Anda di halaman 1dari 2

JIHAD DIWAJIBKAN ATAS SEGENAP KAUM MUSLIMIN

Jihad adalah upaya mengerahkan segenap kemampuan untuk melakukan peperangan di jalan Allah, baik secara
langsung atau dengan cara membantu dalam sektor keuangan, menyampaikan pendapat (tentang jihad), atau menggugah
semangat. Perang untuk menegakkan kalimatullah inilah yang disebut sebagai "jihad". Adapun jihad dengan menyampaikan
pendapat, dapat dijelaskan sebagai berikut: jika pendapat yang diberikan itu berkaitan langsung dengan salah satu
peperangan. Misalnya, menentukan strategi peperangan atau memberikan suatu pendapat yang berkaitan dengan strategi
tersebut, dan lain sebagainya, usaha-usaha tersebut dapt dimasukkan dalam istilah jihad. Akan halnya menyampaikan
pendapat tentang keadaan musuh, tidaklah termasuk jihad. Akan tetapi menyampaikan pidato di hadapan tentara untuk
memberi semangat, atau menulis artikel untuk mengarahkan perang, maka hal itu termasuk dalam kategori jihad. Jika
tujuannya selain dari usaha-usaha di atas maka tak dapat dikategorikan sebagai jihad.
Jadi, arti "jihad" adalah khusus untuk perang, atau yang berkaitan langsung dengan urusan peperangan. Para mujahid
adalah orang-orang yang terjun dalam peperangan secara langsung.
Hukum jihad adalah fardlu kifayah, berdasarkan mash-nash Al Qur'an dan Hadits. Sebagaimana firman Allah:

"(Dan) perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah (syirik) lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah semata" (QS
Al Baqarah 193)

"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah
diharamkan Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar, yaitu orang-orang yang diberi al Kitab
(Taurat dan Injil) kepada mereka sampai mereka memba-yar jizyah sedangkan mereka dalam keadaan tunduk (kepada
hukum-hukum Islam)" (QS At Taubah: 29)

"Hai orang-orang yang beriman perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu (negara-negara tetangga Daulah Islam) itu,
dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, serta ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertaqwa"
(QS At Taubah: 123)

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan (balasan) memberikan syurga
untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itulah menja-di) janji yang benar dari
Allah (yang tercantum) dalam Taurat, Injil, dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Allah? Maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar" (QS At Taubah 111)

Demikian pula Rasulullah saw bersabda:

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mengucapkan 'Laa ilaaha illallah' ".
"Jihad itu tetap berlangsung sampai hari kiamat"
"Aku diutus dengan mengangkat pedang nyaris mendekati hari kiamat"

Dalam hadits lain yang diriwayatkan al-Hasan ra Rasul saw bersabda:

"Perjalanan yang dilakukan pada pagi dan sore hari yang digunakan untuk berperang fisabillillah lebih baik dari dunia dan
seisinya"

Jihad yang dimulai oleh kaum muslimin hukumnya adalah fardlu kifayah. Tetapi dalam keadaan adanya serangan
musuh, maka ia menjadi fardlu 'ain. Yang dimaksud dengan fardlu kifayah dalam berjihad adalah memulai peperangan,
sekalipun musuh belum melakukan serangan. Jika tidak ada sorang pun disuatu masa yang memulai peperangan, maka
berdosalah seluruh kaum muslimin.
Sebagai contoh, jihad yang dilakukan oleh penduduk Mesir atau Iraq tidak akan gugur bagi penduduk India atau
Indonesia. Namun demikian, jihad itu diwajibkan pertama kali kepada penduduk yang terdekat dengan musuh, sampai
kekuatan untuk melakukan peperangan dianggap cukup untuk menghadapi musuh. Apabila kekuatan mereka belum
mencukupi kecuali dengan bangkitnya seluruh kaum muslimin, maka jihad menjadi fardlu 'ain atas setiap muslim. Usaha ini
sama dengan tindakan mendirikan Daulah Islamiyah yang menjadi kewajiban atas segenap kaum muslimin. Jika sebagian
kaum muslimin telah berhasil mendirikannya, maka gugurlah kewajiban tersebut. Akan tetapi, dosa karena melalaikan
kewajiban mendirikan daulah Islamiyah itu tidak akan gugur, sebelum daulah itu tegak. Jika kaum muslimin belum berhasil
mendirikannya, maka kewajiban itu tetap akan berlaku atas seluruh kaum muslimin sampai jumlah kaum muslimin yang
mengusahakannya dianggap cukup untuk menegakkannya, yakni dengan berhasilnya mendirikan daulah Islamiyah.
Demikianlah halnya dengan jihad. Selama musuh belum terusir, maka kewajiban itu tetap ada bagi seluruh kaum muslimin
sampai betul-betul berhasil mengusir musuh. Dari sini timbul kesalahan tentang definisi fardlu kifayah di kalangan para fuqaha'
yang mengatakan bahwa, jika sebagian kaum muslimin telah berusaha melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban itu bagi
yang lain. Dengan definisi ini berarti jika penduduk Aljazair telah berusaha memerangi Perancis, maka kaum muslimin yang lain
bebas dari kewajiban jihad, baik pasukan Perancis itu sudah diusir ataupun belum dari bumi Aljazair. Sebab hal ini sesuai
dengan definisi mereka tersebut di atas. Yakni jika sebagian telah berusaha mengerjakan kewajiban tersebut, yaitu jihad, maka
gugurlah kewajiban itu bagi yang lain. Ini adalah kesalahan yang tidak ada lagi perbedaan pendapat di kalangan kaum
muslimin (tentang wajibnya jihad), sejak masa Rasulullah saw sampai hari ini. Pendapat ini pun bertentangan dengan nash-
nash qath'iy dalam Al Qur'an yang menyebutkan adanya kewajiban jihad sampai musuh dapat ditundukkan/dikalahkan.
Nash-nash Al Qur'an mengenai hal ini bersifat qath'iy dalam menjadikan jihad melawan pasukan Perancis sebagai fardlu
kifayah atas segenap kaum muslimin, bukan hanya atas penduduk Aljazair saja. Jika penduduk Aljazair tengah berjihad, bukan
berarti kewajiban itu gugur atas penduduk Mesir, Iraq, dan lain-lain. Hal itu tetap menjadi kewajiban atas mereka dan mereka
tetap berdosa jika meninggalkan kewajiban itu, sampai pasukan Perancis betul-betul dapat diusir dari bumi Aljazair.
Oleh karena itu, definisi yang dikemukakan oleh para fuqaha tentang fardlu kifayah adalah keliru. Definisi yang benar
adalah bahwa fardlu kifayah itu tetap dianggap wajib yang tidak akan gugur, sampai terwujudnya apa yang dituntut oleh fardlu
tersebut. Apabila telah terwujud, maka gugurlah kewajiban itu. Apabila belum, maka kewajiban itu tidak gugur.
Mendirikan Daulah Islamiyah merupakan kewajiban atas segenap kaum muslimin. Jika suatu gerakan seperti misalnya
Hizbut Tahrir telah berusaha mewujudkannya, tidak berarti kewajiban itu menjadi gugur atas kaum muslimin lainnya. Tugas ini
tetap menjadi kewajiban atas setiap kaum muslimin, sampai Daulah itu benar-benar berdiri. Dosa karena melalikan tugas ini
juga tidak akan gugur, kecuali atas orang-orang yang terlibat langsung dalam usaha mewujudkannya. Sedangkan yang tidak
turut terlibat di dalamnya, tetap berdosa.
Demikian halnya dengan jihad melawan pasukan Perancis di Aljazair atau melawan pasukan Inggris di Oman. Semua itu
merupakan kewajiban atas segenap kaum muslimin. Apabila penduduk Aljazair berjihad melawan pasukan Perancis atau
penduduk Oman berjihad melawan pasukan Inggris, kewajiban itu tidak gugur atas kaum muslimin yang lainnya. Ia tetap
menjadi kewajiban atas setiap kaum muslimin, sampai pasukan Perancis dan Inggris berhasil diusir. Dosa karena melalaikan
kewajiban itupun hanya gugur atas penduduk Aljazair atau Oman yang melakukan jihad. Sementara kaum muslimin yang lain
tetap berdosa.
Dewasa ini, kaum kafir penjajah masih menguasai sebagian negeri-negeri Islam. Dengan demikian, jihad merupakan
kewajiban atas segenap kaum muslimin. Mereka tetap akan berdosa, karena melalaikan kewajiban itu, sampai seluruh negeri-
negeri Islam bersih dari penguasa-penguasa kafir (negara-negara Barat). Kemudian, kaum muslimin memulai langkah
memerangi musuh-musuh mereka. Jika usaha ini berhasil, maka gugurlah kewajiban itu dari kaum muslimin lainnya. Apabila
belum berhasil, maka kewajiban itu tetap ada atas segenap kaum muslimin. Mereka berdosa jika meninggalkannya, walaupun
sebagian kaum muslimin lainnya tengah melakukan jihad, sementara sasaran jihad itu sendiri belum menjadi

Anda mungkin juga menyukai