Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Kehidupan setiap manusia terkadang tidak selalu berjalan mulus


sesuai yang diinginkan dan direncanakan. Terkadang terdapat berbagai
hambatan untuk mencapai keinginan tersebut. Jika hambatan tersebut tidak
bisa dihadapi dan akhirnya gagal mencapai keinginan ,kebanyakan orang
akan merasa sedih, kecewa, dan bahkan mungkin ada yang mengalami
depresi.

Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal dalam


konteks peristiwa atau situasi yang penuh dengan tekanan. Namun orang
dengan gangguan mood (mood disorder) mengalami gangguan mood yang
luar biasa parah atau berlangsung lama dan mengganggu kemampuan
mereka dalam menjalani segala aktivitas mereka.

Sejumlah orang mengalami depresi berat bahkan ketika semua hal


tampak berjalan lancer, atau saat mereka menghadapi peristiwa yang sedikit
membuat kesal yang dapat diterima dengan mudah oleh orang lain. Sebagian
lainnya mengalami perubahan mood yang ekstrem. Mereka bagaikan
menaiki roller coaster emosional dengan ketinggian yang membuat pusing
dan turunan yang bukan kepalang ketika dunia di sekitar mereka tetap stabil.

BANGKRUT Page 1
1.2. Tujuan.
1. Untuk mengetahui letak permasalahan dan maksut pada skenario LBM 1
“Bangkrut”.
2. Untuk mengetahui korelasi fisiologis dan kondisi patologis yang terjadi
pada psikiatri khususnya Gangguan Afektif (gangguan suasana perasaan
mood [afektif]).
3. Untuk mengetahui definisi, klasifikasi, etiologi, dan epidemiologi
Gangguan Afektif (gangguan suasana perasaan mood [afektif]) beserta
diagnosis bandingnya.
4. Untuk mengetahui patofisiologi Gangguan Afektif (gangguan suasana
perasaan mood [afektif]) beserta diagnosis bandingnya
5. Untuk mengetahui metode diagnosis Gangguan Afektif (gangguan
suasana perasaan mood [afektif]) beserta diagnosis bandingnya
6. Untuk mengetahui penatalaksanaannya Gangguan Afektif (gangguan
suasana perasaan mood [afektif]).

1.3. Manfaat.
1. Mahasiswa dapat mengetahui letak permasalahan dan maksut pada
skenario LBM 1 “Bangkrut”.
2. Mahasiswa dapat mengetahui korelasi fisiologis dan kondisi patologis
yang terjadi pada psikiatri khususnya Gangguan Afektif (gangguan
suasana perasaan mood [afektif]).
3. Mahasiswa dapat mengetahui definisi, klasifikasi, etiologi, dan
epidemiologi Gangguan Afektif (gangguan suasana perasaan mood
[afektif]) beserta diagnosis bandingnya.
4. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi Gangguan Afektif (gangguan
suasana perasaan mood [afektif]) beserta diagnosis bandingnya
5. Mahasiswa dapat mengetahui metode diagnosis Gangguan Afektif
(gangguan suasana perasaan mood [afektif]) beserta diagnosis
bandingnya

BANGKRUT Page 2
6. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaannya Gangguan Afektif
(gangguan suasana perasaan mood [afektif]).

BANGKRUT Page 3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Data Tutorial.


a. Sesi 1 : Senin, 18 November 2019
Sesi 2 : Rabu, 20 November 2019
b. Tutor : dr. Ashabul Kahfi M, S.Ked.
c. Ketua : Romdani Puji Widiya sari
d. Sekertaris : Luh Gita Arnitasari Devi

2.2. Skenario LBM 1.

BANGKRUT

Skenario

Bapak andi, 45 tahun, datang memeriksakan diri ke puskesmas


dengan keluhan sulit tidur sejak 4 bulan teakhir. Pasien juga mengeluh
sering merasa cemas, gelisah, jantung berdebar kencang, dan nyeri ulu hati.
Ketika ditanya mengenai hubungan dengan keluarganya, pasien mengakui
bahwa akhir-akhir ini ia sangat mudah marah, hal-hal kecil sering memicu
pertengkaran dengan istrinya. Selain itu, pasien juga mengeluh sering
mengalami ejakulasi dini.

Dari riwayat pekerjaan, diketaui bahwa pasien sebelumnya memiliki


usaha rumah makan, namun mengalami kebangkrutan 6 bulan yang lalu.
Pasien sudah berusaha mencari pekerjaan namun selalu merasa tidak cocok,
sehingga saat ini pasien lebih banyak dirumah. Istri pasien berjualan di pasar
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ketika ditanya lebih lanjut, pasien mengatakan bahwa 2 minggu


terakhir keluhannya dirasa semakin memberat. Pasien merasa gagal sebagai
seorang suami dan ayah. Pasien merasa semakin sulit tidur, merasa tidak ada

BANGKRUT Page 4
minat dan kegembiraan, sosialisasi dengan tetangga dan keluarga besarnya
membuatnya merasa tertekan, dan diketahui bahwa ia juga malas merawat
dirinya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis maupun berat
sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital, pemeriksaan


status generalis dan neurologis dalam batas normal. Pada pemeriksaan
satatus psikiatri didapatkan pasien tampak murung, mood depresif, afek
dalam rentan sempit, isi pikiran preokupasi. Pasien merasa tidak berguna
dan hanya menjadi beban keluarganya, lain-lain dalam batas normal.

2.3. Pembahasan LBM 1.


I. Klarifikasi Istilah.

1. Cemas
Jawab:
 Kecemasan adalah suatu istilah yang menggambarkan gangguan
psikologis yang dapat memiliki karakteristik yaitu berupa rasa takut,
keprihatinan terhadap masa depan, kekhawatiran yang berkepanjangan,
dan rasa gugup. Rasa cemas memang biasa dihadapi semua orang. Namun,
rasa cemas disebut gangguan psikologis ketika rasa cemas menghalangi
seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan menjalani kegiatan
produktif (Dorland, 2016).
 Cemas adalah respon tubuh terhadap ancaman dari lingkungan luar. Saat
kita merasa terancam oleh kondisi bahaya, otak mengirimkan perintah
kepada tubuh untuk mengeluarkan sebuah senyawa bernama adrenalin.
Adrenalin menimbulkan perasaan waspada dan memberikan kekuatan bagi
tubuh untuk melakukan respon fight (serang) or flight (lari). Tapi,
gangguan kecemasan tidak bisa dianggap sebagai cemas biasa, karena ini
merupakan sebuah bentuk gangguan mental (Dorland, 2016)

BANGKRUT Page 5
2. Gelisah
Jawab:
Gelisah adalah perasaan yang pasti pernah dirasakan oleh setiap orang.
Gelisah adalah keadaan dimana seseorang merasa tidak tenang, selalu merasa
khawatir. Rasa gelisah timbul karena banyak sebab, misalnya kurang percaya
diri, orang yang sehabis berbohong, demam panggung, rasa bersalah terhadap
suatu hal atau kepada orang lain (Sadock, 2010).

3. Ejakulasi Dini
Jawab:
 Ejakulasi dini (bahasa Inggris: Premature ejaculation, bahasa Latin:
ejaculatio praecox) adalah kejadian pria mengalami orgasme dan
mengeluarkan air mani setelah melakukan aktivitas seksual atau
mengalami stimulasi penis dalam waktu singkat (minimal). Hal tersebut
dapat disebut juga klimaks cepat, atau klimaks dini (Dorland, 2016).
 Menurut ICD X, kriteria ED ditujukan untuk mereka yang memenuhi
kriteria umum disfungsi seksual, yaitu ketidak mampuan pasangan seksual
dalam mengendalikan ejakulasi secara cukup untuk menikmati hubungan
seksual. Bermanifestasi sebagai terjadinya ejakulasi sebelum/segera
setelah aktivitas seks dimulai (sekitar 15 detik); tidak cukup ereksi untuk
memungkinkan terjadinya hubungan seks. Hal ini bukan akibat darilama
tidak berhubungan seks. Seorang priadidiagnosis ED bila berejakulasi
dalam waktu 15 detik setelah penetrasi (Willy, 2009).

4. Murung
Jawab:
 Adjektiva (kata sifat) (mudah) sedih; masyangul: wajahnya yang biasa
tam-pak berseri berubah menjadi murung (Willy, 2009).

BANGKRUT Page 6
5. Mood Depresif
Jawab:
 Mood: adalah suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama,
yang mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya (Willy, 2009).
 Depresi merupakan gangguan mood yang berisi kesedihan, perasaan
tertekan, tidak bergairah dan murung (Willy, 2009).

6. Afek Dalam Rentan Sempit


Jawab:
 Afek: adalah respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat
ekspresi wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya (bahasa
tubuh). Afek mencerminkan situasi emosi sesaat.
 Afek menyempit: menggambarkan nuansa ekspresi emosi yang terbatas.
Intensitas dan keluasan dari ekspresi emosinya berkurang, yang dapat
dilihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang kurang bervariasi
(expresinya kurang) (Dorland, 2016).

7. Isi Pikiran Preokupasi


Jawab:
 Preokupasi (dapat dikendalikan) merupakan suatu jenis isi pikiran dimana
pikirannya untuk waktu yang lama berpusat atau terfokus pada satu fokus
objek tertentu. Tapi jika dialihkan dengan hal-hal yang disukai, fokusnya
dapat hilang (Dorland, 2016).

BANGKRUT Page 7
II. Identifikasi Masalah.
1. Bagaimana hubungan antara usia Bapak Andi (45 Tahun) dan jenis
kelamin dengan keluhan sulit tidur sejak 4 bulan terakhir?
a. Usia.
b. Jenis Kelamin.

2. Bagaimana proses terjadinya cemas, gelisah, jantung berdebar-debar dan


nyeri ulu hati?
a. Sering Merasa Cemas.
b. Sering Gelisah.
c. Sering Jantung Berdebar Kencang.
d. Sering Nyeri Ulu Hati..

3. Apa yang menyebabkan ejakulasi dini dan apakah berhubungan dengan


keluhan yang diskenario ?

4. Apakah ada hubungan keluhan dengan kondisi malas merawat diri ?

5. Bagaimana interpretasi pemeriksaan status psikiatri pada pasien?


a. Murung.
b. Mood depresif.
c. Afek dalam rentan sempit.
d. Isi pikiran preokupasi.

BANGKRUT Page 8
III. Pembahasan Permasalahan.
1. Bagaimana hubungan antara usia Bapak Andi (45 Tahun) dan jenis
kelamin dengan keluhan sulit tidur sejak 4 bulan terakhir?
a. Usia.
Jawab:

Etiologi terjadinya gangguan afektif ada beberapa hal, seperti


akibat neurotransmitter (peran serotoin, norepinephrin, dopamin),
Psikososial (Psikoanalitik, psikodinamik, kognitif, pengalaman akan
sebuah masalah, tekanan hidup). Dari hal diatas perlu menjadi garis bawah
bahwa usia segaris lurus dengan beban hidup yang dimilikinya, yang mana
saat usia seseorang anak akan memikul masalah dan mengatasi masalah
tanpa ada beban, menuju ramaja akan ada sedikit peningkatan beban, dan
dewasa sampai dengan usia tua memiliki beban yang terbesar. Jadi antara
usia dengan keluhan pasien memiliki satu garis lurus yang saling
berhubungan secara tidak langsung, dan tidak boleh mengesampingkan
aspek-aspek yang lainnya (Sadock, 2010).

b. Jenis Kelamin.
Jawab:

Dalam studi epidemiologi dikatakan bahwa pendesitas depresi


mayor didominasi oleh perempuan, bipolar seimbang antara perempuan
dan laki-laki. Episode maik sering terjadi pada perempuan, dan episode
depresif lebih sering terjadi pada laki-laki. Hal ini bisa dikaitan juga dari
segi usia pasien dan aspek baik di neurotransmitter dan psikosisosial dari
pasien tersebut (Sadock, 2010).

BANGKRUT Page 9
2. Bagaimana proses terjadinya cemas, gelisah, jantung berdebar-debar dan
nyeri ulu hati?
a. Sering Merasa Cemas dan Gelisah.
Jawab:

Ketika seseorang mengalami stress fisik atau emosional yang


respon tubuh akan mengaktivasikan amygdala yang merupakan bagian
dari sistem limbik yang berhubungan dengan komponen emosional dari
otak. Hal inilah yang diduga berperan dalam meknisme sering merasa
cemas dan gelisah (Sadock, 2010).

b. Sering Jantung Berdebar Kencang.


Jawab:

Jantung berdebar kencang dapat timbul secara fisiologis maupun


patologis. Secara fisiologis jantung berdepar merupakan salah satu respon
tubuh yang dapat timbul dari faktor internal maupun eksternal (Sherwood,
2016).

Ketika seseorang mengalami stress fisik atau emosional yang


respon tubuh akan mengaktivasikan amygdala yang merupakan bagian
dari sistem limbik yang berhubungan dengan komponen emosional dari
otak. Respon emosiaonal yang timbul ditahan oleh input dari pusat yang
lebih tinggi di forebrain. Respon neurologis dari amygdala ditransmisikan
dan menstimulasi respon hormonal dari hipotalamus (Guyton And Hall,
2011).

Hipotalamus akan melepaskan hormone CRF (corticotropin


releasing factor) yang menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormone
lain yaitu ACTH (adrenocorticotropic hormone) ke dalam darah. ACTH
sebagai gantinya menstimulasi kelenjar adrenal untuk menghasilkan
kortisol, suatu kelenjar kecil yang berada di atas anak ginjal. Semakin

BANGKRUT Page 10
berat stress, kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol semakin banyak
dan menekan sistem imun (Sherwood, 2016).

Secara simultan, hipotalamus bekerja secara langsung pada system


otonom untuk merangsang respon yang segera terhadap stress. Sistem
otonom sendiri diperlukan dalam menjaga keseimbangan tubuh. Sistem
otonom terbagi dua yaitu sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem
simpatis bertanggung jawab terhdap adanya stimulasi atau stress. Reaksi
yang timbul berupa peningkatan denyut jantung, napas yang cepat,
penurunan aktivasi gastrointestinal. Sementara sistem parasimpatis
membuat tubuh kembali ke keadaan istirahat melalui penurunan denyut
jantung, perlambatan pernapasan dan meningkatakan aktivitas
gastrointestinal (Sherwood, 2016).

c. Sering Nyeri Ulu Hati.


Jawab:

Gangguan psikis (ansietas/depresi) dipercaya dapat meningkatkan


asam lambung. Interaksi faktor psikis dengan gangguan saluran cerna
diyakini melalui mekanisme brain – gut – axis. Jalur tersebut secara
langsung atau tidak langsung, terpisah atau bersamaan dapat
mempengaruhi saluran cerna, mempengaruhi sekresi, motilitas,
vaskularisasi dan menurunkan ambang rasa nyeri (Waschke, 2012).

Gangguan sekresi pada lambung dapat terjadi karena gangguan


jalur endokrin melalui poros hipotalamus - pituitary – adrenal. Pada
keadaan ini tejadi peningkatan kortisol dari korteks adrenal (Waschke,
2012).

Penderita dengan gangguan depresi lebih sering mengalami


peningkatan kortisol. Sekresi kortisol terjadi karena adanya respon
terhadap stressor akut. Apabila stressor tersebut berlangsung kronik terjadi

BANGKRUT Page 11
pelepasan Corticotropin Releasing Hormone (CRH) dari hipotalamus
secara terus menerus. $pabila peningkatan kadar kortisol berlangsung lama
maka dapat terjadi kerusakan pada hipokampus yang merupakan
predisposisi untuk terjadinya depresi (Waschke, 2012).

Pada orang depresi terjadi pelepasan CRH secara terus menerus


oleh hipotalamus. CRH akan merangsang hipopisis untuk mengsekresikan
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) akan merangsang adrenal untuk
mengsekresikan kortisol. Peningkatan kortisol ini akan merangsang
produksi asam lambung dan dapat menghambat prostaglandin E yang
merupakan penghambat enzim adenil siklase pada sel parietal yang
bersifat protektif terhadap mukosa lambung sehingga pada orang depresi
cenderung terjadi nyeri ulu hati diakibatkan sekresi asam lambung yang
berlebih dan efek protektif lambung yang menurun (Guyton And Hall,
2011).

3. Apa yang menyebabkan ejakulasi dini dan apakah berhubungan dengan


keluhan yang diskenario?
Jawab :

Ejakulasi melibatkan beberapa neurotransmiter baik pada perifer


maupun di SSP. Neurotransmiter utama adalah serotonergik dan
dopaminergik, sedangkan asetilkolin, adrenalin, neuropeptida, oksitosin,
GABA dan nitrit oksida berperan secara sekunder. Kadar dopamin di
daerah preoptik hipothalamus secara progresif meningkat saat terjadi
perangsangan seksual dan hubungan seksual. Pada saat ejakulasi banyak
penelitian mengenai peranan serotonin. Serotonin dapat berperan secara
sentral maupun perifir (Waschke, 2012).

Di sentral serotonin berperan untuk menghambat ejakulasi. Dalam


hal ini diketahui bahwa efek pada efek fluktuatifnya neurotransmitter

BANGKRUT Page 12
(peran serotoin, norepinephrin, dopamin) yang terganggu pada orang yang
mengalami depresi maka akan menimbulkan gangguan pada ejakulasinya
(Sadock, 2010).

4. Apakah ada hubungan keluhan dengan kondisi malas merawat diri ?


Jawab :

Ada karena perburukan dari gejala depresi memang sering menjadi


penyebabnya, oleh karena itu penatalaksanaan yang memadai diperlukan
agar tidak memburuk. Penatalaksanaan disini meliputi mencari tau
etiologi, bagaimana mengatasi gejala simptomatiknya menggunakan
psikofarmaka dan nonpsikofarmaka (psikoterapi dan psikologi). Ketika
seseorang mengalami stress fisik atau emosional yang respon tubuh akan
mengaktivasikan amygdala yang merupakan bagian dari sistem limbik
yang berhubungan dengan komponen emosional dari otak. Hal inilah yang
diduga berperan dalam meknisme sering merasa cemas dan gelisah. Ketika
cemas dan gelisah tidak bisa teratasi dan maka akan memberikan feedback
negatif dengan menurunkan fungsi dari korteks prefrontal. refrontal area
merupakan bagian terdepan dari lobus frontal, lobus korteks terbesar yang
berisi lima bidang utama untuk fungsi neuropsikiatri (planning,
organizing, problem solving, selective attention, personality) dan fungsi
motorik serta memediasi fungsi intelektual yang lebih tinggi (higher
cognitive functions) yakni termasuk emosi dan perilaku. Pada wilayah ini
otak telah terlibat dalam perencanaan perilaku kognitif yang kompleks,
ekspresi kepribadian, pengambilan keputusan dan perilaku sosial yang
benar. Kegiatan dasar wilayah ini adalah otak dianggap sebagai orkestrasi
dari pikiran dan tindakan sesuai dengan tujuan-tujuan internal. Maka dari
diri Pasien juga malas merawat dirinya (Guyton And Hall, 2011).

BANGKRUT Page 13
5. Bagaimana interpretasi pemeriksaan status psikiatri pada pasien?
a. Murung.
Jawab:

Murung merupakan salah satu gejala dari depresi dan kecemasan


seseorang. Menandakan bahwa pasien tidak bisa menikmati hidup yang
dijalaninnya sekarang (Maslim, 2013).

b. Mood Depresif.
Jawab:

Mood merupakan suasana perasaan yang bersifat pervasif dan


bertahan lama, yang mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya.
Banyak jenis mood yang diderita oleh seseorang yang menderita gangguan
psikiatri khususnya mengarah ke gangguan afektif yang satunya adalah
depresif (Guyton And Hall, 2011).

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang


berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri. Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk
gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan
kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna,
putus asa dan lain sebagainya (Guyton And Hall, 2011).

Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan


penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau
perasaan marah yang. Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood
mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan
kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa,

BANGKRUT Page 14
ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan
takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang
merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi
tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa
ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan
menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi. Individu yang menderita
suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat
dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah
lelah dan berkurangnya aktiftas. Depresi dianggap normal terhadap banyak
stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan
peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana
sebagian besar orang mulai pulih (Guyton And Hall, 2011).

c. Afek Dalam Rentan Sempit.


Jawab:

Afek merupakan respons emosional saat sekarang, yang dapat


dinilai lewat ekspresi wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya
(bahasa tubuh). Afek mencerminkan situasi emosi sesaat. Yang mana
derajat afek sendiri dimulai dari luas, sempit, mendatar, tumpul. Dan afek
menyempit merupakan menggambarkan nuansa ekspresi emosi yang
terbatas. Intensitas dan keluasan dari ekspresi emosinya berkurang, yang
dapat dilihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang kurang bervariasi
(expresinya kurang).

BANGKRUT Page 15
d. Isi Pikiran Preokupasi.
Jawab:

Dalam mengelevaluasi pola pikir seseorang yang mengalami


gangguan psikiatri ada 3 komponen, yang pertama ada arus pikiran, isi
pikiran, dan yang terakhir adalah through procces (Sherwood, 2016).

Preokupasi (dapat dikendalikan) merupakan suatu jenis isi pikiran


dimana pikirannya untuk waktu yang lama berpusat atau terfokus pada
satu fokus objek tertentu. Tapi jika dialihkan dengan hal-hal yang disukai,
fokusnya dapat hilang (Sherwood, 2016).

Adalah gangguan isi pikiran dimana pikirannya dalam waktu lama


terpusat atau terfokus dalam satu fokus tertentu. Pikiran terpaku hanya
pada sebuah idea saja, yang biasanya berhubungan dengan keadaan yang
bernada emosional yan kuat. Ini belum merupakan, tetapi dapat menjadi
obsesi.

BANGKRUT Page 16
IV. Rangkuman Permasalahan

Bapak Andi.

 .Keluhan Lain:
 Dua minggu
 Merasa Cemas,
terakhir keluhannya
Gelisah, Jantung
Laki-Laki dirasa semakin
Berdebar
memberat.
Kencang, Dan
Nyeri Ulu Hati. (45 Thn).  Merasa gagal
 Mudah Marah. sebagai seorang
Keluhan sulit suami dan ayah/
 Ejakulasi Dini.
tidur sejak 4 tidak berguna dan
 Riwayat Pekerjaan:
bulan teakhir hanya menjadi
 Kebangkrutan.
beban keluarganya.
 Tidak Cocok.
 Semakin sulit tidur
 Status psikiatri:
 Tampak murung.  Tidak ada minat dan
 Mood depresif, kegembiraan
afek dalam rentan  Osialisasi dengan
sempit, tetangga dan
 isi pikiran keluarga.
preokupasi
Korelasi  Merasa tertekan.
Patofisiologi  Malas merawat
Kondisi dirinya.

Gangguan Afektif

Episode Manik, Gangguan Afektif Bipolar, Episode Depresif, Depresif Berulang,


Suasana Perasaan (Mood/ Afektif)/ Menetap.

Diagnosis Definitif.

Definisi, Epidemiologi, Faktor Resiko dan Etiologi, Patofisiologi, Gejala Klinis


dan Metode Diagnosis, Penatalaksanaan, Komplikasi Lainnya & Prognosis

BANGKRUT Page 17
V. Learning Issues.
1. Jelaskan diagnosis banding skenario!
a. Episode manik
b. Gangguan afektif bipolar
c. Episode depresif
d. Gangguan depresif berulang
e. Gangguan suasana perasaan (afek menetap)
2. Bagaimana korelasi klinis skenario?
3. Deskrispsi Diagnosis Definitif.
A. Epidemiologi.
B. Etiologi, Faktor Resiko dan Patofisiologi.
4. Penatalaksanaan.
5. Komplikasi dan Prognosis.

VI. Referensi
Gangguan mood merupakan kelompok gangguan psikiatri dimana
mood yang patologis akan mempengaruhi fungsi vegetatif dan psikomotor
yang merupakan gambaran klinis utama dari gangguan tersebut. Dahulu
gangguan mood dikenal dengan gangguan afektif namun sekarang istilah
gangguan mood lebih disukai karena mood lebih merujuk pada status
emosional yang meresap dari seseorang sedangkan afektif merupakan
ekspresi eksternal dari emosi saat itu. Gangguan mood merupakan suatu
sindrom yang terdiri dari tanda-tanda dan gejala-gejala yang berlangsung
dalam hitungan minggu hingga bulan yang mempengaruhi fungsi dan pola
kehidupan sehari-hari. Dimana gangguan ini terbagi atas beberapa sub-
klasifikasi diantaranya, episode manik, gangguan afektif bipolar, episode
depresif, gangguan depresif berulang, gangguan suasana mood (afektif)
yang menetap, dan gangguan suasana mood (afektif) lainnya.

BANGKRUT Page 18
VII. Pembahasan Learning Issues
1. Jelaskan diagnosis banding skenario!
a. Episode manik
Kesamaan karakterisitik dalam afek yang meningkat disertai
peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental
dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu
episode manik tunggal (yang pertama) , termasuk gangguan efektif
bipolar , episode manik tunggal. Jika aa episode afektif ( depresif ,
manik, atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya , termasuk
gangguan afektif bipolar (F31. (Maslim, 2013).

 F30.0 Hipomania

Pedoman Diagnostik
 Derajat gangguan yang lebih ringan dari
mania (F30.1), afek yang meninggi atau
berubah disertai peningkatan aktivitas,
menetap selama sekurang-kurangnya
beberapa hari berturut-turut, pada suatu
derajat intensitas dan yang bertahan
melebihi apa yang digambarkan bagi
siklotimia (F34.0), dan tidak disertai
halusinasi atau waham.
 Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan
dan aktivitas sosial memang sesuai dengan
diagnosis hipomania, akan tetapi bila
kakacauan itu berat atau menyeluruh, maka
diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus
ditegakkan. (Maslim, 2013).

BANGKRUT Page 19
 F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik

Pedoman Diagnostik
 Episode harus berlangsung sekurang-
kurangnya 1 minggu, dan cukup berat
sampai mengacaukan seluruh atau hampir
seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang
biasa dilakukan.
 Perubahan afek harus disertai dengan
energi yang bertambah sehingga terjadi
aktivitas berlabihan, percepatan dan
kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang
berkurang, ide-ide perihal kebesaran/
“grandiose ideas” dan terlalu optimistik
(Maslim, 2013).

 F30.2 Mania dengan Gejala Psikotik

Pedoman Diagnostik
 Gambaran klinis merupakan bentuk mania
yang lebih berat dari F30.1 (mania tanpa
gejala psikotik).
 Harga diri yang membumbung dan gagasan
kebesaran dapat berkembang menjadi
waham kebesaran (delusion of grandeur),

BANGKRUT Page 20
irritabilitas dan kecurigaan menjadi waham
kejar (delusion of persecution). Waham dan
halusinasi “sesuai” dengan keadaan afek
tersebut (mood congruent). (Maslim,
2013).

 F30.8 Episode Manik Lainnya


 F30.9 Episode Manik YTT

b. Gangguan afektif bipolar


Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-
kurangnya dua) yang menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien
dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu
tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan (mood) serta
peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada
waktu lain berupa penurunan suasana perasaan (mood) serta
pengurangan enegri dan aktivitas (depresi). Menjadi khas pada
gangguan ini karena biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode, dan insidensi pada kedua jenis kelamin kurang lebih sama
dibanding dengan gangguan suasana perasaan (mood) lainnya. Dalam
perbandingan, jarang ditemukan pasien yang menderita hanya episode
mania yang berulang – ulang, dan karena pasien – pasien tersebut
menyerupai (dalam riwayat keluarga, kepribadian pramorbid, usia
onset, dan prognosis jangka panjang) pasien yang mempunyai juga
episode depresi sekali – sekali, maka pasien itu digolongkan sebagai
bipolar (F31.8).
Episode manik biasanya mulai dengan tiba – tiba dan
berlangsung antara 2 mnggu sampai 4 – 5 bulan (rata-rata sekitar 4
bulan). Depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6

BANGKRUT Page 21
bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun kecuali pada orang lanjut
usia. Kedua macam episode itu sering kali menyusul peristiwa hidup
yang penuh stress atau 25 trauma mental lain. Episode pertama dapat
timbul pada setiap usia dari masa kanak sampai tua. Frekuensi episode
dan pola remisi serta kekambuhan masing-masing sangat bervariasi.

 F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik

Pedoman Diagnostik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk hipomania (F30.0); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu
episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa
lampau (Maslim, 2013).

 Catatan: untuk hipomania kriterianya sebagai berikut:


 Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1),
afek yg meninggi atau berubah disertai peningkatan
aktivitas, menetap selama sekurang-kurangnya
beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat
intensitas dan yg bertahan melebihi apa yg digambarkan
bagi siklotimia (F34.0) dan tidak disertai halusinasi atau
waham
 Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas
sosial memang sesuai dengan diagnosis hipomania,
akan tetapi bila kekacauan itu berat atau menyeluruh,
maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus
ditegakkan.

BANGKRUT Page 22
 F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa
Gejala Psikotik

Pedoman Diagnostik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:

(a) Episode yang sekarang harus


memenuhi kriteria untuk mania tanpa
gejala psikotik (F30.1); dan

(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu


episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa
lampau (Maslim, 2013).

 Catatan: untuk mania tanpa gejala psikotik kriterianya sebagai


berikut:
 Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1
minggu dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh
atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yg
biasa dilakukan.
 Perubahan afek harus disertai dengan energi yang
bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan,
percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yg
berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ “grandiose ideas”
dan terlalu optimistik.

 F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan


Gejala Psikotik

BANGKRUT Page 23
Pedoman Diagnostik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:

(a) Episode yang sekarang harus


memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik (F30.2); dan

(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu


episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa
lampau (Maslim, 2013).

 Catatan: untuk mania dengan gejala psikotik kriterianya


sebagai berikut:
 Gambaran klinis merupakan bentuk mania yg lebih
berat dari F30.1 (mania tanpa gejala psikotik).
 Harga diri yg membumbung dan gagasan kebesaran
dapat berkembang menjadi waham kebesaran (delusion
of grandeur), iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham
kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi
“sesuai” dg keadaan afek tsb (mood-congruent).

 F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan


atau Sedang

Pedoman Diagnostik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:

(a) Episode yang sekarang harus


memenuhi kriteria untuk episode
depresif ringan(F32.0) ataupun sedang

BANGKRUT Page 24
(F32.1); dan

(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu


episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau (Maslim,
2013).

 F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat


tanpa Gejala Psikotik

Pedoman Psikotik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik
(F32.2); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu
episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau (Maslim,
2013).

 Catatan : Untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik


kriterianya sebagai berikut:
 Semua 3 Gejala Utama depresi harus ada. Adapun
gejala utama yaitu :
o Afek depresif
o Kehilangan minat dan kegembiraan dan
o Berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa lelah

BANGKRUT Page 25
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas
 Ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainnya,
dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat.
Adapun yang dimaksud gejala lainnnya sebagai
berikut :
o Konsentrasi dan perhatian berkurang
o Harga diri dan kepercayaan berkurang
o Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
o Pandangan masa depan yang suram dan
pesimistis
o Gagasan atau perbuatan membahayakan diri
atau bunuh diri
o Tidur terganggu
o Nafsu makan berkurang
 Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi
psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin
tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian
secara menyeluruh terhadap episode depresif berat
masih dapat dibenarkan.
 Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang
– kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat
berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu
kurang dari 2 minggu.
 Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga,
kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

BANGKRUT Page 26
 F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat
dengan Gejala Psikotik

Pedoman Diagnostik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat dengan gejala psikotik
(F32.3); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu
episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau (Maslim,
2013).

 Catatan : Untuk epiode depresif berat dengan gejala psikotik


kriterianya sebagai berikut :
 Episode depresif berat yang memenuhi kriteria seperti
pada episode depresif berat tanpa gejala psikotik yang
sudah dijabarkan sebelumnya.
 Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham
biaanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau
malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik
atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina
atau menuduh atau bau kotoran atau dagng membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada
stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat
ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek
(mood-congruent)

 F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran

BANGKRUT Page 27
Pedoman Diagnostik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang menunjukkan
gejala-gejala manik, hipomani, dan
depresif yang tercampur atau
bergantian dengan cepat (gejala mania/
hipomania dan depresi sama-sama
mencolok selama masa terbesar dari
episode penyakit yang sekarang, dan
telah berlangsung sekurang-kurangnya
2 minggu); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu
episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau (Maslim,
2013).

 F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi

Pedoman Diagnostik
 Sekarang tidak menderita gangguan afektif
yang nyata selama beberapa bulan terakhir
ini, tetapi pernah mengalami sekurang-
kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran dimasa lampau dan
ditambah sekurangnya satu episode afektif
lain (hipomanik, manik, depresif atau
campuran) (Maslim, 2013).

 F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

BANGKRUT Page 28
 F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

c. Episode depresif
Menurut PPDGJ III, kriteria diagnosis episode depresif (F32) adalah
sebagai berikut: Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat)
 Afek depresif.
 Kehilangan minat dan kegembiraan.
 Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah ( rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja ) dan
menurunnya aktivitas (Maslim, 2013).

Gejala Lainnya :

 Konsentrasi dan perhatian berkurang


 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan psimistik 17
 Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
 Tidur terganggu ∑ Untuk episode depresif dari ketiga tingkat
keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu
untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek
dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat. ∑ Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0),
sedang (F32.1) dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode
depresif tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
diklasifikasikan dibawah salah satu diagnosis gangguan depresif
berulang (F33.-) (Maslim, 2013).

 F32.0 Episode Depresif Ringan

BANGKRUT Page 29
Pedoman Diagnostik
 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3
gejala utama depresi seperti tersebut diatas;
 Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala
lainnya: (a) sampai dengan (g).
 Tidak boleh ada gejala yang berat
diantaranya.
 Lamanya seluruh episode berlangsung
sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
 Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan
dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya (Maslim, 2013).

 F32.1 Episode Depresif Sedang

Pedoman Diagnostik
 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3
gejala utama depresi seperti pada episode
depresi ringan (F30.0);
 Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan
sebaiknya 4) dari gejala lainnya;
 Lamanya seluruh episode berlangsung
minimum sekitar 2 minggu.
 Menghadapi kesulitan nyata untuk
meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga (Maslim, 2013).

 F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik

BANGKRUT Page 30
Pedoman Diagnostik
 Semua 3 gejala utama dari depresi harus
ada.
 Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala
lainnya, dan diantaranya harus berintensitas
berat.
 Bila ada gejala penting (misalnya agitasi
atau retardasi psikomotor) yang mencolok,
maka pasien mungkin tidak mau atau tidak
mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci.

Dalam hal demikian penilaian secara


menyeluruh terhadap episode depresif berat
masih dapat dibenarkan.

 Episode depresif biasanya harus


berlangsung sekurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala sangat berat dan beronset
sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam waktu kurang
dari 2 minggu.
 Sangat tidak mungkin bagi pasien
meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf
yang sangat terbatas (Maslim, 2013).

 F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

BANGKRUT Page 31
Pedoman Diagnostik
 Episode Depresi Berat yang memenuhi
kriteria menurut F32.2 tersebut diatas.
 Disertai waham, halusinasi atau stupor
depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka
yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggung jawab akan hal itu. Halusinasi
auditorik atau olfaktorik biasanya berupa
suara yang menghina atau menuduh, atau
bau kotoran atau daging membusuk.

Reteardasi psikomotor yang berat dapat


menuju pada stupor. Jika diperlukan,
waham atau halusinasi dapat ditentukan
sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek
(mood congruent) (Maslim, 2013).

 F32.8 Episode Depresif Lainnya


 F32.9 Episode Depresif YTT

d. Gangguan depresif berulang

Pedoman Diagnostik
 Gangguan ini tersifat dengan episode
berulang dari :
– episode depresif ringan (F32.0),
– episode depresif sedang (F32.1),
– episode depresif berat (F32.2 dan

BANGKRUT Page 32
F32.3).

Episode masing-masing rata-rata lamanya


sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya
lebih jarang dibandingkan dengan
gangguan afektif bipolar.

 Tanpa riwayat adanya episode tersendiri


dari peninggian afek dan hiperaktivitas
yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan
F30.2).

Namun kategori ini tetap harus digunakan


jika ternyata ada episode singkat dari
peninggian afek dan hiperaktivitas ringan
yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0)
segera sesudah suatu episode depresif
(kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh
tindakan pengobatan depresi).

 Pemulihan keadaan biasanya sempurna


diantara episode namun sebagian kecil
pasien mungkin mendapat depresi yang
akhirnya menetap, terutama pada usia
lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus
tetap digunakan).
 Episode masing-masing, dalam berbagai
tingkat keparahan, seringkali dicetuskan
oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress
dan trauma mental lain (adanya stress tidak
esensial untuk penegakan diagnosis).

BANGKRUT Page 33
(Maslim, 2013).

 F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan

Pedoman diagnostik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif
berulang (F33.-) harus dipenuhi dan
episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif ringan
(F32.0); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah
berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna (Maslim, 2013).

 F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang

Pedoman Diagnostik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif
berulang (F33.-) harus dipenuhi dan
episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif ringan
(F32.1); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah
berlangsung masing-masing selama

BANGKRUT Page 34
minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna (Maslim, 2013).

 F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa


Gejala Psikotik

Pedoman Diagnostik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif
berulang (F33.-) harus dipenuhi dan
episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah
berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna (Maslim, 2013).

 F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat


dengan Gejala Psikotik

Pedoman Diagnostik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:

(a) Kriteria untuk gangguan depresif


berulang (F33.-) harus dipenuhi dan

BANGKRUT Page 35
episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3); dan

(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah


berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna (Maslim, 2013).

 F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi

Pedoman Diagnostik
 Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Kriteria untuk gangguan depresif
berulang (F33.-) harus pernah dipenuhi
masa lampau, tetapi keadaan sekarang
seharusnya tidak memenuhi kriteria
untuk episode depresif dengan derajat
keparahan apa pun atau gangguan lain
apa pun dalam F30-F39; dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode telah
berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna (Maslim, 2013).

 F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya


 F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT

BANGKRUT Page 36
e. Gangguan suasana perasaan (afek menetap)
 F34.0 Siklotimia

Pedoman Diagnostik
 Ciri esensial adalah ketidak-stabilan
menetap dari afek (suasana perasaan),
meliputi banyak periode depresi ringan dan
hipomania ringan, diantaranya tidak ada
yang cukup parah atau cukup lama untuk
memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar
(F31.-) atau gangguan depresif  berulang
(F33.-).
 Setiap episode alunan afektif (mood
swings) tidak memenuhi kriteria untuk
mana pun yang disebut dalam episode
manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-).
(Maslim, 2013).

 F34.1 Distimia

Pedoman Diagnostik
 Ciri esensial adalah afek depresif yang
berlangsung sangat lama yang tidak pernah
atau jarang sekali cukup parah untuk
memenuhi kriteria gangguan depresif
berulang ringan atau sedang (F33.0 atau
F33.1).
 Biasanya mulai pada usia dini dari masa
dewasa dan berlangsung sekurang-

BANGKRUT Page 37
kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang
untuk jangka waktu tidak terbatas.
 Jika onsetnya pada usia lebih lanjut,
gangguan ini seringkali merupakan
kelanjutan suatu episode depresif tersendiri
(F32) dan berhubungan dengan masa
berkabung atau stres lain yang tampak
jelas. (Maslim, 2013).

 F34.8 Gangguan Afektif Menetap Lainnya

Pedoman diagnostik
 Kategori sisa untuk gangguan afektif
menetap yang tidak cukup parah atau tidak
berlangsung cukup lama untuk memenuhi
kriteria siklotimia (F34.0) atau distimia
(F34.1), namun secara klinis bermakna
(Maslim, 2013).

 F34.9 Gangguan Afektif Menetap Lainnya.

2. Bagaimanaa korelasi klinis skenario?


A. Diagnosis Banding.
Jawab

DIAGNOSIS BANDING

Kode Deskripsi

BANGKRUT Page 38
A Episode manik

B Gangguan afektif bipolar

C Episode Depresif

D Gangguan Depresif Berulang

E Gangguan Suasana Perasaan (Mood/ Afektif) Menetap

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

No Riwayat Indikator Interpretasi Diagnosis Deferensial


Penyakit
A B C D E

Anamnesis

1. Keluhan
Sulit Tidur ± ± + + ±
Utama

2. Sacred Onset Sejak 4 Bulan Teakhir. + + + + +


Seven
Lokasi -

Kualitas 2 minggu terakhir


keluhannya dirasa + + + + +
Semakin Memberat.

Kuantitas Pasien merasa gagal + + + + +


sebagai seorang suami

BANGKRUT Page 39
dan ayah.

Semakin sulit tidur ± ± + + +

Merasa tidak ada minat


± ± + + +
dan kegembiraan

Sosialisasi dengan
tetangga dan keluarga
± ± + + +
besarnya membuatnya
merasa tertekan

Diketahui bahwa ia
juga malas merawat ± ± + + +
dirinya

Kronologis Pembahasan RPS/E. ± ± ± ± ±

Sering Merasa Cemas. ± ± + + +

Sering Gelisah. ± ± + + +

Sering Jantung
+ + + + +
Penyerta Berdebar Kencang.

Sering Nyeri Ulu Hati. ± ± + + +

Sering Mengalami
± ± ± ± ±
Ejakulasi Dini.

Modifikasi -

BANGKRUT Page 40
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU

1. -

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

1. -

RIWAYAT PENYAKIT SOSIAL-EKONOMI

1. Pasien mengakui bahwa akhir-akhir ini ia Sangat


Mudah Marah, hal-hal kecil sering memicu + + + + +
pertengkaran dengan istrinya.

2. Dari riwayat pekerjaan, diketaui bahwa pasien


sebelumnya memiliki usaha rumah makan, namun + + + + +
mengalami Kebangkrutan 6 bulan yang lalu

3. Pasien sudah berusaha mencari pekerjaan namun


selalu merasa Tidak Cocok, sehingga saat ini + + + + +
pasien lebih banyak dirumah.

4. Merasa tidak berguna dan hanya menjadi beban


+ + + + +
keluarganya.

Pemeriksaan Fisik

No Indikator Hasil/ Interpretasi A B C

1. Status
Generalis.

BANGKRUT Page 41
2. Inspeksi.

3. Palpasi

4. Perkusi

5. Auskultasi

Pemeriksaan Neurologis

1.

Tanda Vital

Nilai Diagnosis
No Indikator Hasil Pemeriksaan
Normal Deferensial

1. TD 120-90/
(mmHg) 80-60

2. RR (x/ m) 16-20

3. Nadi (x/ m) 60-100

4. Suhu (oC) 36,4 – 37,5

Pemeriksaan Status Neurologis

1. Murung. ± ± + ± ±

2. Mood Depresif. ± ± + ± ±

3. Afek Dalam Rentan Sempit. ± ± + ± ±

BANGKRUT Page 42
4. Isi Pikiran Preokupasi. ± ± + ± ±

B. Diagnosis Definitif.
Jawab:
DX: Dari apa yang dikeluhkan pasien A.n. Bapak andi, 45 tahun. Pasien
menderita gangguan depresi tahap sedang.

C. Diagnosis multiaksial

Didapatkan diagnosis multiaksial

a. AKSIS I : F30-F39 (gangguan suasana perasaan mood afektif episode


depresif sedang).
b. AKSIS II : F60.6 (gangguan kepribadian cemas).
c. AKSIS III : -
d. AKSIS IV : Masalah Ekonomi.
e. AKSIS V : GAF (60-51) Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

3. Deskrispsi Diagnosis Definitif/ Kerja.


Jawab:
A. Epidemiologi.
Jawab:
Gangguan depresi adalah jenis jenis penyakit gangguan jiwa yang
sering terjadi di masyarakat. Prevalensi gangguan depresi di Indonesia ada
sebanyak 11,60% dari jumlah penduduk di Indonesia sekitar 24.708.000
jiwadan 50 persen terjadi pada usia 20 – 50 tahun. Perempuan dua kali

BANGKRUT Page 43
lipat beresiko mengalami depresi dibandingkan laki – laki, hal ini
diperkirakan adanya perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, dan
perbedaan stresor psikososial (Maslim, 2013).
Di Amerika menurut hasil survey The National Comorbidity
Survey Replication 16,2 persen penduduk Amerika mengalami depresi
selama hidupnya, dan selama 12 bulan terakhir lebih dari 6,6 persen dari
mereka mengalami depresi. Menurut World Health Organization (WHO),
gangguan depresi menempati urutan ke empat penyakit di dunia. Pada
tahun 2020 diperkirakan depresi akan menempati urutan ke dua untuk
beban global penyakit tidak menular. Menurut data Badan Kesehatan
Dunia meningkatnya depresi yang tidak dapat dikendalikan dapat
menyebabkan banyak orang untuk bunuh diri karena tidak mampu
menghadapi beban hidup. Dan untuk mereka yang masih mampu bertahan
hidup, akan mengalami keterbelakangan mental.
Di Indonesia gambaran besarnya masalah kesehatan jiwa, baik
anak-anak maupun dewasa, dapat dilihat dari Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995 yang dilakukan oleh Badan Litbangkes
Depkes RI dengan menggunakan sampel susenas – BPS ( Badan Pusat
Statistik ) terhadap 65.664 rumah tangga. Temuannya menunjukkan bahwa
prevalensi gangguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga adalah 140
orang menderita gangguan mental emosional. Prevalensi diatas 100 per
1000 anggota rumah tangga dianggap sebagai masalah kesehatan
masyarakat yang penting (priority public health problem) (Maslim, 2013).
B. Etiologi, Faktor Resiko, dan Patofisiologi Depresi.
Jawab:
Kaplan menyatakan bahwa terdapat tiga faktor penyebab depresi, yaitu:
a. Faktor Biologi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan
pada amin biogenik, seperti 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid),
HVA (Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil
glikol), di dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal pada pasien

BANGKRUT Page 44
gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi
adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat
mencetuskan depresi. Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah
menurun (Sadock, 2010).
Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan
konsentrasi dopamin seperti respirin dan penyakit dengan konsentrasi
dopamin menurun seperti Parkinson. Kedua penyakit tersebut disertai
gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti
tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi
(Willy, 2009).
Adanya disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan
pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input neuron yang
mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien depresi
ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi
akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik.
Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-
Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin
biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu
yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan (Willy, 2009).
Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak diteliti.
Hipersekresi Cortisol Releasing Hormone (CRH) merupakan gangguan
aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi
yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik
kortisol di sistem limbik atau adanya kelainan pada sistem
monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH. Sekresi
CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah
berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan
organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem
limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan
peningkatan sekresi CRH (Willy, 2009).

BANGKRUT Page 45
b. Faktor Genetik
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka
resiko di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang
menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali
dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar 11%
pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot (Sadock,
2010).

c. Faktor Psikososial
Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab
depresi adalah kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Faktor
psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi peristiwa kehidupan
dan stresor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang
berulang, teori kognitif, dan dukungan sosial. Peristiwa kehidupan
yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama
gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai
bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi
(Sadock, 2010).
Klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya
memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stresor lingkungan
yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah
kehilangan pasangan. Stresor psikososial yang bersifat akut, seperti
kehilangan orang yang dicintai, atau stresor kronis misalnya
kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan
interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi. Dari
faktor kepribadian, beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat
pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik,
diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi, sedangkan
kepribadian antisosial dan paranoid mempunyai resiko yang rendah
(Sadock, 2010).

BANGKRUT Page 46
4. Penatalaksanaan.
Jawab:
a. Non farmakologi (KIE).
 Psikoterapi.

Psikoterapi adalah terapi pengembangan yang digunakan untuk


menghilangkan atau mengurangi keluhan – keluhan serta mencegah
kambuhnya gangguan pola perilaku maladatif. Teknik psikoterapi
tersusun seperti teori terapi tingkah laku, terapi interpersonal, dan
terapi untuk pemecahan sebuah masalah. Dalam fase akut terapi efektif
dan dapat menunda terjadinya kekambuhan selama menjalani terapi
lanjutan pada depresi ringan atau sedang. Pasien dengan menderita
depresi mayor parah dan atau dengan psikotik tidak direkomendasikan
untuk menggunakan psikoterapi. Psikoterapi merupakan terapi pilihan
utama utuk pasien dengan menderita depresi ringan atau sedang
(Sadock, 2010).

 Electro Convulsive Therapy (ECT).

Electro Convulsive Therapy adalah terapi dengan mengalirkan


arus listrik ke otak. Terapi menggunakan ECT biasa digunakan untuk
kasus depresi berat yang mempunyai resiko untuk bunuh diri. ECT
juga diindikasikan untuk pasien depresi yang tidak merespon terhadap
obat antidepresan. Terapi ECT terdiri dari 6 – 12 treatment dan
tergantung dengan tingkat keparahan pasien. Terapi ini dilakukan 2
atau 3 kali seminggu, dan sebaiknya terapi ECT dilakukan oleh
psikiater yang berpengalaman. Electro Convulsive Therapy akan
kontraindikasi pada pasien yang menderita epilepsi, TBC miller,
gangguan infark jantung, dan tekanan tinggi intra karsial (Maslim,
2013).

BANGKRUT Page 47
b. Farmakologi.
 Antidepresan adalah obat yang dapat digunakan untuk memperbaiki
perasaan (mood) yaitu dengan meringankan atau menghilangkan gejala
keadaan murung yang disebabkan oleh keadaan sosial – ekonomi,
penyakit atau obat – obatan ( Tjay & Rahardja, 2007 ). Antidepresan
adalah obat yang digunakan untuk mengobati kondisi serius yang
dikarenakan depresi berat. Kadar NT (nontransmiter) terutama NE
(norepinefrin) dan serotonin dalam otak sangat berpengaruh terhadap
depresi dan gangguan SSP. Rendahnya kadar NE dan serotonin di
dalam otak inilah yang menyebabkan gangguan depresi, dan apabila
kadarnya terlalu tinggi menyebabkan mania. Oleh karena itu
antideresan adalah obat yang mampu meningkatkan kadar NE dan
serotonin di dalam otak (Maslim, 2013).
 Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) merupakan obat terbaru
dengan batas keamanan yang lebar dan memiliki spektrum efek
samping obat yang berbeda – beda. SSRI diduga dapat meningkatkan
serotonin ekstraseluler yang semula mengaktifkan autoreseptor,
aktivitas penghambat pelepasan serotonin dan menurunkan serotonin
ekstraseluler ke kadar sebelumnya. Untuk saat ini SSRI secara umum
dapat diterima sebagai obat lini pertama (Maslim, 2013).
o Selektive seretonin reuptake inhibitor (SSRI).
o Antidepresan Trisiklik (TCA).
o Serotonin/norepinephrin reuptake Inhibitor (SNRI).
o Antidepresan Aminoketon.
o Antidepresan Triazolopiridin.
o Antidepresan tetrasiklik.

BANGKRUT Page 48
o Mono amun oxidase inhibitor (MAOI) (Maslim, 2013

5. Komplikasi dan Prognosis.


Jawab:
A. Komplikasi.

BANGKRUT Page 49
 Gangguan Depresif Menetap.
 Bunuh Diri (Maslim, 2013).

B. Prognosis.

Prognosis episode depresi berbeda – beda tetapi pada umumnya


semakin lam follow-up semakin baik. Risiko kekambuhan berkurang jika
obat antidepresan diteruskan selama 6 bulan setelah akhir episode depresif.
Secara keseluruhan, terdapat angkat bunuh diri sebanyak 9% (Maslim,
2013).

BAB III

PENUTUP

BANGKRUT Page 50
3.1. Kesimpulan.

Kesimpulan dari LBM 1 yang berjudul “Bangkrut” dari gejala yang


dikeluhkan pasien cemas, gelisah, jantung berdebar kencang, dan nyeri ulu hati,
sangat mudah marah, ejakulasi dini, mengalami kebangkrutan,

Dua minggu terakhir keluhannya dirasa semakin memberat, sulit tidur,


merasa tidak ada minat dan kegembiraan, sosialisasi dengan tetangga dan keluarga
besarnya membuatnya merasa tertekan, dan diketahui bahwa ia juga malas
merawat dirinya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis maupun berat
sebelumnya. Status psikiatri didapatkan pasien tampak murung, mood depresif,
afek dalam rentan sempit, isi pikiran preokupasi. Pasien merasa tidak berguna dan
hanya menjadi beban keluarganya, lain-lain dalam batas normal.

Dari hal yang sudah dikeluhkan pasien dan dilakukan diagnosis banding
dari beberapa kondisi penyakit gangguan afektif khususnya yang terkena adalah
F32 (Gangguan Episode Depresif pada tahap sedang).

BANGKRUT Page 51

Anda mungkin juga menyukai