Anda di halaman 1dari 13
PEMERINTAH [dr RKOESMAY KABUPATEN TUBAN PKABUPATEN|TUBAN] PUR 2 tT U PB AI EDN. e) | PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI RSUD dr.R. KOESMA KABUPATEN TUBAN aes Bit -7 Uy sy TU yer ey Tee ey BRL S OOM PLM ake erly E-mail: rsudkoesma@tubankab.go.id PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER R. KOESMA Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo Nomor800 Telp. (0356) 321010, 325696 TUBAN-62315 PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN NOMOR #5 TAHUN 2018 TENTANG PANDUAN PENEMPATAN PASIEN INFEKSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSUD dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit. Umum Daerah dr. R. Koesma Tuban, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi dari setiap unit pelayanan yang ada; b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Tuban yang harus mendukung pelayanan rumah sakit secara keseluruhan maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi yang bermutu tinggi sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan; ¢. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b agar pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Surat peraturan Direktur tentang Panduan Penempatan Pasien Infeksi Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi RSUD dr. R. Koesma Tuban; Mengingat 10. -Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204/ MENKES/SK/ 1X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/ MENKES/PER/ I/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit; -Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/MENKES/SK/ 11/2007 tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 129/MENKES/SK/ 11/08 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.07.06/III/4437/09 ‘Tentang Pemberian Ijin Penyelenggaraan Perpanjangan; .Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 147/MENKES/PER/ 1/2010 Tentang Perijinan Rumah Sakit; . Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 27/MENKES/SK/ III/2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya; . Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Tuban sebagaimana telah diubah kedua kali dengan peraturan daerah Kabupaten Tuban Nomor 15 Tahun 2014; Peraturan Bupati Tuban Nomor 16 Tahun 2013 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan tata kerja RSUD dr.R.Koesma Kabupaten Tuban sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Peraturan Bupati No.31 Tahun 2018; Memperhatikan: Surat Edaran Dirjen Bina Yanmed No.HK.03.01/III/ 3744/2008 tentang Pembentukan Komite PPI RS dan Tim PPI RS; Menetapkan : MEMUTUSKAN : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PANDUAN PENEMPATAN PASIEN INFEKSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PADA RSUD dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN Pasal 1 Panduan Penempatan Pasien Infeksi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini, Pasal 2 Komite/Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi wajib mensosialisasikan panduan ini ke seluruh karyawan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban Pasal 3 Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Penempatan Pasien Infeksi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr, R. Koesma Kabupaten Tuban. Pasal 4 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Tuban Pada Tanggal 21 Desember 2019 LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR RSUD dr:R.KOESMA KABUPATEN TUBAN NOMOR 65 TAHUN 2018 ‘TENTANG PANDUAN PENEMPATAN PASIEN INFEKSI RSUD dR KOESMA KABUPATEN TUBAN, BABI DEFINISI Penempatan pasien penyakit infeksi adalah meletakkan atau menempatkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri Penempatan pasien penyakit infeksi adalah pengelompokan kasus yang telah dikonfirmasi secara terpisah di dalam ruangan atau bangsal dengan beberapa tempat tidur dari kasus yang belum dikonfirmasi atau sedang didiagnosis (kohorting). Bila ditempatkan dalam 1 ruangan, jarak antar tempat tidur harus lebih dari 2 meter dan diantara tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat. BABII RUANG LINGKUP Ruang lingkup penempatan pasien di keperawatan ruang rawat inap yaitu di ruangan : 1, Instalasi Pelayanan GAT Ruang Asoka Ruang Teratai Ruang Mawar Ruang Anggrek ES Ruang Bougenvil Ruang Dahlia Ruang Camelia Ruang ICCU 10. Ruang ICU 1. Ruang VK 12. Ruang Flamboyan 13, Ruang NICU 14. Ruang Anyelir 15. Ruang Melati yer an BABII TATA LAKSANA 3.1 Penanganan Pasien dengan Penyakit Menular/ Suspek “Terapkan dan Lakukan pengawasan terhadap Kewaspadaan Standar™. ‘Untuk kasus/ dugaan kasus penyakit menular melalui udara 1, Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri. Jika ruangan tersendiri tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi secara terpisah di dalam ruangan atau bangsal dengan beberapa tempat tidur dari kasus yang belum dikonfirmasi atau sedang didiagnosis (Kohorting). Bila ditempatkan dalam 1 ruangan, jarak antar tempat tidur harus lebih dari 2 meter dan diantara tempat tidur harus ditempatkan penghalang.fisik seperti tirai atau sekat. 2. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan negatif yang dimonitor (ruangan bertekanan negatif) dengan 6-12 pergantian udara per jam dan sistem pembuangan udara keluar atau menggunakan saringan udara pertikulasi efisiensi tinggi (filter HEPA) yang termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di rumah sakit 3. Jika tidak tersedia ruangan bertekanan negatif dengan dengan sistem penyaringan udara partilukasi efisiensi tinggi, buat tekanan negatif di dalam ruangan pasien dengan memasang pendingin ruangan atau kipas angin di jendela sedemikian rupa agar aliran udara ke luar gedung melalui jendela, Jendela harus membuka keluar dan tidak mengarah ke daerah publik. Uji untuk tekanan negatif dapat dilakukan dengan menempatkan sedikit bedak tabur di bawah pintu dan amati apakah tethisap ke dalam ruangan, Jika diperlukan kipas angin tambahan di dalam ruangan dapat meningkatkan aliran udara 4, Jaga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada pasien mengenai perlunya tindakan-tindakan pencegahan ini. 5. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai: masker (bila memungkinkan masker efisiensi tinggi harus digunakan, bila tidak, gunakan masker bedah sebagai alternatif, gaun, pelindung wajah atau pelindung mata dan sarung tangan. Pakai sarung tangan bersih, non-steril ketika masuk ruangan, Pakai gaun yang bersih, non-steril ketika masuk ruangan jika akan berhubungan dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau barang- barang di dalam ruangan. Gambar 1. Fasilitas Isolasi yang sesuai untuk pasien dengan penyakit yang menular airborne yang dianjurkan oleh WHO. ISOLATION ROOM Negative pressure! Je, (©. blow air out of GENERAL, ‘window with fan) Diadaptasi dari: WHO, 2004. Influenza A (HSN1) : WHO Interim Infection Control Guidelines for Health Care Professionals ‘a e Gambar 2. Fasilitas Isolasi yang sesuai untuk Pasien dengan Penyakit yang menular Airborne ectve mipply = 1I0CFM+ 170CRM = 200CRM Etectvemrtast = 1S00FM+250CRM = 400 CFM ecte supply = AO0.CFM - 200CRM = 100CRM Dindaptasi dari : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso. Penempatan pasicn scharusnya sesuai temuan klinis sambil menunggu hasil kultur laboratorium 3.2, Pertimbangan pada saat penempatan pasien 1. Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas terhadap lingkungan, misal Iuka lebar dengan cairan keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol. 2. Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi melalui udara ke Kontak, misal: luka dengan infeksi kuman gram positif. 3. Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan exhaust ke area tidak ada orang Lalu lalang, misal : TBC. 4. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi airborne Iuas, misal: varicella 5. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan (anak, gangguan mental) Bila kamar terpisah tidak memungkinkan dapat kohorting. Bila pasien terinfeksi dicampur dengan non infeksi maka pasien, petugas dan pengunjung ‘menjaga kewaspadaan untuk mencegah transmisi infeksi. 3.3 Trasportasi Pasien Infeksius 1. Dibatasi, bila pertu saja. 2. Bila mikroba pasien virulen, 3 hal perlu diperhatikan: a. Pasien diberi APD (masker, gaun) b. Petugas di area tujuan harus diingatkan akan kedatangan pasien tersebut melaksanakan kewaspadaan yang sesuai ¢. Pasien diberi informasi untuk dilibatkan kewaspadaannya agar tidak terjadi transmisi kepada orang lain 3.4 Pasien Yang iagnosis Menderita SARS atau Flu Burung 1. Jangan izinkan mereka meninggalkan tempat isolasi kecuali_ untuk pelayanan kesehatan penting. 2. Pindahkan pasien melalui alur yang dapat mengurangi kemungkinan terpajannya staf, pasien lain, atau pengunjung. 3. Bila pasien dapat menggunakan masker bedah, petugas kesehatan harus ‘menggunakan gaun pelindung dan sarung tangan, 4. Bila pasien tidak dapat menggunakan masker, petugas kesehatan harus ‘menggunakan masker, gaun pelindung, dan sarung tangan 3.$ Pemindahan Pasien yang dirawat di ruang Isolasi Batasi pergerakan dan transportasi pasien dari ruangan isolasi hanya untuk keperluan penting. Lakukan hanya jika diperlukan dan beritahu tempat yang akan menerima sesegera mungkin sebelum pasien tiba. Jika perlu dipindahkan dari ruangan / area isolasi dalam rumah sakit, pasien harus dipakaikan masker dan gaun, Semua petugas yang terlibat dalam transportasi pasien harus menggunakan APD yang sesuai. Demikian pula jika pasien perlu dipindahkan keluar fasilitas pelayanan kesehatan, Semua permukaan yang kontak dengan pasien harus dibersihkan. Jika pasien dipindahkan menggunakan ambulan, maka sesudahnya ambulan tersebut harus dibersihkan dengan disinfektan seperti alkohol 70% atau larutan klorin 0,5%. 3.6 Keluarga pendamping pasien di rumah sakit 3.7 Perlu edukasi oleh petugas agar menjaga kebersihan tangan dan menjalankan kewaspadaan isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi kepada mereka sendiri ataupun kepada pasien lain. Kewaspadaan yang dijalankan seperti yang dijalankan oleh petugas kecuali pemakaian sarung tangan, Pemulangan Pasien Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas waktu ‘masa penularan. 1. Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang dicurigai terkena penyakit menular melalui udara / airborne harus diisolasi di dalam rumah selama pasien tersebut mengalami gejala sampai batas waktu penularan atau sampai diagnosis alternatif dibuat atau hasil uji diagnosa menunjukkan bahwa pasien tidak terinfeksi dengan penyakit tersebut Keluarga harus diajarkan cara menjaga kebersihan diri, pencegahan dan pengendalian infeksi serta perlindungan diri 2. Sebelum pemulangan pasien, pasien dan keluarganya harus diajarkan tentang tindakan pencegahan yang perlu dilakukan, sesuai dengan cara penularan penyakit menular yang diderita pasien. (Contoh Lampiran D: Pencegahan, Pengendalian Infeksi dan Penyuluhan Bagi Keluarga atau Kontak Pasien Penyakit Menular). 3. Pembersihan dan disinfeksi ruangan yang benar perlu dilakukan setelah pemulangan pasien, BABIV DOKUMENTASI Pendokumentasi dilakukan setiap ada pasien dengan penyakit infeksi terutama yang berisiko transmisi droplet, airbome. Pelaporan ke direktur mengenai jumlah kasus pasien dilakukan setiap tiga (3) bulan sekali, BABV PENUTUP Dengan ditetapkannya buku Panduan Penempatan Pasien ini, maka diharapkan setiap staf yang terlibat dapat melaksanakan prosedur tersebut dengan benar dan konsisten agar mutu pelayanan meningkat dan angka infeksi nosokomial di rumah sakit dapat tertekan,

Anda mungkin juga menyukai