Anda di halaman 1dari 27

TO 1

1. Perempuan 48 tahun mengeluhkan pada mata kanan merah dan nyeri sejak 1o hari yang
lalu. Keluhan serupa pernah dialami 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan didapatkan AV OD
: 6/45 dengan pinhole. TIO 16 mmHg, tampak area injeksi episklera difus dan nodul merah
keunguan, terfiksir di jam 9. Dengan jaringan konjungtiva tenon yang mobile di atas nodul.
Pemeriksaan penunjang yang tidak dibutuhkan pada kasus ini mencakup
a. X-Ray Thorax
b. Laboratorium titer ANA, anti ds-DNA, dan Rheumatoid factor
c. Laboratorium darah lengkap
d. Urinalysis
e. Biopsi insisi dari jaringan nodul

Pembahasan

Pada pasien kemungkinan diagnosa yang mendekati adalah sklertis nodul. Berdasarkan
anamnesis keluhan utama skleritis adalah mata merah dan nyeri pada mata dan area periokular,
nyeri juga dapat menjalar wajah, pipi dan dahi, serta dapat terasa makin nyeri apabila mata
digerakkan. Pada pemeriksaan dapat dijumpai sklera edema, dan injeksi episklera yang
berwarna keunguan akibat dilatasi pleksus episklera dalam. Dilatasi pleksus episklera dalam
tidak akan mengalami vasokonstriksi jikad diberikan vasokonstriktor topikal (fenilefrin). Pada
kasus skleritis anterior nodular dapat dijumpai nodul lunak dan immobile. Etiologi skleritis
dapat berupa infeksi dan noninfeksi. Pada pasien noninfeksi, perlu dicari penyakit lain yang
mendasari.

Pasien ini merupakan pasien berulang karena adanya keluhan yang sama satu tahun yang lalu.
Diduga ada penyakit lain yang mendasari skleritis ini. Beberapa work up diagnosis dapat
dilakukan antara lain:

Biopsi dilakukan jika adanya kecurigaan ke arah skleritis dan neoplasma (AAO BCSC 9,
chapter 7)
2. Seorang pria 72 tahun, menderita karsinoma sel basal, dilakukan eksisi tumor dengan batas
aman 4 mm, dengan defek yang dihasilkan berukuran >33% dan <50% dari dimensi
horizontal margin kelopak mata. Rekonstruksi batas kelopak mata terbaik dicapai melalui
a.Te1nzel semicircular flap
b. Hughes procedure
c. Cuttler beard procedure
d. Mustardé procedure
e. Direct closure

Pembahasan:

- Te1nzel semicircular flap: defek yang dihasilkan berukuran >33% dan <50%
- Hughes procedure: defek >50%
- Cuttler beard procedure: defek >75% biasanya pada palpebra superior bagian media
- Mustardé procedure: defek >75%
- Direct closure: defek <33%
3. Pasien laki-laki 56 tahun dengan keluhan benjolan di kelopak mata kanan atas sejak 6
bulan. Benjolan dirasakan semakin membesar, sedikit nyeri dan saat ini penglihatan juga
double. Pada pemeriksaan mata didapatkan masa padat terfiksir di bawah tulang mata atas,
pergeseran bola mata ke inferomedial, dan diplopia. Berdasarkan kasus diatas, jika hasil
imaging didapatkan masa globular berbatastegas, kortikasi os zygoma, maka tatalaksana
kasus di atas adalah?
a. Observasi
b. Eksisi tumor denganorbitotomy lateral
c. Exenterasi orbita dengan bone removal + radiasi
d. Exenterasi orbita dengan bone removal + chemoterapi
e. Chemoterapi dan radiasi

Pembahasan

Diagnosa pasien ini mengarah ke adenoma pleomorfik, karena benjolan nya berada di
superotemporal orbita. Adenoma pleomorfik adalah tumor epithel kelenjar lakrimal yang
paling sering dijumpai. Lebih sering dijumpai pada pria drpd wanita pada dekade keempat
hingga kelima. Keluhan utama adalah proptosis axial pada arah inferomedial. Pada
pemeriksaan palpasi dapat dirasakan masa padat pada rima orbita superotemporal. Pada
pemeriksan imajing orbita dapat dijumpai ekspansi fossa lakrimal, lesi berbatas tegas serta
adanya remodelling tulang atau kortikasi. Penatalaksanaan nya adalah pengangkatan masa
tumor dengan pseudokapsulnya. Pada kasus ini tidak boleh dilakukan biopsi karena dapat
terjadi rekurensi. Jika terjadi rekurensi akan meningkatkan resiko perubahan menjadi ganas.
Dipilih tindakan eksis dengan orbitotomi lateral karena masa tumor berada di superotemporal
orbita. (AAO BCSC 7, chapter 5)

4. Pasien laki-laki 56 tahun dengan keluhan benjolan di kelopak mata kanan atas 1 tahun.
Benjolan dirasakan semakin membesar, tidak nyeri, dan saat ini penglihatan juga ganda. Pada
pemeriksaan mata didapatkan masa padat terfiksir di bawah tulang mata atas, pergeseran bola
mata ke inferomedial, dan diplopia. Berdasarkan kasus diatas, pemeriksaan lanjutan yang
diperlukan adalah?
a. Insisi biopsy + PA
b. Eksisi biopsy + PA
c. CT Scan dengan kontras
d. MRI dengan kontras
e. USG mata

Pembahasan:

Pada penjelasan soal mengarah pada diagnosa pleomorfik adenoma, pemeriksaan lanjutan
yang tepat adalah CT Scan dengan kontras karena di AAO dijelaskan bahwa CT Scan Orbita
dan kontras merupakan pilihan pemeriksaan untuk diagnosis Pleomorfik Adenoma glandula
lakrimal CT Scan juga dapat membedakan pleomorfik adenoma dengan adenoma kistik.
Adapun gambaran CT Scan yang ditemukan yaitu massa padat, solid, berbatas tegas, bentuk
oval atau bulat, kalsifikasi dan remodelling tulang. Sedangkan gambaran untuk adenoma
kistik itu adalah batasan irregular, glandular, dengan infiltrasi jaringan sekitar, kalsifikasi
dan adanya destruksi tulang.

Mengapa tidak Insisi biopsy + PA, karena dikatakan merupakan kontraindikasi untuk
pleomorfik adenoma karena dapat menyebabkan rekurensi, dapat menyebabkan perubahan
menjadi karsinoma adenoid kistik

Mengapa tidak Eksisi biopsy + PA, karena eksisi secara total merupakan tindakan terapi
Mengapa tidak MRI, merupakan metode yang dipilih untuk visualisasi tulang sekitar dan
memeriksa infiltrasi intracranial

USG mata, dapat digunakan membantu FNAC, gambaran massa hipoekoik berkapsul

5. Seorang laki-laki berusia 46 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan pada bagian
putih mata kanan. Benjolan awalnya muncul sekitar 3 tahun yang lalu berupa tahi lalat kecil
kehitaman kemudian membesar membentuk benjolan hitam. Pemeriksaan konjungtiva mata
kanan regio temporal didapatkan nodul (+) ukuran 3x3mm, warna kehitaman, permukaan
licin, batas tegas ditepi limbus, vaskularisasi (+). Apa yang ditemukan pada pemeriksaan
imunohistokimia pasien ini?
a. Melan-A
b. MART-1 dan HMB-45
c. MALT
d. Desmin, actin, myoglobin
e. Her2Neu

Pembahasan

Approximately 50%–70% of cases of conjunctival melanoma arise from PAM with atypia

; the remainder develop from either a nevus or de novo. Melanomas are usually nodular growths
with vascularity that may involve any portion of the conjunctiva. The nodule may be pigmented
or amelanotic. Histologically, the cellular morphology in melanomas ranges from spindle to
epithelioid. These cytologic features do not have the same prognostic significance that they
have in uveal melanoma. In more aggressive lesions, mitotic figures may present.
Immunohistochemical stains for melanocytes such as Melan-A (MART-1) and HMB-45,
ideally complexed with red chromogen, may be of help in diagnostically challenging cases.

MALT : Mucosa-associated Lymphoid Tissue

Lymphomas of the orbit may be a presenting manifestation of systemic lymphoma or may arise
primarily from the orbit. Extranodal marginal zone B-cell lymphoma of mucosa- associated
lymphoid tissue (MALT) is the most common type of lymphoma seen in the orbit. These
tumors are generally low-grade B-cell tumors with an excellent prognosis. Other types of
lymphoma, such as follicular, large B-cell, and mantle cell lymphoma, occur in the orbit but
with a lower incidence. Most of these are non-Hodgkin lymphomas, which constitute one-half
of malignant tumors arising in the orbit and the ocular adnexa. They have diffuse architecture
andcontain B-cells with immunopositivity for CD19 and CD20. T-cell lymphomas of the orbit
are rare, more aggressive, and immunopositive for CD3, CD4, and CD8. The incidence of
secondary orbital involvement in systemic lymphomas is approximately 1%–2%. Interestingly,
the incidence of orbital lymphoma is increasing.

Desmin, myoglobin, or actin for diagnosis of lesions with smooth muscle or skeletal muscle
features (eg, leiomyoma, rhabdomyosarcoma)

Her2Neu (eg, receptor tyrosine-protein kinase erbB-2, also known as CD340 or protooncogene
Neu) for prognosis and treatment of breast carcinoma
6. Pasien laki-laki 56 tahun dengan keluhan benjolan di kelopak mata kanan atas sejak 6
bulan. Benjolan dirasakan semakin membesar, sedikit nyeri dan saat ini penglihatan juga
double. Pada pemeriksaan mata didapatkan masa padat terfiksir di bawah tulang mata atas,
pergeseran bola mata ke inferomedial, dan diplopia. Berdasarkan kasus diatas, jika hasil
imaging didapatkan masa “molded to the orbit wall”, maka tatalaksana kasus di atas adalah?
a. Observasi
b. Eksisi tumor dengan orbitotomy lateral
c. Exenterasi orbita dengan bone removal + radiasi
d. Chemoterapi dan eksisi tumor debulking
e. Empirical steroid terapi lalu biopsy

Pembahasan

Dari gejala yang di tunjukkan oleh pasien, kemungkinan diagnosanya adalah pleomorfik
adenoma dari kelenjar lakrima. Menurut AAO Bab 7 tentang orbital surgery, untuk kasus ini
dapat dilakukan pengangkatan total (complete removal) dari pleomorfik adenoma itu sendiri
beserta pseudocapsule-nya dan jaringan orbit sekitarnya dengan cara eksisi tumor dengan
lateral orbitotomy.

Pembedahan sebaiknya dilakukan dengan biopsy terlebih dahulu.

7. Seorang anak laki-laki berumur 7 tahun datang ke poliklinik rawat jalan dengan keluhan
menonjol pada mata kanan dengan perkembangan yang cepat sejak 3 bulan yang lalu. Dari
pemeriksaan ditemukan massa pada kuadran superonasal orbit. Dan hasil biopsi
menunjukkan adanya loose fasicle of undifferentitated spindlle cell. Apa diagnosis dan
kelompok untuk pasien ini?
a. Rhabdomyosarcoma embrional
b. Rhabdomyosarcoma alveolar
c. Rhabdomyosarcoma pleomorfik
d. Rhabdomyosarcoma botryoid
e. Retinoblastoma

Pembahasan
Rhabdomyosarcoma adalah tumor ganas orbital primer, diduga berasal dari sel mesenkim yang
tidak berdiferensiasi. Onset usia rata-rata yaitu 5-7 tahun, namun dapat terjadi disemua usia.
Rhabdomyosarcoma pada masa bayi lebih agresif dan memiliki prognosis yang lebih buruk.

- Rhabdomyosarcoma embryonal (ERMS) tipe yang paling sering (+), secara histologi
tampak sel-sel spindle diatur dalam syncytium yang longgar dengan sel-sel yang terkadang
memiliki cross-striations. Cross-striations ini ditemukan pada sekitar 60% dari ERMS. ERMS
dapat muncul sebagai clustuer submukosa mirip grapelike (varian botryoid)

- Rhabdomyosarcoma alveolar (ARMS) tipe yang umum urutan kedua, secara


prognostik kurang baik (worst prognostic), tipe ini menunjukkan sel tumor yang berdiferensiasi
buruk berkotak-kotak oleh septa jaringan ikat yang teratur (poorly differentiated tumor cells
compartmentalized by orderly connective tissue septa)

- Rhabdomyosarcoma botryoid (grapelike) atau tumor pleomorfik berdiferensiasi baik


prognosis paling baik, jarang ditemukan di orbita, mungkin berasal dari konjungtiva

o Botryoid disebut juga sarcoma botryoides, membentuk massa polipoid mirip anggur
yang sebagian dilapisi oleh epitel dan menunjukkan seluleritas subepitel yang meningkat

o Pleomorfik berisi kumpulan sel-sel spindel miogenik yang besar dan bervariasi
dengan nuklei yang hiperkromatik dan tidak beraturan dan nukleolus menonjol

- Retinoblastoma karakteristik histologi yaitu Flexner-Wintersteiner Rosettes (sering)


dan fleurettes (lebih jarang). Keduanya mewakili derajat diferensiasi seluler retinal yang
terbatas. Homer Wright rosettes juga dapat muncul namun kurang spesifik untuk
retinoblastoma karena sering ditemukan pada tumor neuroblastik. Kalsifikasi juga dijumpai
pada retinoblastoma.

8. Bayi laki-laki lahir dengan usia gestasi 35 minggu, dan berat badan lahir 1700gr. Anda
akan melakukan skrining ROP. Saat ini usia pasien 14 hari. Pada pemeriksaan segmen
posterior mata kanan ditemukan ridge dengan neovaskularisasi extraretina di nasal ora serata,
pada segmen posterior mata kiri ditemukan ridge dengan neovaskularisasi retina di macula.
Tindakan terapi apa yang dapat dilakukan pada pasien tersebut?
a. Observasi 1 minggu
b. Observasi 2 minggu
c. Observasi 3 minggu
d. Injeksi Anti VEGF
e. Laser Photocoagulasi

Pembahasan

Pada kasus ROP diatas pasien di Diagnosa dengan ROP Stage 3 Zona II pada mata kanan dan
ROP Stage 2 zona 1 pada mata kiri, dimana tatalaksana ROP berdasarkan klasifikasi ETROP
dibagi menjadi 2 tipe yaitu

TIPE 1 TIPE 2
(Tindakan laser pada ROP tipe 1 yang (Harus diobservasi rutin dengan cermat
akan memberikan hasil lebih baik pada untuk mengetahui progresivitas menjadi
struktur retina dan tajam penglihatan) tipe 1)
Zona I, beberapa stage ROP dengan Zona I, stage 1 atau 2 ROP tanpa plus
plus disease disease
Zona I, stage 3 ROP tanpa plus disease Zona II, stage 3 ROP tanpa plus disease
Zona II, stage 2 atau 3 ROP dengan plus
disease
Dapat disimpulkan bahwa dari klasifikasi ETROP kasus diatas masuk kedalam TIPE 2 yang
harus di observasi.

Follow-up ≤ 1 minggu

Vaskularisasi imatur: zona I –tidak ada ROP

Retina imatur meluas kezona II posterior, dekat batas zona I

ROP Stage 1 atau 2 : zona I

ROP Stage 3 : zona II

Follow-up 1 –2 minggu

Vaskularisasi imatur: zona II posterior

ROP Stage 2 : zona II

Unequivocally regressing ROP: zona I


Follow-up 2 minggu

ROP Stage 1 : zona II

Vaskularisasi imatur: zona II, ROP (-)

Unequivocally regressing ROP : zona II

Follow-up 2 –3 minggu

ROP Stage 1 atau2 : zona III

Regresi ROP : zona III

Injeksi Anti VEGF dan Laser Photocoagulasi dilakukan pada klasifikasi ETROP tipe 1

9. Perempuan 32 tahun mengeluhkan penglihatan mata kiri buram sejak 4 hari lalu dengan
nyeri saat melirik. Pada pemeriksaan AVOS : 6/30, RAPD (+). Funduskopi dalam batas
normal. MRI brain: terdapat lesi white matter periventricular. Tatalaksana yang sesuai
adalah?
a. Rawat inap dan pemberian metilprednisolon IV selama 3 hari
b. Rawat inap untuk pemberian metilprednisolon IV selama 3 hari, dilanjutkan
prednisone oral selama 11 hari
c. Rawat inap untuk pemberian metilprednisolon IV selama 3 hari, dilanjutkan prednisone
oral selama 14 hari
d. Rawat jalan dan pemberian prednisone oral selama 14 hari
e. Rawat inap untuk pemberian metilprednisolon IV selama 5 hari

Pembahasan:

Sesuai penjelasan di buku AAO

10. Perempuan 42 tahun mengeluhkan mata buram sejak 1 bulan yanag lalu, daan sering
mengalami sakit kepala. Riwayat mual ada, tetapi tidak muntah. Riwayat trauma disangkal.
Pada pemeriksaan: IMT 32kg/m2. Funduskopi ODS: papil batas kabur dan hiperemis. MRI
kepala: normal. Perimetri: pelebaran blindspot ODS. Terapi medikamentosa lini pertama
yang paling tepat?
a. Furosemide oral
b. Neuroprotektor oral
c. Topiramate oral
d. Acetazolamide oral
e. Steroid oral

Pembahasan

Pada soal adalah kasus pada Pseudotumor cerebri, juga dikenal sebagai hipertensi intrakranial
idiopatik (IIH), adalah kelainan yang ditandai dengan peningkatan tekanan intrakranial (ICP)
dengan penyebab yang tidak diketahui yang sebagian besar dialami pada wanita dengan
obesitas (IMT 32).

Pada fundus juga didapatkan : Papilledema adalah temuanutama dan secara progresif dapat
menyebabkan atrofi optik dan kebutaan jika tidak ada pengobatan yang diberikan.

Penegakkan diagnosis sesuai dengan "modified Dandy criteria", yaitu :

Signs and symptoms of increased ICP (headaches, nausea, vomiting, transient visual
obscurations, papilledema)

No localizing neurologic signs, except for unilateral or bilateral sixth cranial nerve palsy CSF
opening pressure >25 cm H2O with normal CSF composition

No evidence of hydrocephalus, mass, structural, or vascular lesion (including venous sinus


thrombosis) on imaging. No other cause of increased ICP identified

Untuk manajemen terapi:

Tergantung pada symptoms dan vision status. Pada kasus, yaitu harus menurunkan BB. Sakit
kepala -> th/ analgesic. Utk terapi obat2an :

First Choice yaitu : Acetazolamide.

Merupakan penghambat karbonat anhidrase, dapat mengurangi laju produksi CSF


Mengapa tidak Furosemid : Furosemide merupakan loop diuretic, juga dapat digunakan tetapi
pada pasien yg intoleran terhadap Acetazolamid dan Topiramate. Furosemid juga tidak begitu
efektif mengurangi ICP

Mengapa tidak Topiramate : Jika pasien tidak efektif menggunakan Acetazolamid, bisa
dipertimbangkan pemberian ini, karena Topiramate juga sbg penghambat anhidrase karbonat
sebagai pilihan terapeutik karena efektif dalam menyembuhkan sakit kepala dan menekan
nafsu makan. Memiliki efektivitas yang mirip dengan acetazolamide untuk gejala visualnya.

Mengapa tidak Steroid : steroid dlm kasus ini masih kontroversial, karena efek samping jangka
panjang yang tidak diinginkan (terutama penambahan berat badan) dan memiliki withdrawal
effect atau hipertensi intrakranial rebound

11. Datang pada anda di poliklinik, seorang wanita 46 tahun dengan keluhan utama melihat
dobel bila melihat dengan kedua mata, keluhan ini tidak membaik meskipun pasien istirahat
atau saat bangun tidur. Pada pemeriksaan didapatkan Visus ODS 6/6, pada pemeriksaan
segmen anterior didapatkan chemosis, retraksi kelopak mata dan lagoftalmos, ODS proptosis
dan didapatkan hambatan untuk melirik kebawah dan aduksi. Pemeriksaan apakah yang anda
usulkan untuk menegakan diagnosa:
a. Hertel exopthalmometer, automated perimetri, foto thorax
b. Hertel exopthalmometer, Elektromiografi (Harvey Masland test), test endokrin
c. Hertel exopthalmometer, Automated perimetri, prostigmin test
d. Hertel exopthalmometer, tes endokrin, Head MRI
e. Forced duction test, Elektromiografi (Harvey Masland test ), Foto thorax

Pembahasan:

Dari gejala kita curigai terdapat gangguan tiroid eye disease, untuk yang pertama kita liat
pemeriksaan proptosis,lalu tes endokrin untuk menegakkan tiroid, lalu pemeriksaan MRI
menilai apakah ada penebalan otot-otot ekstraocular.

12. Perempuan usia 54 tahun datang dengan keluhan pandangan mataa kiri buram sejak 1
bulan lalu. Terdapat Riwayat hiperkolesterol, hipertensi, DM, dan merokok. VOD 20/20,
VOS 20/70. Segmen anterior dalam batas normal. Segmen posterior OD: normal, OS: papil
batas kabur dengan perdarahan flame shaped di inferior papil. Bila pada FFA didapatkan disc
delay filling, maka terapi yang diberikan pada pasien tersebut adalah:
a. Steroid sistemik
b. Azetasolamide
c. Argon Laser fotokoagulasi
d. Neuroprotektor + Aspirin
e. Temporal artery biopsy

Pembahasan

Option A diagnosa pasien adalah NAION yang terjadi pada usia >50 tahun, unilateral, tidak
nyeri dengan riwayat HT,DM, Hiperkolerstrol dan merokok serta unilateral, dengan gambaran
fundus batas tidak tegas mengindikasi ada pembengkakan pada disk dan juga pada FFA
dijumpai disc delay filling dan untuk terapi NAION sesuai dengan AAO yang mana pemberian
Steriod untuk mengurangi pembengkakan pada disk.

Option B terapy azetazolamid biasanya digunakan pada pasien dengan dx retinopathy


hipertensi yang mana focus utama terapi dalam penyakit ini adalah menurunkan tekanan darah
pasien

Option C argon laser koagulopathy digunakan pada pasien dengan diabetic retinopthy

Option D Neuroprotektor + Aspirin beberapa studi mendukung terapy ini untuk NIAON fase
akut namun therapy ini juga masih dalam penelitian lebih lanjut

Temporal artery biopsy ini digunakan untuk pemeriksaan Giant cell arteritis bukan terapi

NAION terjadi pada usia >50 tahun unilateral tidak nyeri

13. Seorang laki-laki berusia 28 tahun, datang dengan keluhan pandangan semakin buram
walaupun sudah memakai kacamata miliknya. Dari anamnesis didapatkan riwayat memakai
kacamata ukuran minus tinggi sejak anak-anak. Berikut ini merupakan proses yang
ditemukan pada miopia patologis, kecuali:
a. Gambaran khas berupa myopic macular crescent yang ditemukan di bagian temporal dari
n.opticus
b. Ruptur pada membrana Bruch (lacquer cracks)yang disebabkan karena stress akibat
ekspansi okular
c. Terjadi Macular schisis pada miopia yang paling sering melibatkan Internal
Limiting Membran (ILM)
d. Choroidal neovascularisation pada miopia patologis lebih jarang menimbulkan edema
retina dibandingkan pada ARMD
e. Prognosis tajam penglihatan pada high miopia tanpa adanya patologi di daerah makula
adalah ketebalan koroid subfovea

Pembahasan:

Myopic macular schisis paling sering pada henle fiber layer. Walaupun bisa juga terdapat pada
internal limiting membrane

14. 19 years old patient came to the eye clinic complain blur vision in both of his eyes. VODS
6/30 ph-, anterior segmen clear. From fundus examination found macular athropy surounded
by yellowish fleck. FFA shows “dark choroid”. The most possible diagnosis:
a. Stargardt disease
b. Chloroquin retinal toxicity
c. ARMD
d. Cone-Rod dystrophies
e. Ceroid lipofuscinosis

Pembahasan

Pada kasus ditemukan:

terjadi pada dewasa muda (19 tahun), segmen aterior clear, dengan segmen posterior: terdapat
makular atrophy (+) dengan bintik kekuningan. Pada FFA : dijumpai “dark choroid”

Hal ini khas terjadi pada STAGARDT DISEASE, yang merupakan penyakit degenarasi makula
yang terjadi pada anak- anak dan dewasa muda, disebut juga dengan Juvenile Macular
Degenaration. Stagardt disease merupakan penyakit genetik pada gen ABCA4, dimana pada
tipe klasik harus diturunkan dari kedua orang tua, baru akan menimbulkan gejala. Sedangkan
jika hanya memiliki gen dari salah satu orang tua, maka akan menjadi carrier. Gejala yang
muncul pertama kali berupa gangguan penglihatan berupa kabur ataupun gelap pada daerah
sentral, sedangkan untuk daerah perifer tidak terpengaruh. Pada beberapa orang juga
mengeluhkan gangguan penglihatan warna.
Gambaran khas pada stagard disease antara lain:

• Pada segmen posterior: akan tampak gambaran makular atrofi dengan bintik
kekuningan yang disebut lipofuscin di dalam dan dibawah makula.

• Pada FFA: akan tampak gambaran berupa area gelap di dalam jaringan retina.

• Selain itu juga dapat dilakukan uji genetika pada pasien ini.

Sedangkan pada:

CHLOROQUIN RETINAL TOXICITY : terjadi retinopati akibat toksisitas penggunaan


hydroxychloroquine dengan gambaran khas: pada tahap dini terjadi edema makula dengan
bilateral granular depigmentasi pada RPE. Jika paparan obat lebih lama dapat mengakibatkan
atrophic bullseye maculopathy dengan terdapat cincin konsentrik hipopigmentasi dan
hiperpigmentasi di sekeliling fovea. Terdapat deposit intraepitel berupa whirls/pusaran, linear
opacity atau punctate lesion. Pada OCT akan tampak : "flying saucer".

ARMD : Tanda yang paling dini dapat dijumpai dari segmen posterior yaitu: drusen atau
pigment clumping di retina. Drusen dapat berkembang menjadi bentuk atrofi (dry) atau
exudatif (wet). Fundus pada Dry AMD : Perubahan warna pada pada pigmen epitel makula,
Hipo/Hiperpegmentasi, Drusen >125 µm. Wet AMD : Terdapat Subretinal fluid dan
hemorrhage, adanya drusen halus, Penebalan membran bruch, Hiperpegmentasi fokal, dan
CNV. Pada OCT : Dry : drusen tampak sebagai elevasi dari RPE, Wet : tampak penebalan
retina, bisa dijumpai Cyst, PED, cairan intra retina, cairan subretinal.

CONE-ROD DYSTROPHIES : Gambaran khas pada fundus: terdapat endapan pigmen


berbentuk “bone spicule”, atenuasi pada pembuluh darah reina, optic disk pucat, atrofi retina.

CEROID LIPOFUSCINOSIS : disebut juga Batten disease. Tanda khas pada segmen posterior
berupa saraf optik yang pucat, bintik pada makula sentral, arteriol atenuasi, dan granulasi retina
perifer Pada OCT terjadi penipisan di lapisan sentral, outer dan inner layer retina.
15. Seorang perempuan berusia 50 tahun dirujuk dengan kecurigaan mengarah pada macular
hole. Apakah tanda paling awal yang dapat ditemukan pada macular hole?
a. Atrofi RPE di fovea
b. Vitreous detachment di fovea
c. Bercak kekuningan di fovea
d. Hole ekstentrik partial-thickness di fovea
e. Menurunnya reflex fovea

Pembahasan

Macular hole disebabkan oleh karena adanya robekan pada makula. biasanya terjadi gangguan
penglihatan sentral, bergelombang, serta distorsi. macular hole sering dikarenakan faktor usia,
dimana vitreus akan mengkerut dan terlepas dari retina. teradang makula akan membengkak
akibat penyakit mata lainnya, diabetik retinopati, retinal detachment. pemeriksaan yang dapat
dilakukan berupa amsler grid, dan OCT. tatalaksana berupa vitrektomi.

Hal ini dikarenakan terjadinya terbentuk subfoveal lipofuscin-color spot pada tahap awal dan
pada kasus berat baik partial atau full-thickness macular break is dapat terlihat

16. A 30-yearold woman with a history of diabetes mellitus and blurry vision for 2 months.
Visual acuity is 20/25. There are additional examinations : (A)Color fundus photograph,
(B)Fluorescein angiography image taken 22 seconds after injection, (C)Late angiogram taken
at 9 minutes, (D)OCT scan. How to manage this patient? Except…
a. In the absence of treatment, patients with CRVO should be monitored monthly during the
first 6 months.
b. Follow up progression and development of anterior segment neovascularization or
neovascular glaucoma
c. Patients treated with anti- VEGF agents should be observed for a similar duration after
discontinuation of the drugs.
d. the examiner should assess the patient’s visual acuity, visual fields, and relative afferent
defect via ophthalmoscopy, fluorescein angiography, OCT, and electroretinography.
e. Give panretinal photocoagulation (PRP) to regress the progression and increase
visual acuity.

Pembahasan:

Pilihan a,b,c,d merupakan terapi untuk CRVO

17. Seorang mahasiswa berusia 22 th mengeluh pandangan kedua mata kabur dan ingin
menghilangkan ketergantungannya dengan kacamata dan lensa kontak karena selama ini ia
sudah memakai kacamata minus tebal dan lensa kontak. Pada pemeriksaan didapatkan VOD
1/60 S – 17.00 6/6 dan VOS 1/60 S -17.50 6/6. Terapi apa yang dapat disarankan?
a. LASIK
b. Surface ablation
c. Phakic intraocular lenses
d. Refractive lens exchange
e. Intrastromal corneal ring

Pembahasan

Miopia tinggi umumnya didefinisikan sebagai rabun jauh yang membutuhkan koreksi
kacamata sebesar -6.00 dioptri atau lebih dan kadang-kadang disebut sebagai miopia
degeneratif atau miopia patologis.

18. Seorang wanita, usia 30 tahun datang dengan keluhan kedua mata buram perlahan-lahan
sejak 2 bulan yang lalu, tanpa riwayat trauma/ mata merah dan nyeri sebelumnya. Penderia
memiliki riwayat kencing manis sejak 10 tahun, pengobatan dengan insulin terapi tidak
teratur, kadar gula darah saat diperiksa 300 gr/dl. Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan
VODS : 3/60 dengan segmen anterior tenang. Penurunan visus pada pasien dapat disebabkan
oleh:
a. Kekeruhan pada lensa
b. Perubahan indeks refraktif lensa
c. Perubahan amplitudo akomodasi
d. Semua benar
e. Semua salah

19. The following clinical conditions can occur after cataract surgery consisting of peripheral
corneal edema with a clear central cornea, central corneal guttae (cornea guttata) frequently
appear, and punctate brown pigment. condition in question can occur in
a. Brown-McLean Syndrome
b. Vitreocorneal adherence
c. Persistent Corneal Edema
d. Descemet fold
e. All of the above

Pembahasan

Menurut AAO Bab 11 bagian lensa dan katarak, Brown-Mclean Syndrome digambarkan
dengan karakteristik edema kornea perifer dengan kornea sentral yang jernih. Edema biasa
terjadi dari inferior dan menyebar secara sirkumferens. Ciri khas lainnya adalah muncul gutata
kornea sentral beserta punctata berpigmen coklat di endothelium. Kondisi seperti ini biasa
terjadi setelah operasi katarak terutama intracapsular cataract surgery. Kondisi ini juga
dilaporkan muncul setelah ekstrakapsular cataract surgery dan phaco. Pada kasus langka,
brown-mclean syndrome dapat berkembang secara siginifikan ke edema kornea sentral.

20. A 43 years-old woman with cataract has a history of uveitis. She has been consuming
uncontrolled medicine which she has bought herself for about ten years. There were posterior
synechiae. What is the most probable type of the cataract she had
a. Posterior Sub-capsularis Cataract
b. Snowflake cataract
c. Cortical Cataract
d. Nuclear cataract
e. Bipolar Cataract

Pembahasan:

Karena pasien ini ada Riwayat menderita uveitis dan mengonsumsi obat sendiri, dugaannya
Riwayat penggunaan steroid jangka Panjang yang merupakan penyebab tersering terjadinya
posterior sub-capsularis cataract

21. Seorang laki-laki usia 55 tahun direncanakan untuk operasi ekstraksi katarak
menggunakan teknik phacoemulsification, pada saat dilakukan insersi tip phaco pada main
incision, posisi pedal harus pada nomor
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 0
Pembahasan

Sebelum phaco probe masuk ke mata, pedal kaki harus di posisi 1 agar cairan irigasi akan
mencegah mata dari kolaps.

Tiga fungsi utama dari mesin phaco adalah: (1) untuk memberikan irigasi ke mata, (2) untuk
menciptakan vakum / aspirasi untuk menghilangkan katarak, dan (3) untuk menghantarkan
energi ultrasound untuk mengemulsifikasi. Ketiga fungsi ini sesuai dengan tiga posisi pedal
kaki phaco.

Posisi Kaki 1: Irigasi

Fungsi irigasi mesin fakoemulsifikasi menyediakan sumber cairan infus ke dalam mata selama
operasi berlangsung. Menekan pedal kaki ke posisi 1 menyalakan infus.

Posisi Kaki 2: Vakum dan Aspirasi Cairan

Posisi 2 mengontrol vakum dan laju aspirasi relatif cairan dari mata serta menghilangkan
katarak

Posisi Kaki 3: Energi Ultrasound

Untuk menghantarkan energi ultrasound. Ada kontrol linier dari tingkat energi ultrasound
sehingga tekanan pedal lebih lanjut menghasilkan lebih banyak energi ultrasound. Perlu
diperhatikan bahwa jika pedal berada di posisi 3, operator sudah menjalankan fungsi penuh
dari kedua posisi 1 dan 2. Energi ultrasonik hanya boleh digunakan setelah ujung probe phaco
bersentuhan dengan bagian katarak.

22. A patient visited your office to fit her RGP. Subjective refraction indicated that her best
correction was S- 5.00. Keratometry measurement shown that diameter of K was 7.60 mm,
and the contact lens had chosen base curve 7.90 mm. How much was the RGP dioptric power
needed?
a. -4.00 D
b. -3.50 D
c. -3.00 D
d. -2.50 D
e. -2.00 D

Pembahasan

Diketahui:

Koreksi miopia = -5,00 D

K measurement = 7.60 mm

Base curve contact lenses = 7.90 mm Ditanya:

Berapa power dioptri yang dibutuhkan pada RGP? Jawab:

- Hitung dulu selisih antara Base curve contact lenses dan K measurement Base curve
contact lens – K measurement = 7.90 – 7.60

= 0.30 mm

- Setiap perbedaan radius kelengkungan 0.05 mm antara Base curve contact lenses dan
K measurement maka menghasilkan power of tear film 0,25 D Maka perbedaan
radius kelengkungannya adalah = 0.30 mm / 0.05 mm

= 6 mm

Maka power of tear film nya adalah = 0,25 D x 6 mm

= 1,50 D

Pada kasus ini power of tear film nya ditambahkan tanda minus – 1,50 D karena
kelengkungan dari base curve contact lenses lebih flat daripada K measurement
(kelengkungan kornea)

- Kemudian terakhir hitung selisih dari hasil koreksi miopia dan power of tear film
nya

= -5,00 D – (-1,50)

= -3,50 D
- Maka jawaban pada No. 15 adalah B

23. Seorang laki-laki, umur 40 tahun, mengeluh penglihatan kedua mata kabur perlahan sejak
berumur 18 tahun. Pada pemeriksaan status oftalmologikus didapatkan visus mata kanan dan
kiri 6/60. Setelah dilakukan koreksi kacamata didapatkan visus terbaik mata kanan dan kiri
6/21. Menurut kriteria The International Classification of Diseases, NinthRevision, Clinical
Modification (ICD-9-CM), kelainan pada penderita ini digolongkan ke dalam:
a. Moderate visual impairment
b. Severe visual impairment
c. Profund visual impairment
d. Near-total vision loss
e. Total blindness

Pembahasan:

Pada Moderate visual impairment BCVA 6/60 – 6/18

Severe visual impairment BCVA 6/60 - < 3/60

Profund visual impairment 3/60 – 1/60

Near-total vision loss 1/60 – 1/tak terhingga

Total blindness NLP

24. Bagian dari sudut bilik depan mata yang paling berperan pada resistensi aliran keluar
humor akuos dari mata adalah:
a. Uveal meshwork
b. Corneoscleral meshwork
c. Juxtacanalicular space
d. Endotel dari kanalis Schlemm
e. Membrane basalis dinding kanalis Schlemm

Pembahasan :
Uvea meshwork : Bagian paling dalam dari trabecular meshwork, memanjang dari akar iris
dan badan siliar kea rah garis Schwalbe. Ruangan intertrabecular relative besar dan
memberikan sedikit tahanan pada jalur aqueous humor.

Corneoscleral meshwork : membentuk bagian tengah terbesar dari trabecular meshwork, bersal
dari ujung sklera sampai garis Schwalbe. Terdiri dari kepingan trabekula yang berlubang elips
yang lebih kecil dari uveal meshwork.

Juxtacanalicular space : Membentuk bagian paling luar dari trabecular meshwork yang
menghubungkan corneoscleral meshwork dengan endotel dari dinding bagian dalam kanalis
Schlemm. Bagian trabecular meshwork ini berperan besar pada tahanan normal aliran aqueous
humor.

Kanalis Schlemm : Merupakan saluran pada perilimbal sklera, dihubungkan oleh septa.
Dinding bagian dalam dari kanalis Schlemm dibatasi oleh sel endotel yang ireguler yang
memiliki vakuola yang besar. Dinding terluar dari kanal dibatasi oleh sel rata yang halus dan
mencakup pembukaan saluran pengumpul yang meninggalkan kanalis Schlemm pada sudut
miring dan berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan episklera.

25. Seorang laki-laki usia 35 tahun datang untuk dengan keluhan pandangan kedua mata
buram perlahan sejak 6 bulan lalu, kedua mata sering terasa pegal dan tidak nyaman. VODS:
20/70, TIOD: 25mmHg, TIOS: 27 mmHg. Rencana akan dilakukan pemeriksaan gonioskopi
dengan direct goniolens. Yang termasuk direct goniolens adalah:
a. Swan-Jacob
b. Posner
c. Zeiss
d. Goldmann
e. Sussman four mirror

Pembahasan:

Swan-Jacob: direct
Posner, Zeiss, Goldmann, Sussman four mirror: indirect
26. Wanita 55 th datang dengan keluhan pandangan mata kiri buram perlahan, mata merah
tidak ada, tidak sakit. Mata kanan tidak ada keluhan. Pada pemeriksaan didapatkan: AVOD
6/30 S+2.00 D 🡪 6/6. AVOS 6/21 tidak dapat dikoreksi. TIOD 25mmHg TIOS 27 mmHg
BMD ODS VH2. Untuk membedakan aadanya PAS (peripheral anterior synechiae) atau
aposisi iridocorneal dapat dibedakan dengan pemeriksaan?
a. Direct gonioscopy
b. Indirect gonioscopy
c. Dynamic gonioscopy
d. Apposition gonioscopy
e. 3 mirror gonioscopy

Pembahasan

Pada mata dengan sudut tertutup, harus dibedakan antara sudut anatomis tertutup dengan
kontak iridotrabekuler (ITC, apposition) dan peripheral anterior synechiae (PAS). Jika ada
ITC atau aposisi, sudut akan terbuka dan struktur menjadi lebih terlihat.

Jika PAS ada, sudutnya akan tetap sama di area yang terpengaruh. Periksa semua area sudut
dan ulangi pada mata lainnya.

27. Which the of following is not causes an incomitant esodeviation:


a. Medial rectus muscle retriction
b. Duane syndrome
c. Mobius syndrome
d. Sixth nerve paralysis
e. Third nerve palsy

Pembahasan

Strabismus incomitant adalah strabismus dengan sudut deviasi yang berubah ubah berdasarkan
perubahan posisi pandangan yang berbeda; ini berbeda dengan comitant strabismus yang
ukurannya tetap sama ke segala arah pandangan

duane syndrome : jarang dijumpai, Disebabkan oleh tidak adanya nukleus saraf keenam
kongenital dengan misdireksi saraf rektus medial, yang menginervasi otot rektus medial dan
rektus lateral. Karena otot rektus medial dan lateral dipersarafi oleh saraf ke otot rektus medial,
kedua otot tersebut bekerja dan berkontraksi secara bersamaan pada percobaan adduksi.
sindrom möbius : ditandai dengan kombinasi kelumpuhan wajah; kelumpuhan saraf keenam,
seringkali dengan kelumpuhan saraf ketiga parsial; dan kelainan ekstremitas distal seperti
cacat sindaktili.

sixth nerve paralysis : menyebabkan abduksi terbatas dan esotropia. neonatus dapat mengalami
kelumpuhan saraf keenam sementara yang sering dikaitkan dengan kelumpuhan wajah yang
dapat sembuh secara spontan dalam 4 hingga 8 minggu setelah lahir.

third nerve palsy : melibatkan semua otot ekstraokular (yaitu, rektus medial, rektus superior,
rektus inferior, otot oblik inferior) kecuali rektus lateral (saraf kranial keenam) dan oblik
superior (saraf kranial keempat). karena kedua otot vertikal utama lemah, mata tidak bergerak
ke atas atau ke bawah; mata juga eksotropia karena lemahnya otot rektus medial.

28. A girl 9 years old was presented by her mother for esodeviation on her right eye. It
started intermitten when she was 7 years old and become constant over time. On
examination the child had visual aquity 6/ 30 with pin hole 6/6 in right eye and 6/6 in the
left eye. In primary position, there is an esotropia of 30 PD on right eye. When she wearred
corrected glasses, the deviation was disappeared.What is the diagnosis of the patient?
a. Partially Accommodative Esotropia
b. Accommodative Esotropia
c. Non Accommodative Esotropia Basic type
d. Cyclic Esotropia
e. Consecutive Esodeviation

Pembahasan :

Pada pasien ini kemungkinan diagnosis adalah Akomodatif esotropia, karena esotropia
awalnya interrmiten dan deviasi dapat menghilang bila menggunakan koreksi kacamata.

Esotropia akomodatif adalah deviasi konvergen mata yang terkait dengan aktivasi refleks
akomodatif. Semua esodeviasi akomodatif diperoleh dan dapat ditandai sebagai berikut: onset
biasanya antara 6 bulan dan 7 tahun, rata-rata usia 2 1/2 tahun (bisanya usia 4 bulan) biasanya
intermiten saat onset, dan menjadi konstan comitant seringkali herediter.

Esotropia akomodatif parsial menunjukkan penurunan sudut esotropia saat memakai kacamata
tetapi memiliki esotropia residual meskipun telah diberikan koreksi hiperopik penuh.
Non Accommodative Esotropia Basic type adalah esotropia komitant yang berkembang setelah
usia 6 bulan dan tidak terkait dengan komponen akomodatif, jumlah hiperopia tidak signifikan,
dan sudut deviasinya sama jika diukur dari jarak jauh dan dekat.Gangguan penglihatan
binokuler temporer tapi berkepanjangan — seperti akibat hifema, selulitis preseptal, ptosis
mekanis, atau patching ambliopia yang berkepanjangan — merupakan penyebab pencetus yang
diketahui dari esotropia nonakomodatif yang didapat.

Esotropia siklik adalah bentuk strabismus yang langka; Onset esotropia siklik biasanya terjadi
selama tahun-tahun prasekolah. Esotropia bersifat comitant dan intermiten, biasanya terjadi
setiap 2 hari sekali (siklus 48 jam) atau siklus 24 jam

Fusi dan penglihatan binokular biasanya tidak ada atau rusak pada hari strabismik, dengan
perbaikan atau normalisasi yang nyata pada hari ortotropik. Terapi oklusi dapat mengubah
deviasi siklik menjadi konstan.

Esotropia konsekutif adalah esotropia yang mengikuti riwayat eksotropia. Bisa timbul secara
spontan, atau bisa berkembang setelah pembedahan untuk eksotropia. Esotropia spontan jarang
terjadi dan hampir selalu terjadi pada kondisi kelainan neurologis atau dengan penglihatan yang
sangat buruk pada 1 mata.

29. Refraction shows that an aphakic patient requires 1 +10.0 D at back vertex distance 15
mm. He needs a contact lens. How much power that contact lens use?
a. +9.25 D
b. +8.75 D
c. +10.75 D
d. +11. 75 D

Pembahasan:

The far point of +10.0D= 100mm behind the lens. Far point of hyperopia = 85 mm behind the
cornea. Contact lens should be placed 85mm in front of the far point of hyperopia.
30. A screening test using direct ophthalmoscopy to look for diabetic retinopathy was
performed in 250 patient. The sensitivity was estimated to be 80%. If 100 patients have the
disease, how many patients will come out as false negatives?
a. 200
b. 75
c. 20
d. 100
e. 26

Pembahasan

Sensitivitas: Adalah kemampuan tes untuk menunjukkan individu mana yang

menderita sakit dari seluruh populasi yang benar-benar sakit.

Rumus Sensitivitas: a/(a+c)

False negative: Adalah mereka yang test nya negatif padahal sebenarnya mereka

berpenyakit. False negative rate (FNR) adalah proporsi mereka yang tesnya

negatif terhadap seluruh populasi yang berpenyakit.

Tabel 2x2

Tes baru (tes Gold Standart Test Total

diagnostik) Sakit Tidak Sakit

Positif a b a+b

Negatif c d c+d

Total a+c b+d N

Pada soal sensitifitasnya 80% = 80/100 = 80/80+20

Maka a: 80, c:20


Jawaban: 20

31. Cataract Surgical Efficiency menggambarkan...


a. Jumlah operasi katarak per 1 juta penduduk
b. Jumlah penderita katarak yang telah dioperasi dibagi jumlah penderita katarak baik yang
sudah dioperasi maupun yang belum dioperasi
c. Tajam penglihatan pasca operasi 1 hari
d. Jumlah kasus katarak yang dapat dioperasi dalam 1 jam oleh 1 operator

Pembahasan :

Cataract Surgical Efficiency, Volume and Capacity.

Surgical Efficiency = Number of cases per hour per surgeon.

Low efficiency = 1 case per hour per surgeon. Medium efficiency = 2-3 cases per hour per
surgeon. High efficiency = 4+ cases per hour per surgeon.

Anda mungkin juga menyukai