al., 2013). IPM hadir

sebagai alat ukur yang mamu menggambarkan tingkat kesejahteraan secara

menyeluruh karena dapat menggambarkan faktor ekonomi dan nonekonomi (Aji et al

;2014).

Propinsi Sumatera Utara terletak pada pesisir geografis antara 1°- 4° LU dan

98°-100° BT, sebelah utara berbatasan dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(NAD), sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat dan

Propinsi Riau. Luas areal Propinsi Sumatera Utara adalah 711.680 km² (3,72% dari

luas areal Republik Indonesia). Wilayah pesisir pantai Sumatera Utara terdiri dari dua

yaitu Pantai Barat Sumatera Utara yang berhadapan langsung dengan Samudera

Hindia, sedangkan Pantai Timur berhadapan langsung dengan Selat Malaka.

Wilayah pesisir timur Sumatera Utara terdiri dari 7 Kabupaten/Kota, yaitu:

Kabupaten Langkat, Kota Medan, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Asahan,

Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai.

Luas wilayah kecamatan pesisir dibagian timur Sumatera Utara adalah 43.133,44 km²
yang terdiri dari 35 kecamatan pesisir dengan jumlah desa sebanyak 436 desa. Di

Pantai Timur Sumatera Utara hanya terdapat 6 (enam) pulau-pulau kecil.

Potensi wilayah Pantai Timur sampai saat ini belum dikelola secara optimal,

dimana pengelolaan yang telah dilakukan selama ini masih bersifat eksploitatif,

sektoral dan tumpang tindih. Oleh karena itu dalam jangka menengah dan jangka

panjang perlu dilakukan re-orientasi kebijaksanaan dalam pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir. Penyusunan Rencana Strategis sebagai

salah satu dokumen perencanaan wilayah pesisir merupakan tahap awal dalam re-

orientasi yang dimaksud. Rencana Strategis (Renstra) yang tersusun merupakan

acuan dalam pendayagunaan dan pengelolaan sumberdaya pesisir. Melalui Renstra ini

akan dicapai keterpaduan pengelolaan wilayah pesisir (Integrated Coastal Zone

Management/ ICZPM) yang bermanfaat bukan hanya bagi generasi masa kini, tetapi

juga generasi dimasa mendatang.

Ketimpangan yang tergambar dari adanya perbedaan dalam hal pendapatan

per kapita suatu daerah dengan daerah lain terkadang merupakan masalah.

Ketimpangan ini harus diatasi dengan pelaksanaan pembangunan yang berorientasi

pada pertumbuhan dan pemerataan antar daerah, khsususnya dalam mempercepat

pembangunan daerah.Berdasarkan paparan latar belakang diatas, peneliti tertarik

membahas bahan penelitian dengan judul “Analisis Ketimpangan Pembangunan

Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara Tahun 2013- 2016”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah

1. Permasalahan yang ada di sumatera utara adalah tingginya tingkat

kesenjanagan PDRB kabupaten diwilayah pantai timur pada tahun 2013-2016.

2. Rendahnya kualitas tenaga kerja di wilayah pantai timur sumatera utara tahun

2013-2016.

3. Ketidakjelasan produktivitas tenagakerja di wilayah pantai timur Sumatera

Utara tahun 2013-2016.

4. Ketimpangan pendapatan yang ditunjukkan dengan indeks pembangun

manusia (IPM ) pada wilayah Pantai Timur pada level sedang atau belum

cukup merata.

5. Nilai jumlah penduduk dan luas wilayah yang meningkat , jika hanya terfokus

pada suatu daerah akan menyebabkan ketimpangan pembangunan wilayah.

6. Perkembangan tingkat ketimpangan pembangunan wilayah yang tidak diikuti

dengan tingkat pertumbuhan ,dan memerhatikan jumlah penduduk serta luas

wilayah akan membawa dampak pada pebedaan tingkat kesejahteraan antar

daerah yang pada akhirnya menyebabkan ketimpangan antar daerah semakin

besar.

1.3 Batasan Masalah


Pembatasan masalah ini dibuat untuk memperjelas permasalahan yang ingin

diteliti serta agar penelitian ini lebih terarah. Untuk itu penulis membatasi

masalah :

1. PDRB yang diteliti adalah PDRB atas Harga Konstan (Juta Rupiah) di

wilayah Pantai Timur Sumatera Utara 2013-2016.

2. PDRB yang diteliti adalah PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Provinsi

(Milyar Rupiah) di Pulau Sumatera Utara 2013-2016.

3. Ketenagakerjaan di Sumatera Utara Wilayah Pantai Timur Tahun 2013-2016

(Jiwa)

4. Indeks Pembangunan Manusia yang diteliti adalah Indeks Pembangunan

Manusia (Persen) dikawasan Pantai Timur Sumatera Utara 2013-2016

5. Jumlah penduduk dan luas wilayah yang diteliti adalah Jumlah Penduduk

dalam (Juta Jiwa ) dan Luas Wilayah (km2).

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas , maka rumusan

masalah dalam penulisan ini adalah :

1. Seberapa besar tingkat ketimpangan pembangunan wilayah di Pantai Timur

Sumatera Utara Tahun 2013-2016?

2. Bagaimana pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap tingkat ketimpangan

pembangunan wilayah di Pantai Timur Sumatera Utara Tahun 2013-2016?


3. Bagaimana pengaruh Tenaga Kerja terhadap tingkat ketimpangan

pembangunan wilayah di Pantai Timur Sumatera Utara Tahun 2013-2016?

4. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia wilayahdi Pantai Timur

Sumatera Utara Tahun 2013-2016?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui besar tingkat ketimpangan pembangunan wilayah di Pantai

Timur Sumatera Utara Tahun 2013-2016

2. Untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap tingkat

ketimpangan pembangunan wilayah di Pantai Timur Sumatera Utara Tahun

2013-2016.

3. Untuk mengetahui pengaruh Tenaga Kerja terhadap tingkat ketimpangan

pembangunan wilayah di Pantai Timur Sumatera Utara Tahun 2013-2016.

4. Untuk mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia wilayah di Pantai

Timur Sumatera Utara Tahun 2013-2016

5. Untuk Mengetahui Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi ,Indeks Pembangunan

Manusia , Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah secara bersama-sama terhadap

ketimpangann pembanguan wilayah wilayah di Pantai Timur Sumatera Utara

Tahun 2013-2016.
1.6 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut.

1. Bagi Kepentingan Teoritis

a. Menambah wawasan pada bidang ekonomi terutama dalam

Ketimpangan Pembangunan Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara

Tahun 2013- 2016.

b. Memberikan kontribusi dalam menambah ilmu pengetahuan dan

pendidikan

c. Menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya

2. Bagi Pemerintah

Bagi pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten/kota, penelitian

ini di harapkan dapat menjadi rujukan yang mengarah pada proses

pembangunan wilayah.

3. Bagi Peneliti

Sebagai wahana latihan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh dalam

bangku perkuliahan dan memperkua pengetahuan atau wawasan mengenai

ketimpangan pembangunan wilayah.

Anda mungkin juga menyukai