PENDAHULUAN
sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara, Amerika tengah, Amerika
dan Karibia. Host alami DHF adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke
dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3
dan Den-41, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk.
Aedes aegypti dan Ae. albopictus 2 yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia (1).
Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3 sampai
14 hari sebelum gejala muncul,gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat sampai hari
ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10
hari. Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD) dan DBD,
ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, pendarahan diatesis seperti uji
tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109/L dan kebocoran
Demam tifoid (selanjutnya disebut tifoid) merupakan penyakit infeksi akut usus halus
yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit menular ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan
menyebabkan 216.000– 600.000 kematian.2 Studi yang dilakukan di daerah urban di beberapa
negara Asia pada anak usia 5–15 tahun menunjukkan bahwa insidensi dengan biakan darah
1
positif mencapai 180–194 per 100.000 anak, di Asia Selatan pada usia 5–15 tahun sebesar 400–
500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100–200 per 100.000 penduduk, dan di Asia Timur
Laut kurang dari 100 kasus per 100.000 penduduk. Komplikasi serius dapat terjadi hingga 10%,
khususnya pada individu yang menderita tifoid lebih dari 2 minggu dan tidak mendapat
pengobatan yang adekuat. Case Fatality Rate (CFR) diperkirakan 1–4% dengan rasio 10 kali
lebih tinggi pada anak usia lebih tua (4%) dibandingkan anak usia ≤4 tahun (0,4%). Pada kasus
yang tidak mendapatkan pengobatan, CFR dapat meningkat hingga 20% (8).
Di Indonesia, tifoid harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena penyakit
ini bersifat endemis dan mengancam kesehatan masyarakat. Permasalahannya semakin kompleks
dengan meningkatnya kasus-kasus karier (carrier) atau relaps dan resistensi terhadap obat-obat
yang dipakai, sehingga menyulitkan upaya pengobatan dan pencegahan.4 Pada tahun 2008,
angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000 penduduk, dengan
sebaran menurut kelompok umur 0,0/100.000 penduduk (0–1 tahun), 148,7/100.000 penduduk
(2–4 tahun), 180,3/100.000 (5-15 tahun), dan 51,2/100.000 (≥16 tahun). Angka ini menunjukkan
bahwa penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15 tahun (8).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 DHF
2.1.1 Definisi
DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue tipe 1-4, dengan manifestasi klinis demam mendadak 2-7 hari disertai gejala perdarahan
(trombosit kurang dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih dari nilai normal
(1).
2.1.2 Epidemiologi
Sejak 20 tahun terakhir, terjadi peningkatan frekuensi infeksi virus dengue secara global.
Di seluruh dunia 50-100 milyar kasus telah dilaporkan. Setiap tahunnya sekitar 500.000 kasus
DBD perlu perawatan di rumah sakit, 90% diantaranya adalah anak – anak usia kurang dari 15
tahun. Angka kematian DBD diperkirakan sekitar 5% dan sekitar 25.000 kasus kematian
2.1.3 Etiologi
DBD diketahui disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan RNA virus
dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus ini termasuk
3
virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA positif sense yang
terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan natrium
dioksikolat, stabil pada suhu 70oC4,7. Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN
2, DEN 3, DEN 43. Ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit demam berdarah (nyamuk Aedes
aegypti) :
e. Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di
got/comberan
f. Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-lain
(1).
Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue(DBD) disebabkan oleh
virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang menyebabkan perbedaan
klinis. Perbedaan yang utama adalah hemokonsentrasi yang khas pada DBD yang bisa mengarah
pada kondisi renjatan. Renjatan itu disebabkan karena kebocoran plasma yang diduga karena
proses imunologi. Pada demam dengue hal ini tidak terjadi. Manifestasi klinis demam dengue
timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus. Virus akan berkembang di dalam peredaran
darah dan akan ditangkap oleh makrofag. Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul
4
gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan
menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC (Antigen Presenting
Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik
makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik
yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B yang akan
melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada klien dengan DHF yaitu:
3. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
1. Derajat I
Biasanya Pasien disertai Demam dan dilakukan Uji Bendung dengan hasil yang
2. Derajat II
Biasanya Pasien disertai Demam dan dilakukan Uji Bendung dengan hasil yang
Terdapat tanda – tanda kegagaln pada sirkulasi, dan tekanan darah pada pasien menurun.
4. Derajat IV
Pasien mengalami Syok Berat dan dijumpai tekanan darah dan nadi pasien menjadi tidak
teratur (4).
6) Keadaan abdomen :
Inspeksi : datar
6
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Saat ini telah tersedia reagen reagen komersial untuk pemeriksaan dengue NS1 antigen
reagen tersebut ada yang dibuat dalam format (ELISA) dan dalam format
format Elisa. Jenis sample yang dapat digunakan untuk pemeriksaan dengue NS1 antigen
Uji Laboraturium yang digunakan untuk mengukur konsentrasi IgM dan IgG tersebut
inhibisi. Metode ini memiliki sensitifitas daan spesifisitas yang cukup tinggi tetapi
sederhana dan hanya memerlukan waktu 15 menit saja. Reagen ini dapat mendeteksi
antibody terhadap keempat serotype virus dengue dan dapat membedakan anatara infeksi
2) Pemeriksaan urine
3) Pemeriksaan serologi
7
4) Pemeriksaan radiology
a) Foto thorax
b) Pemeriksaan USG
a. DHF grade II
b. Demam Tifoid
c.Malaria
2.1.10 Diagnosis
a. DHF.grade II
8
2.1.11 Penatalaksanaan
9
10
2.1.12 Prognosis
diberikan, umur, dan keadaan nutrisi. Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik.
DBD derajat III dan IV bila dapat dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong.
Angka kematian pada syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50 % tetapi dengan terapi
11
penggantian cairan yang baik bisa menjadi 1-2 %. Pada kasus- kasus DHF yang disertai
2.1.13 Komplikasi
1. Ensefalopati Dengue
dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok.
dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak sementara sebagai akibat dari
menembus sawar darah otak. Dikatakan juga bahwa keadaan ensefalopati berhubungan
dengan kegagalan hati akut3. Pada ensefalopati dengue, kesadaran pasien menurun
menjadi apatis atau somnolen, dapat disertai atau tidak kejang dan dapat terjadi pada
DBD / SSD. Apabila pada pasien syok dijumpai penurunan kesadaran, maka untuk
memastikan adanya ensefalopati, syok harus diatasi terlebih dahulu. Apabila syok telah
teratasi maka perlu dinilai kembali kesadarannya. Pungsi lumbal dikerjakan bila
kesadarannya telah teratasi dan kesadaran tetap menurun (hatihati bila jumlah trombosit
(SGOT/SGPT), PT dan PTT memanjang, kadar gula darah menurun, alkalosis pada
analisa gas darah, dan hiponatremia (Bila mungkin periksa kadar amoniak darah) (6).
12
2. Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang
tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang.
Untuk mencegah gagal ginjal, maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume
intravaskuler, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis
merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan, untuk mengetahui apakah
syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / Kg BB per jam. Oleh karena bila syok
belum teratasi dengan baik sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok
berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijimpai akut tubular nekrosis ditandai
penurunan jumlah urine dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin (6).
3. Oedema Paru
Merupakan komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari pemberian cairan yang
berlebihan. Pemberian cairan pada hari ketiga sampai kelima sakit sesuai dengan panduan
yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan oedema paru karena perembesaran
plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskuler, apabila cairan yang diberikan berlebih (Kesalahan terjadi bila hanya
melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), pasien
akan mengalami distres pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata dan ditunjang
13
2.1.14 Pencegahan
(Aedes aegypti) dengan cara melakukan PSN (Pembersihan Sarang Nyamuk) Upaya ini
merupakan cara yang terbaik, ampuh, murah, mudah dan dapat dilakukan oleh
masyarakat (7).
1. Bersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti : bak mandi / WC, drum,
tampayan, drum, dan lain-lain agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang
biak di tempat itu 3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas,
seperti kaleng bekas, ban bekas, botol-botol pecah, dan lain-lain yang dapat
menampung air hujan, agar tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
Potongan bamboo, tempurung kelapa, dan lain-lain agar dibakar bersama sampah
lainnya 4. Tutuplah lubang-lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau
nyamuk tidak hinggap disitu 6. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau
sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk
membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali. Takaran
14
penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut: Untuk 10 liter air cukup
makan. Satu sendok makan peres berisi 10 gram ABATE. Setelah dibubuhkan
ABATE maka :
a. Selama 3 bulan bubuk ABATE dalam air tersebut mampu membunuh jentik Aedes
aegypti
airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air
tersebut
c. Air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar, tidak membahayakan
15
2.1 DEMAM TIFOID
Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang sering
atau biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala lebih dari tujuh hari gangguan pada saluran
2.2.1 Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi), salah satu genus dari
enctrobacteriaceae berbentuk batang gram negatif anaerobik fakultatif dan an aerogenik. Adapun
3. PH 4,1 -9,0 dengan PH optimum 6,5-7,5. Pada PH dibawah 4,0 dan diatas 9,0
yang bersifat thermolabil, antigen K dan antigen M serta antigen Vi (virulen) (9).
2.2.2 Patogenesis
Infeksi Salmonella typhi disebarkan melalui jalur oral.Setelah masuk kedalam tubuh
manusia melalui mulut dan melewati masa inkubasi sampai 2 minggu, bakteri menerobos
16
mukosa usus halus mengikuti aliran limfe dan memasuki aliran darah. Kuman berkembang biak
menimbulkan kelainan pada usus. Pada ileum terminalis, plak peyer membesar. Permukaan
luminal yang melapisi plak terlepas menimbulkan tukak berbentuk oval. Kemudian limpa
membesar, melunak dan melembung sebagai hasilproliferasi dari mononukleus fagosit di pulpa
merah, perubahan juga terjadi pada kelenjar getah bening diseluruh tubuh. Seperti salmonella
lainnya, Salmonella typhi bisa ditemukan di tulang, persendian, selaput otak dan kantong
empedu. Bakteri masuk melalui saluran cerna, dibutuhkan jumlah bakteri 105-109 untuk dapat
menimbulkan infeksi.Sebagian besar, bakteri mati oleh asam lambung. Bakteri yang tetap hidup
akan masuk kedalam ileum melalui mikrovili dan mencapai plak peyeri. Selanjutnya masuk
kedalam pembuluh darah (disebut bakteremia primer). Pada tahap berikutnya, Salmonella typhi
menuju ke organ sistem retikuloendotelial yaitu hati, limpa, sumsum tulang dan organ lain
(disebut bakteremia sekunder). Kandung empedu merupakan organ yang sensitif terhadap infeksi
.Salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Tanda
umum penderita demam tifoid yaitu timbulnya perasaan lemah, pening, panas meningkat namun
tidak begitu tinggi. Gejala mencolok pada minggu pertama adalah diare atau sebaliknyasusah
buang air besar. Minggu kedua, panas tubuh meningkat semakin tinggi sehingga penderita dapat
mingguketiga.Pada minggu keempat, panas turun sampai normal.Bagian yang diserang adalah
dinding usus halus.Kelenjar-kelenjar limfoid pada dinding usus tepatnya pada usus halus,
mulanya membengkak dan pada kondisi inilah panas tubuh semakin meningkat.Pada tingkat
berikutnya, terjadi kematian jaringan dinding usus atau bagian kelenjar limfoid yang telah
membengkak mengalami nekrosis (mati), lalu lepas. Tahap ini merupakan tahap yang sangat
17
berbahaya, karena usus bisa tembus (perforasi) dan terjadi perdarahan pada perut dan dapat
Basil tifoid yang tertelan menyebabkan terjadinya penetrasi kedalam mukosa usus halus
dan dengan cepat masuk ke aliran limfe, kelenjar limfe dan aliran darah. Jumlah basil yang
tertelan menentukan perkembangan penyakit (prokulasi 109 basil menyebabkan penyakit pada
95% orang, sedangkan 103 basil atau kurang jarang menyebabkan gejala). Setelah bakteremia
awal, basil berkembang biak dalam sistem retikulo endotelial dan muncul kembali sebagai
terminal, kandung empedu dan hati. Bila dinding usus terserang secara progresif, menjadi tipis,
mudah terjadi perforasi. Basil mengandung endotoksin yang menyebabkan demam, leukopeni,
Gejala dan tanda demam tifoid pada minggu pertama adalah demam (biasanya turun
naik), sakit kepala, konstipasi, sakit perut dan anoreksia, pembesaran lien pada akhir minggu
pertama, bercak merah muda pada penderita kulit putih. Minggu kedua demam terus menerus,
penderita lesu, lemah, delirium bahkan sampai koma, sering ditemukan batuk, epistaksis,
hepatosplenomegali .minggu ketiga disorientasi mental, dapat terjadi toksemia hebat, diare
kehijauanseperti sup kacang polong, perforasi usus dan perdarahan dapat terjadi. Minggu ke
empat biasanya gambaran klinik membaik, serta komplikasi berupa perdarahan dan perforasi
18
. Masa tunas 7-14 (rata-rata 3-30) hari dan ditemukan gejala prodromal berupa rasa tidak
enak badan. Minggu pertama, biasanya demam menurun pada pagi hari meningkat di sore dan
malam hari.Selama minggu kedua, pasien berada dalam keadaan demam, turun secara berangsur-
angsur pada minggu ketiga. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, pada ujung dan
tepi kemerahan , hati dan limfe membesar, nyeri pada perabaan. Biasanya terdapat konstipasi,
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada
umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare konstipasi. Pada
pemeriksaaan fisik hanya didapatkan suhu badan yang meningkat setelah semV inggu,
gejala/tanda klinis menjadi makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan
limpa, perut kembung mungkin disertai gangguan kesadaran dari yang ringan sampai berat (12).
Pada demam tifoid sering dijumpai anemia dari ringan sampai sedang dengan
peningkatan laju endap darah, gangguan eritrosit nomokrom normositer, tidak selalu
limfositosis relative, aneosinofilia, SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan
kembali normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan
19
penanganan khusus.Gambaran sumsum tulang menunjukkan normoseluler, eritroid dan
2. Uji serologis
Uji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dengan
mendeteksi antibody terhadap komponen anti gen S.typhi maupun mendeteksi antigen itu
sendiri.Volume darah yang diperlukan uji serologis ini adalah 1-3 mL yang
diinokulasikan ke dalam tabung tanpa antikoagulan. Beberapa uji serologis yang dapat
a) Uji widal
Pada demam tifoid mula-mula akan terjadi peningkatan titer antibodi O. Antibodi H
timbul lebih lambat, namun akan tetap menetap lama sampai beberapa tahun,
sedangkan antibody O lebih cepat hilang. Pada antibody Vi timbul lebih lambat dan
biasanya menghilang setelah penderita sembuh dari sakit. Pada pengidap S. Typhi
b) Tes TUBEX
Tes Tubex merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sedrhana dan
(13).
Pada tahap diagnosis klinis ini, beberapa penyakit yang dapat menjadi diagnosis banding
demam tifoid :
1. Demam tifoid
20
2. Pneumonia, influenza
4. dengue
5. Tuberkulosis
6. malaria,
7. Brucellosis, tularemia
8. Leukemia, limfoma
9. Leptospirosis (13).
Demam Tifoid
2.2.8 Penatalaksanaan
a) . Tirah Baring : Penderita yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk
b) Nutrisi
21
o Diet : diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup,
diet cair, bubur kunak dan nasi biasa. Bila kesadaran penderita
baik diet dapat dimulai dengan diet padat atau tim. Tapi bila
2. Anti Mikroba
Anti mikroba segera diberikan bila diagnosis klinis demam tifoid telah dapat
ditegakkan, pilihan anti mikroba yang telah dikenal sensitif dan efektif untuk demam
b). Ampisilin & amoxsisilin : dosis dewasa 3-4 gr/hr selama 14 hari
22
b. Cefixim : dosis anak 15-20 mg/kg BB/hr dibagi 2 dosis selama 10 hr( efektif
untuk anak)
c. Quinolone ( tidak dianjurkan untuk anak <18 th, karena dinilai mengganggu
2.2.9 Progonosis
Fasilitas perawatan dan pengobatan juga sudah lengkap sehingga manajemen tifoid dapat
dilaksanakan dengan sempurna. Pemakaian antibiotika telah dapat terpola berdasarkan hasil
penelitian (13).
2.2.10 Komplikasi
a) Perdarahan usus
b) Perforasi usus
c) Peritonitis
b) Kolesititis
c) Typoid esefalopati
d) Meningitis
e) Miokarditis
23
Karier kronik (13)
2.2.11 Pencegahan
Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat tidak
tertular oleh basil salmonella. Ada 3 pilar strategis menjadi program pencegahan yakni:
2.2.12 Edukasi
24
6. Gunakan air bersih atau yang dibersihkan (13).
BAB III
25
LAPORAN KASUS
Identitas Pribadi
Umur : 41 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Melayu
Anamnesa Penyakit
Telaah :
Pasien datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan demam. Demam berlangsung
6 hari dan memeberat 3 hari ini. Demam bersifat hilang timbul. Demam terjadi ketika sore dan
malam hari.
26
Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu. Mual (+), Muntah (+),
oyong (+), pusing (+), Sulit buang air besar selama di rumah sakit (+). Muntah sebanyak 2x
sehari 1gelas aqua, muntah berisikan air. Pasien mengatakan nafsu makan dan berat badannya
menurun. Dan Pasien mengatakan dia baru saja pulang dari luar kota.
Anamnesa Umum
Anamnesa organ
1. Cor
27
2. Sirkulasi perifer
3. Traktus respiratorius
4. Traktus digestivus
a. Lambung
Ructus : Tidak
b. Usus
28
Dalam Batas Normal
5. Sendi
6. Tulang
7. Otot
8. Darah
29
Merah dikulit : Tidak - Perdarahan subkutan : Tidak
9. Endokrin
Paralisis : Tidak
Penglihatan : Normal
Pengecapan : Normal
Pendengaran : Normal
Perasa : Normal
Penciuman : Normal
30
13. Psikis
Gelisah : Tidak
Hygiene : Baik
Anamnesa Makanan
Ikan : Ya - Daging : Ya
Anamnesa Family
Status Present
Keadaan Umum
Temperatur : 39⁰ C
31
Nadi : 82x/ menit, equal, teg. Sedang/vol
Keadaan Penyakit
Keadaan Gizi
BB : 82 Kg
TB : 159 cm
TB 159
Kesan : Obesitas
BB 82
IMT : 2 = = 39,5
TB 2,5281
Kesan : Obesitas
32
Hitung Eritrosit 42 10^6/µL 3.8-5.2
Hitung Leukosit 4.030 / µL 4.000-11.000
Hematokrit 34.9 % 35-47
Hitung Trombosit 149.000 µL 15.000-44.000
Index Eritrosit
MCV 83.3 fL 80-100
MCH 27.3 Pg 26-34
MCHC 32.8 % 32-36
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 4 % 1-3
Basofil 1 % 0-1
N. Stab 0 % 2-6
N. Seg 37 % 53-75
Limfosit 50 % 20-45
Monosit 8 % 4-8
Laju Endap darah 34 Mm/jam 0-20
33
Basofil 1 % 0-1
N. Stab 0 % 2-6
N. Seg 28 % 53-75
Limfosit 61 % 20-45
Monosit 9 % 4-8
RESUME
Telaah : Pasien mengeluhkan demam 6 hari yang lalu dan memberat 3 hari ini. DEmam terjadi
ketika sore dan malam hari. nyeri ulu hati sejak 3 (+), Mual (+), Muntah (+), oyong (+), pusing
(+), Sulit buang air besar selama di rumah sakit (+). Muntah sebanyak 2x sehari 1gelas aqua,
Leukositopenia 4,390
Status present :
Sensorium : composmentis
34
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Nafas : 28x/menit
Suhu : 39º C
Kesan : Obesitas
Keadaan penyakit
PEMERIKSAAN FISIK
Anemi : tidak
Keadaan umum : tampak sakit sedang (+)
Ikhterus : tidak
Kesadaran : composmentis
Sianosis : tidak
Kepala : nyeri kepala (+)
Dispnoe : tidak
Leher : dalam batas normal
Eritema : tidak
Thorax Depan : dalam batas normal
Turgor : tidak
Thorax belakang : dalam batas normal
Gerakan aktif : tidak
Abdomen : peristaltik usus (+) , nyeri tekan
Sikap tidur paksa : tidak
Genitalia : dalam batas normal
BB : 82 Kg
PEMERIKSAAN LABORATURIUM
TB : 159 cm
DARAH BB 82 (+)
RBW : RUTIN : xTrombositopenia
100% = x 100% = 149,15%
TB−100 159−100
DLL :
Diagnosis Banding :
Demam Tifoid
Malaria
Diagnosis kerja :
Penatalaksanaan :
- RL IV 20tt/menit
- Parachetamol 500 mg
-Tes Tubex
36
BAB IV
DISKUSI KASUS
DHF
TEORI KASUS
Nadi : 82x/menit, equal, teg. Sedang/vol Nadi : 82x/menit, equal, teg. Sedang/vol
37
Eritema : tidak Eritema : tidak
BB : 82 Kg BB : 82 Kg
TB : 159 cm TB : 159 cm
BB 82 BB 82
RBW : x 100% = x RBW : x 100% = x
TB−100 159−100 TB−100 159−100
BB 82 BB 82
IMT : 2 = = 39,5 IMT : 2 = = 39,5
TB 2,5281 TB 2,5281
Keadaan umum : tampak sakit sedang Keadaan umum : tampak sakit sedang (+)
38
Kepala : nyeri kepala Kepala : nyeri kepala (+)
Thorax Depan : dalam batas normal Thorax Depan : dalam batas normal
Thorax belakang : dalam batas normal Thorax belakang : dalam batas normal
3. Malaria 3. Malaria
PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN
Non-farmakologi Non-farmakologi
Istirahat Istirahat
MB MB
Farmakologi Farmakologi
Cairan RL - RL IV 20tt/menit
39
Paracetamol 500mg - Paracetamol oral 500mg 3x1
PROGNOSIS PROGNOSIS
ditolong.
KOMPLIKASI KOMPLIKASI
PENCEGAHAN PENCEGAHAN
Dapat dicegah dengan membrantas jentik- Dapat dicegah dengan membrantas jentik-
jentik nyamuk demam berdarah dengan cara jentik nyamuk demam berdarah dengan cara
Nyamuk). Nyamuk).
EDUKASI EDUKASI
1. 3.
40
kurangnya 1 minggu sekali.Mencuci tangan kurangnya 1 minggu sekali.Mencuci tangan
2. 4.
tersebut dapat membunuh jentik nyamuk. tersebut dapat membunuh jentik nyamuk.
DEMAM TIFOID
TEORI KASUS
Nadi : 82x/menit, equal, teg. Sedang/vol Nadi : 82x/menit, equal, teg. Sedang/vol
41
Keadaan penyakit Keadaan penyakit
BB : 82 Kg BB : 82 Kg
TB : 159 cm TB : 159 cm
BB 82 BB 82
RBW : x 100% = x RBW : x 100% = x
TB−100 159−100 TB−100 159−100
BB 82 BB 82
IMT : 2 = = 39,5 IMT : 2 = = 39,5
TB 3,61 TB 3,61
Penurunan Kesadaran
42
Nyeri kepala
Penurunan Kesadaran (-)
Keadaan umum : tampak sakit sedang Keadaan umum : tampak sakit sedang (+)
Thorax Depan : dalam batas normal Thorax Depan : dalam batas normal
Thorax belakang : dalam batas normal Thorax belakang : dalam batas normal
Abdomen : pembesaran hati dan limpa Abdomen : peristaltik usus (+) , nyeri tekan
tidak dilakukan
Leukosit :
leukositopenia 4.390
DIAGNOSA BANDING DIAGNOSA BANDING
43
5. Pneumonia 2. Pneumonia
6. Gastroentritis 3. Gastroentritis
8. Tuberkulosis 5. Tuberkulosis
PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN
Non-farmakologi Non-farmakologi
Istirahat Istirahat
MB MB
Farmakologi Farmakologi
Cairan RL - RL IV 20tt/menit
PROGNOSIS PROGNOSIS
Fasilitas perawatan dan pengobatan juga Keadaan pasien membaik dan diperbolehkan
KOMPLIKASI KOMPLIKASI
44
c) Peritonitis c) Peritonitis
e) Kolesititis b) Kolesititis
g) Meningitis d) Meningitis
h) Miokarditis e) Miokarditis
PENCEGAHAN PENCEGAHAN
3. Perlindungan diri agar tidak tertular 3. Perlindungan diri agar tidak tertular
Ada beberapa aspek pencegahan dan Ada beberapa aspek pencegahan dan
pencegahan karier, Relaps dan Resistensi karier, Relaps dan Resistensi Tifoid
45
8. Pencegehan dengan Imunisasi
EDUKASI EDUKASI
diproses diproses
cermat cermat
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ny. Mairi Andriyana usia 41 tahun datang ke RS Umum Haji Medan dengan keluhan
demam. Demam berlangsung 6 hari dan memberat 3 hari ini. Demam bersifat hilang timbul.
Demam terjadi ketika pagi dan malam hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati sejak 3hari
yang lalu. Mual (+), Muntah (+), oyong (+), pusing (+), Sulit buang air besar (+). Muntah
sebanyak 2x sehari, muntah berisikan air. Pasien mengatakan nafsu makan dan berat badannya
46
menurun. Dan Pasien mengatakan dia baru saja pulang dari luar kota. Pada pemeriksaan darah
rutin terdapat trombositopenia 90,000 dan dilakukan test uji bendung (+) pasien didiagnosis
Demam Tyopid+DHF grade II lalu di cek kembali darah rutin pada hari 4 ada peningkatanan
trombosit 149.000 dan pasien sudah diperbolehkan pulang dan tidak ada keluhan lainnya.
47