Oleh :
IBNU GILANG SYAWALI
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
fungsional dan struktural di makula dan perubahan aliran darah pada pembuluh
darah makula.4
Hubungan antara hormon estrogen dan progesteron sebagai faktor risiko
terjadinya penipisan makula dan koroid yaitu melalui reseptor estrogen dan
progesteron yang ditemukan pada sel ganglion di retina dan epitel siliar. dimana
reseptor tersebut berfungsi untuk metabolisme estrogen, progesteron dan
androgen Selain itu estrogen dan progesteron dikaitkan mempengaruhi
perkembangan saraf di retina yang berfungsi mengatur aliran darah kekoroid
sehingga adanya ganggu perkembangan mengakibatkan perfusi jaringan di retina
akan berkurang dan menyebabkan penipisan pada makula dan koroid.5,6,7
Berdasarkan WHO perkiraan pada tahun 2002, salah satu penyebab
terbanyak kebutaan di dunia adalah degenerasi makula terkait usia yang
menempati urutan ke-4 sebesar 8,7%.1 Degenerasi makula terkait usia (Age
related Macular Degeneration, AMD) merupakan penyebab utama hilangnya
ketajaman penglihatan pada satu atau dua mata pada orang berusia di atas 50
tahun di Amerika Serikat. Diperkirakan 15 juta warga negara Amerika Utara
menderita AMD. Di Indonesia sendiri, hingga saat ini belum ada data pasti
tentang insidens dan angka morbiditas AMD. Salah satu penelitian dari Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia periode 03 Maret 2008 - 05 Januari 2009 di
Jakarta Timur, yang menggunakan 1259 responder didapati prevalensi non
eksudatif dan eksudatif AMD didapatkan pada 52 orang (4,1%) and 3 orang
(0,2%). Prevalensi AMD didapatkan semakin meningkat dengan bertambahnya
usia, dimana 3,4% pada kelompok usia 40-49 tahun, 4,8% pada kelompok usia
50-59 tahun, dan 7,4% pada usia > 70 tahun.8
Menurut data Kayseri, Turki tahun 2014 sampai dengan tahun 2016,
Reseptor estrogen telah terbukti dapat menyebabkan perubahan dalam berbagai
struktur mata, seperti konjungtiva, kornea, kelenjar Meibomian, Koroid, retina,
dan lensa.9
Dari penelitian Madendag et al tahun 2017 dalam perbandingan daerah
makula dan koroid antara kelompok kontrol menemukan bahwa semua variabel
kecuali ketebalan pusat foveal dan koroid secara signifikan lebih tipis pada
kelompok pil kontrasepsi.10
3
Acmaz et al tahun 2017 mengatakan bahwa koroid lebih tipis pada wanita
dengan sindrom ovarium polikistik dibandingkan dengan wanita yang sehat, hal
ini disebabkan oleh peningkatan estrogen tergantung vasodilatasi di arteri
oftalmik, terkait dengan peningkatan estrogen yang tinggi.10
Nixon et al 2014 estrogen memiliki peranan menghambat transporter
sistein/ glutamat, yang mengurangi produksi gluthatione, antioksidan. Penurunan
ini menyebabkan peningkatan produksi oksigen reaktif, karena kerusakan
oksidatif mengakibatkan penipisan makula. 11,12
Yusuf Madendag et al tahun 2017, mengatakan bahwa semua wanita yang
mengkonsumsi pil kontrasepsi ditemukan terjadinya penipisan pada makula dan
koroidnya.13
Menrut Yasmin Maher et al tahun 2019, mengatakan wanita yang
mengkonsumsi pil kontrasepsi ditemukan lapisan koroidnya menips disebabkan
oleh atrofi makula.14
Tamer abdul Fattah badran et al tahun 2019, mengatakan bahwa wanita
yang menggunakan pil kontrasepsi selama lebih dari satu tahun memberikan efek
pada mata terutama pada penglihatan sentralnya.15
Hubungan antara hormon wanita dengan perkembangan saraf di retina
telah lama di ketahui. Namun laporan tentang gangguan perkembangan saraf di
retina pada wanita yang menggonsumsi pil kontrasepsi selama satu tahun atau
lebih yang memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki hubungan kausal
antara estrogen, progesterone dan gangguan perkembangan saraf diretina.16
Berdasarkan beberapa penelitian dan landasan teoritis ini, maka peneliti
terdorong ingin mengetahui lebih lanjut faktor risiko terjadinya gangguan makular
dan koroid pada pemakai pil kontrasepsi kombinasi di Indonesia khususnya di
Medan.
4
makula dan koroid pada pemakai pil kontrasepsi dan tidak pemakai pil
kontrasepsi.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Kontrasepsi
Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: dapat
dipercaya, tidak ada efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur
menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus,
tidak memerlukan motivasi terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah
harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dapat
diterima penggunanya oleh pasangan yang bersangkutan. 15
6
7
Pil jenis ini merupakan pil tunggal yang hanya mengandung progesteron saja,
dan diberikan setiap hari. Cara kerja pil ini ialah dengan meningkatkan
kekentalan lerdir serviks uteri sehingga sperma menjadi sulit untuk bergerak.
Pil ini juga menyebabkan adanya perubahan pada endometrium, sehingga
implantasi dapat dihambat.17
Gambar 2.1. Area Makula dan Sel Batang dan Sel Kerucut. 21,22,23
Sel-sel tersebut diatas memiliki dua segmen yakni segmen luar dan
segmen dalam. Segmen luar fotoreseptor mengandung fotopigmen dan merupakan
tempat berlangsungnya proses fototransduksi, yang merupakan suatu proses
pengubahan energi cahaya menjadi sinyal-sinyal elektrik. Sel batang sensitif
terhadap cahaya karena mengandung rodopsin yang mampu menangkap foton.
Substansi ini merupakan kombinasi protein skotopsin dengan senyawa protein
retinol. Retinol secara kimiawi berhubungan erat dengan vitamin A dan
merupakan tipe khusus yang disebut 11-cis retinal. 11-cis retinal sangat penting
dikarenakan satu satunya tipe yang dapat berikatan dengan opsin agar dapat
mensintesis rhodopsin. 21,22,23
Molekul penyerap cahaya pada sel kerucut hampir sama dengan komposisi
kimiawi rhodopsin dalam sel batang. Perbedaan hanya terletak pada fotopsin pada
sel kerucut, yang berbeda dengan skotopsin dalam sel batang. Bagian retinal
semua pigmen visual sama persis dengan yang di dalam sel batang ataupun sel
kerucut. 21,22,23
Dua morfologi yang membedakan segmen dalam adalah daerah ellipsoid
dan mioid. Ellipsoid pada segmen dalam fotoreseptor memiliki ciri adanya
agregrasi mitokondria, sedangkan pada daerah mioid terdapat kompleks golgi
dengan komponen vesikel dan ribosom. Nukleus terletak di bagian bawah segmen
dalam pada bagian yang melebar. Perluasan axon berakhir pada badan terminal
13
Koroid terdiri dari pembuluh darah yang dikelilingi oleh melanosit, saraf
dan jaringan ikat. Koroid dapat dibagi menjadi beberapa lapisan secara histologis
yang meliputi lamina suprachoroid, stroma, lamina choriocapilaris, dan membran
Bruch. Lamina Suprachoroid (lamina fusca) terdiri dari serat kolagen, fibroblas
dan melanosit. Lamina suprachoroid berada diatas ruang potensial antara sklera
dan koroid dikenal sebagai ruang suprachoroidals. Ruang potensial ini berisi arteri
siliaris posterior panjang dan saraf. 25
Stroma koroid adalah jaringan ikat longgar berpigmen. Pembuluh darah
dari koroid tersusun berlapis-lapis. Pembuluh yang lebih besar yang terletak di sisi
luar dari lapisan medial yang disebut lapisan Haller. Lalu pembuluh lapisan
bercabang, lapisan ini memiliki struktur pembuluh berukuran sedang. Lapisan ini
dikenal sebagai lapisan sattler. Pembuluh darah akan berlanjut dan bercabang,
lalu membentuk pembuluh yang lebih kecil dan kapiler. Vena dari koroid akan
mengalir menuju pembuluh darah yang akhirnya mengalir ke tempat vena vortex
(satu dari masing-masing kuadran mata). 25
Nerve fiber merupakan unsur penyusun koroid selain pembuluh darah.
Unsur lainya yaitu sel melanosit, Fibrocytes, sel mast dan sel plasma adalah sel
yang dominan ditemukan di stroma koroid. Melanosit didistribusikan lebih dari
bagian luar dari lapisan dan dekat disc optic. Diantara sel-sel non berpigmen,
fibroblast adalah yang sel paling umum dapat ditemukan. Jaringan ikat berupa
kolagen fibril terbesar ke segala arah dan mengelilingi pembuluh darah. Lapisan
selanjutnya penyusun koroid yaitu lapisan koriokapilaris. Lapisan ini adalah satu
lapisan kapiler yang lebih besar dari kapiler normal tubuh kita. Diperkirakan
bahwa lumen kapiler ini tiga sampai empat kali lebih besar dari kapiler normal
tubuh kita. Diperkirakan bahwa lumen kapiler ini tiga sampai empat kali lebih
besar dari kapiler normal. Didinding kapiler yang yang menyerupai lumen dan
berisi perisit. Koriokapilaris mengandung membrane basal. Koriokapilaris yang
tebal dan paling melimpah berbeda di daerah submacular. 25
Tidak seperti jaringan iris, di mana stroma menempati bagian utama dari
jaringan. Stroma koroidal jarang sebagai penyusun utama koroid yang terdiri dari
choriocapillaries. Stroma koroidal adalah jaringan ikat longgar berpigmen yang
mengandung beberapa unsur. Pembuluh darah dari koroid tersusun berlapis-lapis.
15
Pembuluh yang lebih besar yang terletak di sisi luar dari lapisan medial yang
disebut lapisan Hallers. Pembuluh lapisan cabang lapisan.25
Ini memiliki struktur pembuluh berukuran sedang. Lapisan ini dikenal
sebagai lapisan Sattler. Pembuluh darah akan berlanjut bercabang membentuk
pembuluh yang lebih kecil dan kapiler. Venus dari koroid akan mengalir menuju
pembuluh darah yang akhirnya mengalir ke empat vena vortex (satu dari masing-
masing kuadran mata). Serat saraf merupakan unsur penyusun setelah pembuluh
darah. Unsur selanjutnya yaitu sel Melanosit, fibrocytes, sel mast dan sel plasma
adalah sel yang dominan ditemukan di stroma choroidal. Melanosit
didistribusikan lebih di bagian luar dari lapisan dan dekat disc optik. Di antara sel-
sel non berpigmen, fibroblas adalah yang sel paling umum dapat ditemukan.
Jaringan ikat berupa kollagen fibril tersebar ke segala arah dan mengelilingi
pembuluh darah.25
Lapisan selanjutnya penyusun koroid yaitu lapisan koriokapilaris. Lapisan
ini adalah satu lapisan kapiler yang lebih besar dari kapiler normal tubuh kita.
Diperkirakan bahwa lumen kapiler ini tiga sampai empat kali lebih besar dari
kapiler normal. Dinding kapiler yang menyerupai lumen dan berisi pericytes.
Koriokapilaris mengandung membran basal. Koriokapilaris yang tebal dan paling
melimpah berada di daerah submakular. Studi menemukan bahwa
choriocapillaries tersusun membentuk struktur lobular dimana feeding arteriol
adalah di pusat vena drainase berada di pinggir. Lapisan terdalam dari koroid
yaitu membran Bruch adalah lapisan terdalam dari koroid dan juga dikenal
sebagai lamina vitrea. Membran Bruch memiliki bagian paling tebal di dekat disk
optik (2-4 mikro meter) dan ketebalan makin berkurang menuju pinggiran.
Membran Bruch terdiri dari 5 lapisan dan dari internal ke eksternal, yang bila
diurutkan adalah membran basal dari RPE, zona kolagen dalam, lapisan jaringan
elastis, zona kolagen luar serta membran basal dari koriokapilaris. 25
Prinsip kerja OCT dimulai dari adanya cahaya koheren rendah yang
berasal dari diode superluminan (SLD) digabungkan dengan interferometer fiber,
kemudian dipisahkan oleh serabut splitter pada suatu coupler menjadi ke dalam
jalur reference dan measurement. Sinar dikombinasikan dalam coupler dengan
cahaya pantulan dari mata penderita. Kemudian kembali melalui sample retina
dan mencapai detektor. Sinar yang terkirim ke reference arm dipancarkan dengan
sejajar oleh lensa pada keluaran reference arm, direfleksikan dari cermin, dan
ditangkap kembali oleh lensa dan dikombinasi dengan sinar. Sinyal yang
terbentuk diamati hanya bila panjang lintasan optik sesuai dengan panjang
koheren dari sumber cahaya oto diode yang kemudian diproses. Didapatkan
gambaran serupa dengan ultrasound A-scan.31
20
21
Kriteria inklusi
Anamnesa
Visus
Slit Lamp Appasamy
Tono Schiotz
Pemeriksaan OCT
Pengumpulan data
Penghitungan statistik
Hasil
Penilaian dan interprestasi dari snellen chart, slit lamp, Funduskopi direk
Neitz, tono pen dan Optical Coherens Tomography (OCT), di kumpulkan sebagai
data penelitian untuk selanjutnya dijadikan sebagai hasil penelitian.