Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENGERTIAN HORMON DAN  ZPT

Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan


zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan
istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan,
sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di
dalam sel.
 Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu
tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat
diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan
(hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan
istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).
 Hormon tumbuhan (phytohormones) secara fisiologi adalah penyampai pesan antar sel
yang dibutuhkan untuk mengontrol seluruh daur hidup tumbuhan, diantaranya
perkecambahan, perakaran, pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan.
 Sebagai tambahan, hormon tumbuhan dihasilkan sebagai respon terhadap berbagai faktor
lingkungan kelebihan nutrisi, kondisi kekeringan, cahaya, suhu dan stress baik secara kimia
maupun fisik. Oleh karena itu ketersediaan hormon sangat dipengaruhi oleh musim dan
lingkungan.
Hormon adalah molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik
penting. Molekul-molekul tersebut dibentuk di dalam organisme dengan proses metabolik
dan tidak berfungsi didalam nutrisi (Heddy, 1989).

  Hormon tumbuhan merupakan senyawa organik yang disentesis di salah satu bagian
tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah
mampu menimbulkan suatu respon fisiologis.

  Hormon tanaman dapat diartikan luas, baik yang buatan maupun yang asli serta yang
mendorong ataupun yang menghambat pertumbuhan (Overbeek,1950 dalam Kusumo,
1984). Pada kadar rendah tertentu hormon/zat tumbuh akan mendorong pertumbuhan,
sedangkan pada kadar yang lebih t inggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni,
bahkan memat ikan tanaman (Kusumo,1984).
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil
pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang
sama dengan fitohormon alami.
Keterangan:Prekursor merupakan bahan awal untuk membentuk bahan definitif.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai
prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan.
Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak
aktif akan mulai  berekspresi.
Pada umumnya dikenal lima kelompok hormon tumbuhan: auksin, sitokinin, giberelin,
etilen, dan inhibitor. Namun demikian menurut perkembangan riset terbaru ditemukan
molekul aktif yang termasuk zat pengatur tumbuh dari golongan polyamines seperti
putrescine, spermine dan spermidine.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai
prekursor. Rangsangan  lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. 
Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak
aktif akan mulai  ekspresi. Dari sudut pandang  evolusi, hormon tumbuhan merupakan
bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup jenisnya. 
Retardan. Cathey (1975) mendefinisikan retar dan sebagai suatu senyawa organik yang
menghambat perpanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun, dan secara tidak
langsung mem-pengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan yang abnormal.  
Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi yang
sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu
atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan
dan dapat mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan. 
Dengan menganalogikan senyawa  kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi oleh
kelenjar ke aliran darah yang dapat mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang
berbeda pada tubuh, sinyal kimia pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan. 
Namun, beberapa ilmuwan memberikan definisi  yang lebih terperinci terhadap istilah
hormon yaitu senyawa kimia yang disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat
mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus.  
Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering
mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi sel
lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan  zat  pengatur tumbuh untuk
membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak  jauh.
ZPT 
Konsep Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) diawali dari konsep hormon. Hormon tanaman atau
fitohormon adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi rendah
mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis terutama mengenai proses
pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti
pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh
hormon tanaman.Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan industri kimia banyak
ditemukan senyawa-senyawa yang mempunyai fisiologis serupa dengan hormon tanaman.
Senyawa ini dikenal dengan nama ZPT. Batasan tentang zat pengatur tumbuh pada tanaman
(plant regulator), adalah senyawa organik yang tidak termasuk hara (nutrient), yang
mempunyai 2 fungsi yaitu menstimulir dan menghambat atau secara kualitatif mengubah
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan fitohormon adalah senyawa organik
yang bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintetis pada bagian tertentu, yang
umumnya ditranslokasikan ke bagian lain tanaman yang menghasilkan suatu tanggapan
secara biokimia, fisiologis dan morfologis.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Setiap makhluk hidup di bumi pasti tersusun atas sel-sel yang berperan aktif dalam
proses metabolisme. Dalam proses metabolisme ini tentunya membutuhkan zat-zat seperti
protein, karbohidrat, vitamin, dan bahan lainnya untuk membantu proses metabolisme itu
sendiri.

Suatu organisme hidup adalah rakitan menakjubkan dari reaksi kimia. Masing-masing
reaksi seolah berjalan sendiri tapi memberi sumbangan untuk kehidupann organisme
sebagai suatu kesatuan. Sel dalam tubuh tumbuhan mampu mengatur lintasan – lintasan
metabolik yang dikendalikannnya agar terjadi dan dapat mengatur kecepatan reaksi
tersebut dengan cara memproduksi suatu katalisator dalam jumlah yang sesuai dan tepat
pada saat dibutuhkan. Katalisator inilah yang disebut dengan enzim. 

Sebagai contoh proses metabolisme saat pembentukan urea yang nyatanya


membutuhkan suhu tinggi yang tidak mungkin manusia miliki. Namun,  karena adanya
enzim yang merupakan katalisator biologis menyebabkan reaksi-reaksi tersebut berjalan
dalam suhu fisiologis tubuh manusia, sebab enzim berperan dalam menurunkan energi
aktivasi menjadi lebih rendah dari yang semestinya dicapai dengan pemberian panas dari
luar. Kerja enzim dengan cara menurunkan energi aktivasi sama sekali tidak mengubah ΔG
reaksi (selisih antara energi bebas produk dan reaktan), sehingga dengan demikian kerja
enzim tidak berlawanan dengan Hukum Hess 1 mengenai kekekalan energi. Selain itu,
enzim menimbulkan pengaruh yang besar pada kecepatan reaksi kimia yang berlangsung
dalam organisme. Reaksi-reaksi yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan di
bawah kondisi laboratorium normal dapat terjadi hanya dalam beberapa detik di bawah
pengaruh enzim di dalam tubuh.

Peran enzim sebagai biokatalisator sangat berpengaruh terhadap peristiwa-peristiwa


dalam tubuh. Hal ini karena enzim sebagai determinan yang menentukan kecepatan
berlangsungnya suatu peristiwa fisiologik, yang memainkan peranan sentral dalam masalah
kesehatan dan penyakit. Sehingga, dalam keadaan-keadaan tertentu kerja enzim akan
mengalami perubahan. Dalam keadaan tubuh yang kurang seimbang, atau tubuh yang
kurang sehat, reaksi-reaksi yang terjadi di dalam tubuh menjadi tidak seimbang. Hal ini
disebabkan kerja enzim tidak terkoordinasi dengan cermat. Sementara dalam keadaan
sehat , semua proses fisiologis akan berlangsung dengan baik serta teratur.

Enzim sendiri merupakan polimer biologik yang mengatalisis lebih dari satu proses
dinamik yang memungkinkan kehidupan seperti yang kita kenal sekarang. sifat-sifat enzim
pun sangat khas, salah satunya yaitu satu enzim hanya memiliki satu substrat. Selain sifat,
enzim juga memiliki klasifikasi, tata nama serta spesifikasi tersendiri. Perananan enzim
dalam tubuh manusia sangatlah besar. Untuk itu, pemahaman selengkapnya tentang enzim
akan dibahas dalam makalah ini.

1.2      Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian enzim?

2.      Bagaimana tatanama dan kekhasan enzim?

3.      Bagaimana fungsi dan cara kerja enzim?

4.      Bagaimana cara penggolongan enzim?

5.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim?

6.      Apakah pengertian koenzim?


1.3      Tujuan Penulisan

1.          Untuk mengetahui pengertian enzim.

2.          Untuk mengetahui bagaimana tatanama dan kekhasan enzim.

3.          Untuk mengetahui fungsi dan cara kerja enzim.

4.          Untuk mengetahui cara penggolongan enzim.

5.          Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kerja enzim.

6.          Untuk mengetahui pengertian koenzim.

1.4      Metode Penulisan

Metode yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan makalah ini adalah metode
kepustakaan yang bersumber dari buku dan internet yang berkaitan dengan permasalahan
makalah ini.

BAB II

ENZIM

2.1    Pengertian Enzim

Enzim atau fermen (dalam bahasa yunani, en = di dalam dan zyme = ragi) adalah
senyawa organik yang tersusun atas protein, dihasilkan oleh sel, dan berperan sebagai
biokatalisator dalam reaksi kimia. Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan
organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang
berikatan dengan protein, berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses reaksi
tanpa habis bereaksi  dalam suatu reaksi kimia. Hampir semua enzim merupakan protein.
Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis
oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi
metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.

Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai
substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang berbeda,
disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat,
yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat
berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan
oleh hormon sebagai promoter.

Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata banyak enzim mempunyai gugus
bukan protein (kofaktor), jadi termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam ini
(holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan
protein (kofaktor). Apoenzim adalah bagian enzim yang tersusun atas protein, dan
merupakan bagian yang paling utama dari enzim. Kofaktor ada yang terikat kuat pada
protein (protestik), ada pula yang tidak begitu kuat ikatannya (koenzim). Sebagai contoh
enzim katalase terdiri atas protein dan ferriprotorfirin. Ada juga enzim yang terdiri dari
protein dan logam, misalnya askorbat oksidase adalah protein yang mengikat tembaga.

2.2    Tata Nama dan Kekhasan Enzim

a.       Tata nama enzim

Biasanya enzim mempunyai akhiran –ase. Di depan –ase digunakan nama substrat di
mana enzim itu bekerja., atau nama reaksi yang dikatalisis. Substrat adalah senyawa yang
bereaksi dengan bantuan enzim. Sebagai contoh enzim yang menguraikan urea (substrat)
dinamakan urease. Kelompok enzim yang mempunyai fungsi sejenis diberi nama menurut
fungsinya, misalnya hidrolase adalah kelompok enzim yang mempunyai fungsi sebagai
katalis dalam reaksi hidrolisis. Karena itu disamping nama trivial (biasa) maka oleh
Commisison on Enzymes of the International Union of Biochemistry telah ditetapkan pula
tata nama yang sistematik, disesuaikan dengan pembagian atau penggolongan enzim
didasarkan pada fungsinya. Secara ringkas, sistem penamaan enzim
menurut IUB dijelaskan sebagai berikut:

1)      Reaksi dan enzim yang mengkatalisis membentuk 6 kelas, masing-masing mempunyai 4-13
subkelas.

2)      Nama enzim terdiri atas 2 bagian, pertama menunjukkan substrat dan kedua ditambah
dengan –ase yang menunjukkan tipe reaksi yang dikatalisis. Contoh: heksosa isomerase
(subsrat: heksosa dengan reaksi isomerase).
3)      Jika diperlukan, ditambah dengan informasi tambahan tentang reaksi dalam tanda kurung
di bagian akhir nama. Contoh: 1.1.1.37 L-malat:NAD+ oksidoreduktase (dekarboksilasi).

4)      Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang terdiri dari 4 nomor yaitu:

-          Digit pertama          : kelas tipe reaksi

-          Digit kedua             : subkelas tipe reaksi

-          Digit ketiga             : subsubkelas tipe reaksi

-          Digit keempat         : untuk enzim spesifik

Contoh: 2.7.1.1 diuraikan menjadi:

-          Kelas 2                    : transferase

-          Subkelas 7               : transfer fosfat

-          Subsubkelas 1         : alkohol merupakan akseptor fosfat

-          Enzim spesifik 1     : heksokinase atau ATP:D-heksosa 6-fosfotransferase.


Suatu enzim yang mengkatalisis pemindahan fosfat dari ATP ke gugus hidroksil atom C ke
enam molekul glukosa.
b.      Kekhasan enzim

Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan inilah
ciri suatu enzim. Ini berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bekerja
terhadap berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap berbagai macam
reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap urea sebagai substratnya. Ada juga enzim
yang bekerja terhadap lebih dari suatu substrat namun enzim tersebut tetap mempunyai
kekhasan tertentu, misalnya enzim esterase dapat menghidrolisir beberapa ester asam
lemak, tetapi tidak dapat menghidrolisir substrat lain yang bukan ester.

Kekhasan terhadap suatu reaksi disebut kekhasan reaksi. Suatu asam amino tertentu
sebagai substrat dapat mengalami berbagai reaksi dengan berbagai enzim. Jadi, walaupun
reaksi tersebut berjalan namun tiap enzim hanya bekerja pada satu reaksi. Jadi, kekhasan
reaksi bukan disebabkan oleh koenzim tetapi oleh apoenzim.

Daya katalitik enzim sangat besar, yaitu mampu mempercepat reaksi kimia minimal
sejuta kali. Tanpa enzim, kecepatan sebagian besar reaksi kimia di dalam sistem biologi
sangatlah rendah sehingga tak dapat diukur.

Enzim sangat spesifik, baik terhadap terhadap jenis reaksi yang dikatalisisnya maupun
terhadap substrat atau reaktan yang diolahnya. Satu enzim biasanya mengkatalisis satu
jenis reaksi kimia saja, atau seperangkat reaksi yang sejenis. Dalam reaksi enzimatik
sangat jarang terjadi reaksi sampingan yang menyebabkan terbentuknya hasil sampingan
yang tak berguna.

2.3    Fungsi dan Cara Kerja Enzim

a.       Fungsi enzim

Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk suatu proses biokimia yang terjadi
dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10 8 sampai 1011 kali
lebih cepat daripada suatu reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat
berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping mempunyai derajat kekhasan
yang tinggi. Oleh karena itu, enzim mempunyai peranan yang sangat penting  dalam reaksi
metabolisme. Peranan enzim dalam reaksi metabolisme adalah sebagai berikut:

1)      Biokatalisator yaitu meningkatkan kecepatan reaksi kimia dengan menurunkan energi


aktivasinya tetapi tidak ikut bereaksi.

2)      Modulator yaitu mengatur reaksi yang bersifat acak menjadi berpola. Misalnya glukosa
yang terbentuk selama proses fotosintesis. Jika konsentrasi glukosa telah melebihi
keseimbangan, maka akan terurai menjadi CO 2 dan H2O. Dengan adanya enzim, glukosa
dapat diubah menjadi sukrosa atau amilum. Dalam bentuk sukrosa dapat diedarkan ke
seluruh jaringan melalui floem dan disimpan dalam bentuk amilum. Dengan mengubah
glukosa menjadi molekul lain, maka proses fotosintesis dapat terus berlangsung tidak
terhambat oleh akumulasi hasilnya.

b.      Cara kerja enzim

a)      Kompleks enzim substrat

Telah dijelaskan bahwa suatu enzim mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja pada
satu reaksi saja. Untuk dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada
hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat. Oleh karena itu tidak seluruh bagian
enzim dapat berhubungan dengan substrat. Hubungan antara substrat dengan enzim hanya
terjadi pada bagian atau tempat tertentu saja. Tempat atau bagian enzim yang
mengadakan hubungan atau kontak dengan substrat dinamai bagian aktif (active site).
Hubungan hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat dapat
menampung substrat. Apabila substrat mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka
tidak dapat ditampung pada bagian aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim itu tidak dapat
berfungsi terhadap substrat. Ini adalah penjelasan mengapa tiap enzim mempunyai
kekhasan terhadap substrat tertentu.
Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan terjadinya kompleks
enzim-substrat. Kompleks ini merupakan kompleks yang aktif, yang bersifat sementara dan
akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan telah terjadi.

1)      Lock and key (gembok dan kunci) 

Menurut teori kunci-gembok, terjadinya reaksi antara substrat dengan enzim karena
adanya kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan situs aktif (active site) dari enzim,
sehingga sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat berperan sebagai kunci masuk ke dalam
situs aktif, yang berperan sebagai gembok, sehingga terjadi kompleks enzim-substrat.
Pada saat ikatan kompleks enzim-substrat terputus, produk hasil reaksi akan dilepas dan
enzim akan kembali pada konfigurasi semula. Berbeda dengan teori kunci gembok. Jika
enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, maka bentuk sisi aktif berubah
sehingga substrat tidak sesuai lagi.

2)      Teori Kecocokan Induksi (Daniel Koshland)

Menurut teori kecocokan induksi reaksi antara enzim dengan substrat berlangsung
karena adanya induksi substrat terhadap situs aktif enzim sedemikian rupa sehingga
keduanya merupakan struktur yang komplemen atau saling melengkapi. Menurut teori ini
situs aktif tidak bersifat kaku, tetapi lebih fleksibel.

(Sumber: http://josuasilitonga.files.wordpress.com/2010/10/enzim1.jpg?w=468.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2013)

b)      Persamaaan Michaelis – Menten

Leonor Michaelis dan Maude Menten pada tahun 1913 mengajukan hipotesis bahwa
dalam reaksi enzim terjadi dahulu kompleks enzim-substrat yang kemudian menghasilkan
hasil reaksi dan enzim kembali. Secara sederhana hipotesis Michaelis dan Menten itu dapat
dituliskan sebagai berikut :

 Enzim (E) + Substrat (S)                kompleks enzim-substrat (ES)

                                                                                                                                         
                                                               Enzim (E) + Hasil reaksi (P)
Michaelis dan Menten berkesimpulan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada
konsentrasi kompleks enzim-substrat [ES], sebab apabila tergantung pada konsentrasi
substrat [S], maka penambahan konsentrasi substrat akan menghasilkan pertambahan
kecepatan reaksi yang apabila digambarkan akan merupakan garis lurus.

2.4    Penggolongan Enzim

Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing enzim


diberi nama menurut substratnya, misalnya urease, arginase, dan lain-lain. Disamping itu
ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama, misalnya pepsin, tripsin,
dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the International Union of Biochemistry,
enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia
dimana enzim memegang peran. Enam golongan enzim tersebut adalah:

1.      Oksidoreduktase

Enzim yang melaksanakan katalis dengan melibatkan reaksi oksidasi suatu senyawa
ataupun reduksi dengan senyawa lain.

2.      Transferase

Enzim melaksanakan katalis reaksi yang mengalihkan suatu gugus yang mengandung C, P,
N, S suatu senyawa ke senyawa lain

3.      Hidrolase

Enzim yang melaksanakan katalis pemecah hidroik atau sebaliknya

4.      Liase

Enzim yang melaksanakan katalis pemusatan ikatan C-C, C-O, C-N dsb, tanpa melibatkan
hidrolisis atau oksidasi reduksi

5.      Isomerase

Enzim yang melaksanakan katalis reaksi isomerisasi yang merupakan penataan kembali
atom yang membentuk suatu molekul

6.      Ligase

Enzim yang melaksanakan katalis reaksi-reaksi pembentukan ikatan antara dua moekul
substrat yang terkait dengan pemusatan ikatan pirofosfat dalam ATP atau senyawa energi
tinggi lainnya

2.5    Faktor-faktor yang mempengaruhi enzim


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim, yaitu:

1)      Konsentrasi enzim, pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah
dengan bertambahnya konsentrasi enzim.

2)      Konsentrasi Substrat, hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim


yang tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi.
Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi
walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Dengan demikian konsentrasi kompleks enzim
substrat makin besar dan hal ini menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi. Pada
suatu batas konsentrasi substrat tertentu, semua bagian aktif telah dipenuhi oleh substrat
atau telah jenuh dengan substrat. Dalam keadaan ini, bertambah besarnya konsentrasi
substrat tidak menyebabkan bertambah besarnya kosentrasi kompleks substrat, sehingga
jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah besar.

3)      Suhu, pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih
tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein,
maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi, sehingga bagian
aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi
berkurang dan kecepatan reaksinya  pun menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya
proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi. Namun kenaikan suhu pada saat
terjadinya denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi. Oleh karena ada dua pengaruh
yang berlawanan, maka akan terjadi suatu titik optimum, yaitu suhu yang paling tepat
bagi suatu proses reaksi yang menggunakan enzim tersebut.

4)      pH, struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungan. Enzim dapat berbentuk ion
positif, ion negative atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan
pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim dalam
membentuk kompleks enzim substrat. Tinggi rendahnya pH juga dapat menyebabkan
denaturasi yang dapat menurunkan aktifitas enzim, sehingga diperlukan suatu pH optimum
yang dapat menyebabkan kecepatan reaksi enzim yang paling tinggi.

5)      Produk/hasil reaksi (dapat menghambat enzim)

6)      Zat penggiat (aktivator), misalnya logam alkali, logam alkali tanah, Mn, Mg, dan Cl.

7)      Zat penghambat (Inhibitor), yaitu molekul atau ion yang dapat menghambat reaksi
pembentukan kompleks enzim-substrat. Hambatan yang dilakukan oleh inhibitor dapat
berupa hambatan tidak revesibel atau hambatan revesibel.

a)     Hambatan Revesibel

Hambatan revesibel dapat berupa hambatan bersaing atau hambatan tidak bersaing.
-          Hambatan bersaing.

Hambatan bersaing disebabkan karena ada molekul mirip dengan substrat, yang
dapat pula membentuk kompleks, yaitu kompleks enzim inhibitor (EI) pembentukan
kompleks ES, yaitu melalui penggabungan inhibitor dengan enzim pada bagian aktif enzim.
Dengan demikian terjadi persaingan antara inhibitor dengan substrat terhadap bagian aktif
enzim melalui reaksi sebagai berikut :

E + S -------------- ES

E + I --------------- EI

Inhibitor yang menyebabkan hambatan bersaing disebut inhibitor bersaing. Inhibitor


ini menghalangi terbentuknya kompleks ES dengan cara membentuk kompleks EI dan tidak
dapat membentuk hasil reaksi ( P).

E + S -------------- ES ------------ E + P (membentuk hasil reaksi)

E + I -------------- EI ------------ ( tidak terbentuk hasil reaksi)

Dengan demikian adanya inhibitor bersaing dapat mengurangi peluang bagi


terbentuknya kompleks ES dan hal ini menyebabkan berkurangnya kecepatan reaksi.
-          Hambatan tak bersaing

Hambatan tidak bersaing ( non competitive inhibition ) tidak di pengaruhi oleh


besarnya konsentrasi substrat dan inhibitor yang melakukannya (inhibitor tidak bersaing).
Dalam hal ini inhibitor dapat bergabung dengan enzim di luar bagian aktif. Penggabungan
antara inhibitor dengan enzim ini terjadi pada enzim bebas, atau pada enzim yang telah
mengikat substrat yaitu kompleks enzim substrat.

E + I ----------- EI

ES + I ------------ ESI

b)       Hambatan tidak reversibel

Hambatan tidak reversibel ini dapat terjadi karena inhibitor bereaksi tidak reversibel
dengan bagian tertentu pada enzim, sehingga mengakibatkan berubahnya bentuk enzim.
Dengan demikian mengurangi aktivitas katalik enzim tersebut. Reaksi ini berlangsung tidak
reversibel sehingga menghasilkan produk reaksi dengan sempurna.

8)      Hambatan Alosterik

Hambatan yang terjadi pada enzim alosterik dinamakan hambatan alosterik,


sedangkan inhibitor yang menghambat dinamakan inhibitor alosterik. Bentuk molekul
inhibitor alosterik berkaitan dengan enzim pada tempat diluar bagian aktif enzim. Dengan
demikian, hambatan ini tidak akan dapat diatasi dengan penambahan sejumlah besar
substrat. Terbentuknya ikatan antara enzim dengan inhibitor mempengaruhi konformasi
enzim, sehingga bagian aktif mengalami perubahan bentuk. Akibatnya ialah penggabungan
substrat pada bagian aktif enzim terhambat.

-          Inhibitor/penghambat kompetitif, produk (sebagai zat inhibitor) berkompetisi dengan


substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. Dapat diatasi dengan menambahkan
konsentrasi substrat.

-          Inhibitor/penghambat alosterik (non-kompetitif), produk (sebagai zat inhibitor) berikatan


pada bagian enzim selain sisi aktif enzim yang disebut sisi alosterik dan menyebabkan sisi
aktif berubah sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan enzim.

2.6    Koenzim  

Koenzim adalah kofaktor berupa molekul organik kecil yang mentranspor gugus kimia
atau elektron dari satu enzim ke enzim lainnya. Contoh koenzim
mencakup NADH, NADPH dan adenosina trifosfat. Gugus kimiawi yang dibawa mencakup
ion hidrida (H–) yang dibawa oleh NAD atau NADP+
, gugus asetil yang dibawa oleh koenzim A,
formil, metenil, ataupun gugus metil yang dibawa oleh asam folat, dan gugus metil yang
dibawa oleh S-adenosilmetionina. Beberapa koenzim seperti riboflavin, tiamina, dan asam
folat adalah vitamin.

Oleh karena koenzim secara kimiawi berubah oleh aksi enzim, adalah dapat
dikatakan koenzim merupakan substrat yang khusus, ataupun substrat sekunder. Sebagai
contoh, sekitar 700 enzim diketahui menggunakan koenzim NADH.

Regenerasi serta pemeliharaan konsentrasi koenzim terjadi dalam sel. Contohnya,


NADPH diregenerasi melalui lintasan pentosa fosfat, dan S-adenosilmetionina melalui
metionina adenosiltransferase.

Beberapa koenzim  mempunyai struktur yang mirip dengan vitamin bahkan menjadi


bagian dari molekul vitamin tersebut. Hubungan antara vitamin dengan koenzim tampak
pada contoh berikut :
1)   Niasin, merupakan nama vitamin yang berupa molekul nikotinamida atau asam nikotinat.
Molekul nikotinamida terdapat sebagai bagian dari molekul NAD +, NADP+.  Kekurangan
niasin akan mengakibatkan pellagra pada manusia.

2)   Molekul riboflavin atau vitamin B2 terdiri atas D ribitol yang terikat pada cincin
issoaloksazon yang tersubstitusi. Vitamin ini dikenal sebagai faktor pertumbuhan. Molekul
riboflavin merupakan bagian dari molekul FAD.

3)   Asam lipoat adalah suatu vitamin yang juga merupakan faktor pertumbuhan dan terdapat
dalam hati. Asam ini terdapat dalam dua bentuk teroksidasi dan tereduksi, berfungsi
sebagai kofaktor pada enzim piruvat dehidrogenase dan ketoglutarat dehidrogenase,
berperan dalam reaksi pemisahan gugus akil.

4)   Biotin adalah vitamin yang terdapat dalam hati dan berikatan dengan suatu protein. Biotin
berfungsi sebagai koenzim dalam reaksi karboksilasi.

5)   Tiamin atau vitamin B1 umumnya terdapat dalam keadaan bebas dalam beras atau
gandum. Kekurangan vitamin B1 akan mengakibatkan penyakit beri-beri. Koenzim yang
berasal dari vitamin B 1 ialah tiaminifosfat (TPP) dan berperan dalam reaksi yang
menggunakan enzim alpa keto dekarboksilase, asam alpa keto oksidase, transketolase dan
fosfo ketolase.

6)   Vitamin B6 terdiri dari tiga senyawa yaitu piridoksal, piridoksin dan piridoksamin.
Kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan dermatitis (penyakit kulit) dan gangguan pada
sistem saraf pusat. Koenzim dari vitamin B6 ialah piridoksalfosfat dan piridoksaminofosfat.

7)   Asam folat dan derivatnya terdapat banyak dalam alam. Bakteri dalam usus memproduksi
asam fosfat dalam jumlah kecil. Koenzim yang berasal dari vitamin ini ialah asam
tetrahidrofosfat (FH4). Peranan FH4 ialah sebagai pembawa unit senyawa satu atom
karbon yang berguna dalam biosintesis purin, serin dan glisin.

8)   Vitamin B12 sebagaimana diisolasi dari hati adalah sianokobalamina. Fungsi vitamin


B12 adalah bekerja pada beberapa reaksi anatara lain reaksi pemecahan ikatan C-C, ikatan
C-O, dan ikatan C-N dengan enzim mutase dan dehidrase.

9)   Asam pantotenat terdapat dalam alam sebagai komponen dalam molekul koenzim
A. Vitamin ini diperlukan oleh tubuh sebagai faktor pertumbuhan. Koenzim A berperan
penting sebagai pembawa gugus asetil, khususnya dalam biosintesis asam lemak.

Di samping koenzim yang mempunyai hubungan struktural dengan vitamin, ada pula
koenzim yang tidak berhubungan dengan vitamin, yaitu adenosine trifosfat atau ATP.
Koenzim ini termasuk golongan senyawa berenergi tinggi.
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

-          Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam


protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein,
berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi  dalam
suatu reaksi kimia.

-          Secara umum enzim berfungsi sebagai katalis dan memiliki peranan penting dalam reaksi


metabolisme, yaitu sebagai biokatalisator dan modulator. Untuk dapat bekerja pada suatu
zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat (kompleks
enzim-substrat).

-          Enzim digolongkan menurut tipe reaksi yang diikutinya dan mekanisme reaksi, sedangkan


masing-masing enzim diberi nama menurut substratnya, misalnya urease, arginase dan
lain-lain. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim, yaitu konsentrasi
enzim, konsentrasi substrat, suhu, pH, produk/hasil reaksi, aktivator, dan inhibitor.

-          Koenzim adalah kofaktor berupa molekul organik kecil yang mentranspor gugus kimia atau
elektron dari satu enzim ke enzim lainnya.

-          Penggolongan enzim berdasarkan atas reaksi kimia dimana enzim memegang peranan,


yaitu : oksidoreduktase, tranferase, hidrolase, liase, isomerase, dan ligase.

3.2  Saran

Dalam pembuatan makalah, membutuhkan bahan yang cukup banyak sehingga cukup
sulit untuk memahami materi sebagai bahan makalah. Dan dengan mempelajari makalah
yang singkat ini diharapkan kita dapat mengetahui apa itu enzim.
Stryer L, 1996, Biokimia, Edisi IV, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah Bagian Biokimia
FKUI),  Jakarta: EGC

http://ira-raners.blogspot.com/2011/05/biokimia-enzim.html. Diakses tanggal 20 Februari


2013.

http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-DU.KONTEN/edukasi.net/SMA/Biologi/Enzim.Kata
lisator/materi2.html. Diakses pada tanggal 21 Februari 2013

http://josuasilitonga.wordpress.com/2010/10/07/enzim/. Diakses pada tanggal 21


Februari 2013 

BAB II
MACAM – MACAM  HORMON DAN  ZPT TANAMAN

1. Auksin, hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk merangsang


pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman.,
gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Auksin sering
digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang
digunakan dalam persiapan hortikultura komersial terutama untuk akar batang. Mereka
juga dapat digunakan untuk merangsang pembungaan secara seragam, untuk mengatur
pembuahan, dan untuk mencegah gugur buah.(yang termasuk Auksin IBA, NAA, 2,4-D).
Auksin Golongan NAA memakai merek dagang antara lain: Rootone-F, Atonik. Sedang
Auksin 2,4 D dijual dengan nama Hidrasil. Auksin alami banyak terdapat didalam cairan biji
jagung muda yang masih berwarna kuning, air seni sapi, ujung koleoptil tanaman oat, umbi
bawang merah dan air kelapa.
Golongan Auksin : Indole Aceti Acid (IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan
Indole Acetic Acid (IBA). Yang paling penting dari keluarga auksin adalah indole-3-asam
asetat (IAA). Ini menghasilkan efek auksin pada tanaman secara menyeluruh, dan yang
paling ampuh dari auksin alami, namun molekul kimiawi IAA adalah yang paling labil di
larutan air, sehingga IAA tidak digunakan secara komersial sebagai regulator pertumbuhan
tanaman. 
• Yang termasuk golongan auksin alami : 4-chloro-asam indoleasetis, asam fenilasetis (PAA)
dan indole-3-asam butirik (IBA). 
• Sedang  auksin buatan antara lain 1-asam nafthaleneasetis (NAA), 2,4-asam
dichlorophenoxyasetis (2,4-D), dan lain-lain.
Auksin dosis tinggi dapat merangsang produksi Etilen. Kelebihan Etilen malah dapat
menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun amputasi), dan bahkan
membunuh tanaman. Beberapa auksin sintetis seperti 2,4-D dan 2,4,5-asam
trichlorophenoxyacetic (2,4,5-T) telah digunakan sebagai herbisida. 
tanaman berdaun luas (dicotil) jauh lebih rentan terkena auksin daripada daun tanaman
monokotil seperti tanaman rumput-rumputan. Auksin sintetis ini adalah agen aktif dalam
“Agen Oranye” yaitu defolian atau defoliant (peranggas atau zat yang merangsang
pertumbuhan yang cepat dan tidak terkendali dan akhirnya merontokkan daun-daunnya
hingga meranggas) yang digunakan secara ekstensif oleh pasukan Amerika di perang
Vietnam.

2. Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan


tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme, aplikasi untuk
memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3 yang termasuk
hormon perangsang pertumbuhan golongan gas) merek dagangantara lain: ProGib.
Giberalin alami banyak terdapat didalam umbi bawang merah.

3. Sitokinin,  adalah hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk merangsang


pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi melalui
pembuluh xylem. Aplikasi Untuk merangsang tumbuhnya tunas pada kultur jaringan atau
pada tanaman induk, namun sering tidak optimal untuk tanaman dewasa. sitokinin memiliki
struktur menyerupai adenin yang mempromosikan pembelahan sel dan memiliki fungsi yang
sama lain untuk kinetin. Kinetin adalah sitokinin pertama kali ditemukan dan dinamakan
demikian karena kemampuan senyawa untuk mempromosikan sitokinesis (pembelahan sel).
Meskipun itu adalah senyawa alami, Hal ini tidak dibuat di tanaman, dan karena itu biasanya
dianggap sebagai "sintetik" sitokinin (berarti bahwa hormon disintesis di tempat lain selain
di pabrik). 
Sitokinin telah ditemukan di hampir semua tumbuhan yang lebih tinggi serta lumut, jamur,
bakteri, dan juga di banyak tRNA dari prokariota dan eukariota. Saat ini ada lebih dari 200
sitokinin alami dan sintetis serta kombinasinya. Konsentrasi sitokinin yang tertinggi di
daerah meristematik dan daerah potensi pertumbuhan berkelanjutan seperti akar, daun
muda, pengembangan buah-buahan, dan biji-bijian.
Sitokinin pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Amerika bernama Folke Skoog pada tahun
1954. 
Sitokinin umumnya ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi di daerah meristematik
dan jaringan yang berkembang. Mereka diyakini disintesis dalam akar dan translokasi
melalui xilem ke tunas. biosintesis sitokinin terjadi melalui modifikasi biokimia adenin.
Proses dimana mereka disintesis adalah sebagai berikut :
Sebuah produk jalur mevalonate disebut pirofosfat isopentil adalah isomer, isomer ini
kemudian dapat bereaksi dengan adenosine monophosphate dengan bantuan sebuah enzim
yang disebut isopentenyl AMP synthase, hasilnya adalah isopentenyl adenosin-5-fosfat
(AMP isopentenyl).
Produk ini kemudian dapat dikonversi menjadi adenosin oleh isopentenyl pemindahan
fosfat oleh fosfatase dan selanjutnya dikonversikan ke isopentenyl adenin dengan
menghilangkan kelompok ribosa.
Isopentenyl adenin dapat dikonversi ke tiga bentuk utama sitokinin alami.
Degradasi sitokinin sebagian besar terjadi karena enzim oksidase sitokinin. Enzim ini
menghapus rantai samping dan rilis adenin. Derivitives juga dapat dibuat tetapi jalur yang
lebih kompleks dan kurang dipahami.
Ada beberapa macam sytokinin yang telah diketahui, diantaranya kinetin, zeatin (pada
jagung), Benziladenin (BA), Thidiazuron (TDZ), dan Benzyl Adenine atau Benzil Amino Purin
(BAP). Sitokinin ditemukan hampir di semua jaringan meristem. 
Peranan sitokinin antara lain:
1. bersama dengan auksin dan giberelin merangsang pembelahan sel-sel tanaman
2. merangsang morfogenesis ( inisiasi / pembentukan tunas) pada kultur jaringan.
3. merangsang pertumbuhan pertumbuhan kuncup lateral.
4. merangsang perluasan daun yang dihasilkan dari pembesaran sel atau merangsang
pemanjangan titik tumbuh daun dan merangsang pembentukan akar cabang
5. meningkatkan membuka stomata pada beberapa spesies.
6. mendukung konversi etioplasts ke kloroplas melalui stimulasi sintesis klorofil.
7. menghambat proses penuaan (senescence) daun
8. mematahkan dormansi biji
Merk dagang antara lain: Novelgrow. Sitokinin alami terdapat pada air kelapa.

4. Etilen, hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam proses
pematangan buah Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis ethylen berjalan
optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya: Etephon,
Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon 480SL.

5. Asam absisat (ABA), sebagai penghambat tumbuh (Inhibitor/retardant) pada saat


tanaman mengalami stress, fitohormon ini digunakan untuk mengompakkan pertumbuhan
batang agar tanaman terlihat sangat baik. Pada komposisi dan perlakuan tertentu dapat
merangsang pertumbuhan tunas anakan dengan cepat dan serentak. Misalnya : untuk
golongan Paclobutrazol merk dagang antara lain: Cultar®, Bonzi®) dan Uniconazole (merk
dagang Sumagic®). Golongan inhibitor adalah: Paclobutrazol, Ancymidol, TIBA, dan CCC.

6. Brassinolide (kelompok brassinosteroid) fitohormon yang mirip steroid pada hewan dan
memiliki respon yang mirip dengan giberellin.
Beberapa fungsi brasinolid adalah sebagai berikut : meningkatkan laju perpanjangan sel
tumbuhan, menghambat penuaan daun (senescence), mengakibatkan lengkuk pada daun
rumput-rumputan, menghambat proses gugurnya daun, menghambat pertumbuhan akar
tumbuhan, meningkatkan resistensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan,
menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan, merangsang pertumbuhan pucuk
tumbuhan, merangsang diferensiasi xylem tumbuhan, menghambat pertumbuhan pucuk
pada saat kahat (defisien) udara dan endogenus karbohidrat. Brassinolide tersintesis dari
asetil CoA melalui jalur asam mevalonik.

BAB III
TRANSFOR HORMON DAN ZPT

  Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu auksin,
sitokinin,giberelin, asam absisat dan etilen (Tabel 1). Tiap kelompok ZPT dapat menghasilkan
beberapa pengaruh yaitu kelima kelompok ZPT mem pengaruhi pertumbuhan, namun
hanya 4 dari 5 kelompo k ZPT tersebut yang mempengaruhi perkembangan tumbuhan yaitu
dalam hal diferensiasi sel. Seperti halnya hewan, tumbuhan memproduksi ZPT dalam jumlah
yang sangat sedikit, akan tetapi jumlah yang sedikit ini mampu mempengaruhi sel target . 
  ZPT menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk
membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara
menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat
mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini
dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada tumbuhan
seperti halnya pada hewan,  lintasan ini menyebabkan respon selular seperti
mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi enzim, atau mengubah
membran. Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada  spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada
tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja
sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pada umumnya
keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan  mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan.
Pada umumnya, hormon mengontro l pertumbuhan dan perkembangan  tumbuhan, dengan
mempengaruhi : pembelahan sel, perpanjangan sel, dan differensiasi sel. Beberapa hormon,
juga meneng ahi respon fisiologis berjangka pendek dari tumbuhan terhadap stimulus
lingkungan. Setiap hormon, mempunyai  efek ganda; tergantung pada :  tempat
kegiatannya,  konsentrasinya, dan  stadia perkembangan tumbuhannya. 
  
  Hormon tumbuhan, diproduksi dalam konsentrasi yang sangat rendah; tetapi sejumlah
kecil hormon dapat membuat efek yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organ suatu tumbuhan. Hal ini secara tidak  langsung menyatakan bahwa,
sinyal hormonal hendaknya diperjelas melalui beberapa cara.  Suatu hormon, dapat
berperan dengan  mengubah ekspresi gen, dengan mempengaruhi aktivitas enzim yang ada,
atau dengan  mengubah sifat  membran. Beberapa peranan ini, dapat mengalihkan
metabolisme dan pekembangan sel yang tanggap terhadap sejumlah kecil molekul hormon.
Lintasan transduksi sinyal, memperjelas sinyal hormonal dan meneruskannya ke respon sel
spesifik.   Respon terhadap hormon, biasanya tidak begitu  tergantung pada jumlah absolut
hormon tersebut, akan tetapi t ergantung pada  konsentrasi relatifnya dibandingkan dengan
hormon lainnya.  Keseimbangan hormon, dapat mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan daripada peran hormon secara mandiri. Interaksi ini akan menjadi
muncul dalam penyelidikan tentang fungsi hormon.
Faktor Regulasi
Faktor regulasi adalah senyawa kimia yang mengontrol produksi sejumlah hormon yang
memiliki fungsi penting bagi tubuh. Senyawa tersebut dikirim ke lobus anterior kelenjar
pituitari oleh hipotalamus. Terdapat 2 faktor regulasi, yaitu faktor pelepas (releasing factor)
yang menyebabkan kelenjar pituitari mensekresikan hormon tertentu dan faktor
penghambat (inhibiting factor) yang dapat menghentikan sekresi hormon tersebut. Sebagai
contoh adalah FSHRF (faktor pelepas FSH) dan LHRF (faktor pelepas LH) yang menyebabkan
dilepaskannya hormon FSH dan LH. tgttttyhththththt ahmade ihwaN
Hormon Antagonistik
Hormon antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan,
contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat turun, pankreas akan
memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi. Kadar glukosa yang tinggi
menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan kadar glukosa tersebut.
BAB IV 
AKTIVITAS HORMON DAN FUNGSI FISIOLOGI HORMON DAN ZPT

1. Auksin
   Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu proses pembiakan
vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi pemanjangan sel, pembelahan sel dan
pembentukan akar.
  Beberapa tipe auksin aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 to 10 mg/L.

  Fungsi auksin: untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta
pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar
pada stekan atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar
dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam persiapan hortikultura komersial
terutama untuk akar batang. Mereka juga dapat digunakan untuk merangsang pembungaan
secara seragam, untuk mengatur pembuahan, dan untuk mencegah gugur buah.

Peran auksin bagi tanaman


• auksin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. 

Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh terhadap :


a. Pengembangan sel
b. Phototropisme
c. Geotropisme
d. Apical dominasi
e. Pertumbuhan akar (root initiation)
f. Parthenocarpy
g. Abisission
h. Pembentukan callus (callus formation) dan
i. Respirasi
j. Senescence

a. Pengembangan sel

   Dari hasil studi tentang pengaruh auksin terhadap perkembangan sel, menunjukan bahwa
terdapat indikasi yaitu auksin dapat menaikan tekanan osmotik, meningkatkan
permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel,
meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel.
  Dalam hubungannya dengan permeabilitas sel, kehadiran auksin meningkatkan difusi
masuknya air ke dalam sel. Hal ini ditunjang oleh pendapat Cleland dan Brustrom (1961)
bahwa auksin mendukung peningkatan permeabilitas masuknya air ke dalam sel.

b. Phototropisme
   Suatu tanaman apabila disinari suatu cahaya, maka tanaman tersebut akan membengkok
ke arah datangnya sinar. Membengkoknya tanaman tersebut adalah karena terjadinya
pemanjangan sel pada bagian sel yang tidak tersinari lebih besar dibanding dengan sel yang
ada pada bagian tanaman yang tersinari. Perbedaan rangsangan (respond) tanaman
terhadap penyinaran dinamakan phototropisme.  Terjadinya phototropisme ini disebabkan
karena tidak samanya penyebaran auksin di bagian tanaman yang tidak tersinari dengan
bagian tanaman yang tersinari. Pada bagian tanaman yang tidak tersinari konsentrasi
auksinnya lebih tinggi dibanding dengan bagian tanaman yang tersinari.
c. Geotropisme
 Geotropisme adalah pengaruh gravitasi bumi terhadap pertumbuhan organ tanaman. Bila
organ tanaman yang tumbuh berlawanan dengan gravitasi bumi, maka keadaan tersebut
dinamakan geotropisme negatif. Contohnya seperti pertumbuhan batang sebagai organ
tanaman, tumbuhnya kearah atas. Sedangkan geotropisme positif adalah organ-organ
tanaman yang tumbuh kearah bawah sesuai dengan gravitasi bumi. Contohnya tumbuhnya
akar sebagai organ tanaman ke arah bawah.
  
  Keadaan auksin dalam proses geotropisme ini, apabila suatu tanaman (celeoptile) diletakan
secara horizontal, maka akumulasi auksin akan berada di bagian bawah. Hal ini menunjukan
adanya transportasi auksin ke arah bawah sebagai akibat dari pengaruh geotropisme. Untuk
membuktikan pengaruh geotropisme terhadap akumulasi auksin, telah dibuktikan oleh Dolk
pd tahun 1936 (dalam Wareing dan Phillips 1970). Dari hasil eksperimennya diperoleh
petunjuk bahwa auksin yang terkumpul di bagian bawah memperlihatkan lebih banyak
dibanding dengan bagian atas.Sel-sel tanaman terdiri dari berbagai komponen bahan cair
dan bahan padat. Dengan adanya gravitasi maka letak bahan yang bersifat cair akan berada
di atas. Sedangkan bahan yang bersifat padat berada di bagian bawah. Bahan-bahan yang
dipengaruhi gravitasi dinamakan statolith (misalnya pati) dan sel yang terpengaruh oleh
gravitasi dinamakan statocyste (termasuk statolith).

d. Dominasi Apikal
Di dalam pola pertumbuhan tanaman, pertumbuhan ujung batang yang dilengkapi dengan
daun muda apabila mengalami hambatan, maka pertumbuhan tunas akan tumbuh ke arah
samping yang dikenal dengan "tunas lateral" misalnya saja terjadi pemotongan pada ujung
batang (pucuk), maka akan tumbuh tunas pada ketiak daun. Fenomena ini kita namakan
"apical dominance“.Hubungan antara auksin dengan apical dominance pada suatu tanaman
telah dibuktikan oleh Skoog dan Thimann (1975). Dalam eksperimennya, pucuk tanaman
kacang (apical bud) dibuang, sebagai akibat treatment tersebut menyebabkan tumbuhnya
tunas di ketiak daun. Dari ujung tanaman yang terpotong itu diletakan blok agar yang
mengandung auksin. Dari perlakuan tersebut ternyata bahwa tidak terjadi pertumbuhan
tunas pada ketiak daun. Hal ini membuktikan bahwa auksin yang ada di apical bud
menghambat tumbuhnya tunas lateraL.

e. perpanjangan akar (root initiation)

  • dalam hubungannya dengan pertumbuhan akar, Luckwil (1956) telah melakukan suatu
eksperimen dengan menggunakan zat kimia NAA (Naphthalene acetic acid), IAA (Indole
acetid acid) dan IAN (Indole-3-acetonitrile) yang ditreatment pada kecambah kacang. Dari
hasil eksperimennya diperoleh petunjuk bahwa ketiga jenis auksin ini mendorong
pertumbuhan primordia akar. Perlu dikemukakan pula di sini, bahwa menurut Delvin (1975),
pemberian konsentrasi IAA yang relatif tinggi pada akar, akan menyebabkan terhambatnya
perpanjangan akar tetapi meningkatkan jumlah akar.

f. Pertumbuhan batang (stem growth)

  • Di dalam alam, hubungan antara auksin dengan pertumbuhan batang nyata erat sekali.
Apabila ujung coleoptile dipotong, kemungkinan tanaman tersebut akan terhenti
pertumbuhannya. Di dalam tanaman, jaringan-jaringan muda terdapat pada apical
meristem. Hubungannya dengan pertumbuhan tanaman peranan auksin sangat erat sekali.

g. Parthenocarpy

  • Di dalam alam sering kita menjumpai buah yang tidak berbiji. Seperti ; Anggur,
Strawberry dan tanaman famili mentimun. Keadaan seperti ini disebabkan tidak dialaminya
pembuahan pada perkembangan buah. Di dalam fisiologi, keadaan seperti ini dinamakan
Parthenocarpy.Di dalam proses Parthenocarpy, hormon auksin bertalian erat. Seperti
dikemukakan massart (1902) hasil eksperimennya menunjukan bahwa pembengkakan
dinding ovary bunga anggrek dapat distimulasi oleh tepung sari yang telah mati.Pada tahun
1934 Yasuda berhasil menemukan penyebab Parthenocarpy dengan menggunakan ekstrak
tepung sari pada bunga mentimun. Hasil analisisnya menunjukan bahwa ekstrak tersebut
mengandung auksin. Selanjutnya pada tahun1936, Gustafon telah menemukan terjadinya
Parthenocarpy dengan menggunakan IAA yang dicampur dengan lanolin pada stigma. Hasil
penelitian Muir (1942) menunjukan pula bahwa kandungan auksin pada ovary yang
mengalami pembuahan (pollination) meningkat bila dibandingkan dengan ovary yang tidak
mengalami pembuahan.

h. Pertumbuhan buah (fruit growth)

  • Peningkatan volume buah ada hubungannya dengan pertumbuhan buah. Keadaan ini
akibat hasil pembelahan sel dan/atau pengembangan sel. Menurut Weaver (1972), fase
pembelahan sel biasanya overlap dengan pengembangan sel (cell enlargementh). Keadaan
perkembangan ini selalu diikuti oleh peningkatan ukuran buah.Mengenai hubungannya
dengan auksin, diterangkan oleh Muller-Thurgau dalam tahun 1898 bahwa endosperma dan
embrio di dalam biji menghasilkan auksin yang menstimulasi pertumbuhan endosperma.
Suatu anggapan mengenai peranan auksin dalam pertumbuhan buah, telah dibuktikan oleh
Crane dalam tahun 1949 dengan menggunakan 2,4, 5-T sebagai exogenous auksin yang
diaplikasikan pada blak berry, anggur, strawberry dan jeruk. Hasil penelitiannya menunjukan
bahwa pertumbuhan buah lebih cepat 60 hari dari fase normal rata-rata 120 hari.

i. Absisi

  Absisi adalah suatu proses secara alami terjadinya pemisahan bagian/organ tanaman dari
tanaman, seperti ; daun, bunga, buah atau batang.Menurut Addicot (1964) maka dalam
proses abscission ini faktor alami seperti ; dingin, panas, kekeringan, akan berpengaruh
terhadap abscission. Dalam hubungannya dengan hormon tumbuh, maka mungkin hormon
ini akan mendukung atau menghambat proses tersebut.Di dalam proses absisi, akan terjadi
perubahan-perubahan metabolisme dalam dinding sel dan perubahan secara kimia dari
pectin dalam midle lamella.Pembentukan lapisan absisi (abscission layer), kadang-kadang
diikuti oleh susunan cell division proximal. Disini sel-sel baru akan berdiferensiasi ke dalam
periderm dan membentuk suatu lapisan pelindung (Weaver, 1972).Mengenai hubungan
antara absisi dengan zat tumbuh auksin, Addicot et al (1955) mengemukakan sbb: Absisi
akan terjadi apabila jumlah auksin yang ada di daerah proksimal (proximal region) sama
atau lebih dari jumlah auksin yang terdapat di daerah distal (distal region). Tetapi apabila
jumlah auksin yang berada di daerah distal lebih besar dari daerah proximal, maka tidak
akan terjadi absisi. Dengan kata lain proses absisi ini akan terlambat. 

  Teori lain (Biggs dan Leopold 1957, 1958) menerangkan bahwa pengaruh auksin terhadap
absisi ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri. Konsentrasi auksin yang tinggi akan
menghambat terjadinya absisi, sedangkan auksin dengan konsentrasi rendah akan
mempercepat terjadinya absisi.Teori terakhir dikemukakan oleh Robinstein dan Leopold
(1964) yang menerangkan bahwa respon absisi pada daun terhadap auksin dapat dibagi
kedalam dua fase jika perlakuan auksin diberikan setelah daun terlepas. Fase pertama,
auksin akan menghambat absisi, dan fase kedua auksin dengan konsentrasi yang sama akan
mendukung terjadinya absisi.
j. Senescence

  Menurut Alex Comport (1956) dalam Leopold (1961) "senescence" adalah suatu
penurunan kemampuan tumbuh (viability) disertai dengan kenaikan vulnerability suatu
organisme. Namun di dalam tanaman, istilah ini diartikan; menurunnya fase pertumbuhan
(growth rate) dan kemampuan tumbuh (vigor) serta diikuti dengan kepekaan (susceptibility)
terhadap tantangan lingkungan, penyakit atau perubahan fisik lainnya. Ciri dari fenomena
ini selalu diikuti dengan kematian.
  Di dalam alam, senescence terjadi pada daun, batang dan buah. Menurut Leopold (1961)
ada empat bentuk senescence yang terjadi pada tanaman yaitu :
1. Semua organ tumbuh mengalami senescence (over-all senescence)
2. Senescence yang terjadi pada bagian atas (top senescence)
3. Senescence yang terjadi seluruh bagian daun dan buah (decideus 
senescence) 
4. Senescence berkembang dari daun paling bawah menuju kearah 
atas (progresive senescence)
Ciri-ciri terjadinya senescence dapat ditemukan pada morfologi dan perubahan di dalam
organ atau seluruh tubuh tanaman. Keadaan seperti ini diikuti oleh meningkatnya abscission
serta daun dan buah berguguran dari batang pokok. Begitu pula pertumbuhan dan
pigmentasi warna hijau berubah menjadi warna kuning, yang akhirnya buah dan daun
terlepas dari batang pokok .
Golongan auksin
• yang termasuk auksin alami : indole-3-asam asetat (IAA), 4-chloro-asam 
indoleasetis, asam fenilasetis (PAA), dan indole-3-asam butirik (IBA). 
• auksin buatan antara lain 1-asam nafthaleneasetis (NAA), 2,4-asam dichlorophenoxyasetis
(2,4-D), dan lain-lain.
• Yang paling penting dari keluarga auksin adalah indole-3-asam asetat (IAA). Ini 
menghasilkan efek auksin pada tanaman secara menyeluruh, dan yang paling ampuh
dari auksin alami, namun molekul kimiawi IAA adalah yang paling labil di larutan air, 
sehingga IAA tidak digunakan secara komersial sebagai regulator pertumbuhan tanaman. 
• Beberapa auksin sintetis seperti 2,4-D dan 2,4,5-asam trichlorophenoxyacetic (2,4,5-T)
telah digunakan sebagai herbisida.
• Menurut Koeffli, Thimann dan went (1966), aktivitas 
auxsin ditentukan oleh :
a. adanya struktur cincin yang tidak jenuh,
b. adanya rantai keasaman (acid chain)
c. pemisahan karboksil grup (-COOH) dari struktur 
cincin.
d. Adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai keasaman.
Tentang sifat dari rantai keasaman, Koeffli (1966) menerangkan bahwa posisi dan panjang
rantai keasaman, berpengaruh terhadap aktivitas auksin. Rantai yang mempunyai karboksil
grup dipisahkan oleh karbon atau karbon dan oksigen akan memberikan aktivitas yang
normal.

2. Giberelin

• Gibberellin adalah turunan dari asam gibberelat. Merupakan hormon tumbuhan alami
yang merangsang pembungaan, pemanjangan batang dan membuka benih yang masih
dorman. Ada sekitar 100 jenis gibberellin, namun Gibberellic acid (GA3)-lah yang paling
umum digunakan. 

• Gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid. Semua kelompok
terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom karbon.GA3

• Unit-unit isoprene ini dapat bergabung sehingga menghasilkan monoterpene (C-10),


Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan triterpene (C-30).Biosintesis giberelin yang
terdapat dalam jamur Gibberella Fujikuroi berproses dari Mevalonic acid sampai menjadi
gibberellin. Di dalam proses biosintesis telah diketemukan zat penghambat 
(growth retardant) di dalam aktivitas ini. Beberapa contoh growth retardant yang
menghambat biosintesis giberelin pada tanaman antara lain Amo-1618 (2-isopropil-4-
dimetil-kamine-5 metil phenil-4pipendine karboksilatmetil klorida) menghambat biosintesis
giberelin pada tanaman mentimun liar (Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618 menghambat
dalam proses perubahan dari Geranylgeranyl pyrophosphat ke Kaurene. Begitu pula growth
retardant CCC (2-chloroethyl) trimethyl (-amonium chloride) memperlihatkan aktivitas yang
sama dengan Amo-1618. 

  Struktur molekul dan aktivitas giberelin


• giberelin merupakan suatu compound (senyawa) yang mengandung "gibban skeleton". 

Menurut Weaver (1972), perbedaan utama pada giberelin adalah:


a. beberapa giberelin mempunyai 19 buah atom karbon dan yang lainnya mempunyai 20
buah atom karbon.
b. Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent gibberellenenumbering system) Semua
giberelin dengan 19 atom karbon adalah monocarboxylic acid yang mengandung COOH grup
pada posisi 7 dan mempunyai sebuah lactonering.

  Di dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak dari tanaman. Senyawa
tersebut tidak mengandung giberelin atau gibberellane structure tetapi termasuk ke dalam
giberelin. Dari hasil penelitian Tamura dkk, ia menemukan suatu substansi dalam jamur 

  Helminthosporium sativum yang dinamakan "helminthosporol" yang aktif dalam


perpanjangan daun pada kecambah padi dan barley. Senyawa lain yang ditemukan tanpa
gibban skeleton yaitu "Steviol", namun aktivitasnya seperti giberelin.

Peranan giberelin bagi tanaman

• Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh pada sifat 
genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran, partohenocarpy, mobilisasi 
karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi kainnya. giberelin
mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel (cell elongation), aktivitas
kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.

Peranan giberelin bagi tanaman


a. Genetic dwarfism
b. Pembungaan (flowering)
c. Parthenocarpy dan fruit set
d. pematangan buah (fruit ripening)
e. Mobilisasi bahan makanan selama fase 
perkecambahan (germination)
f. Stimulasi aktivitas cambium dan 
perkembangn xylem
g. Dormansi

a. Genetic dwarfism
  Genetic dwarfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan olehadanya mutasi. Gejala ini
terlihat dari memendeknya internode. Terhadap Genetic dwarfism ini, giberelin mampu
merubah tanaman yang kerdil menjadi tinggi. Hal ini telah dibuktikan oleh Brian dan
Hemming (1955). Dalam eksperimennya mereka telah memberi perlakuan penyemprotan
gibberellic acid pada berbagai varietas kacang. Hasil dari eksperimen ini menunjukan bahwa
gibberellic acid berpengaruh terhadap tanaman kacang yang kerdil dan menjadi tinggi.

  Mengenai hubungannya dengan cell elengation, dikemukakan bahwa gibbberelline


mendukung pengembangan dinding sel.Menurut van Oberbeek (1966) penggunaan
giberelin akan mendukung pembentukan enzym protolictic yang akan membebaskan
tryptophan sebagai asal bentuk dari auksin. Hal ini berarti bahwa kehadiran giberelin
tersebut akan meningkatkan kandungan auksin.

  Mekanisme lain menerangkan bahwa giberelin akan menstimulasi cell elengation, karena
adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari giberelin, akan mendukung terbentuknya a
amilase. Sebagai akibat dari proses tersebut, maka konsentrasi gula meningkat yang
mengakibatkan tekanan osmotik di dalam sel menjadi naik, sehingga ada kecenderungan sel
tersebut berkembang.

b. Pembungaan (flowering)

  Gibbereline sebagai salah satu hormon tumbuh pada tanaman, mempunyaiperanan dalam
pembungaan. Penelitian yang dilakukan Henny (1981) pada bungan spothiphyllum Mauna
loa. Dari penelitiannya, aktivitas pembungaan 
meningkat  dengan meningkatnya dosis pemberian giberelin.

c. Parthenocarpy dan fruit set


  
  Seperti auksin, giberelin pun berpengaruh terhadap Parthenocarpy. Hasil penelitian
menunjukan bahwa gibberellic acid (GA3) lebih efektif dalam terjadinya 
Parthenocarpy dibanding dengan auksin yang dilakukan pada blueberry. Hasil eksperimen
lain menunjukan pula bahwa GA3 dapat meningkatkan tandan buah  (fruit set) dan hasil.

d. Peranan Gibberellin dalam 

  pematangan buah (fruit ripening)


• Pematangan (ripening) adalah suatu proses fisiologis, yaitu terjadinya perubahan dari
kondisi yang tidak menguntungkan ke suatu kondisi yang menguntungkan, ditandai dengan
perubahan tekstur, warna, rasa dan aroma.
  Dalam proses pematangan ini, giberelin mempunyai peran penting yaitu mampu
mengundurkan pematangan (repening) dan pemasakan (maturing) suatu jenis buah.
  • Dari hasil penelitian menunjukan aplikasi Giberelin pada buah tomat dapat
memperlambat pematangan buah, sedangkan gibberellic acid yang diterapkan pada buah
pisang matang, ternyata pemasakannya dapat ditunda.

e. Mobilisasi bahan makanan 

selama fase perkecambahan (germination)


  • Biji cerealia terdiri dari embrio dan endosperm. Didalam endosperm terdapat masa pati
(starch) yang dikelilingi oleh suatu lapisan "aleuron".. sedangkan embrio itu sendiri
merupakan suatu bagian hidup yang suatu saat akan menjadi dewasa. Pertumbuhan embrio
selama perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan yang berada di dalam
endosperm. Untuk keperluan kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian
secara enzimatik yaitu terjadi perubahanpati menjadi gula yang selanjutnya ditranslokasikan
ke embrio sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya.
  Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Giberelin berperan penting dalam proses aktivitas
amilase. Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan GA yang mengakibatkan aktivitas
amilase miningkat.Aktivitas enzym a amilase dan protease di dalam endosperm juga
didukung oleh GA melalui de novo synthesis. Hal ini ada hubungannya dengan terbentuknya
DNA baru yang kemudian menghasilkan RNA.

f. Stimulasi aktivitas cambium dan perkembangn xylem


• Giberelin mempunyai peranan dalam aktivitas kambium dan perkembangn xylem. 
Aplikasi GA3 dengan konsentrasi 100, 250, dan 500 ppm mendukung terjadinya 
diferensiasi xylem pada pucuk olive. Begitu pula dengan mengadakan aplikasi GA3 + IAA
dengan konsentrasi masing-masing 250 dan 500 ppm, maka terjadi pengaruh sinergis pada
xylem. Sedangkan aplikasi auksin sajatidak memberi pengaruh pada tanaman.

g. Dormansi
  
  Dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji. Menurut Copeland
(1976), dormansi adalah kemampuan biji untuk mengundurkan fase perkecambahannya
hingga saat dan tempat itu menguntungkan untuk tumbuh.Secara umum terjadinya
dormansi adalah disebabkan oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor yang menyebabkan
dormansi pada biji adalah sbb:
1. tidak sempurnanya embrio (rudimentery embriyo)
2. embrio yang belum matang secara fisikologis (physiological immature embriyo)
3. kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis)
4. kulit biji impermeable ( impermeable seed coat)
5. adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (presence of 
germination inhibitors).
Fase yang terjadi dalam dorminasi biji, menurut Amen (1968) ada empat fase yang 
harus dilalui :
1. fase induksi, ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon (hormon 
level)
2. fase tertundanya metabolisme (a period of partial metabolic arrest)
3. fase bertahannya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan yang 
tidak menguntungkan. 
4. Perkecambahan (germination), ditandai dengan meningkatnya hormon dan 
aktivitas enzym.
Peranan hormon tumbuh di dalam biji yang mengalami dorminasi telah dibahas 
oleh warner (1967) yang mengatakan bahwa GA3 dapat menstimulasi sintesis 
ribonuklease, amilase dan protoase di dalam endospem biji barley.

3. Sitokinin

  Hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan
diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xylem.
Aplikasinya untuk merangsang tumbuhnya tunas pada kultur jaringan atau pada tanaman
induk, namun sering tidak optimal untuk tanaman dewasa. 
   sitokinin pertama kali ditemukan dalam kultur jaringan di Laboratories of Skoog and
Strong University of Wisconsin. Material yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
batang tembakau yang ditumbuhkan pada medium sintesis. Menurut Miller et al (1955,
1956), senyawa yang aktif adalah kinetin (6-furfuryl amino purine). Hasil penelitian
menunjukan bahwa purine adenin sangat efektif.
  • Bentuk dasar dari sitokinin adalah adenin (6-amino purine). Adenin merupakan bentuk
dasar yang menentukan terhadap aktifitas sitokinin. Di dalam 
senyawa sitokinin, panjang rantai dan hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut
akan meningkatkan aktifitas zat pengatur tumbuh ini.

  Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan sitokinin dan auksin
dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh Weier et al (1974). Dihasilkan bahwa
apabila dalam perbandingan sitokinin lebih besar dari auksin, maka hal ini akan
memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila sitokinin lebih
rendah dari auksin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar.
Sedangkan apabila perbandingan sitokinin dan auksin berimbang, maka pertumbuhan
tunas, daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi apabila konsentrasi sitokinin itu sedang
dan konsentrasi auksin rendah, maka keadaan pertumbuhan tobacco pith culture tersebut
akan berbentuk callus.
  Sedangkan dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA dan kinetin,apabila digunakan
secara tersendiri akan menstimulasi sintesis DNA dalam tobacco pith culture. Dan menurut
ahli tsb, kehadiran IAA dan kinetin ini diperlukan dalam proses mitosis walaupun IAA lebih
dominan pada fase tersebut.

  Sitokinin berfungsi memacu pembelahan sel danpembentukan organ, menunda penuaan,


meningkatkan aktivitas wadah penampung hara, memacu perkembangan kuncup samping
tumbuhan dikotil, dan memacu perkembangankloroplas dan sintesis klorofil.

4. Etilen

  • Etilen, hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam proses
pematangan buah Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis ethylen berjalan
optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya: Etephon,
Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon 480SL.
  • Struktur kimia etilen sangat sederhana yaitu terdiri dari 2 atom karbon dan 4 atom
hidrogen (H2C=CH2 ).
  • Auksin dosis tinggi dapat merangsang produksi Etilen. Kelebihan Etilen malah dapat
menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun amputasi), dan bahkan
membunuh tanaman.

Peranan etilen bagi tanaman

  Di dalam proses fisiologis, etilen mempunyai peranan penting. Wereing dan Phillips (1970)
telah mengelompokan pengaruh etilen dalam fisiologi tanaman sbb:
a. mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah
b. mendukung epinasti
c. menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada beberapa species
tanaman walaupun etilen ini dapat menstimulasi perpanjangan batang, coleoptyle dan
mesocotyle padatanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi.
d. Menstimulasi perkecambahan
e. Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar 
dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal
f. Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar
g. Mendukung terjadinya abscission pada daun
h. Mendukung proses pembungaan pada nanas
i. Mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek
j. Menghambat transportasi auksin secara basipetal dan lateral
k. Mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auksin yaitu 
konsentrasi auksin yang tinggi menyebabkan terbentuknya etilen. 
Tetapi kehadiran etilen menyebabkan rendahnya konsentrasi auksin di dalam jaringan.
Hubungannya dengan konsentrasi auksin, hormon tumbuh ini menentukan pembentukan
protein yang diperlukan dalam aktifitas pertumbuhan, sedangkan rendahnya konsentrasi
auksin, akan mendukung protein yang akan mengkatalisasi sintesis etilen dan prekursor.
Interaksi etilen dengan auksin.Dari hasil penelitian terhadap tanaman kacang 
(pea), menunjukan bahwa pembentukan etilen lebih tampak pada jaringan meristem
tempat auksin dihasilkan. Disini IAA mengontrol pembentukan etilen dalam perpanjangan
batang pea.

  Hasil penelitian lain menunjukan bahwa adanya penghambatan transportasi auksin oleh
endogenous etilen yang menyebabkan terjadinya abscission pada daun.

5. Inhibitor

  Yang dimaksud dengan istilah inhibitor adalah zat yang menghambat pertumbuhan pada
tanaman, sering didapat pada proses perkecambahan, pertumbuhan pucuk atau dalam
dormansi.
  Di dalam tanaman, inhibitor menyebar disetiap organ tubuh tanaman tergantung dari jenis
inhibitor itu sendiri. Menurut weaver (1972), beberapa jenis inhibitor adalah merupakan
bentuk phenyl compound termasuk phenol, benzoic acid, cinamic acid dan coffeic acid.
Gallic acid dan shikimic acid merupakan turunan dari benzoic acid. Selanjutnya ia
mengemukakan pula bahwa gallic acid dapat diketemukan pada buah yang matang,
sedangkan ferulic acid dan p-coumaric acid merupakan ko faktor untuk IAA oksida.
  Di dalam alam, abscisic acid dapat dijumpai pada daun, batang, rizoma, ubi (tuber), tunas
(bud), tepung sari, buah, embrio, endosperm, ataupun kulit biji (seed coat) misalnya pada
tanaman kentang, kacang, apel, adpokat rose dan kelapa.

  Plant growth retardant adalah inhibitor yang berperan dalam menghambat aktivitas apical
meristematic. Zat kimia yang dikelompokan dalam growth retardant adalah : Amo-1618,
Phosfon-D, CCC (cycocel), SADH (succinic acid-2,2-dimethyl hyrdazide) dan Morphactins
(methyl-2-chloro-9-hydroxy fluorene-9-carboxylate/IT 3456 dan n-butyl-9-hydroxyfluerene-
9-carboxylate/IT 3233).

  Peranan inhibitor di dalam tanaman a. Asam absisatDi dalam tanaman, Asam absisat (ABA)
menyebar di dalam jaringan. Inhibitor ini mempunyai fungsi atau peranan yang berlawanan
dengan zat pengatur tumbuh: auksin, gibberellin, dan sitokinin.

b. Plant growth retardant

  Plant growth retardant adalah inhibitor yang berlawanan dengan kegiatan gibbberellin
pada perpanjangan batang. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Lang dkk dengan
menggunakan CCC dan Amo-1618 pada jamur fusarium moniliforme dan tanaman derajat
tinggi. Ternyata bahwa sintesis gibberellin diblokir sehingga gibberellin tersebut tidak
berpengaruh. Sedangkan SADH menghambat diamin oksida (yang berperan dalam
perubahan tryptamine menjadi IAA).

  Secara garis besar ternyata inhibitor ini menghambat aktivitas auksin, giberelin dan
sitokinin. ABA sebagai salah satu jenis inhibitor mendukung dormansi, abscission dan
senscence. Sedangkan SADH, CCC, Phosfon-D dan Amo-1618 menghambat perpanjangan
batang (cell elongation). Growth retardant ini aktifasinya berlawanan dengan gibberellin.

   MH (Maleic Hydrazide) sering digunakan sebagai herbisida dalam konsentrasi yang tinggi.
Aktifitas MH ini menghambat aktifitas meristematic, sehingga menghambat perpanjangan
batang. 
  
  Begitu pula morphactin dan turunannya, dengan menggunakan konsentrasi yang tinggi,
dapat dipergunakan sebagai pembunuh rumput - rumputan. Peranan bahan kimia ini adalah
menghambat perpanjangan batang dan berfungsi pula untuk memecahkan tunas.

6. Poliamina
  
  • Polyamines mempunyai peranan besar dalam proses genetis yang paling mendasar
seperti sintesis DNA dan ekspresi genetika. Spermine dan spermidine berikatan dengan
rantai phosphate dari asam nukleat. Interaksi ini kebanyakkan didasarkan pada interaksi ion
elektrostatik antara muatan positif kelompok ammonium dari polyamine dan muatan
negatif dari phosphat.

  • Polyamine adalah kunci dari migrasi sel, perkembangbiakan dan diferensiasi pada
tanaman dan hewan. Level metabolis dari polyamine dan prekursor asam amino adalah
sangat penting untuk dijaga, oleh karena itu biosynthesis dan degradasinya harus diatur
secara ketat.
  
  • Polyamine mewakili kelompok hormon pertumbuhan tanaman, namun merekan juga
memberikan efek pada kulit, pertumbuhan rambut, kesuburan, depot lemak, integritas
pankreatis dan pertumbuhan regenerasi dalam mamalia. 

  • Sebagai tambahan, spermine merupakan senyawa penting yang banyakdigunakan untuk


mengendapkan DNA dalam biologi molekuler. 

  • Spermidine menstimulasi aktivitas dari T4 polynucleotida kinase and T7 RNA polymerase


dan ini kemudian digunakan sebagai protokol dalam pemanfaatan enzim.

Beberapa poliamina yang sering ditemukan pada tumbuhan:


DAFTAR PUSTAKA

Anna Kasvaa. 2007. The growth  enhancing effects of


triacontanol.htttp://www.carbonkick.fi. Diakses tanggal 17 JUNI 2011. 

Isbandi, J. 1983. Pertumbuhan dan perkembangan Tanaman. Fakulas Pertanian UGM. 


Yogyakarta.

Nani Sumiati dan Etti Sumiati. 2001.  Pengaruh Vernalisasi, Giberelin, dan Auxin 
terhadap  Pembungaan dan Hasil Biji Bawang Merah. Jurnal Hortikultura (11) 1:  1-8 
2001.

Peranan Zat Pengatur Tumbuh (Z PT) Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan 


Tumbuhan. http://www.iel.ipb.ac.id. Diakses tanggal 17 JUNI 2011

Anda mungkin juga menyukai