Anda di halaman 1dari 16

LATARBELAKANG

Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa berusaha
untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ini menunjukkan bahwa
masih seringditemukan kesalahan berbahasa dalam
proses kehidupan bermasyarakat yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Kes
alahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orangawam yang belum mengecap ilmu
pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapisering pula dilakukan oleh
kaum intelektual dan mereka yang telah memegang jabatan penting dalam bidang
pemerintahan. Sangat ironis tampaknya bila kesalahan berbahasa tersebut, acapkalidilakukan
oleh mereka yang berpendidikan tinggi, tetapi demikianlah fenomena yang
terlihatdalam kehidupan sehari-hari (adudu, !"#$% &'.Sesuai dengan perubahan waktu
dan kemajuan peradaban manusia, ilmu bahasa
jugas e n a n t i a s a   t u r u t   m e n g a l a m i   p e r u b a h a n   s e s u a i   d e n g a n   p e r k e m b a n g a n   s i t
uasi dan kondisimasyarakat. Karena itu, dituntut untuk senantiasa, membe
r i   p e r h a t i a n   y a n g   s e r i u s   t e r h a d a p  pemakaian bahasa Indonesia. )empelajari, mengkaji, 
membina, dan mengembangkan bahasaa d a l a h   w u j u d   p e r h a t i a n   t e r h a d a p   b a h a s a .   * e a
l i s a s i   p e r h a t i a n   t e r s e b u t ,   d i s a l u r k a n   m e l a l u i  pengajaran bahasa, mengkaji unsur-
unsur bahasa, penertiban buku-buku bahasa, dan pembinaanmelalui pendidikan formal dan
media komunikasi massa.+dapun pendidikan keterampilan berbahasa meliputi keterampilan
berbicara, mendengar,membaca, dan menulis. Keempat keterampilan bahasa tersebut telah
diajarkan secara intensif disekolah-sekolah, namun tujuan pendidikan bahasa belum tercapai
sebagaimana yang diharapkan,sebab masih ditemukan adanya kesalahan berbahasa
yang dilakukan oleh anak didik khususnyadan masyarakat berpendidikan pada umumnya
(+lwi, !""% .Kegiatan menulis tidak lepas dari penyusunan kalimat. /leh
karena itu, dalam makalahini
penulis membahas tentang kalimat majemuk. Kalimat majemuk tersebut
dibagi menjadi beberapa macam. Penulis akan membahas hal tersebut agar pembaca dapat me
mbandingkanmacam kalimat majemuk.

 
Kalimat Majemuk Bertingkat (Subordinatif)
Menurut Ramlan (1987) kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang
hubungan antara unsur-unsurnya tidak sederajat. 
Salah satu unsurnya ada yang menduduki induk kalimat sedangkan unsur lainnya sebagai
anak kalimat. Bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat yang tidak mengalami
pergantian/ perubahan dinamai induk kalimat sedangkan bagian kalimat yang majemuk yang
berasal dari kalimat tunggal yang sudah mengalami pergantian/perubahan dinamai anak kalimat.
Kalimat majemuk bertingkat antara lain meliputi jenis-jenis sebagai berikut:
a.       Kalimat majemuk bertingkat hubungan pengandaian yang ditandai oleh kata penghubung  jika,
seandainya, dan  andaikata.
h:
1. Jika  tidak hujan, ia akan datang ke pesta itu.
2.   Seandainya engkau tidak hadir malam itu, kami tidak mendapat uang sedemikian
banyak.
b.      Kalimat majemuk bertingkat hubungan perbandingan ditandai oleh kata sambung ibarat,
seperti, bagaikan, daripada, dan  laksana.
Contoh:
1.      Pak Bahrun menyayangi semua keponakannya seperti dia menyayangi anak kandungnya.
2.      Lebih baik cepat lima menit di sini, daripada terlambat sama sekali.
c.       Kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebaban ditandai oleh kata
sambung sebab, karena, dan oleh karena.
h:
1. Borobudur tentu bukan nama resminya,  sebab biasanya suatu bangunan  
mempunyai nama resmi yang diberikan maknanya dalam keagamaan.
2. Dia tidak pergi ke sekolah karena sakit.
3. Teori transformasi lahir oleh karena ketidak puasan para linguis muda terhadap
teori struktural.
d.      Kalimat majemuk bertingkat hubungan akibat, ditandai oleh kata sambung sehingga, sampai-
sampai, dan maka.
h:
1.       Ia bekerja terlalu keras sehingga jatuh sakit.
2.       Berjam-jam ia berjalan sampai-sampai kakinya bengkak.
3.       Mengenai eksposisinya, dibandingkan dengan museum-museum   Angkatan Perang yang telah
saya lihat di Eropa Barat, maka  apa yang saya lihat di Beograd itu adalah yang paling modern.
e.       Kalimat majemuk bertingkat hubungan cara ditandai oleh kata sambung  dengan.
Contoh: Kesebelasan Persib Bandung berhasil mempertahankan kemenangannya dengan cara
memperkokoh pertahanan mereka.
f.       Kalimat majemuk bertingkat hubungan penjelasan ditandai kata
sambung bahwa, dan yaitu. Contoh:
1.      Aku baru mengerti hari ini bahwa Dina benar-benar menaruh perhatian kepadaku.
2.      Kebun itu telah disiangi ayah yaitu dengan memangkas dan membuang pohon-pohon yang
tumbuh disekitarnya.
g.      Kalimat majemuk bertingkat hubungan waktu, ditandai kata sambung ketika,
sewaktu dan semasa.: Pekerjaan itu sudah selesai ketika ayah datang dari kantor.
(http://dunia-blajar.blogspot.co.id)

Kalimat majemuk bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang
kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak
kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.

Contoh:
 Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)
 Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
 Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)
 Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)

http://www.dosenpendidikan.com

B.    KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT


Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan antara  unsur-unsurnya
(klausa-klausanya) tidak sederajat atau bertingkat.

     1)   kalimat majemuk bertingkat hubungan waktu, tandai oleh konjungsi (kata


hubung) sejak, sewaktu, ketika, manakala, saat, selangi, telah sesudah, sampai dan
sebagainya.

Contoh :
·         Sejak ayah berangkat, dia belum datang lagi ke sini.

     2)  Klaimat majemuk bertingkat hubungan syarat, ditadai oleh konjungsi jika,


kalau, apabila, asalkan.

Contoh :
·         Kamu akan lulus kalau semua tugasmu terpenuhi.

     3)  Kalimat majemuk bertingkat hubungan pengadian ditandai oleh kata


seandainya, andaikan, andaikata.

Contoh :
·         Andaikta kamu berhasil, aku akan membelikanmu sepeda baru.

              4)  Kalimat majemuk bertingakat tujuan, ditandai oleh konjungsi agar,


supaya, untuk.

Contoh :

     ·         Saya sengaja meninggalkan adik di rumah, agar adik kami bisa mandiri.

     ·         Nenekku menceritakan keinginannya supaya aku memiliki klebihyan


dibidang agama dari cucu-cucunya yang lain.

     ·         Saya bekerja sampai malam, agar anak saya bisa melanjutkan sekolahnya.
     ·         Orang itu bekerja keras membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.

     5)  Kalimat majemuk bertingkat hubungan konsesif atau penguatan ditandai oleh


konjungsi walaupun, meskipun, sekalipun, biarpun, kendatipun, sungguhpun.

 Contoh :
·         Walaupun hatinya sangat sedih, tetapi dia tidak pernah menangis di
hadapanku.
·         Berjuangan berjalan terus, kendatipun musuh telah menduduki semua kata
besar.
·         Ibunya terus menjahit sampai malam, sungguhpun dia telah merasakan
adanya kelainan dalam dadanya.
·         Ibu melepaskan Anto pergi betapapun besar cintanya.

     6)  Klaimat majemuk bertngkat hubungan perbandingan atau pemiripan, ditandai


oleh    kata penghubun daripada, ibarat, seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana,
alih-alih.

Contoh :
·         Daripada menganggur, lebih baik kamu mengelolah kabun orang tuamu saja.
·         Pak Bahrum menyayangi semua keponakannya, seperti dia menyayangi
anak kandungnya.
·         Penjahit itu dengan cepat menyambar perhisan korbannya laksana seekor
kucing manangkap mangsanya.
·         Saya akan menolongmu sebagaimana ayahmu juga menolong keluargamu.
·         Alih-alih kereta api, ia lebih memilih naik pesawat terbang.
http://dhaimatuszahro7b.blogspot.co.id

Kalimat majemuk bertingkat[sunting | sunting sumber]


Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang
kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan
anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubung (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh macam,
yakni:
1. Syarat : jika, kalau, manakala, andai kata, asal(kan)
2. Tujuan : agar, supaya, biar
3. Perlawanan (konsesif) : walaupun, kendati(pun), biarpun
4. Penyebaban : sebab, karena oleh karena,
5. Pengakibatan : maka, sehingga
6. Cara : dengan, tanpa
7. Alat : dengan, tanpa
8. Perbandingan : seperti, bagaikan, alih-alih
9. Penjelasan : bahwa
10. Kenyataan : padahal

Jenis Konjungsi

Syarat jika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan)

Tujuan agar, supaya, biar

perlawanan
walaupun, kendati(pun), biarpun
(konsesif)

Penyebaban sebab, karena, oleh karena

Pengakibatan maka, sehingga

Cara dengan, tanpa

Alat dengan, tanpa

Perbandingan seperti, bagaikan, alih-alih

Penjelasan Bahwa

Kenyataan Padahal
Contoh:

1. Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)


2. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)

 Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara
1)
 Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara
2)

https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat

2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat


Menurut Chaer (1994: 244), kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk
yang hubungan antarklausanya tidak setara atau sederajat. Klausa yang satu merupakan klausa
atasan dan klausa yang lain merupakan klausa bawahan.
Kalimat majemuk bertingkat menurut Keraf (1984: 169) adalah kalimat yang
hubungan pola-polanya tidak sederajat. Salah satu pola (atau lebih) menduduki fungsi tertentu
dari pola lain. Bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian
yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat.
Sedangkan Jamiludin (1994:63) berpendapat bahwa kalimat majemuk bertingkat
adalah kalimat tunggal yang diperluas dan perluasan itu membentuk klausa baru. Hubungan
antarklausa disambung dengan subordinator. Itu sebabnya kalimat majemuk bertingkat disebut
juga kalimat subordinasi.
Konjungtor yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
a. Konjungtor waktu: setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala,
sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai
b. Konjungtor syarat: jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, manakala
c. Konjungtor pengandaian: andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya
d. Konjungtor tujuan: agar, supaya, biar
e. Konjungtor konsesif: biarpun, meskipun, sungguhpun, sekalipun, walaupun, kendatipun
f. Konjungtor pembandingan atau kemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana,
seperti, sebagai, bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, ibarat
g. Konjungtor sebab atau alasan: sebab, karena, oleh karena
h. Konjungtor hasil atau akibat: sehingga, sampai(-sampai)
i. Konjungtor cara: dengan, tanpa
j. Konjungtor alat: dengan, tanpa
Perhatikan contoh berikut.
a. Partisipasi masyarakat terhadap program keluarga berencana meningkat sesudah mereka
menyadari manfaat keluarga kecil.
b. Jika  masyarakat menyadari pentingnya program keluarga berencana, mereka pasti mau
berpartisipasi dalam menyukseskan program tersebut.
c. Andaikan  saya memperoleh kesempatan, saya akan mengerjakan pekerjaan itu sebaik-
baiknya.
d. Anda harus berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dengan baik.
e. Meskipun usianya sudah lanjut, semangat belajarnya tidak pernah padam.
f. Saya memahami keadaanya dirinya sebagaimana ia memahami keadaan diriku.
g. Proyek perbaikan kampung itu berhasil karena mendapat dukungan dari masyarakat.
h. Ledakan bom mobil itu demikian hebatnya sehingga meruntuhkan atap gedung-gedung
di sekitar kejadian.
i. Petani berusaha meningkatkan hasil panennya dengan menggunakan bibit unggul,
pemupukan, irigasi, pemberantasan hama, dan penerapan teknologi pascapanen yang tepat.
Menurut Alwi dkk (1998: 391) kalimat majemuk bertingkat dapat disusun dengan
memperluas salah satu fungsi sintaksisnya (fungsi S, P, O, dan Ket) dengan klausa. Perluasan itu
dilakukan dengan menggunakan yang. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
(1) Paman saya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin.
(2) Paman saya guru, yang mengajar di beberapa sekolah.
Konsep perluasan unsur kalimat ini dibicarakan secara luas oleh Alisjahbana (1983). Beliau
menyatakan semua unsur kalimat dapat diperluas untuk dijadikan anak kalimat, sehingga
muncullah istilah anak kalimat pengganti subjek, anak kalimat pengganti predikat, dan
sebagainya (Chaer, 1994: 245). Jamiludin (1994: 64) membagi kalimat majemuk bertingkat
menjadi 12 macam menurut klausa sematannya atau anak kalimatnya sebagai berikut.
a. Anak kalimat pengganti keterangan waktu, contohnya: Sejak aku diserahkan orang tua
kepada nenek, aku tidur di atas dipan di kamar nenek.
b. Anak kalimat pengganti keterangan syarat, contohnya: Jika anda mau mendengarkannya,
saya tentu akan senang sekali.
c. Anak kalimat pengganti keterangan konsesif, contohnya: Walaupun hatinya sedih, dia
tidak pernah menangis di hadapanku.
d. Anak kalimat pengganti keterangan tujuan, misalnya; Nenekku bercerita tentang para
ksatria agar aku mempunyai keberanian seperti ksatria itu.
e. Anak kalimat pengganti keterangan perbandingan, contohnya: Daripada menganggur,
cobalah engkau bekerja di kebun saya.
f. Anak kalimat pengganti keterangan sebab, contohnya: Keadaan menjadi genting sebab
musuh akan melancarkan aksinya.
g. Anak kalimat pengganti keterangan akibat, contohnya: Biaya pengobatan sangat mahal
sehingga semua perhiasan istrinya habis terjual.
h. Anak kalimat pengganti keterangan cara, misalnya: Ia mencoba bertahan dengan kedua
tangannya menutup wajahnya.
i. Anak kalimat pengganti keterangan sangkaan, contohnya: Dia diam seakan-akan dia
tidak mengetahui masalah itu.
j. Anak kalimat pengganti keterangan objek, contohnya: Dia berkata bahwa isi buku ini
belum sempurna.
k. Anak kalimat pengganti keterangan predikat, contohnya: Orang itu kelakuannya tercela.
l. Anak kalimat pengganti keterangan subjek, contohnya: Barang siapa menggali lubang,
pasti terperosok ke dalamnya.
Selain itu, kalimat majemuk bertingkat dapat pula disusun dengan menggabungkan
dua buah klausa atau lebih dimana klausa yang satu dianggap sebagai klausa atasan atau klausa
utama (dalam peristilahan tradisional disebut induk kalimat), sedangkan yang lain disebut klausa
bawahan (dalam peristilahan tradisional disebut anak kalimat) (Chaer, 1994: 243),
contohnya: Nenek membaca komik ketika kakek tidak ada di rumah berasal dari klausa nenek
membaca komik dankakek tidak ada di rumah. Lalu, kedua klausa itu digabungkan dengan
klausa nenek membaca komiksebagai klausa utama dan kakek tidak ada di rumah sebagai klausa
bawahan; dan keduanya mempunyai hubungan kewaktuan, yakni waktu yang sama. Hal ini
berbeda dengan yang dikemukakan oleh Alwi dkk (1998: 392) mengenai proses terbentuknya
kalimat majemuk bertingkat. Menurut mereka kalimat majemuk bertingkat terbentuk bila dua
proposisi diperbandingkan, satu dinyatakan pada klausa utama dan satunya lagi pada klausa
subordinatif. Klausa subordinatif ini disebut klausa perbandingan. Klausa perbandingan biasanya
dibentuk dengan menggunakan bentuklebih atau kurang bersama-sama dengan
konjungtor dari(pada), dan sama… dengan. Perhatikan contoh berikut.
(1) Dia bekerja lebih lama daripada istrinya (bekerja).
(2) Kapitalisme sama berbahayanya dengan komunisme.
Pola-pola struktur kalimat majemuk bertingkat menurut Suparno (1991: 60) adalah sebagai
berikut.
a. Kalimat majemuk bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan yang berstatus
sebagai atribut subjek, contoh: Persoalan bahwa produksi harus dibatasi telah membuat para
pengusaha kehilangan gairah.
b. Kalimat majemuk bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan yang berstatus
sebagai atribut predikat, contohnya: Dia itu seorang pengusaha yang memiliki sejumlah
perusahaan besar.
c. Kalimat majemuk bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan yang berstatus
sebagai atribut dalam fungsi objek, contoh: Kami mendapatkan informasi bahwa SPP akan
dinaikkan.
d. Kalimat majemuk bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan yang berstatus
sebagai atribut dalam funsi pelengkap, misalnya: Ika membuatkan adiknya pertanyaan yang
sukar dijawab.
e. Kalimat majemuk bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan yang berstatus
sebagai atribut dalm fungsi keterangan, contoh: Penonton sudah datang di lapangan tempat
pertandingan itu berlangsung.
f. Kalimat majemuk bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan yang berstatus
sebagai sumbu dalam fungsi keterangan, contoh: Keluarga berencana akan selalu dilaksanakan
selama pertumbuhan penduduk harus ditekan.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau
beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat itu. Konjungsi yang
digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat adalah ketika, karena, supaya, meskipun,
jika,  dan sehingga.

a. Induk Kalimat dan Anak Kalimat

Perbedaan induk kalimat dan anak kalimat dapat dilihat berdasarkan tiga kategori.

1) Kemandirian sebagai Kalimat Tunggal


Induk kalimat mempunyai ciri dapat berdiri sendiri sebagai kalimat mandiri, sedangkan anak kalimat
tidak dapat berdiri sebagai kalimat tanpa induk kalimat. Hal ini tampak pada contoh berikut.

a) Hujan turun selama tiga hari tiada henti-hentinya.

b) *Sehingga banjir melanda sawah dan ladang petani desa itu.

Kalimat a) dapat berdiri sendiri, sedangkan kalimat b) tidak.

2) Konjungsi

Konjungsi digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Dengan kata lain, anak
kalimat ditandai oleh adanya konjungsi, sedangkan induk kalimat tidak didahului konjungsi.

Saya membaca buku ketika dia datang.

Jika konjungsi dipindahkan di awal kalimat itu, akan terjadi perubahan baik struktur maupun informasi.

Ketika saya membaca buku, dia datang.

Setelah dipindahkan ke bagian awal, unsur pertama kalimat tersebut merupakan anak kalimat dan unsur
kedua merupakan induk kalimat.

3) Urutan

Anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan mempunyai kebebasan tempat, kecuali anak kalimat
akibat, didahului kata sehingga.  Jika anak kalimat di depan induk kalimat, anak kalimat itu harus
dipisahkan dengan tanda koma dari induk kalimatnya. Anak kalimat yang menempati posisi di belakang
induk kalimat dapat ditempatkan di depan kalimat tanpa perubahan informasi yang pokok.

Dia mengajukan permintaan kredit investasi kecil karena ingin meningkatkan perusahaan.

Kalimat tersebut dapat diubah menjadi berikut.

Karena ingin meningkatkan perusahaannya, dia mengajukan permintaan kredit investasi kecil.

b. Jenis Anak Kalimat

Berdasarkan perannya, anak kalimat dapat dibedakan atas beberapa jenis.

1) Anak Kalimat Keterangan Waktu

Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan waktu seperti ketika, waktu, kala, tatkala,
saat, sebelum, sesudah,  dan setelah.

Contoh:

Seorang pengunjung, ketika  melihat seorang anak kesakitan, sempat terisak.


2) Anak Kalimat Keterangan Sebab

Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan sebab, antara lain, sebab,
karena,  dan lantaran.  Konjungsi ini mengawali bagian anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat.

Contoh:

Karena  jatuh dari sepeda, Andi tidak masuk kuliah.

3) Anak Kalimat Keterangan Akibat

Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian akibat. Konjungsi yang digunakan
adalah hingga, sehingga, maka, akibatnya,  dan akhirnya.  Anak kalimat keterangan akibat hanya
menempati posisi akhir, terletak di belakang induk kalimat.

Contoh:

Hujan turun berhari-hari sehingga  banjir besar melanda kota itu.

4) Anak Kalimat Keterangan Syarat

Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan syarat. Konjungsi itu, antara
lain, jika, kalau, apabila, andaikata,  dan andaikan.

Contoh:

Jika  ingin berhasil dengan baik, Andi harus belajar dengan tekun.

5) Anak Kalimat Keterangan Tujuan

Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan tujuan. Konjungsi yang digunakan
adalah supaya, agar, untuk, guna,  dan demi.

Contoh:

Ana belajar dengan tekun agar lulus ujian akhir semester.

6) Anak Kalimat Keterangan Cara

Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan cara. Konjungsi tersebut
adalah dengan  dan dalam.

Contoh:

Pemerintah berupaya meningkatkan ekspor nonmigas dalam  mengatasi pemasaran minyak yang terus
menurun.

7) Anak Kalimat Keterangan Pewatas


Anak kalimat ini menyertai nomina, baik nomina itu berfungsi sebagai subjek, predikat, maupun objek.
Konjungsi yang digunakan adalah yang  atau kata penunjuk itu.  Anak kalimat ini berfungsi sebagai
pewatas nomina.

Contoh:

Anak yang  berbaju hijau mempunyai dua ekor kucing.

8) Anak Kalimat Pengganti Nomina

Anak kalimat ini ditandai oleh kata bahwa  dan anak kalimat ini dapat menjadi subjek atau objek dalam
kalimat transitif.

Contoh:

Ana mengatakan bahwa  jeruk itu asam.

PENUTUP

Kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat terdiri dari dua kalimat dasar atau lebih.
Kalimat dasar yang terdapat dalam kalimat majemuk setara dapat berdiri sendiri, sedangkan dalam
kalimat majemuk bertingkat tidak dapat berdiri sendiri. Konjungsi yang digunakan menjadi perbedaan
yang mendasar antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.

http://indahah.blogspot.co.id

Ada beberapa jenis kalimat majemuk bertingkat, anatara lain :

1. Kalimat majemuk hubungan waktu, 

Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi sejak, sewaktu, ketika, setelah, sampai,
manakala, dan sebagainya.

Contoh :

a. sejak saya masih sekolah SD, ibu saya sudah mengajar di sana.

b. Sewaktu kakek datang kerumah, ayah sedang pergi ke kantor.

c. Manakala ibu datang, saya sedang sibuk dengan hewan piaraan saya.

2. Kalimat majemuk hubungan syarat

Kalimat maemuk ini ditandai oleh konjungsi jika, seandainya, andaikan, asalkan,
apabila.
Contoh :

a. Jika saya lulus nanti, ayahku akan memberikan saya hadiah.

b. Kami akan segera berangkat, seandainya hujan tidak turun begitu derasnya.

c. Hatiku bertambah ciut apabila aku teringat bahwa aku yang tertua.

3. Kalimat majemuk hubungan tujuan

Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi agar, supaya, biar.

Contoh :

a. Saya harus belajar sungguh-sungguh agar saya bisa naik kelas.

b. Kakak bercerita tentang harapannya supaya aku memiliki pekerjaan yang lebih layak.

c. Saya bekerja sampai malam biar anak saya dapat melanjutkan sekolahnya.

4. Kalimat majemuk hubungan konsesip, 

Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi walaupun, meskipun, biarpun,


kendatipun, sungguhpun.

Contoh :

a. Walaupun hatinya sangat sedih, ia tak pernah menampakannya di hadapan ayahnya.

b. Hidup harus terus berjalan, meskipun banyak cobaan yang menghadang.

c. Perjuangan berjalan terus, kendatipun musuh terus bergerak menyerang.

5. Kalimat majemuk hubungan perbandingan, 

Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi daripada, ibarat, seperti, bagaikan,
laksana, sebagaimana, alih-alih.

Contoh :

a. Daripada hanya berdiam diri dirumah, lebih baik membantu orang tua di
sawah.

b. Bu santi menyayang semua


anak asuhnya seperti beliau menyayang anaknya sendiri.

c. Perbedaan yani dan kakaknya bagaikan langit dan bumi.

6. Kalimat majemuk hubungan penyebaban,  

Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi sebab, karena, oleh karena.

Contoh :

a. saya mengundurkan diri dari perusahaan, sebab saya ingin melanjutkan kuliah saya.

b. Karena dua hari tidak masuk kantor, kakak mendapat surat teguran dari atasannya.

7. Kalimat majemuk hubungan akibat,  

Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjunggsi sehingga, sampai-sampai, maka.

Contoh :

a. Andi menarik tali itu terlalu keras sehingga talinya putus.

b. Kakak berjalan terburu-buru sampai-sampai tidak menghiraukan ada motor


didepannya.

8. Kalimat majemuk hubungan cara,  

Kalimat majemuk ini ditandai oleh kata penghubung dengan.

Contoh :

a. Dengan cara menggendongnya, ibu itu menenangkan anaknya yang menangis.

b. Dengan alat seadanya, ia berusaha membuka koper itu.

9. Kalimat majemuk hubungan sangkalan,  

Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi seolah-olah, seakan-akan.


Contoh :

a. Suasana didalam rumah sangat gaduh, seolah-olah ada seratus orang didalamnya.

b. Daritadi dia hanya diam saja, seolah-olah tidak tahu apa yang sedang terjadi.

10. Kalimat majemuk hubungan kenyataan,  

Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi padahal, sedangkan.

Contoh :

a. Para murid sudah datang daritadi, sedangkan belum satu gurupun yang datang.

b. Adik menangis sangat keras, padahal hanya digigit semut.

11. Kalimat majemuk hubungan hasil

Klimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi makanya.

Contoh :

a. Hujannya sangat deras, makanya sungai diseberang rumah meluap.

b. Lantainya sangat licin, makanya kakak terpeleset.

12. Kaimat majemuk hubungan penjelasan

Kalimat majemuk ini ditandai dengan kata penghubung bahwa, yaitu.

Contoh:

a. Ayah menjelaskan kepada ibu, bahwa hari ini ayah akan pulang terlambat.

b. Ayah telah memanen pohon pisang, yaitu dengan parang yang tajam.

13. Kalimat majemuk hubungan atributif

Kalimat majemuk in ditandai dengan konjungsi yang.

Contoh :
a. Orang yang duduk disebelah ibu itu adalah kaka dari ayah.

b. Bibi yang bekerja di jakarta itu, sedang menderita sakit kanker.

Semoga  informasi kalimat majemuk  bertingkat dan contohnya ini dapat menambah
pemahaman kalian. Terima Kasih atas kunjungannya.

http://www.informasi-pendidikan.com

Salah satu unsurnya ada yang menduduki induk kalimat sedangkan unsur lainnya sebagai
anak kalimat. Bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat yang tidak mengalami
pergantian/ perubahan dinamai induk kalimat sedangkan bagian kalimat yang majemuk yang
berasal dari kalimat tunggal yang sudah mengalami pergantian/perubahan dinamai anak kalimat.
Kalimat majemuk bertingkat antara lain meliputi jenis-jenis sebagai berikut:
a. Kalimat majemuk bertingkat hubungan pengandaian yang ditandai oleh kata penghubung 
jika, seandainya, dan  andaikata.
Contoh :
 Jika  tidak hujan, ia akan datang ke pesta itu.
 Seandainya engkau tidak hadir malam itu, kami tidak mendapat uang sedemikian
banyak.
b. Kalimat majemuk bertingkat hubungan perbandingan ditandai oleh kata sambung ibarat,
seperti, bagaikan, daripada, dan  laksana.
Contoh:
 Pak Bahrun menyayangi semua keponakannya seperti dia menyayangi
anak kandungnya.
 Lebih baik cepat lima menit di sini, daripada terlambat sama sekali.
c. Kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebaban ditandai oleh kata
sambung sebab, karena, dan oleh karena.
Contoh :
 Borobudur tentu bukan nama resminya,  sebab biasanya suatu bangunan  
mempunyai nama resmi yang diberikan maknanya dalam keagamaan.
 Dia tidak pergi ke sekolah karena sakit.
 Teori transformasi lahir oleh karena ketidak puasan para linguis muda terhadap
teori struktural.
d. Kalimat majemuk bertingkat hubungan akibat, ditandai oleh kata sambung sehingga,
sampai-sampai, dan maka.
Contoh :
 Ia bekerja terlalu keras sehingga jatuh sakit.
 Berjam-jam ia berjalan sampai-sampai kakinya bengkak.
 Mengenai eksposisinya, dibandingkan dengan museum-museum   Angkatan
Perang yang telah saya lihat di Eropa Barat, maka apa yang saya lihat
di Beograd itu adalah yang paling modern.
e. Kalimat majemuk bertingkat hubungan cara ditandai oleh kata sambung  dengan.
Contoh:
 Kesebelasan Persib Bandung berhasil mempertahankan
kemenangannya dengan cara memperkokoh pertahanan mereka.
f. Kalimat majemuk bertingkat hubungan penjelasan ditandai kata
sambung bahwa, dan yaitu. 
Contoh:
 Aku baru mengerti hari ini bahwa Dina benar-benar menaruh perhatian kepadaku.
 Kebun itu telah disiangi ayah yaitu dengan memangkas dan membuang pohon-
pohon yang tumbuh disekitarnya.
g. Kalimat majemuk bertingkat hubungan waktu, ditandai kata sambung ketika,
sewaktu dan semasa.
Contoh:
 Pekerjaan itu sudah selesai ketika ayah datang dari kantor.

Anda mungkin juga menyukai