Mengapa dewasa ini tim yang menang memperoleh tiga poin, satu poin bagi
kedua tim yang bermain imbang, dan nol poin bagi yang kalah? Ternyata
mekanisme itu belum terlalu lama diterapkan. Adalah negara Inggris yang kali
pertama menerapkan aturan tiga poin pada turnamen sepakbola tahun 1981.
Sebelumnya, banyak liga dan kompetisi di dunia yang mengganjar pemenang
dengan dua poin saja. Sementara bagi tim yang imbang, masing-masing
mendapatkan satu poin. Dan tak ada sama sekali poin bagi tim yang kalah. Jadi,
perbedaannya ada pada jumlah poin yang diperoleh tim pemenang.
Politik tiga poin diterapkan untuk lebih menghargai kemenangan ketimbang
meraup hasil imbang sebanyak-banyaknya. Dengan ganjaran tiga poin, tim yang
lebih sering menang praktis lebih superior dari tim yang sering bermain imbang.
Kini, usia aturan tiga poin sudah hampir 37 tahun. Patut diketahui, bahwasannya
hukum sifatnya dinamis mengikuti perkembangan zaman. Pada 1981, kebijakan
tiga poin lahir karena prinsip kemenangan dianggap memiliki nilai-lebih.
Dengan begitu tim-tim akan tampil lebih menyerang untuk mencetak lebih
banyak gol, demi meraih kemenangan yang dianggap luhur itu.
Lantas menjadi pertanyaan menarik, bagaimana upaya publik sepakbola dalam
rangka mempertahankan nilai tersebut. Mungkinkah terjadi pergeseran nilai di
masa depan, sehingga tiga poin tak lagi menjadi milik si pemenang?