Count. RDMP JO
JOB
SAFETY
ANALYSIS
LOKASI PEKERJAAN BAGIAN : DIPERIKSA OLEH:
DILAKSANAKAN :
GSI
OM SELATAN COUNSTRUCTION
PENILAIAN RESIKO (lingkari yang sesuai) :
Keparahan/Severity : 1 / 2 / 4 / 8 / 16
Kemungkinan/Probability : 1 / 2 / 4 / 8 / 16
NILAI RISIKO : 1 / 2 / 4 / 8 / 16 / 32 / 64 / 128 / 256
RISIKO : Rendah / Menengah / Tinggi
PERALATAN & BAHAN YANG DIPAKAI :
- fell / slipped
-
3. Tentukan kemungkinan posisi - Probe Rebar - Operator bekerja sesuai instruksi kerja
tulangan pada permukaan scanner yang - Gunakan tangga bila bekerja di tempat
komponen struktur dengan terjatuh yang tidak terjangkau
menggunakan alat Prometer 5+./ - Operator alat - Gunakan APD yang lengkap
Locate the possibility of the Re- terjatuh
bar position on the structure - Operators work according to work
components by using Rebar instructions
locater (Profometer 5+ testing - Use stairs when working in an unreachable
- Rebar scanner probe
Apparatus). place
that fell
- - Use complete PPE
- The operator has fallen
4. Buat lubang pada lokasi yang - Tangan yang - Amankan sumber daya listrik dari
akan diuji dengan menggunakan terluka potensi korsleting
pahat, gergaji beton atau bor / - Debu yang terhisap - Gunakan bor tangan portable
Make hole on the predicted sistem pernafasan - Gunakan masker dan APD yang
location of reinforcing bar by using - Korsleting listrik lengkap
concrete chisel, concrete cutter or dari sumber daya - Bekerja sesuai SOP
concrete core machine. - Jaga jarak aman saat bekerja
bor tangan
- Terluka akibat
serpihan beton - Secure the power supply from a potential
short circuit
- Use a portable hand drill
- The hand is injured - Use a complete mask and PPE
- Dust that is inhaled by - Work according to the SOP
the respiratory system - - Maintain a safe distance while
working
- Electric short circuit
from the hand drill power
source
- Wounded by pieces of
concrete
5. Bersihkan semua permukaan - Tangan yang - Hindari meniup debu sisa amplas
tulangan yang akan diuji dari terluka - Menggunakan kacamata pelindung
abu, sisa bongkaran, oil dan - Iritasi mata akibat - Bekerja sesuai dengan SOP
bahan lain yang merugikan. Lalu debu
ratakan permukaan tulangan - Avoid blowing sandpaper residue dust
dengan menggunakan alat - The hand is injured - Wear protective glasses
gerinda/ Clean up that all of the - Eye irritation due to - Work according to the SOP
reinforcing bar surface to be dust
tested from dust, debris, oil and
all impurities. And then, flatten
the reinforcing bar to be tested
by sing grind machine
6. Pengujian Half Cell Potential/ - Alat Half cell - Pastikan operator menggenggam alat
Half Cell Potential Test potential terjatuh dengan baik dan benar
- Jari tangan yang - Operator bekerja dengan konsentrasi
terluka akibat - Hindari meniup debu sisa amplas di
proses pengujian tulangan
- Gunakan sarung tangan yang mana
- Half cell potential tool
dropped - Make sure the operator grips the tool
- Fingers injured as a properly
result of the testing - Operators work with concentration
process - Avoid blowing sandpaper remaining dust
on the reinforcement
- Which gloves do you use
7. Perbaikan area kerja dengan - Area perbaikan - Gunakan penanda/rambu yang
material non shrinkage/ Repair rusak karena menunjukan area perbaikan belum
by closing the hole with non with terinjak sebelum selesai
Non Shringkage Grouting material kering
Material - Use markers / signs that indicate the repair
- Repair area damaged area has not been completed
by being stepped on
before material dries
8. Pembersihan area kerja/ - Terpeleset - Hindari area kerja yang licin
cleaning of the work area - Pastikan area kerja rapih dan bersih
- Slipped
- Avoid slippery work areas
- Make sure the work area is neat and clean
FORMULIR JSA
Cara Pengisian :
1. Judul Pekerjaan, diisi dengan pekerjaan yang akan dianalisa, lihat judul di Ijin Kerja.
2. No. JSA, diisi dengan nomor Ijin Kerja.
3. Tanggal, diisi dengan tanggal saat dilaksanakan JSA.
4. Baru, revisi diberi tanda V pada baru jika JSA tersebut baru, dan diberi tanda V pada revisi jika JSA tersebut merupakan revisi dari JSA yang
sudah ada.
5. Pelaksana Pekerjaan/yang akan melakukan pekerjaan, diisi dengan bagian yang menjadi direksi pekerjaan atau kontraktor.
6. Pengawas Pekerjaan, diisi dengan pengawas dari direksi pekerjaan.
7. JSA dilakukan oleh/peserta JSA, diisi dengan nama petugas yang melakukan JSA.
8. Level penandatangan di pemeriksaan JSA :
- Level risiko rendah dan menengah : minimal oleh Pengawas Utama yang menjadi Ahli Teknik dan GSI
- Level risiko ”tinggi” (64) : JSA harus ditandatangani hingga level middle management (contoh: Section Head dari pelaksana pekerjaan).
- Level risiko ”tinggi” (128, 256) : JSA harus ditandatangani oleh level management (contoh: Manager dari Fungsi pelaksana pekerjaan.
Manager lain hingga SMOM/GM dapat ditetapkan turut menandatangani JSA, jika memang dirasakan perlu oleh Tim Manajemen,
mengingat kritikalnya aspek K3 di pekerjaan tersebut)
9. Bagian, diisi dengan nama bagian tempat pekerjaan yang akan berlangsung, misal HCC atau HSC atau yang lain.
10. Lokasi pekerjaan, diisi dengan nama plant tempat pekerjaan akan berlangsung atau nama peralatan.
11. Penilaian Risiko, dicantukan hasil penilaian risiko pekerjaan mengacu kepada Metode Penilaian Tingkat Risiko (sesuai TKO B-
001/E151500/2018-S9 Identification & Risk Assessment).
12. Peralatan & Bahan yang dipakai, dicantumkan peralatan dan bahan yang digunakan untuk bekerja, terutama yang kritikal terhadap aspek K3.
13. Tahapan pekerjaan, diisi dengan urutan langkah pekerjaan, hati-hati tidak boleh terbalik-balik.
14. Potensi insiden, diisi dengan insiden yang mungkin timbul untuk masing-masing langkah pekerjaan.
15. Safety Precaution, diisi dengan precaution yang harus diambil, seperti : PPE, Prosedur, Alat Pencegah Kebakaran, dll.
METODE PENILAIAN RISIKO
Penjelasan Tingkat Risiko
1. Penentuan tingkat resiko pekerjaan merupakan fungsi antara tingkat keparahan / konsekwensi (severity) dan kemungkinan kejadian /
frekuensi kejadian (probability). Untuk melakukan penilaian terhadap tingkat keparahan suatu kejadian harus mempertimbangkan dampak
negatif pekerjaan yang akan dilakukan terhadap keselamatan manusia, aset perusahaan, lingkungan, reputasi, legalitas, production loss.
2. Pembobotan tingkat keparahan tersebut diklasifikasikan dengan angka hingga angka 16 yang menunjukkan tingkat dampak yang dapat
terjadi. Angka 1 menunjukan dampak negatif terkecil terhadap pekerjaan tersebut. Sedangkan angka 16 menunjukkan dampak potensial yang
terparah.
3. Kemungkinan / frekuensi kejadian (probability) diklasifikasikan dengan angka 1 hingga 16 yang menunjukkan tingkat frekuensi kejadian.
Angka 1 menunjukkan potensi kejadian yang tidak pernah terdengar di Industri Migas. Sedangkan angka 16 menunjukan potensi kejadian
telah terjadi lebih dari satu kali pertahun di Pertamina RU V.
4. Penentuan tingkat resiko pekerjaan dilakukan berdasarkan hasil identifikasi tingkat keparahan (yang berdampak terhadap keselamatan
manusia, aset perusahaan, lingkungan, reputasi, legalitas, production loss) dan kemungkinan / frekuensi kejadian yang kemudian di petakan
dalam Matriks Penilaian Resiko (Risk Assessment Matrix), sebagai berikut:
SEVERITY PROBABILITY
1 2 4 8 16
PRODUCTION LOSS
KEPARAHAN >>
Pernah terjadi di
LINGKUNGAN
Pernah Terjadi
ASET PERSH
LEGALITAS
MANUSIA
REPUTASI
5. Tingkat keparahan yang digunakan dalam pemetaan di Matriks Penilaian Resiko adalah dampak yang memiliki tingkat keparahan paling tinggi
terhadap keselamatan manusia, aset perusahaan, lingkungan, reputasi, legalitas, production loss.
6. Penentuan frekuensi kejadian (probability) terhadap dampak potensi bahaya dilakukan berdasarkan data kasus insiden yang pernah terjadi baik di
internal Pertamina maupun di luar Pertamina. Bila data insiden tersebut tidak tersedia, untuk menentukan frekuensi kejadian tersebut dapat juga
dilakukan berdasarkan tingkat kemungkinan insiden (posibility) yang dapat terjadi dalam pekerjaan tersebut dengan klasifikasi tingkat kemungkinan
insiden (posibility) disesuaikan dengan level klasifikasi frekuensi kejadian (probability).
7. Penentuan tingkat resiko pekerjaan dilakukan dengan memplotkan hasil analisa tingkat keparahan (sumbu X) dengan hasil analisa frekuensi /
kemungkinan kejadian (sumbu Y) ke dalam matriks penilaian resiko. Pertemuan kedua sumbu tersebut merupakan tingkat resiko pekerjaan yang
akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan pengesahan JSA. Analisa potensi bahaya yang dilakukan terhadap pekerjaan tersebut akan
digunakan sebagai masukan dalam menentukan rencana mitigasi dari pekerjaan yang akan dilaksanakan