Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 HIV (Human immunodeficiency Virus)

HIV (Human immunodeficiency Virus) adalah virus pada manusia yang menyerang

sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan

AIDS (1).

Sejak 1985 sampai 1996 kasus AIDS masih amat jarang di temukan di indonesia,

kemudian jumlah kasus HIV semakin meningkat pada tahun 1999 mulai meningkat tajam yang

terutama disebabkan penularan melalui narkotika suntik(1).

Prevelensi kasus HIV menurut WHO (2015) menunjukan jumlah orang dengan HIV

berjumlah 17.325 jiwa dan AIDS tercatat berjumlah 1.238 jiwa, setiap hari sekitar 6.300 orang

terinfeksi HIV, 700 oranng pada anak-anak berusia dibawah 15 tahun, sekitar 5.500 infeksi pada

orang remaja/dewas muda berusia 15 tahun keatas, yaitu 47% wanita 39% remaja usis 15-2

tahun (1).

TB paru adalah suatu penykit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium

tuberculosis. TB paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Sebagian

besar hasil mikrobakterium tuberkulosis masuk kedalam jaringan paru melalui airbone ifection

(11).

Penyakit TB masih menjadi masalah kesehatan diman who melporkan bahwa setengah

persen dari penduduk dunia terserang penyakit ini, sebagian besar berada di negara berkembang

sekitar 75% diantaranya di indonesia setiap tahun ditemukan 539.000 kasus TB BTA positif

dengan kematian 101.000. menurut catatan departemen kesehatan spertiga penderita tersebut

1
ditemukan dirumah sakit dan sepertiga lagi dipuskesmas , sisanya tidak terdikteksi dengan baik

(11)

Sumber infeksi adalah penderita TB paru yang membatukkan dahaknya, dimana pada

pemeriksaan hapusan dahak umumnya diitemukan BTA positif. Batuk akan menghasilkan

droplet. Penularan umunya terjadi dalam ruangan denganventilasi kurang. Sinar matahri dapat

menumbuhkan kuman dengan cepat, sedamgkan pada ruangan gelap kuman dapat hidup. Resiko

penularan infeksi akan lebih cepat tinggi pada BTA (+) dibanding BTA (-) (11).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 HIV

2.1.1 Definisi

HIV (Human immunodeficiency virus) merupakan virus sitopatik yang diklasifikasikan

dalam family retroviridae, subfamily lentivirinae, dan genus lentivirus. Memiliki berat molekul

9,7 kb dan terdiri dari 2 grup yaitu HIV-1 dan HIV-2. Grup HIV-1 paling banyak menimbulkan

kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia. Seseorang dapat terinfeksi bila kontak dengan cairan

tubuh ODHA (1)

HIV menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang merupakan

sekumpulan gejala penyakit yang terjadi karena kerusakan sistem imunitas tubuh limfosit T

disebabkan karena HIV. HIV telah terinfeksi oleh virus HIV, sedangkan AIDS telah terinfeksi

virus HIV dan terinfeksi opotunistik. Akibatnya, orang yang terinfeksi menjadi rentan terhadap

penyakit yang dikenal sebagai infeksi oportunistik (IO) karena rusaknya sistem imunitas, dan

sepanjang hidupnya akan menjadi infeksius sehingga dapat menularkan virus melalui cairan

tubuh selama tidak mendapatkan terapi Anti Retroviral (ARV) (1)

2.1.2 Epidemiologi

Menurut laporan tahunan UNAIDS tahun 2015, penderita HIV/AIDS di seluruh dunia

berjumlah sekitar 36.7 juta orang, diantaranya terdapat 2,1 juta orang yang baru terinfeksi HIV

dan 1,1 juta orang meninggal. Laju penularan virus mencapai 16 ribu orang per hari, dan

3
Indonesia tercepat di Asia Tenggara dengan rata-rata 63.000 kasus TB dengan HIV positif per

tahun, dengan angka mortalitas sebanyak 22.000 kasus pertahun (2)

Presentasi infeksi HIV tertinggi pada kelompok umur 25-49 tahun, diikuti umur 20-24

tahun dan ≥50 tahun sebesar 69.7%, 16.6%, dan 7.2%, sedangkan pada AIDS tertinggi pada

kelompok umur 30-39 tahun, 20-29 tahun, 40-49 tahun sebesar 37.7%, 29.9%, dan 19%. Rasio

HIV dan AIDS sebesar 2 : 1 antara laki-laki dan perempuan. Persentasi faktor resiko HIV

tertinggi adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual, diikuti oleh LSL (Lelaki seks

lelaki), penggunaan napza suntik tidak steril , dan lain-lain secara berurutan yaitu 47%, 25%,

3%, dan 25%, sedangkan pada AIDS tertinggi adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual

sebesar 73.8% (2).

2.1.3 Etiologi

Penyebab infeksi adalah golongan retrovirus yang disebut human immune deficiencyvirus

(HIV). Penularan HIV dapat melalui beberapa cara yaitu melalui hubungan seksual, pemindahan

darah atau produk darah, proses penyuntikan dengan alat-alat yang terkontaminasi darah dari

sipenderita HIV dan juga melalui transmisi vertical dari ibu ke anak (3).

2.1.4 Patofisiologi dan Patogenesis

Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam

tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan

acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).

4
Transmisi HIV

HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah, ASI,

semen dan sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port d’entree yang

terdapat pada tubuh, umumnya kemungkinan ini meningkat melalui perilaku berisiko yang

dilakukan.

Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui pembungkus

glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-transcriptase,

memungkinkan terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-virus. Virus kemudian

menempel dan merusak CD4, sehingga terjadi deplesi nilai CD4 dalam darah, seiring dengan

terjadinya peningkatan replikasi virus yang direfleksikan dari hasil nilai viral load yang tinggi,

menandakan tingkat virulensi yang tinggi (3).

Fase Infeksi HIV

Infeksi HIV terdiri dari 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan AIDS.

Serokonversi

Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi viremia plasma dengan

penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari setelah virus masuk melalui mukosa tubuh.

Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak

spesifik, umumnya berupa demam, flu-like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian,

keluhan akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini, umumnya akan

mulai terjadi penurunan nilai CD4, dan peningkatan viral-load.

5
Fase Asimtomatik

Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Penderita infeksi

HIV dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa intervensi pengobatan. Pada fase

ini, replikasi virus terus berjalan, virulensi tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan

CD4 secara konstan.

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi. CD4 dapat menurun

hingga lebih rendah dari 200/µl.

Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi oportunistik ini bersifat berat,

meliputi dan mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam tubuh. Menurunnya CD4

mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi keganasan. Infeksi oportunistik berupa:

 Demam > 2 minggu

 Gastroenteritis > 2 minggu

 Tuberkulosis paru

 Tuberkulosis ekstra paru

 Sarkoma kaposi

 Herpes rekuren

 Limfadenopati

 Candidiasis orofaring

 Wasting syndrome (4)

6
2.1.5 Manifestasi Klinis

Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap infeksi akut, dan

terjadi pada beberapa bulan pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem

kekebalan tubuh orang yang terinfeksi membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.

Pada banyak kasus, gejala pada tahap ini muncul 1-2 bulan setelah infeksi terjadi. Penderita

umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal ini karena gejala yang muncul mirip dengan

gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Perlu diketahui, pada tahap ini

jumlah virus di aliran darah cukup tinggi. Oleh karena itu, penyebaran infeksi lebih mudah

terjadi pada tahap ini.

Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga beberapa

minggu, yang meliputi:

 Demam hingga menggigil.

 Muncul ruam di kulit.

 Muntah.

 Nyeri pada sendi dan otot.

 Pembengkakan kelenjar getah bening.

 Sakit kepala.

 Sakit perut.

 Sakit tenggorokan dan sariawan.

7
Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten dapat berlangsung

hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV semakin berkembang dan merusak

kekebalan tubuh.

Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak merasakan gejala

apapun selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita lainnya mengalami sejumlah gejala,

seperti:

 Berat badan turun.

 Berkeringat di malam hari.

 Demam.

 Diare.

 Mual dan muntah.

 Herpes zoster.

 Pembengkakan kelenjar getah bening.

 Sakit kepala.

 Tubuh terasa lemah.

Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin berkembang.

Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Ketika penderita

memasuki tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah, sehingga membuat penderita

lebih mudah terserang infeksi lain.

Gejala AIDS meliputi:

8
 Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya.

 Berkeringat di malam hari.

 Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus.

 Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang.

 Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.

 Diare kronis.

 Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi atau hilang ingatan.

 Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina.

 Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.

 Mudah marah dan depresi.

 Ruam atau bintik di kulit.

 Sesak napas.

 Tubuh selalu terasa lemah (5).

Komplikasi HIV dan AIDS

Infeksi HIV membuat sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga tubuh lebih rentan terserang

berbagai penyakit, antara lain:

 Tuberculosis (TB). TB adalah infeksi paru-paru yang sering menyerang penderita HIV,

bahkan menjadi penyebab utama kematian pada penderita AIDS.

 Toksoplasmosis adalah infeksi parasit yang dapat memicu kejang bila menyebar ke otak.

9
 Cytomegalovirus. Cytomegalovirus adalah infeksi yang disebabkan oleh salah satu

kelompok virus herpes. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran

pencernaan, dan paru-paru.

 Candidiasis. Candidiasis adalah infeksi jamur Candida yang menyebabkan ruam pada

sejumlah area tubuh.

 Infeksi ini disebabkan oleh parasit yang hidup di sistem pencernaan.

 Meningitis kriptokokus. Meningitis adalah peradangan pada selaput otak dan tulang

belakang yang disebabkan oleh jamur.

 Wasting syndrome. Wasting syndrome merupakan kondisi ketika penderita AIDS

kehilangan 10% berat badan. Kondisi ini umumnya disertai diare serta demam kronis.

 HIV-associated nephropathy (HIVAN). HIVAN adalah peradangan pada saringan di

ginjal. Kondisi ini menyebabkan gangguan untuk membuang limbah sisa metabolisme

dari tubuh.

 Gangguan neurologis. Meski AIDS tidak menginfeksi sel saraf, akan tetapi penderita

AIDS dapat mengalami sejumlah kondisi seperti depresi, mudah marah, bahkan sulit

berjalan. Salah satu gangguan saraf yang paling sering menimpa penderita AIDS adalah

demensia.

Selain sejumlah penyakit di atas, ada beberapa jenis kanker yang dapat menyerang penderita

HIV, di antaranya adalah sarkoma kaposi dan limfoma. Sarkoma kaposi adalah kanker yang bisa

muncul di sepanjang pembuluh darah atau saluran getah bening. Sedangkan limfoma merupakan

kanker kelenjar getah bening (6)

10
2.1.6 Klasifikakasi Stadium HIV

Stadium klinis WHO dapat membantu untuk memperkirakan tingkat defisiensi kekebalan

tubuh pasien. Pasien dengan gejala pada stadium klinis 1 atau 2 biasanya tidak mempunyai

gejala defisiensi kekebalan tubuh yang serius. Pasien yang mempunyai gejala dan tanda stadium

klinis 3 atau 4 biasanya mempunyai penurunan kekebalan tubuh yang berat dan tidak

mempunyai cukup banyak sel CD4 sehingga memudahkan terjadinya infeksi oportunistik.

Stadium Klinis HIV terdiri dari 4 stadium yaitu :

Stadium 1 : Asimptomatik, Tidak ada gejala atau hanya Limfadenopati generalisata persisten.

Stadium 2 : Sakit Ringan, Berat badan turun 5-10%, Luka pada sudut mulut (keilitis angularis),

Dermatitis Seboroik, Prurigo, Herpes zoster, ISPA berulang, dan Ulkus pada mulut berulang.

Stadium 3 : Sakit Sedang, Berat badan turun > 10%, Kandidiasis mulut, Oral hairy

leukoplakia, Lebih dari 1 bulan Diare, Demam tanpa sebab yang jelas, Infeksi bakteriyang berat,

TB paru, HB < 8 g, Lekosit < 500, Trombosit < 50.000, Gingivitis/periodontitis ulseratif

nekrotikan akut.

Stadium 4 : Sakit Berat, HIV wasting syndrome, Kandidiasis esophagus, Lebih dari 1 bulan:

Ulserasi Herpes simpleks, Limfoma, Sarkoma Kaposi, Kanker serviks invasif, Retinitis CMV,

Pneumonia pneumosistis, TB Ekstraparu, Meningitis kriptokokus, Abses otak Toksoplasmosis,

Ensefalopati HIV (7)

11
2.1.7 Pemeriksaan Fisik

Tidak ada gejala fisik spesifik pada infeksi HIV, gejala ringan mungkin muncul pada masa

serokonversi berupa flu-like syndrome, dan pada kondisi yang lebi berat dapat ditemukan tanda-

tanda infeksi oportunistik:

 Keadaan umum tampak sakit berat

 Ruam-ruam pada kulit

 Oral thrush

 Gangguan pernafasan

 Herpes berulang

 Gizi buruk (wasting syndrome)

 Tuberkulosis ekstra paru (8)

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis Laboratorium

Metode pemeriksaan laboratorium dasar untuk diagnosis infeksi HIV dibagi dalam dua

kelompok yaitu :

1). Uji Imunologi

Uji imunologi untuk menemukan respon antibody terhadap HIV-1 dan digunakan sebagai

test skrining, meliputi enzyme immunoassays atau enzyme – linked immunosorbent assay

(ELISAs) sebaik tes serologi cepat (rapid test). Uji Western blot atau indirect

immunofluorescence assay (IFA) digunakan untuk memperkuat hasil reaktif dari test krining :

12
a.Rapid test

Merupakan tes serologik yang cepat untuk mendeteksi IgG antibody terhadap HIV-1.

Prinsip pengujian berdasarkan aglutinasi partikel, imunodot (dipstik), imunofiltrasi atau

imunokromatografi. ELISA tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi hasil rapid tes dan

semua hasil rapid tes reaktif harus dikonfirmasi dengan Western blot atau IFA.

b. Western blot

Digunakan untuk konfirmasi hasil reaktif ELISA atau hasil serologi rapid tes sebagai

hasil yang benar-benar positif. Uji Western blot menemukan keberadaan antibodi yang melawan

protein HIV-1 spesifik (struktural dan enzimatik). Western blot dilakukan hanya sebagai

konfirmasi pada hasil skrining berulang (ELISA atau rapid tes). Hasil negative Western blot

menunjukkan bahwa hasil positif ELISA atau rapid tes dinyatakan sebagai hasil positif palsu dan

pasien tidak mempunyai antibodi HIV-1. Hasil Western blot positif menunjukkan keberadaan

antibodi HIV-1 pada individu dengan usia lebih dari 18 bulan.

c. Indirect Immunofluorescence Assays (IFA)

Uji ini sederhana untuk dilakukan dan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit dan sedikit

lebih mahal dari uji Western blot. Antibodi Ig dilabel dengan penambahan fluorokrom dan akan

berikatan pada antibodi HIV jika berada pada sampel. Jika slide menunjukkan fluoresen

sitoplasma dianggap hasil positif (reaktif), yang menunjukkan keberadaan antibodi HIV-1.

2. Penurunan sistem imun

Progresi infeksi HIV ditandai dengan penurunan CD4+ T limfosit, sebagian besar sel target HIV

pada manusia. Kecepatan penurunan CD4 telah terbukti dapat dipakai sebagai petunjuk

perkembangan penyakit AIDS. Jumlah CD4 menurun secara bertahap selama perjalanan

penyakit. Kecepatan penurunannya dari waktu ke waktu rata-rata 100 sel/tahun.

13
2.1.9 Diagnosis Banding

1. HIV

2. HIV AIDS Stadium I

3. HIV AIDS Stadium II

4. HIV AIDS Stadium III

5. HIV AIDS Stadium IV

2.1.10 Diagnosis

HIV AIDS Stadium III

2.1.11 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk kasus HIV (human immunodeficiency virus) adalah dengan

memberikan terapi antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mencegah sistem imun semakin

berkurang yang berisiko mempermudah timbulnya infeksi oportunistik. Hingga kini, belum

terdapat penatalaksanaan yang bersifat kuratif untuk menangani infeksi HIV. Walau demikian,

terdapat penatalaksanaan HIV yang diberikan seumur hidup dan bertujuan untuk mengurangi

aktivitas HIV dalam tubuh  penderita sehingga memberi kesempatan bagi sistem imun, terutama

CD4 untuk dapat diproduksi dalam jumlah yang normal. Pengobatan kuratif dan vaksinasi HIV

masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

14
Terapi Antiretroviral (ARV)

Prinsip pemberian ARV menggunakan 3 jenis obat dengan dosis terapeutik. Jenis golongan ARV

yang rutin digunakan :

l Dagang Nama Ginerik Golongan Sediaan Dosis


Duvira Tablet,zidovudin 2 x 1 tablet

300mg,lamivudin

e 150 mg
Stavir Zerit Stavudin NsRTI Kapsul 30 mg, 40 <60 kg:2x30 mg

mg >60 kg:2x30 mg
Hiviral 3TC Lamivudin NsRTI Tablet 150mg 2 x 150 mg
Viramune Nevirapin NNRTI Tablet 200 mg 1x200mg selama

Neviral 14 hari
Retrovir Adovi Zidovudin NsRTI Kapsul 100 mg 2x300 mg
Stocrin Evafirenz NNRTI Kapsul 200 mg 1x600

mg,malam
Nelvex Viracept Nelviner PI Tablet 250 mg 2x 1250 mg

2.1.12 Prognosis

Prognosis infeksi HIV (human immunodeficiency virus) ditentukan oleh diagnosis dini

dan pengobatan pemeliharaan dengan terapi antiretroviral (ARV). Hingga kini belum terdapat

penatalaksanaan yang bersifat kuratif untuk menangani infeksi HIV.(9)

2.1.13 Komplikasi

15
Komplikasi pada HIV :

1. Pneumonia Pneumocystis

2. TBC

3. Esofagitis

4. Diare

5. Herpes Simple

6. Toksoplasmositis

7. Candidiasis Oral (10)

2.1.14 Pencegahan

Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Meskipun

demikian, infeksi dapat dicegah dengan beberapa langkah berikut:

 Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik seks melalui vagina atau

melalui dubur. Bila memilih kondom berpelumas, pastikan pelumas yang berbahan dasar

air. Hindari kondom dengan pelumas yang berbahan dasar minyak, karena dapat

membuat kondom bocor. Untuk seks oral, gunakan kondom yang tidak berpelumas.

 Hindari berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.

 Beri tahu pasangan bila Anda positif HIV, agar pasangan Anda menjalani tes HIV.

16
 Diskusikan kembali dengan dokter bila Anda didiagnosis positif HIV dalam masa

kehamilan, mengenai penanganan selanjutnya dan perencanaan persalinan, untuk

mencegah penularan dari ibu ke janin.

 Bagi pria, disarankan bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

Segera ke dokter bila menduga baru saja terinfeksi virus HIV, misalnya karena berhubungan

seks dengan penderita HIV. Dokter dapat meresepkan obat post-exposure prophylaxis (PEP),

untuk dikonsumsi selama 28 hari. Obat PEP adalah kombinasi 3 obat antiretroviral, yang dapat

mencegah perkembangan infeksi HIV. Meskipun demikian, terapi dengan PEP harus dimulai

maksimal 3 hari setelah infeksi virus terjadi. (10)

2.1.14 Edukasi HIV

Edukasi dan promosi kesehatan mengenai bahaya HIV (human immunodeficiency virus)

sepatutnya diberikan sejak dini, seiring dengan pemberian pendidikan seksual. Hal ini perlu

dimulai sejak masa sekolah sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menghindari

perilaku berisiko. Menurut Permenkes No. 21 Tahun 2013 yang mengatur mengenai

penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, promosi kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

pengetahuan yang benar dan komprehensif mengenai pencegahan penularan HIV dan

menghilangkan stigma serta diskriminasi.

Upaya edukasi dan promosi kesehatan ini perlu diberikan untuk seluruh lapisan masyarakat,

terutama pada populasi kunci, yakni:

 Pengguna NAPZA suntik

 Pekerja seks (PS) langsung maupun tidak langsung

17
 Pelanggan/pasangan seks PS

 Homoseksual, waria, Laki pelanggan/pasangan Seks dengan sesama Laki (LSL)

 Warga binaan pemasyarakatan (10).

18
2.2 Tuberculosis Paru

2.2.1 Definisi

TB paru adalah suatu penyakt infeksi yang disebebkan oleh basil Myobacterium

tuberculosis kompleks yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan

menimbulkan nekrosis jaringan (11).

2.2.2 Etiologi

Penyebab TB adalah Mycobacterium Tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang

dengan ukuran panjang 1-4 mukrin, lebar kuman 0,3-0,6 mikronkuman akan tubuh o[timal pada

suhu sekitar 37°C dengan pH primal 6,4-7. Sebagaian besar kuman terdiri dari asam lemak.Lipid

inilah yang menyebabkan kuman lebih tahan asam dan lebih kuat terhadap gangguan kimia dan

fisik.Kuman dapat hidup dalam udara kering dan dingin.Hal ini terjadi karena kuman berada

dalam keadaan dormant (tidur) yang dapat bangkit kembali dan menjadi tuberkulosis aktif dalam

keadaan tertent (12).

2.2.3 Patofisiologi

Penularan tuberculosis paru terjadi karena dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi

dropletnuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas

selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan

kelembapan. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari sampai

berbulan-bulan, bila partikel infeksi ini terhisap orang yang sehat, ia akan menempel pada

saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke aveolar bila ukuran partikel <5

mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh makrofag, kebanyakan partikel ini akan

19
mati atau dibersihkan oleh makrrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan

silia dengan sekretnya.

Bila kuman menetap dijaringan pau, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini ia

dapat terbawa dijaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pnemonia kecil dan disebut

sarang pimer atau efek promer atau arang (facos) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi disetiap

bagian paru.Bila mejalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura.Kuman dapat juga masuk

melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring dan kulit terjadi limfadenopati regional

kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal,

tulang.Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi

TB milier (13).

2.2.5 Klasifikasi

Klafiksi Tuberkulosis paru bedasarkan hasil pemeriksaan dahak (Basil Tahan

Asam/BTA) dibagian atas :

1) TB paru BTA (+), adalah

a) Sekurang-kurangnya 2 dan 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif

b) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menu jukkan BTA positif dan kelainan radiologi

menunjukkan gambaran tuberkurlosis aktif.

c) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menujukkan BTA positif dan biakan positif.

2) TB paru BTA (-) adalah :

a) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan kelainan

radiologi menunjukkan Tuberkulosis aktif.

20
b) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. Tuberkulosis

positif(14).

2.2.5 Gejala Klinis

Gejala klinis tuberkulosis paru adalah sebagai berikut :

1. Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering

dikeluhkan.Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat rokok.

Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita

tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari.

2. Dahak

Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah

menjadi mukopurulen/kuning atau kuning hijau sampai purulen dan kemudian berubah

menjadi kental.Jarang berbau busuk, kecuali bila ada infeksi anaerob.

3. Batuk berdarah

Darah yang dikeluarkan penderita berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan-

gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak (profus).

Batuk darah jarang merupakan tanda permulaan dari penyakit tuberkulosis atau initia

symptom karena batuk darah pada dinding kavitas.Oleh karena itu, proses tuberkulosis

harus cukup lanjut, untuk dapat menimbulkan batuk dengan ekspektorasi.

4. Nyeri dada

21
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri

bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan didaerah aksila,

diujung scapula atau tempat-tempat lain).

5. Wheezing

Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret,

bronkostenosis, peradangan, jaringan granulasi, ulserasi dan lain-lain (pada tuberkulosis

lanjut).

6. Dispneu

Dispneu merupakan lare symptom dari proses lanjut tuberkulosis paru akibat adanya

resistensi dan obstruksi saluran pernafasan serta loss of vascularbed/vascular thrombosis

yang dapat mengakibatkan gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal.

7. Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun.Gejala malaise sering ditemukan

berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit

kepala, meriang, nyeri otot dan keringat malam.Gejala malaise ini makin lama makin

berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (15).

2.2.6 Pemeriksaan fisik

Pada tuberkulosis paru kelainan yang didapat tergantung kelainan struktur paru. Kelainan

paru umumnya terletak dibagian apeks (puncak) paru. Bila dicurigai adanya infiltrasi luas maka

didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara napas bronkial.Akan didapatkan juga suara

napas tambahan berupa ronki basah, kasar, dan nyaring.

22
Pada pluritis tuberkulosis kelainan pemeriksaaan fisik tergantungdari banyaknya cairan

dirongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah

sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.Pada limfadenitis tuberkulosis terlihat

pembesaran kelenjar getah bening tersering di daerah leher kadang-kadang didaerah ketiak,

pemebesaran getah benng menjadi cold abces (16).

2.2.7 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologi

pemeriksaan radiologi dada cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberculosis. Pada

awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologi berupa

bercak-bercak seperti awan dan dengn batas-batas yang tidak tegas, bila lesi sudah diliputi

jaringan ikat maka bayangan berupa bulat-biulatan dengan batas yang tegas lesi ini dikenal

sebagi tuberkuloma.

2. Pemeriksaan laboratorium

Darah rutin : jumlah leukosit yang sedikit meninggi, jumlah limfosit masih dibawah

normal, laju endap darah mulai meningkat, anemia ringan dengan gambaran normokron dan

normositer, gama globulin meningkat, kadar natrium darah menurun.

3. Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA diagnose

tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan

evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diperluk. Kriteria sputum positif adalah bila sekurang-

23
kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan dengan kata lain diperlukan 5.000

kuman dalam 1ml sputum.

4. Tes tuberculin

Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk mencegah diagnosis terutama pada ana-anak

(balita). Biasanya dipakai tes mantoux yakni dengan menyuntikan0,1 cc tuberculin P.P.D

(purified protein derivative) intrakutan. Tes tuberculin hanya menyatakan bahwa apakh

seseorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi M. Tuberculose , M. Brovis, vaksinasi

BCG dan mycrobacteria pathogen lainnya. (17)

2.2.8 Diagnosis Banding

 TB paru

 Pneumonia

 Mikkosis paru

 Kanker paru

 Bronkiektasis (5)

2.2.9 Diagnosis

TB Paru

2.2.10 Penatalaksanaan

Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intesif (2-3 bulan) dan fase

lanjutan atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari peduan obat utama dan

tambahan.

24
A. OBAT ANTI TUBERCULOSIS (OAT)

1. jenis obat utama (lini 1):

 Rifampisin 600mg 2-3X/ minggu

 INH 300 mg/hari

 Pirazinamid 50 mg /kg BB 2 X semingggu

 Etambuutol 20mg /kg BB / Hari

 Streptomisin 15mg/kgBB

2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2):

 Kanamisin 15mg/ kg/BB/hari

 Amiksin 500mg/hari

 Kuinolin 400mg/hari

Dosis oat berdasarkan berat badan :

1. Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu

atau

BB > 60 kg : 600 mg

BB 40-60 kg : 450 mg

BB < 40 kg : 300 mg

Dosis intermiten 600 mg / kali

2. INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15 mg/kg BB 2 X

semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten : 600 mg / kali

3. Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu, 50 mg /kg BB 2

X semingggu atau :

BB > 60 kg : 1500 mg

25
BB 40-60 kg : 1 000 mg

BB < 40 kg : 750 mg

4. Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg BB 3X

seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau :

BB >60kg : 1500 mg

BB 40 -60 kg : 1000 mg

BB < 40 kg : 750 mg

Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali

5. Streptomisin: 15mg/kgBB atau BB >60kg : 1000mg,

BB 40 - 60 kg : 750 mg,

BB < 40 kg : sesuai BB

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan :

Tahap awal menggunakan panduan obat rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol

a. Pada tahap awal pasien mendapatkan pasien yang terdiri dari 4 jenis obat

(rifampisin 150mg, isoniazid 75mg, pirazinamid 400mg dan etambutol

275mg). Diminum setiap hari dan diawasi secara langsung untuk menjamin

kepathan minum obat dan mencegah terjadinya kekebalan obat.

b. Bla pengobatam tahap awal diberikan secara adekuat, daya penularan

menurun dalam kurun waktu 2minggu.

c. Pasien Tb paru BTA positif sebagian besar menjadi BTA negtif (konversi)

setalah menyelesaikan pengobatan tahap awal, setalah terjadi konversi

pengobatan dilanjutkan dengan tahap selanjutnya.

26
Tahap lanjutan menggunakan paduan obat rifampisin dan isoniazid

a. Pada tahap lanjutan pasien mendapatkan 2 jenis obat (rifamisin dan isoniazid) namun

jangka waktu yang lebih lama (minimal 4 bulan)

b. Obat dapat diminum secara intermitten yaitu 3x/minggu (obat program) atau tiap

hari(obat non program)

c. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan.

Panduan OAT lini pertama yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian

Tubrkulosis di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3

2. Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3

3. OAT sisipan : HRZE (17)

2.2.11 Komplikasi

 Pleuritis

 Efusi pleura

 Empyema

 Laryngitis

 Obstruksi jalan nafas

 Fibrosis paru

 Karsinoma paru (18)

27
2.2.12 Prognosis

Prognosis pada umumnya baik apabila pasien melakukan terapi sesuai dengan ketentuan

pengobatan (18).

2.2.13 Pencegahan

1. Membudayakan prilaku hidup bersih dan sehat

2. Makan makanan bergizi dan tidak merokok

3. Meningkatkan daya tahan tubuh melalui perbaikan kualitas nutrisi bagi populasi

terdampak TB (19).

2.2.14 Edukasi

1. Anjuran kepada pasien untuk rutin minum obat, sesuai anjuran resep dari dokter

2. Menerapkan pola hidup sehat untuk menurunkan resiko terkena obesitas

3. ventilasi ruangan, kuman TBC menyebar lebih mudah dalam uangan tertutup kecil

dimana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih kurang membuka jendela dan

menggunakan kipas.

4. Tutup mulut menggunakan masker

5. menggunakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat

tidur (20).

28
BAB III
LAPORAN KASUS

ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

RSU HAJI MEDAN

Identitas Pribadi

 Nama    : Agus Salim Harahap

 Umur    : 28 tahun

 JenisKelamin  : Laki-laki

 Status Kawin  : Belum Menikah

 Agama    : Islam

 Pekerjaan  : Wiraswasta

 Alamat   : JL. Letda Sujono GG Mangga No 1 Medan

 Suku    : Melayu

Allo Anamnesa

 Keluhan Utama          : Demam, Batuk

 Telaah           :

Pasien datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan demam. Demam berlangsung

12 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan batuk lebih dari 1 bulan yang lalu. Pasien juga

29
mengeluhkan tidak nafsu makan dan minum selama badannya tersa demam. Badan pasien terasa

lemas. Pasien juga mengatakan tidak bisa duduk dan terasa berat untuk menggerakan tangannya

sebelah kanan. Dan pasien juga sulit untuk berbicara.

 Buang air kecil   : 3-4 kali/hari

 Buang air besar    : Belum BAB selama di rumah sakit.

 Riwayat Peny. Terdahulu : Tidak ada

 Riwayat Pemakaian Obat : tidak ada

 Riwayat Peny.Keluarga : tidak ada

 Riwayat Alergi  : Tidak Ada

 RiwayatKebiasaan  : tidak ada

Anamnesa Umum

 Badan kurang enak : Ya  Tidur  : Terganggu

 Merasa Lemas : Ya   Berat badan    : Menurun

 Merasa kurang sehat : Ya  Malas  : Ya

 Menggigil : Tidak  Demam  : Ya

 Nafsu makan : Terganggu  Pening  : Ya

Anamnesa organ

1. Cor

 Dalam Batas Normal

30
2. Sirkulasi perifer

 Dalam Batas Normal

3. Traktus respiratorius

 Batuk : ya   - Stidor   : Tidak

 Berdahak : Tidak   - Sesak nafas  : Tidak

 Haemoptoe : Tidak   - cuping hidung  : Tidak

 Sakit dada saat bernafas  : tidak   - Suara parau  : Tidak

4. Traktus digestivus

a. Lambung

 Sakit di epigastrium : tidak Sendawa : tidak

 Rasa panas di epigastrium : tidak Anoreksia : tidak

 Muntah : tidak Mual : tidak

 Hematemesis : Tidak Dysphagia : Tidak

 Ructus : Tidak

b. Usus

 Dalam Batas Normal

31
c. Hati dan Saluran empedu

 Dalam Batas Normal

d. Ginjal  dan saluran kencing

 Dalam Batas Normal

5. Sendi

 Sakit : ya  - Sakit digerakan : ya, tubuh sebelah kanan

 Sendi kaku : Tidak  - Bengkak   : Tidak

 Merah : Tidak  - Stand abnormal : ya

6. Tulang

 Sakit : Tidak  - Fraktur spontan : Tidak

 Bengkak : Tidak  - Deformasi : Tidak

7. Otot

 Sakit : ya  - Kejang-kejang : ya

 Kebas-kebas : Tidak  - Atrofi : Tidak

8. Darah

 Sakit dimulut dan lidah : ya   - Muka pucat : ya

 Mata berkunang-kunang : Tidak  - Bengkak : Tidak

32
 Pembengkakan kelenjar  : Tidak  - Penyakit darah : Tidak

 Merah dikulit : Tidak  - Perdarahan subkutan : Tidak

9. Endokrin

 Pankreas : dalam batas normal

 Tiroid  : dalam batas normal

 Hipofisis : dalam batas normal

10. Fungsi genital

 Dalam batas normal

11. Susunan syaraf

 Hipoastesia : Tidak  - Sakit kepala : Tidak

 Parastesia : Tidak  - Gerakan tics : Tidak

 Paralisis : Tidak

12. Panca indra

 Penglihatan : terganggu

 Pengecapan : teragangu

 Pendengaran : terganggu

 Perasa  : tergangu

33
 Penciuman : Normal

13. Psikis

 Mudah tersinggung : Tidak  - Pelupa : Tidak

 Takut : ya - Lekas marah : Tidak

 Gelisah : ya

14. Keadaan sosial

 Pekerjaan  : wiraswasta

 Hygiene : Baik

Anamnesa Makanan

 Nasi : ya, Frek 3 x/ Hari  - Sayur sayuran  :Ya

 Ikan : Ya  - Daging    : Ya

Anamnesa Family

 Penyakit-penyakit family : tidak ada

Status Present

Keadaan Umum

 Sensorium : Apatis

 Tekanan Darah : 110/80 mmHg

34
 Temperatur : 38,5⁰ C

 Pernafasan : 24x/ menit, reguler, tipe pernapasan Abdominal thoracal

 Nadi : 80x/ menit, equal, teg. Sedang/vol

Keadaan Penyakit

 Anemi  : Tidak - Eritema : Tidak

 Ikterus : Tidak  - Turgor : Tidak

 Sianosis : Tidak  - Gerakan Aktif : Tidak

 Dispnoe : Tidak  - Sikap tidur paksa : Tidak

Keadaan Gizi

BB : 45 Kg

TB : 160cm

RBW :  = BB X 100% = 45 X 100% = 75%

TB 160-100

Kesan : kurus

BB 45
IMT : 2 = = 17,5 kg/m2
TB 2,56

Kesan : kurus

Pemeriksaan Fisik

35
1. Kepala

 Pertumbuhan Rambut : normal

 Sakit kalau dipegang : iya

Muka :

 Sembab : tidak

 Pucat : iya

 Kuning : tidak

 Gangguan Lokal : tidak

Mata :

 Gerakan : satu arah

 Ikterus : tidak

 Anemia : tidak

 Gangguan Lokal : tidak

Telinga

 Sekret : tidak

 Radang : tidak

 Bentuk : normal

Hidung

36
 Sekret : tidak

 Bentuk : normal

 Benjolan : tidak

Bibir :

 Sianosis

 Pucat : tidak

 Kering : tidak

 Radang : tidak

Gigi

 Karies : tidak

 Pertumbuhan : tidak dihitung

Lidah :

 Kering : tidak

 Pucat : ya

 Tremor : tidak

Tonsil :

 Merah : tidak

 Bengkak : tidak

37
 Membran : tidak

 Angina Lcunaris : tidak

2. Abdomen :

Inspeksi : Normal

Palpasi : Nyeri tekan : (-)

Lien : (-)

Ren : (-)

Hepar Teraba (-)

Perkusi : Normal

Auskultasi : Normal

3. Leher

Dalam Batas Normal

4. Torax depan

Inspeksi

 Bentuk : Fusiformis  - Venektasi  : Tidak

 Simetris/asimetris : Simetris  - Pembengkakan  : Tidak

 Bendungan Vena  : Tidak  - Pulsasi verbal  : Tidak

 Ketinggalan bernafas  : Tidak 

Palpasi

38
 Nyeri tekan : Tidak 

 Fremitus suara : kanan < kiri, stermifimitus meningkat

 Penonjolan : Tidak

Perkusi

 Suara perkusi paru : sonor memendek

-  Gerakan bebas  : 2 cm

Auskultasis

Auskultasi bronchial

 Cor :

 Heart Rate  : 82 x/i, Reguler, Intensitas (Sedang)

 Suara katup : (M1 > M2), (A2>A1), (P2 > P1), (A2>P2)

 Suara tambahan  : Tidak ada

4. Thorax belakang

Inspeksi 

 Bentuk : Fusiformis  Scapulae alta : Tidak

 Simetris/tidak : Simetris  Ketinggalan bernafas : Tidak

39
 Benjolan : Tidak 

Palpasi

 Nyeri tekan  : Tidak

 Fremitus suara : kanan < kiri, stermifimitus meningkat

 Penonjolan : Tidak

Perkusi

 Suara perkusi paru : Sonor memendek

 Gerakan bebas : 2 cm

Aukultasi

 Pernafasan  : vesikuler kanan dan kri

 Suara tambahan  : bronchial

Diagnosis

HIV Stadium III + TB PARU

Pemeriksaan lab pada tanggal 23-07-2019

Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


HEMATOLOGI
Darah Rutin
Haemoglobin 9.0 g/dL 11.7-15.5
Hitung Eritrosit 3.3 10^6/µL 3.8-5.2

40
Hitung Leukosit 4.900 / µL 4.000-11.000
Hematokrit 26.9 % 35-47
Hitung Trombosit 219.000 µL 15.000-44.000
Index Eritrosit
MCV 81.1 Fl 80-100
MCH 26.9 Pg 26-34
MCHC 33.2 % 32-36
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 0 % 1-3
Basofil 1 % 0-1
N. Stab 0 % 2-6
N. Seg 76 % 53-75
Limfosit 14 % 20-45
Monosit 9 % 4-8

HEMATOLOGI
Kimia Klinik
Bilirubin Total 0,73 mg/dL 0,3-1
Bilirubin Direk 0,16 Mg/dL <0.25
SGOT 33 / µL <40
SGPT 10 / µL <40

Fungsi Ginjal
Ureum 20 Mg/dL 20 40
Keratinin 1.03 Mg/dL 0.6-

1.1
Elektrolit
Natrium 131 Mmol/L 133-

153
Calium 3.6 Mmol/L 0-1
Chloride 94 Mmol/L 2-6
Imunologi
HIV Reaktif
CD4 60

RESUME

Keluhan utama : Demam, Batuk

41
Telaah :

Pasien datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan demam. Demam berlangsung

12 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan batuk lebih dari 1 bulan yang lalu. Pasien juga

mengeluhkan tidak nafsu makan dan minum selama dia sakit. Badan terasa lemas. Pasien juga

mengatakan tidak bisa duduk dan terasa berat untuk menggerakan tangannya sebelah kanan. Dan

pasien juga sulit untuk berbicara.

Status present :

Keadaan Umum

Keadaan penyakit
 Sensorium : Apatis
Anemi : tidak
 Tekanan Darah : 110/80
Ikhterus : tidak
mmHg
Sianosis : tidak
 Temperatur : 38,5⁰ C
Dispnoe : tidak
 Pernafasan : 24x/ menit,
Eritema : tidak
reguler, tipe pernapasan
Turgor : tidak
Abdominal thoracal
Gerakan aktif : tidak
 Nadi : 80x/ menit, equal,
Sikap tidur paksa : tidak
teg. Sedang/vol
Keadaan Gizi pasien

RBW :  = BB X 100% = 45 X 100% = 75%

TB 160
Pemeriksaan fisik :
Kesan : kurus

BB 45
IMT : 2 = = 17,5 kg/m2 42
TB 2,56

Kesan : kurus
Kepala : Mata anemis,bibir kering,candidiasis oral.

Leher : Dalam Batas Normal

Thorax : Palpasi stremfimitus meningkat,perkusi sonor memendek,auskultasi bronchial

Abnomen : Dalam Batas Normal

Extremitas : Extremitas dextra atas dan bawah tidak bisa digerakan.

Laboratorium : Darah HB 90 , Hematokrit (26,9), Limfosit (14), Monosit (9), CD4 (60), HIV

(reaktif).

Diagnosis Banding :

HIV

Diagnosis kerja :
HIV AIDS stadium I + TB Paru
HIV Stadium III + TB paru
HIV AIDS stadium II + TB paru Penatalaksanaan :

HIV AIDS stadium III + TB paru Aktifitas : Tirah Baring

Diet : MB
HIV AIDS stadium IV + TB paru
Medikamentosa

- RL IV 20tt/menit

- Ranitidin inj /12jam

- Kotrimoxsazole tab 1 x 960 mg

- Parasetamol tab 500 mg 3x1

- Nistatin drop 4x2ml

43
- Ketoconazole tab 200 mg 2x1

- Rifampicin tab 1x1 450 mg

- Isoniazid tab 1x1 300 mg

- Pirazinamid tab 2x1 500 mg

- Eatambutol tab 2x1 500 mg

Pemeriksaan Anjuran : - Darah Rutin

- ELISA

- Rapid Test

- RFT

- Sputum BTA3X

- Foto Thorax

BAB IV

DISKUSI KASUS

HIV

TEORI KASUS

44
Aloanamnesa Aloanamnesa

8. Batuk >2 minggu 1. Batuk >2 minggu

9. Dahak 2. Dahak

10. Batuk berdarah 3. Batuk berdarah

11. Nyeri dada 4. Nyeri dada

12. Sesak nafas 5. Sesak nafas

13. Nafsu makan menurun 6. Nafsu makan menurun

Status present : Status present :

Keadaan Umum Keadaan Umum

 Sensorium : composmentis  Sensorium : Apatis

 Tekanan Darah : 120/80 mmHg  Tekanan Darah : 110/80 mmHg

 Temperatur : 38,5° C  Temperatur : 38,5° C

 Pernafasan : 24x/ menit, reguler, tipe  Pernafasan : 24x/ menit, reguler, tipe

pernapasan Abdominal thoracal pernapasan Abdominal thoracal

 Nadi : 80x/ menit, equal, teg. Sedang/vol  Nadi : 80x/ menit, equal, teg.

Sedang/vol
Keadaan penyakit

Anemi : tidak Keadaan penyakit

Ikhterus : tidak Anemi : tidak

Sianosis : tidak Ikhterus : tidak

Dispnoe : iya Sianosis : tidak

45
Eritema : tidak Dispnoe : tidak

Turgor : tidak Eritema : tidak

Gerakan aktif : iya Turgor : tidak

Sikap tidur paksa : tidak Gerakan aktif : tidak

Keadaan Gizi pasien Sikap tidur paksa : tidak

Keadaan Gizi pasien


45 BB
RBW :  = X 100% = 75%
160TB−100
45 BB
RBW :  = X 100% = 75%
Kesan : kurus 160TB−100

Kesan : kurus
BB 45
IMT : 2 = = 17,5 Kg/m2
TB 2,56
BB 45
IMT : 2 = = 17,5 Kg/m2
TB 2,56
Kesan : kurus

Kesan : kurus

Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik :

Kepala : Dalam Batas normal Kepala : Mata anemis,bibir kering,candidiasis

oral.
Leher : Dalam Batas Normal

Leher : Dalam Batas Normal


Thorax : Palpasi stremfimitus meningkat perkusi

ditemukan pekak,auskultasi bronchial Thorax : Palpasi stremfimitus meningkat

perkusi ditemukan pekak,auskultasi bronchial


Abnomen : Dalam Batas Normal

Abnomen : Dalam Batas Normal


Extremitas : Dalam Batas normal

46
Extremitas : Extremitas dextra atas dan bawah

tidak bisa digerakan.

PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum Keadaan umum :

Kesadaran : Dalam batas normal Kesadaran : apatis

Kepala : Dalam batas normal Kepala : mata anemis bibir kering candidiasis

Leher : dalam batas normal oral

Thorax Depan : dalam batas normal Leher : dalam batas normal

Thorax belakang : dalam batas normal Thorax Depan : Palpasi stremfimitus

Abdomen : dalam batas normal meningkat, perkusi sonor memendek,

Genitalia : dalam batas normal auskultasibronchial.

Ektremitas : dalam batas normal Thorax belakang : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Genitalia : dalam batas normal

Ektremitas : atas dan bawah dextra tidak dapat

digerakan.

DIAGNOSA BANDING DIAGNOSA BANDING

HIV HIV

HIV AIDS stadium I + TB Paru HIV AIDS stadium I + TB Paru

HIV AIDS stadium II + TB paru HIV AIDS stadium II + TB paru

HIV AIDS stadium III + TB paru HIV AIDS stadium III + TB paru

47
HIV AIDS stadium IV + TB paru HIV AIDS stadium IV + TB paru

DIAGNOSA DIAGNOSA

HIV stadium III + TB paru HIV stadium III + TB paru


PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN

Non-farmakologi Non-farmakologi

 Istirahat  Istirahat

 MB  MB

Farmakologi Farmakologi

 Pemberian anti HIV stadium III +TB  IVFD RL 20 GTT/MENIT

 IVFD RL 20 GTT/MENIT  Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

 RIFAMPISIN 300 Mg/hari  Kotrikonazole tab 1x960 mg

 Isoniazid 150 mg/hari  Loperamid tab 2 mg/ diare

 Pirazinamid 750 mg/hari  Parachetamol tab 500 mg 3x1

 Etambutol 750 mg/hari  Nistatin drop 4x2 ml

 AZT atau TDF + 3TC (FTC) + EFV  Rifampicin tab 1x300 mg

 Pirazinamid tab 2x500 mg

 Etambuthol tab 2x500 mg


PROGNOSIS PROGNOSIS

Prognosis infeksi HIV (human Prognosiss pada pasien buruk.

immunodeficiency virus) ditentukan oleh

diagnosis dini dan pengobatan pemeliharaan

dengan terapi antiretroviral (ARV). Hingga

kini belum terdapat penatalaksanaan yang

bersifat kuratif untuk menangani infeksi HIV.

48
KOMPLIKASI KOMPLIKASI

a) TBC
Tuberkulosis
b) Candidiasis Oral
Candidiasis Oral
c) Diare kronis

d) Herpes simplex

PENCEGAHAN PENCEGAHAN

1.Pendidikan sex remaja reproduktif 1.Pendidikan sex remaja reproduktif

2. program penyuluhan sebaya 2. program penyuluhan sebaya

3. pendidikan agaam 3. pendidikan agaam

4. menghindari kontak darah dengan pasien 4. menghindari kontak darah dengan pasien

HIV HIV

5. perbaikan kualitas gizi 5. perbaikan kualitas gizi


EDUKASI EDUKASI

1.Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, IMS, 1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB,

dan Kelompok resiko tinggi. IMS, dan Kelompok resiko tinggi.

2.Memberikan informasi pada pasien dan 2. Memberikan informasi pada pasien dan

kelurga tentang penyakit HIV/AIDS kelurga tentang penyakit HIV/AIDS

49
TUBERKULOSIS

TEORI KASUS

Aloanamnesa Aloanamnesa

14. Batuk >2 minggu 7. Batuk >2 minggu

15. Dahak 8. Dahak

16. Batuk berdarah 9. Batuk berdarah

17. Nyeri dada 10. Nyeri dada

18. Sesak nafas 11. Sesak nafas

19. Nafsu makan menurun 12. Nafsu makan menurun

Status present : Status present :

Keadaan Umum Keadaan Umum

 Sensorium : composmentis  Sensorium : Apatis

50
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg  Tekanan Darah : 110/80 mmHg

 Temperatur : 38,5° C  Temperatur : 38,5° C

 Pernafasan : 24x/ menit, reguler, tipe  Pernafasan : 24x/ menit, reguler, tipe

pernapasan Abdominal thoracal pernapasan Abdominal thoracal

 Nadi : 80x/ menit, equal, teg. Sedang/vol  Nadi : 80x/ menit, equal, teg.

Sedang/vol
Keadaan penyakit

Anemi : tidak Keadaan penyakit

Ikhterus : tidak Anemi : tidak

Sianosis : tidak Ikhterus : tidak

Dispnoe : iya Sianosis : tidak

Eritema : tidak Dispnoe : tidak

Turgor : tidak Eritema : tidak

Gerakan aktif : iya Turgor : tidak

Sikap tidur paksa : tidak Gerakan aktif : tidak

Keadaan Gizi pasien Sikap tidur paksa : tidak

Keadaan Gizi pasien


45 BB
RBW :  = X 100% = 75%
160TB−100
45 BB
RBW :  = X 100% = 75%
Kesan : kurus 160TB−100

Kesan : kurus
BB 45
IMT : 2 = = 17,5 Kg/m2
TB 2,56
BB 45
IMT : 2 = = 17,5 Kg/m2
TB 2,56
Kesan : kurus

51
Kesan : kurus

Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik :

Kepala : Dalam Batas normal Kepala : Mata anemis,bibir kering,candidiasis

oral.
Leher : Dalam Batas Normal

Leher : Dalam Batas Normal


Thorax : Palpasi stremfimitus meningkat perkusi

ditemukan pekak,auskultasi bronchial Thorax : Palpasi stremfimitus meningkat

perkusi ditemukan pekak,auskultasi bronchial


Abnomen : Dalam Batas Normal

Abnomen : Dalam Batas Normal


Extremitas : Dalam Batas normal

Extremitas : Extremitas dextra atas dan bawah

tidak bisa digerakan.

PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum Keadaan umum :

Kesadaran : Dalam batas normal Kesadaran : apatis

Kepala : Dalam batas normal Kepala : mata anemis bibir kering candidiasis

Leher : dalam batas normal oral

Thorax Depan : dalam batas normal Leher : dalam batas normal

Thorax belakang : dalam batas normal Thorax Depan : Palpasi stremfimitus

Abdomen : dalam batas normal meningkat, perkusi sonor memendek,

52
Genitalia : dalam batas normal auskultasibronchial.

Ektremitas : dalam batas normal Thorax belakang : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Genitalia : dalam batas normal

Ektremitas : atas dan bawah dextra tidak dapat

digerakan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Gambaran radiologi berupa bercak- 1. Gambaran Radiologi berupa

bercak seperti awan bercak-bercak (+)

2. Darah rutin : 2. Darah rutin :

- leukosit yang sedikit meninggi - leukosit yang sedikit meninggi (-)

- -laju endap darah meningkat - -laju endap darah meningkat (tidak

- kadar natrium darah menurun. diperiksa)

3. Tes sputum BTA (+) - kadar natrium darah menurun (tidak

diperiksa)

3.Tes sputum BTA (+)

DIAGNOSA BANDING DIAGNOSA BANDING

 TB paru HIV + TB paru

 Pneumonia HIV AIDS stadium I + TB Paru

 Mikkosis paru HIV AIDS stadium II + TB Paru

HIV AIDS stadium III + TB Paru


 Kanker paru
HIV AIDS stadium IV + TB Paru
 Bronkiektasis
PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN

53
Non-farmakologi Non-farmakologi

 Istirahat  Istirahat

 MB  MB

Farmakologi Farmakologi

 Rifampisin 600mg 2-3X/ minggu  IVFD RL 20 GTT/MENIT

 INH 300 mg/hari  Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

 Pirazinamid 50 mg /kg BB 2 X semingggu  Inj Trasamint 500 mg/12 jam

 Kotrikonazole tab 1x960 mg


 Etambuutol 20mg /kg BB / Hari
 Loperamid tab 2 mg/ diare
 Streptomisin 15mg/kgBB
 Parachetamol tab 500 mg 3x1

 Nistatin drop 4x2 ml

 Rifampicin tab 1x300 mg

 Pirazinamid tab 2x500 mg

 Etambuthol tab 2x500 mg


PROGNOSIS PROGNOSIS

Prognosis pada umumnya baik apabila pasien Prognosiss pada pasien buruk.

melakukan terapi sesuai dengan ketentuan

pengobatan.

KOMPLIKASI KOMPLIKASI

 Pleuritis
HIV AIDS Stadium III
 Efusi pleura
Candidiasis Oral
 Empyema

 Laryngitis

54
 Obstruksi jalan nafas

 Fibrosis paru

 Karsinoma paru

PENCEGAHAN PENCEGAHAN

1. Membudayakan prilaku hidup bersih 1. Membudayakan prilaku hidup

dan sehat bersih dan sehat

2. Makan makanan bergizi dan tidak 2. Makan makanan bergizi dan tidak

merokok merokok

3. Meningkatkan daya tahan tubuh 3. Meningkatkan daya tahan tubuh

melalui perbaikan kualitas nutrisi melalui perbaikan kualitas nutrisi

bagi populasi terdampak TB bagi populasi terdampak TB

EDUKASI EDUKASI

1. Anjuran kepada pasien untuk rutin 1. Anjuran kepada pasien untuk rutin

minum obat, sesuai anjuran resep minum obat, sesuai anjuran resep

dari dokter dari dokter

2. Menerapkan pola hidup sehat untuk 2. Menerapkan pola hidup sehat untuk

menurunkan resiko terkena obesitas menurunkan resiko terkena obesitas

3. ventilasi ruangan, kuman TBC 3. ventilasi ruangan, kuman TBC

menyebar lebih mudah dalam uangan menyebar lebih mudah dalam uangan

tertutup kecil dimana udara tidak tertutup kecil dimana udara tidak

bergerak. Jika ventilasi ruangan masih bergerak. Jika ventilasi ruangan masih

55
kurang membuka jendela dan kurang membuka jendela dan

menggunakan kipas. menggunakan kipas.

4. Tutup mulut menggunakan masker 4. Tutup mulut menggunakan masker

5. menggunakan sinar matahari dan udara segar 5. menggunakan sinar matahari dan udara

masuk secukupnya ke dalam tempat tidur segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

HIV (Human Immuno Devisiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh

manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusi. AIDS (Acguired Immuni-

Devesiensi) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan

penyakit dari luar.

Tanda dan gejala penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal penularan

umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam 3-6

minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapatkan kontak virus hiv tersebut.

Hingga saat ini penyakit AIDS belum ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang

dapat menyembuhkan manusia dari virus hiv penyebab AIDS yang ada hanyalah pencegahan

saja.

56
Penyakit Tb paru disebabkan oleh microbacterium tuberculosis. Oleh karena itu untuk

mencegah penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

57

Anda mungkin juga menyukai