Anda di halaman 1dari 63

Modul 3

Sistem Informasi Manajemen

Diklat Teknis
Teknologi Informasi dan Komunikasi
(Information and Comunication Technology)

Ese lon I V

1
SAMBUTAN DEPUTI BIDANG PEMBINAAN DIKLAT APARATUR
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Selaku Instansi Pembina Diklat PNS, Lembaga Administrasi Negara


senantiasa melakukan penyempurnaan berbagai produk kebijakan Diklat
yang telah dikeluarkan sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah Nomor
101 Tahun 2000 tentang Diklat Jabatan PNS. Wujud pembinaan yang
dilakukan di bidang diklat aparatur ini adalah penyusunan pedoman diklat,
bimbingan dalam pengembangan kurikulum diklat, bimbingan dalam
penyelenggaraan diklat, standarisasi, akreditasi Diklat dan Widyaiswara,
pengembangan sistem informasi Diklat, pengawasan terhadap program dan
penyelenggaraan Diklat, pemberian bantuan teknis melalui perkonsultasian,
bimbingan di tempat kerja, kerjasama dalam pengembangan,
penyelenggaraan dan evaluasi Diklat.

Sejalan dengan hal tersebut, melalui kerjasama dengan Departemen


Dalam Negeri yang didukung program peningkatan kapasitas berkelanjutan
(SCBDP), telah disusun berbagai kebijakan guna lebih memberdayakan
daerah seperti peningkatan kapasitas institusi, pengelolaan dan peningkatan
SDM melalui penyelenggaraan Diklat teknis, pengembangan sistem
keuangan, perencanaan berkelanjutan dan sebagainya.

Dalam hal kegiatan penyusunan kurikulum diklat teknis dan modul


diklatnya melalui program SCBDP telah disusun sebanyak 24 (dua puluh
empat) modul jenis diklat yang didasarkan kepada prinsip competency based
training. Penyusunan kurikulum dan modul diklat ini telah melewati proses
yang cukup panjang melalui dari penelaahan data dan informasi awal yang
diambil dari berbagai sumber seperti Capacity Building Action Plan (CBAP)
daerah yang menjadi percontohan kegiatan SCBDP, berbagai publikasi dari
berbagai media, bahan training yang telah dikembangkan baik oleh lembaga
donor, perguruan tinggi, NGO maupun saran dan masukan dari berbagai
pakar dan tenaga ahli dari berbagai bidang dan disiplin ilmu, khususnya yang
tergabung dalam anggota Technical Review Panel (TRP).

Disamping itu untuk lebih memantapkan kurikulum dan modul diklat ini
telah pula dilakukan lokakarya dan uji coba/pilot testing yang dihadiri oleh
para pejabat daerah maupun para calon fasilitator/trainer.

Dengan proses penyusunan kurukulum yang cukup panjang ini kami


percaya bahwa kurikulum, modul diklatnya berikut Panduan Fasilitator serta
Pedoman Umum Diklat Teknis ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
pelatihan di daerah masing-masing.

i
Harapan kami melalui prosedur pembelajaran dengan menggunakan
modul diklat ini dan dibimbing oleh tenaga fasilitator yang berpengalaman dan
bersertifikat dari lembaga Diklat yang terakreditasi para peserta yang
merupakan para pejabat di daerah akan merasakan manfaat langsung dari
diklat yang diikutinya serta pada gilirannya nanti mereka dapat menunaikan
tugas dengan lebih baik lagi, lebih efektif dan efisien dalam mengelola
berbagai sumber daya di daerahnya masing-masing.

Penyempurnaan selalu diperlukan mengingat dinamika yang


sedemikian cepat dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Dengan
dilakukannya evaluasi dan saran membangun dari berbagai pihak tentunya
akan lebih menyempurnakan modul dalam program peningkatan kapasitas
daerah secara berkelanjutan.

Semoga dengan adanya modul atau bahan pelatihan ini tujuan


kebijakan nasional utamanya tentang pemberian layanan yang lebih baik
kepada masyarakat dapat terwujud secara nyata.

ii
KATA PENGANTAR
DIREKTUR JENDERAL OTONOMI DAERAH

Setelah diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan


Daerah, yang kemudian diganti dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, telah
terjadi perubahan paradigma dalam pemerintahan daerah, yang semula lebih
berorientasi sentralistik menjadi desentralistik dan menjalankan otonomi
seluas-luasnya. Salah satu aspek penting kebijakan otonomi daerah dan
desentralisasi adalah peningkatan pelayanan umum dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat, dan meningkatkan daya saing
daerah.

Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan pemerintahan di banyak negara,


salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah
adalah kapasitas atau kemampuan daerah dalam berbagai bidang yang
relevan. Dengan demikian, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada
masyarakat dan peningkatan daya saing daerah diperlukan kemampuan atau
kapasitas Pemerintah Daerah yang memadai.

Dalam rangka peningkatan kapasitas untuk mendukung pelaksanaan


desentralisasi dan otonomi daerah, pada tahun 2002 Pemerintah telah
menetapkan Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas
Dalam Mendukung Desentralisasi melalui Keputusan Bersama Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala
Bappenas. Peningkatan kapasitas tersebut meliputi sistem, kelembagaan, dan
individu, yang dalam pelaksanaannya menganut prinsip-prinsip multi dimensi
dan berorientasi jangka panjang, menengah, dan pendek, serta mencakup
multistakeholder, bersifat demand driven yaitu berorientasi pada kebutuhan
masing-masing daerah, dan mengacu pada kebijakan nasional.

Dalam rangka pelaksanaan peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah,


Departemen Dalam Negeri, dengan Direktorat Jenderal Otonomi Daerah
sebagai Lembaga Pelaksana (Executing Agency) telah menginisiasi program
peningkatan kapasitas melalui Proyek Peningkatan Kapasitas yang
Berkelanjutan untuk Desentralisasi (Sustainable Capacity Building Project for
Decentralization/ SCBD Project) bagi 37 daerah di 10 Provinsi dengan
pembiayaan bersama dari Pemerintah Belanda, Bank Pembangunan Asia
(ADB), dan dari Pemerintah RI sendiri melalui Departemen Dalam Negeri dan
kontribusi masing-masing daerah. Proyek SCBD ini secara umum memiliki
tujuan untuk meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam aspek
sistem, kelembagaan dan individu SDM aparatur Pemerintah Daerah melalui

iii
penyusunan dan implementasi Rencana Tindak Peningkatan Kapasitas
(Capacity Building Action Plan/CBAP).

Salah satu komponen peningkatan kapasitas di daerah adalah Pengembangan


SDM atau Diklat bagi pejabat struktural di daerah. Dalam memenuhi
kurikulum serta materi diklat tersebut telah dikembangkan sejumlah modul-
modul diklat oleh Tim Konsultan yang secara khusus direkrut untuk keperluan
tersebut yang dalam pelaksanaannya disupervisi dan ditempatkan di Lembaga
Administrasi Negara (LAN) selaku Pembina Diklat PNS.

Dalam rangka memperoleh kurikulum dan materi diklat yang akuntabel dan
sesuai dengan kebutuhan daerah, dalam tahapan proses pengembangannya
telah memperoleh masukan dari para pejabat daerah dan telah diujicoba
(pilot test), juga melibatkan pejabat daerah, agar diperoleh
kesesuaian/ relevansi dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh para
pejabat daerah itu sendiri. Pejabat daerah merupakan narasumber yang
penting dan strategis karena merupakan pemanfaat atau pengguna kurikulum
dan materi diklat tersebut dalam rangka memberikan pelayanan kepada
masyarakat.

Kurikulum dan meteri diklat yang dihasilkan melalui Proyek SCBD ini, selain
untuk digunakan di lingkungan Proyek SCBD sendiri, dapat juga digunakan di
daerah lainnya karena dalam pengembangannya telah memperhatikan aspek-
aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.
Selain itu juga dalam setiap tahapan proses pengembangannya telah
melibatkan pejabat daerah sebagai narasumber.

Dengan telah tersedianya kurikulum dan materi diklat, maka pelaksanaan


peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah, khususnya untuk peningkatan
kapasitas individu SDM aparatur daerah, telah siap untuk dilaksanakan.
Diharapkan bahwa dengan terlatihnya para pejabat daerah maka kompetensi
mereka diharapkan semakin meningkat sehingga pelayanan kepada
masyarakat semakin meningkat pula, yang pada akhirnya kesejahteraan
masyarakat dapat segera tercapai dengan lebih baik lagi.

iv
DAFTAR ISI

Sambutan Deputy IV - LAN ........................................................................................i


Kata Pengantar Dirjen Otonomi Daerah - Depdagri ..............................................iii
Daftar Isi ......................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Deskripsi Singkat..................................................................................1
B. Hasil Belajar .........................................................................................1
C. Indikator Hasil Belajar..........................................................................1
D. Pokok Bahasan .....................................................................................2

BAB II KONSEP SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ..............................4


A. Data.......................................................................................................4
B. Informasi............................................................................................... 5
C. Sistem Informasi Manajemen (SIM) ....................................................8
D. Pengelolaan Sumber Daya Informasi ...................................................9
E. Perencanaan Strategis.............................................................................14
F. Keppres dan Inisiatif Pemerintah .......................................................14
G. Latihan ................................................................................................21
H. Rangkuman.........................................................................................22

BAB III ANALISA SISTEM ................................................................................23


A. Pendekatan Umum Pengembangan SIM ............................................24
B. Outsourcing ........................................................................................33
C. Latihan ................................................................................................34
D. Rangkuman.........................................................................................35

BAB IV PENGEMBANGAN APLIKASI SIM ..................................................36


A. Sistem Basis data ................................................................................37
B. Spesifikasi Program Aplikasi .............................................................40
C. Tabel dan Modul dari Suatu Aplikasi.................................................40
D. Pengujian Sistem Aplikasi..................................................................43

v
E. Integrasi Sistem .................................................................................. 43
F. Dokumentasi.......................................................................................44
G. Beberapa Sistem Informasi Manajemen.............................................45
H. Latihan ................................................................................................47
I. Rangkuman.........................................................................................47

BAB V SUMBER DAYA MANUSIA ................................................................48


A. Desentralisasi, Pemerintahan yang bersih dan Kesetaraan
Gender ................................................................................................48
B. Tenaga Kerja Bidang ICT...................................................................50
C. Latihan ................................................................................................52
D. Rangkuman.........................................................................................53

Daftar Pustaka

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

Di tengah lajunya kemajuan industri yang berbasis teknologi telekomunikasi dan


informatika, informasi yang cepat dan akurat semakin menjadi kebutuhan pokok
para decission maker. Informasi merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan
oleh setiap manajemen untuk melakukan pengambilan keputusan. Sedangkan
suatu sistem informasi bertujuan untuk memasok segala kebutuhan informasi
bagi mereka yang membutuhkannya. Sistem informasi yang tepat akan
membantu kebijakan level manajerial dalam hal program-program dan rencana-
rencana operasional serta sasaran yang akan dicapai oleh organisasi atau
perusahaan.

Metode pengembangan Sistem Informasi meliputi beberapa tahap secara umum


sebagai berikut: Perencanaan, Analisis, Perancangan, Pengembangan dan
Penggunaan. Sistem Informasi dalam perusahaan yang dikenal dengan Sistem
Informasi Manajemen (SIM) terbagi menjadi beberapa Sistem Informasi yang
membentuk satu kesatuan informasi yang dibutuhkan.

Informasi sebagai output dari komputer digunakan oleh para manajer, non-
manajer, serta orang-orang dalam organisasi perusahaan. Manajer pada semua
tingkat organisasional perusahaan, lembaga, pemerintahan memerlukan informasi
dalam melaksanakan berbagai fungsi dan perannya. Agar tugasnya berhasil,
manajer memerlukan Informasi. Disamping itu manajer perlu mengerti komputer
(computer literate), tetapi yang lebih penting, mereka perlu mengerti informasi
(information literate).

Pandangan dari pihak manajemen baik pada level bawah, menengah, dan
manajemen tingkat atas tentang pentingnya sistem informasi sebagai bagian
terintegrasi dengan rencana strategis organisasi merupakan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai dari modul ini.

B. Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menjelaskan konsep Sistem


Informasi Manajemen, tahapan pengembangannya, serta dapat menyiapkan
perencanaan pengembangannya sesuai level atau unit organisasi yang dipimpin.

C. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran peserta diharapkan dapat:


1. Menyadari bahwa informasi perlu dikelola seperti sumber daya lainnya.
2. Mengetahui perbedaan antara data dan informasi.
3. Mengetahui elemen sistem informasi berbasis komputer.

1
2

4. Mengetahui jenis-jenis sumber daya informasi.


5. Mampu mengidentifikasi kelemahan/masalah pada sistem informasi berjalan.
6. Mampu menyiapkan rencana pengembangan sistem informasi untuk unit
kerja masing-masing sesuai dengan level manajemen jabatannya.
7. Mengerti bahwa pengembangan sistem informasi merupakan bentuk siklus.
8. Memahami pengertian dan tahapan siklus hidup pengembangan sistem.

D. Pokok Bahasan

Computer Based Information System (CBIS) atau yang dalam Bahasa Indonesia
disebut juga Sistem Informasi Berbasis Komputer merupakan sistem pengolah
data menjadi sebuah informasi yang berkualitas. Telah disepakati bahwa
informasi dipergunakan sebagai alat bantu didalam pengambilan keputusan.
Beberapa istilah yang terkait dengan CBIS yang akan dibahas pada bagian ini
antara lain adalah data, informasi, sistem, dan sistem informasi.

Informasi yang baik ditentukan oleh kualitas informasi tersebut, yaitu ditentukan
oleh tingkat relevansi informasi itu untuk kepentingan tertentu, tingkat kebenaran
informasi, serta informasi tersebut harus tepat waktu. Pembahasan tentang nilai
dan kualitas informasi diuraikan dalam modul ini.

Setiap level manajemen memiliki perbedaan fungsi dan fokus kerja sehingga
membutuhkan informasi yang relevan pula. Karena itulah sebenarnya, informasi
mengikuti karakteristik dari tiap level manajemen yang ada. Karakteristik yang
bisa disebutkan antara lain kepadatan informasi, yaitu apakah informasi tersebut
bersifat detail atau tidak.

Penyusunan perencanaan jangka panjang, juga dikenal sebagai perencanaan


strategis, karena mengidentifikasi tujuan-tujuan yang akan memberi perusahaan
atau Pemda posisi yang paling menguntungkan dalam lingkungannya, serta
menentukan strategi-strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan
strategis Sistem Informasi merupakan tugas pejabat eselon II untuk membuatnya.
Komponen-komponen yang merupakan sumberdaya informasi harus
dikembangkan secara integrasi dengan penyusunan renstra Pemda.

Secara garis besar pokok bahasan modul ini adalah sebagai berikut:

1. Sistem Informasi Manajemen


a. Data
b. Informasi
c. Pengelolaan Sumber Daya Informasi
d. Perencanaan Strategis
e. Keppres dan Insiatif Pemerintah.

2. Analisa Sistem
a. Pendekatan dalam pengembangan SIM
b. Outsourcing.
3

3. Pengembangan Aplikasi SIM


a. Sistem Basis data
b. Spesifikasi Program Aplikasi
c. Tabel dan Modul dari Suatu Aplikasi
d. Pengujian Sistem Aplikasi
e. Dokumentasi
f. Beberapa Sistem Informasi Manajemen.
BAB II
KONSEP SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Setelah mengikuti bab ini, peserta diharapkan mampu:


Memahami dan menjelaskan tentang pengertian Data, Sistem Informasi, nilai informasi,
kualitas informasi, pengelolaan sumber daya informasi, serta mampu menyusun
perencanaan strategis pengembangan Sumber Daya Informasi dan Sistem Informasi
Manajemen.

Informasi merupakan salah satu jenis sumber daya yang penting bagi manajer. Seperti
sumber daya yang lain, ada dua alasan mengapa informasi perlu dikelola, pertama,
bisnis telah menjadi semakin rumit, dan kedua, komputer telah mencapai kemampuan
yang semakin baik.

Seorang manajer harus mampu melihat unitnya sebagai suatu sistem yang terdiri dari
beberapa subsistem dan berada dalam supersistem yang lebih besar. Perusahaan atau
Pemda adalah suatu sistem yang bersifat fisik, namun dikelola dengan menggunakan
suatu sistem konseptual. Sistem konseptual itu terdiri dari suatu pengolah informasi
yang mengubah data menjadi informasi dan menggambarkan sumber daya fisik.

Aplikasi komputer yang utama pada suatu perusahaan adalah pengolahan data
akutansi. Aplikasi tersebut lalu diikuti oleh empat aplikasi lain: sistem informasi
manajemen (management information systems) sistem pendukung keputusan
(decision support systems), kantor virtual (virtual office), dan sistem berbasis
pengetahuan (knowledge-based systems). Kelima aplikasi ini membentuk sistem
informasi berbasis komputer (computer-based information system) atau CBIS.

A. Data

Menurut beberapa sumber, ada beberapa pengertian data. Bagian ini akan
mengutip tiga pengertian data dari sudut pandang yang berbeda-beda.

1. Menurut kamus bahasa, data diterjemahkan sebagai istilah yang berasal dari
kata “datum” yang berarti fakta atau bahan-bahan keterangan.

2. Dari sudut pandang bisnis, pengertian data bisnis sebagai berikut:


a. “Business data is an organization's description of things (resources) and
events (transactions) that it faces”.
b. Jadi data, dalam hal ini disebut sebagai data bisnis, merupakan deskripsi
organisasi tentang sesuatu (resources) dan kejadian (transactions) yang
terjadi.

3. Pengertian yang lain mengatakan bahwa “data is the description of things


and events that we face”.

4
5

Data merupakan deskripsi dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi. Jadi pada
intinya, data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan
merupakan kesatuan nyata yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar
suatu informasi.

Data: angka, catatan, keterangan dan lain-lain yang diperoleh dari berbagai
aktivitas kegiatan statistik ataupun sensus; dikenal sebagai ‘raw material of
information’

B. Informasi

Berikut juga akan disampaikan pengertian informasi dari berbagai sumber:


1. Menurut Gordon B. Davis dalam bukunya Management Informations System:
Conceptual Foundations, Structures, and Development menyebut informasi
sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang berguna bagi
penerimanya dan nyata, berupa nilai yang dapat dipahami di dalam keputusan
sekarang maupun masa depan.
2. Menurut Barry E. Cushing dalam buku Accounting Information System and
Business Organization, dikatakan bahwa informasi merupakan sesuatu yang
menunjukkan hasil pengolahan data yang diorganisasi dan berguna kepada
orang yang menerimanya.
3. Menurut Robert N. Anthony dan John Dearden dalam buku Management
Control Systems, menyebut informasi sebagai suatu kenyataan, data, item
yang menambah pengetahuan bagi penggunanya.
4. Menurut Stephen A. Moscove dan Mark G. Simkin dalam bukunya
Accounting Information Systems : Concepts and Practise mengatakan
informasi sebagai kenyataan atau bentuk-bentuk yang berguna yang dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis.

Dari keempat pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa informasi


merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi
yang menerimanya. Menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat
digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan.

Informasi: Hasil pengolahan data, secara analitis dan secara inteligen


sedemikian rupa sehingga ‘siap pakai’ dalam proses operasional dan aktivitas
manajemen; khususnya dalam meminimalisasi ‘uncertainty’.

Sistem: merupakan kumpulan beberapa komponen atau bagian yang terpadu


(integrated element), saling berinterksi untuk mencapai suatu tujuan yang sama
(common purpose/objective). Suatu organisasi seperti perusahaan atau suatu
bidang fungsional cocok dengan definisi ini. Organisasi terdiri dari sejumlah
sumber daya seperti telah kita bahas sebelumnya, dan sumber daya tersebut
bekerja menuju tercapainya suatu tujuan tertentu yang ditentukan oleh pemilik
atau manajemen.
6

Manajemen: segala kegiatan terkait dengan tugas manajer dikenal sebagai


‘management functions’, POAC: perencanaan (Planning), pengorganisasian
(Organizing), pelaksanaan (Actuiting) dan pengawasan dan evaluasi
(Controlling).

Pengolahan Data, dapat menghasilkan antara lain:


Klasifikasi, rekapitulasi, grouping, tabulation & cross-tabulation (distribusi
frekuensi), rata-rata hitung (mean/average), rata-rata ukur (geometric mean),
standar deviasi (SD), Median, Kuartil, Desil, Persentil, pengurutan, pembuatan
berbagai ‘pelaporan’, Uji Statistik & Epidemilogi, dan lain-lain.

Suatu pengolahan data sebenarnya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Manual: melidi atau tally-mark
2. Menggunakan Mesin Hitung/Calculator
3. Menggunakan ‘Mesin Sortir’
4. ‘Menghitung’ dengan ‘Komputer’ Lotus-123, Excel
5. ‘Memerintah’ Komputer (Computerization)
6. Program Application Development (SIMPEG, dan lain-lain)

Pada gambar 2.1 ditunjukkan proses pengolahan data menjadi informasi, dimana
alat yang melakukan pengolahan adalah sistem komputer termasuk sistem
jaringan dan komunikasinya.

INPUT OUTPUT

PROSES

PENDAPATAN TAHUNAN

700.000.000
600.000.000
500.000.000
400.000.000
300.000.000
200.000.000
100.000.000
0
PENDAPATAN PENDAPATAN PENDAPATAN
KAMAR KAMAR KAMAR
PERAWATAN PERAWATAN PERAWATAN
Lt.3 Lt.4 Lt.5

Data Pengolahan Data


Informasi
(Komputerisasi) )

SISTEM PENGOLAHAN DATA

Gambar 2.1. Sistem Pengolahan Data Menjadi Informasi


7

1. Nilai Informasi

Nilai suatu informasi berhubungan dengan keputusan. Hal ini berati bahwa
bila tidak ada pilihan atau keputusan, informasi menjadi tidak diperlukan.
Keputusan dapat berkisar dari keputusan berulang yang sederhana sampai
keputusan strategis jangka panjang. Sedangkan parameter untuk mengukur
nilai sebuah informasi tersebut, ditentukan dari dua hal pokok yaitu Manfaat
(benefit) dan Biaya (cost). Suatu informasi dikatakan bernilai bila
manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkannya
dan sebagian besar informasi tidak dapat tepat ditaksir keuntungannya
dengan satuan nilai uang, tetapi dapat ditaksir nilai efektivitasnya. Dapat
pula dikatakan bahwa pengukuran nilai sebuah informasi akan lebih tepat
jika menggunakan analisis cost effectiveness atau cost benefit.

2. Kualitas Informasi

Sedangkan kualitas informasi sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 hal


pokok, yaitu relevancy, accuracy dan timelinness.

a. Relevansi (relevancy)
Informasi dikatakan berkualitas jika relevan bagi pemakainya.
Pengukuran nilai relevansi, akan terlihat dari jawaban atas pertanyaan
“how is the message used for problem solving (decision masking)?”
Informasi akan relevan jika memberikan manfaat bagi pemakainya.
Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya
berbeda. Misalnya informasi mengenai hasil penjualan barang mingguan
kurang relevan jika ditujukan pada manajer teknik, tetapi akan sangat
relevan bila disampaikan pada manajer pemasaran.

b. Akurasi (accuracy)
Sebuah informasi dapat dikatakan akurat jika informasi tersebut tidak
bias atau menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus jelas
mencerminkan maksudnya. Ketidakakuratan sebuah informasi dapat
terjadi karena sumber informasi (data) mengalami gangguan atau
kesengajaan sehingga merusak atau merubah data-data asli tersebut.
Beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap keakuratan sebuah
informasi antara lain adalah:

1) Kelengkapan (completeness) informasi.


“Are necessary message items present?” Informasi yang komplet,
berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki
kelengkapan yang baik, karena bila informasi yang dihasilkan
sebagian-sebagian tentunya akan mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan atau menentukan tindakan secara keseluruhan, sehingga
akan berpengaruh terhadap kemampuannya untuk mengontrol atau
memecahkan suatu masalah dengan baik.
8

2) Kebenaran (correctness) informasi.


“Are message items correct?” Informasi yang dihasilkan oleh proses
pengolahan data, haruslah benar sesuai dengan perhitungan-
perhitungan yang ada dalam proses tersebut. Sebgai contoh, jika
sebuah informasi menunjukkan total nilai gaji yang harus dibayarkan
pada seorang pegawai, maka informasi tersebut haruslah sudah benar
dan memuat perhitungan-perhitungan matematis yang ada di dalam
prosesnya seperti perhitungan tunjangan, perhitungan potongan dan
sebagainya.

3) Keamanan (security) informasi.


Keamanan sebuah informasi, tergambar dari jawaban atas pertanyaan
“Did the message reach all or only the intended systems users? “

c. Tepat waktu (timeliness)


“How quickly is input transformed to correct output?” Bahwa informasi
yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan data, datangnya tidak
boleh terlambat (usang). Informasi yang terlambat tidak akan
mempunyai nilai yang baik, sehingga kalau digunakan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan dapat menimbulkan kesalahan dalam
tindakan yang akan diambil. Kebutuhan akan tepat waktunya sebuah
informasi itulah yang pada akhirnya akan menyebabkan mahalnya nilai
suatu informasi. Hal itu dapat dipahami karena kecepatan untuk
mendapatkan, mengolah dan mengirimkan informasi tersebut
memerlukan bantuan teknologi-teknologi terbaru.

C. Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Sistem informasi manajemen (management information systems) yang sering


disingkat SIM merupakan penerapan sistem informasi di dalam suatu organisasi
guna mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan
manajemen.

SIM merupakan kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang


bertanggungjawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menyediakan
informasi yang berguna bagi semua tingkatan manajemen di dalam kegiatan
perencanaan dan pengendalian.

Sistem-sistem informasi yang dimaksud dalam SIM tergantung besar kecilnya


organisasi. Sistem-sistem informasi tersebut antara lain :
1. Sistem informasi akuntansi, menyediakan informasi dari transaksi keuangan.
2. Sistem informasi pemasaran, menyediakan informasi untuk penjualan,
promosi, kegiatan-kegiatan penelitian pasar dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan pemasaran.
3. Sistem informasi personalia, menyediakan informasi tentang kepegawaian.
4. Sistem informasi pembelian
5. Sistem informasi teknik dan lain-lain.
9

Semua sistem-sistem informasi tersebut di atas dimaksudkan untuk memberikan


informasi kepada semua tingkatan manajemen, seperti terlihat pada gambar 2.2.

Tingkatan Manajemen

Gambar 2.2. Informasi Dari SIM Untuk Semua Tingkat Manajemen

D. Pengelolaan Sumber Daya Informasi

Tugas utama manajemen adalah mengelola sumber daya agar tercapai tujuan
perusahaan atau organisasi. Pengelolaan sumber daya harus dilakukan secara
efektif agar memberi manfaat dan hasil yang optimal. Seorang manajer
mengelola sumber daya yang memiliki wujud, ada secara fisik dan dapat disentuh
yaitu: Manusia, Material, Mesin (termasuk fasilitas dan energi), dan Uang.
Selain sumber daya fisik, seorang manajer juga harus mampu mengelola sumber
daya yang kelima, informasi, yang memiliki nilai dari apa yang diwakilinya,
bukan dari bentuk wujudnya. Kita gunakan istilah sumber daya konseptual untuk
menggambarkan informasi dan data. Para manajer menggunakan sumber daya
konseptual untuk mengelola sumber daya fisik.

Sumber daya diperoleh dan disusun agar siap digunakan saat diperlukan. Dalam
proses penyusunan seringkali dilakukan pengubahan mentah menjadi bentuk
yang lebih halus, seperti pelatihan pegawai atau konstruksi suatu bagian mesin
yang khusus. Setelah sumber daya ini disusun, manajer berusaha untuk
memaksimalkan penggunaannya. Manager meminimalkan waktu yang terbuang
dan menjaganya agar berfungsi pada efisiensi puncak. Akhirnya, manajer
mengganti sumber daya ini pada saat kritis-sebelum sumber daya tersebut
menjadi tidak efisien atau usang.

Kita dapat melihat dengan mudah bagaimana manajer mengelola sumber daya
fisik, tetapi manajemen juga mencakup pengelolaan sumber daya konseptual.
Manajer memastikan bahwa data mentah yang diperlukan terkumpul dan
kemudian diproses menjadi informasi yang berguna. Kemudian manajer
memastikan bahwa orang yang layak dalam organisasi menerima informasi
tersebut dalam bentuk yang tepat pada saat yang tepat sehingga informasi
tersebut dapat dimanfaatkan. Akhirnya manajer membuang informasi yang tidak
10

berguna lagi dan menggantikannya dengan informasi yang terkini dan akurat.
Seluruh aktivitas ini; memperoleh informasi, menggunakannya seefektif
mungkin, dan membuangnya pada saat yang tepat; disebut manajemen informasi.

1. Manajemen

a. Tingkatan Manajemen

Manajer pada puncak hirarki organisasi, seperti direktur, kepala dinas,


kepala pusat dan para wakil direktur, sering disebut berada pada tingkat
perencanaan starategis (strategic planning level 3). Istilah ini
menunjukkan pengaruh atas keputusan-keputusan yang diambil pada
seluruh organisasi selama beberapa tahun mendatang.

Manajer tingkat menengah mencakup manajer wilayah, direktur


produk, pejabat eselon III (kepala bidang) dan kepala divisi. Tingkat
mereka dinamakan tingkat pengendalian manajemen (management
control level) yang menyadari bahwa tanggung jawab mereka
mengubah rencana menjadi tindakan dan memastikan agar tujuan
tercapai.

Manajer tingkat bawah mencakup kepala departemen, penyelia


(supervisor), dan pemimpin proyek, yang bertanggung jawab
menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para
manajer di tingkat yang lebih tinggi. Tingkat manajemen terendah ini
disebut tingkat pengendalian operasional (operational controller),
karena disinilah operasi perusahaan atau organisasi berlangsung.
Manajer operasional ini pada organisasi Pemda adalah pejabat eselon
IV.

Istilah eksekutif sering digunakan untuk menggambarkan seorang


manajer pada tingkat perencanaan strategis. Di beberapa perusahaan,
direktur dan sejumlah wakil direktur membentuk suatu komite eksekutif
yang menangani masalah-masalah besar yang dihadapi perusahaan.

Saat merancang sistem informasi, penting untuk mempertimbangkan


tingkatan manajer, karena hal ini dapat mempengaruhi sumber
informasi dan cara penyajiannya. Grafik sebelah atas pada Gambar 2.3
menunjukkan bahwa para manajer pada tingkat perencanaan strategis
lebih menekankan informasi lingkungan daripada manajer di tingkat
yang lebih bawah, dan para manajer di tingkat pengendalian operasional
menganggap informasi internal sebagai yang paling penting.
11

Top Level External/Environmen

Middle Level Internal

Lower Level

Gambar 2.3. Pengaruh Sumber Informasi terhadap Tingkat


Manajemen

Gambar 2.4 di bawah menunjukkan bahwa manajer tingkat perencanaan


strategis memilih informasi dalam bentuk ringkas, sedangkan manajer
tingkat pengendalian operasional memilih bentuk yang rinci.

Top Level Ringkasan/Summary

Middle Level
Rinci/Detail

Lower Level

Gambar 2.4. Pengaruh Bentuk Informasi terhadap Tingkat


Manajemen

b. Karakteristik Informasi pada level manajemen

Sehubungan dengan pengembangan SIM berbasis komputer dalam


sebuah organisasi yang bergerak di bidang bisnis khususnya, informasi
mengambil beberapa karakteristik. Karakteristik yang berbeda tersebut
biasanya disebabkan pembagian tingkat manajemen yang diberlakukan
dalam sebuah organisasi bisnis. Setiap level manajemen memiliki
perbedaan fungsi dan fokus kerja sehingga membutuhkan informasi
yang relevan pula. Karena itulah sebenarnya, informasi mengikuti
karakteristik dari tiap level manajemen yang ada. Beberapa
karakteristik yang bisa disebutkan antara lain:

1) Kepadatan Informasi
Manajemen tingkat bawah biasanya memerlukan informasi yang
berkarakter mendetail dan terperinci atau dengan kata lain, kurang
padat. Hal tersebut terjadi karena manajemen level bawah lebih
banyak berkecimpung dengan tugas pengendalian operasi langsung.
Sedangkan untuk manajemen yang lebih tinggi, biasanya informasi
makin tersaring, lebih ringkas dan semakin padat.
12

2) Frekuensi Informasi
Frekuensi informasi yang diterima manajemen yang berbeda akan
berbeda pula. Untuk manajemen tingkat bawah biasanya lebih
cenderung rutin karena berkaitan dengan tugas dan pekerjaan yang
rutin pula serta berulang-ulang. Semakin tinggi level manajemen,
informasi yang dibutuhkan akan semakin tidak rutin dan seringkali
ad hoc atau mendadak karena manajemen yang makin tinggi
seringkali dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tidak
terstruktur dimana pola dan waktunya tidak pasti.

3) Jadwal Informasi
Masih berkaitan dengan frekuensi. Karakter informasi yang
disajikan secara periodik dan jadwal yang jelas biasanya dikonsumsi
oleh manajemen tingkat bawah. Sedangkan manajemen yang lebih
tinggi biasanya tidak terjadwal.

4) Periode Informasi Tersebut Dibutuhkan


Manajemen tingkat bawah lebih membutuhkan informasi historis
untuk mengevaluasi tugas-tugas rutin yang sudah terjadi. Sedangkan
karakter informasi yang dibutuhkan oleh manajemen yang lebih
tinggi cenderung informasi prediksi yang menyangkut nilai masa
depan.

5) Akses Informasi
Informasi historis, rutin/periodik, berulang-ulang dapat diakses
secara offline. Sajian offline ini ditujukan untuk manajemen tingkat
bawah. Sebaliknya, untuk manajmen tingkat atas yang memerlukan
informasi kapanpun diperlukan akses informasi secara online.

6) Luas Informasi
Terfokus pada masalah tertentu digunakan oleh manajmen tingkat
bawah yang memang mempunyai tugas yang khusus. Sedangkan
untuk manajemen tingkat atas membutuhkan informasi yang
semakin luas karena manajemen tingkat atas berhubungan dengan
permasalahan yang lebih luas.

7) Sumber Informasi
Manajemen tingkat bawah biasanya lebih terfokus pada
pengendalian operasi internal perusahaan, maka manajemen tingkat
ini memerlukan informasi yang bersumber pada internal perusahaan
itu sendiri. Sedangkan untuk menejemen tingkat atas yang
berorientasi pada strategi dan perencanaan di masa yang akan
datang, selain informasi internal, diperlukan juga informasi yang
bersumber dari eksternal perusahaan itu sendiri.
13

8) Bidang Fungsional
Disamping berbagai tingkat organisasi tersebut, manajer terdapat
dalam berbagai bidang fungsional perusahaan, tempat berbagai
sumber daya dipisahkan menurut pekerjaan yang dilakukan. Tiga
bidang fungsional yang tradisional adalah pemasaran, manufaktur,
dan keuangan. Belakangan ini, dua bidang tambahan menjadi
semakin penting, yaitu sumber daya manusia dan jasa informasi.
Istilah jasa informasi (information services) digunakan untuk
menggambarkan unit organisasi perusahaan, yang bertanggung
jawab untuk mengelola sumber daya informasi perusahaan. IS juga
digunakan, tetapi dapat juga berarti information systems (sistem
informasi). Anda sering melihat singkatan IT, yang berarti
information technology (teknologi informasi). Sekarang istilah ini
sudah berkembang menjadi ICT (Information Communication
Technology). Penambahan kata communication, karena keterkaitan
teknologi yang dekat dan sudah menyatu antara teknologi informasi
dan teknologi komunikasi. Kita menggunakan istilah sumber daya
informasi untuk menjelaskan sumber daya seperti peralatan
komputer (termasuk sistem jaringan), program, dan data, yang tidak
hanya berlokasi di unit jasa informasi tetapi juga di seluruh unit-unit
perusahaan atau lembaga pemerintahan.

2. Sumber Daya Informasi


Sejumlah usaha awal dalam manajemen informasi terfokus pada data. Usaha
tersebut sejalan dengan meluasnya penggunaan sistem manajemen database
(database management systems), atau DBMS, selama tahun 1970-an dan
1980-an. Perusahaan beralasan bahwa jika mereka mengelola data dengan
menerapkan DBMS yang berbasis komputer, berarti mereka juga akan
mengelola informasi yang mereka miliki. Pandangan bahwa data dan
informasi adalah sumber daya yang perlu dikelola seperti sumber daya lain
masih lazim dan merupakan pendekatan positif untuk penggunaan komputer.

Namun, telah muncul pandangan tambahan lain, yaitu pandangan bahwa


Anda dapat mengelola informasi dengan mengelola sumber daya yang
menghasilkan informasi. Dengan kata lain, daripada berkonsentrasi pada
input (data) dan output (informasi), perhatian seharusnya juga diberikan
pada pengolah informasi (information processor) yang mengubah input
menjadi output. Pengolah ini meliputi perangkat keras dan perangkat lunak,
serta orang-orang yang mengembangkan, mengoperasikan, dan
menggunakan sistem. Juga termasuk fasilitas yang menyimpan sumber daya
tersebut. Adapun jenis-jenis sumber daya informasi antara lain :
a. Perangkat Keras Komputer
b. Perangkat Lunak komputer
c. Spesialis Informasi
d. Pemakai
e. Fasilitas
f. Database
14

g. Informasi.

Ketika para manajer perusahaan memutuskan untuk menggunakan informasi


untuk mencapai keunggulan kompetitif, mereka harus menyadari tiap
elemen tersebut sebagai sumber daya informasi. Contohnya, manajer harus
mengerti bahwa pegawai yang mampu menerapkan komputer untuk
permasalahan bisnis adalah sumber daya yang berharga, demikian pula
dengan para pemakai di lingkungannya. Lalu, perusahaan harus mengelola
sumber daya tersebut untuk mencapai hasil yang diinginkan.

E. Perencanaan Strategis

Pada bagian terdahulu telah dibahas lima fungsi manajemen hal ini dikemukakan
oleh seorang ahli manajemen bernama Henry Fayol, yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan staf, pengarahan, dan pengendalian. Fungsi-fungsi
ini dilaksanakan dalam urutan yang telah ditentukan, dengan perencanaan
sebagai dasar semua aktivitas selanjutnya. Perencanaan jangka panjang juga
dikenal sebagai perencanaan strategis karena mengidentifikasi tujuan-tujuan yang
akan memberi perusahaan atau Pemda posisi yang paling menguntungkan dalam
lingkungannya, serta menentukan strategi-strategi untuk mencapai tujuan
tersebut. Pentingnya perencanaan strategis pada manajemen tingkat atas
merupakan alasan Robert Anthony menamakan tingkat itu tingkat perencanaan
strategis.

Ketika perusahaan mengorganisasikan para eksekutifnya ke dalam suatu komite


eksekutif kelompok inilah yang pasti akan memikul tanggung jawab perencanaan
strategis.

1. Perencanaan Strategis Fungsional

Ketika para eksekutif perusahaan telah sepenuhnya berkomitmen pada


perencanaan strategis, mereka melihat perlunya tiap bidang fungsional untuk
mengembangkan rencana strategisnya sendiri. Rencana fungsional merinci
bagaimana bidang-bidang tersebut akan mendukung perusahaan ketika
perusahaan bekerja untuk mencapai tujuan srrategisnya.

Satu pendekatan bagi perencanaan strategis fungsional adalah bahwa tiap


bidang menetapkan rencananya sendiri terlepas dari yang lain. Namun,
pendekatan ini tidak menjamin bahwa bidang bidang tersebut akan bekerja
sama sebagai rangkaian subsistem yang terpadu. Pendekatan tebaik adalah
bagaimana semua bidang fungsional harus bekerja sarna dalarn proses
perencanaan strategis mereka.

2. Perencanaan Strategis Sumber Daya Informasi

Selama beberapa tahun terakhir, jasa informasi mungkin telah mencurahkan


lebih banyak perhatian pada perencanaan strategis daripada sebagian besar
15

bidang yang lain. Istilah untuk menggambarkan aktivitas ini awalnya adalah
transformasi kumpulan strategi (strategy set transformation). Istilah yang
lebih baru, yaitu perencanaan strategis sumber daya informasi (strategic
planning for information resources) telah menjadi populer.

Ketika jasa informasi mulai mengembangkan rencana-rencana strategis,


pendekatan yang dianjurkan adalah mendasarkan rencana tersebut
sepenuhnya pada tujuan strategis perusahaan atau pemerintahan baik daerah
ataupun pusat, yang diistilahkan dengan kumpulan strategi organisasi
(organizational strategy set). Langkah kedua, yang terpisah, adalah rencana
jasa informasi yang dibuat untuk mendukung tujuan perusahaan atau
organisasi Pemda. Rencana jasa informasi itu disebut kumpulan strategi SIM
(MIS strategic set), dan terdiri dari sejumlah tujuan, kendala dan strategi.
Pendekatan ini, yang dinamakan transformasi kumpulan strategi (Strategic
Set Transformation), digambarkan pada gambar 2.5.

Solusi untuk masalah tidak memadainya sumberdaya informasi adalah


perencanaan strategis sumberdaya informasi (strategic planning for
information resources), atau SPIR. Ketika organisasi menetapkan SPIR,
rencana strategis untuk jasa informasi dan organisasi dikembangkan secara
bersamaan. Rencana organisasi menggambarkan dukungan yang dapat
disediakan oleh jasa informasi, dan rencana jasa informasi mencerminkan
kebutuhan sistem dimasa depan. Gambar 2.6. menggambarkan cara setiap
proses perencanaan mempengaruhi yang lainnya.

Kelompok Strategi Kelompok Strategi


Organisasi Informasi

Misi
Tujuan Tujuan Sistem
Proses Perencanaan Kendala Sistem
Strategi Strategis SIM

Elemen lain Strategi


strategi rancangan
organisasi sistem

Gambar 2.5. Transformasi Kumpulan Strategi


16

Kelompok Strategi Kelompok Strategi


Organisasi Informasi

Sumber daya
Pengaruh Pada Sumber Informasi
Daya Informasi
Strategi Dan Strategi
Bisnis Sistem
Pengaruh pda strategi Informasi
bisnis

Gambar 2.6. Perencanaan Strategis Sumberdaya Informasi

Gambaran Strategi yang ingin dicapai oleh projek SCBD untuk Pemda yang
terlibat dalam proyek SCBD secara umum diperlihatkan pada gambar 2.7
yang disebut sebagai grand strategi, perubahan tentang rencana ini tentunya
dapat dilakukan dengan diskusi intensif. Pada pelatihan ICT ini adalah satu
kesempatan untuk diskusi tersebut.

Grand Strategy SCBD menuju Good -Governance


Good-Governance
9.

Com m u nica t ions

Colla bor a t ion


Operation Strategy
I nfor m a t ion

1. Registration 2. Web Dev. 4. Display


ID Generation 3.Cataloging 5. GIS
Product/service

7. Executive Information System

14. Application Application Programming Interface


6. Directory
Matching
13. System
Management
System API

Application Platform

Alliances: 8 Online Security


• Enterprise Module
Public • Information
Partners
10 Digital ID
Access • Channel Access 11 Network/App.
• E- Business Monitoring
12 Discovery
Members Access Engine

Gambar 2.7. Grand Strategy SCBD menuju Good Govenance


17

F. Keppress dan Inisiatif Permerintah

Dalam rangka suksesnya pengembangan dan penerapan Teknologi Informasi dan


Komunikasi (TIK), Pemerintah Daerah perlu melakukan rencana dan usaha
mendasar, seperti: Penetapan master plan atau Rencana Strategis TIK;
Pembuatan Regulasi, Pembentukan Dewan atau Tim Koordinasi Pengembangan
TIK, serta Inisiatif lainnya yang mendukung perkembangan TIK.

1. Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (DTIKN)

Beberapa langkah-langkah strategis seperti disebutkan diatas telah dilakukan


Pemerintah Pusat. Pada penghujung tahun 2006, tepatnya pada tanggal 13
November, Presiden Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang
Yudhoyono mendeklarasikan berdirinya Dewan Teknologi Informasi dan
Komunikasi Nasional (DTIKN). Pembentukan dewan ini dituangkan dalam
Surat Keputusan Presiden (Keppres) No 20/2006. Dewan ini merupakan
kelompok kerja yang dibentuk untuk mendorong penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi Indonesia. Dalam Keppres ini sebagai Ketua
Pengarahnya adalah Presiden RI dengan aggotanya 11 menteri. Suatu
kutipan dari pidatonya pada hari tersebut perlu dicerna yaitu: “Masa depan
negeri kita akan cerah kalau dua hal penting di negeri ini berjalan dengan
baik: Yang pertama Education, yang berkaitan dengan Human Capital.
Kedua adalah Good Governance, yang mengelola semua Resource dengan
baik. Untuk mendorong terjadinya akselarasi terwujudnya dua hal tersebut
diatas adalah dengan pendayagunaan TIK secara luas di pemerintahan.

Apa yang ingin dihasilkan DTIKN merupakan satu upaya memperbaiki


strategi bangsa dalam mengembangkan TIK dengan merombak struktur
lembaga penggerak yang ada sebelumnya, yakni Tim Koordinasi Telematika
Indonesia (TKTI). Sebagai kilas balik, TKTI dibentuk pertama kali pada 31
Juli 1997, di akhir masa pemerintahan Presiden Soeharto. Menurut Keppres
30/1997, Ketua TKTI dijabat Menteri Koordinasi bidang Praduksi dan
Distribusi. Di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, pada 20
Oktober 1999 susunan TKTI diubah. Dalam Keppres 186/1999, jabatan
Ketua TKTI dijabat oleh Menteri Pengawasan Pembangunan dan
Pendayagunaan Aparatur Negara. Susunan TKTI diperbaharui lagi oleh
Abdurrahman Wahid pada 27 April 2000 dengan Keppres No. 50/ 2000.

Menurut Keppres tersebut, ketua TKTI dijabat oleh wakil presiden . Setelah
hampir tiga tahun jabatan ketua TKTI dilakoni wakil presiden, Presiden
Megawati Soekarnoputri mengeluarkan Keppres No. 9/2003. Kali ini,
Keppres bertanggal 27 Januari 2003 itu mengalihkan jabatan ketua TKTI
dari wakil presiden kepada Menteri Negara Komunikasi dan Informasi.
Struktur baru ini juga melibatkan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan,
Menteri Perhubungan, Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menteri
Kehakiman dan HAM, Menteri Riset dan Teknologi, serta Sekretaris Negara
sebagai anggota.
18

Seperti halnya strategi Malaysia Super Coridor, DTIKN akan melaksanakan


flagship program, yakni program yang memiliki dampak besar pada
pemerintahan, masyarakat, dan internasional. Flagship program terdiri dari
19 program yang dikelompokkan atas 4 komponen cetak biru sebagai
berikut:
a. Infrastruktur TIK
Palapa Ring Project
Implementasi Digital TV Terestrial
Implementasi 3G
Pengembangan Broadband Wireless (BWA)
Program PC murah
b. E-Government
E-Procurement & e-service
Nasional Single Window
Nomor Induk Nasional (NIN)
E-Anggaran
Legalisasi Software Pemerintah
c. E-Edukasi
Pengembangan Software Pendidikan
Standar Kompetensi Profesi SDM TIK
E-Education (Pendidikan Formal)
E-Learning (Pendidikan non Formal)
Kampanye Penggunaan Internet untuk Pendidikan
d. Pengembangan Industri TIK dan Perangkat Pendukung
Pembangunan & Pengembangan Tecnopark
Venture Capital untuk Industri TIK
UU ITE
UU Konversi TIK

Keempat komponen Cetak biru ini akan dilaksanakan oleh Tim Pelaksana
dengan ketua Menkominfo dan wakil ketua Kemal A. Stamboel. Beberapa
flagship program pelaksanaannya akan melibatkan lintas instansi, dengan
target pencapaian paling akhir pada tahun 2009.

Beberapa Kegiatan Lintas Instansi dalam Roadmap TIK Indonesia

No Program Penjelasan/Hasil yang Dicapai


1 Palapa Ring Project Akses komunikasi terhubung di
(pembagunan infrastruktur 50% Kota/Kabupaten
fiber optic)
2 Pengembangan Broadband Tersedianya service BWA di kota-
Wireless (BWA) kota besar
3 Implementasi e-procurement Semua tender pemerintah
transparan, dilakukan secara
e-procurement
19

No Program Penjelasan/Hasil yang Dicapai


4 E-service Layanan Pemerintak kepada
masyarakat akan transparan
5 Nasional Single Window Peluang Ekspor dan Impor lebih
besar dan proses lebih cepat
6 Nomor Induk Nasional Semua penduduk tercatat dengan
(NIN) data yang unique
7 E-Anggaran Koordinasi anggaran nasional antara
departemen dan DPR
8 Legalisasi Software Jumlah pembajakan berkurang,
Pemerintah implementasi IGOS lebih luas
(pembajakan Pemerintah 0%,
nasional 65%), dan citra positip
indonesia.
9 Pengembangan Software Service provider didorong untuk
Pendidikan mengembangkan software sebagai
alat Bantu pengajaran
10 Standar Kompetensi Profesi Sertifikasi Nasional bidang TIK
SDM TIK
11 Implementasi E-Education Sebagian besar perguruan tinggi dan
(Pendidikan Formal) SMA dan SMK terhubung Internet
dan literasi TIK dan SDM
mempunyai kemampuan TIK
meningkat
12 E-Learning (Pendidikan non Pembelajaran melalui internet dan
Formal) atau media TIK lainnya
13 Kampanye Penggunaan Penggunaan Internet meningkat
Internet untuk Pendidikan menjadi 50 juta
14 Pembangunan & Tersedianya Technopark yang
Pengembangan Tecnopark integrated antar akademik dan
industri
15 UU ITE Keamanan Data dan Transaksi
elektronik terjamin
16 UU Konversi TIK Regulasi TIK lintas Industri terkait
yang efektif dan efisien

2. Indonesia, Go Open Source (IGOS)

Suatu upaya/inisiatif nasional dengan koordinasi Menristek dalam rangka


memperkuat sistem teknologi informasi nasional serta pemanfaatan
perkembangan teknologi informasi global melalui pengembangan dan
pemanfaatan Open Source Software (OSS). Perangkat lunak sistem operasi
(operating system) yang utama adalah linux. Berdasarkan sistem operasi linux
ini dikembangkan software aplikasi seperti word processing, spreadsheet, dan
sistem aplikasi perkantoran lainnya yang terintegrasi dalam program IGOS
ini.
20

Tujuan

a. Memperkecil kesenjangan teknologi informasi dengan memanfaatkan


OSS baik tingkatan masyarakat di Indonesia maupun tingkatan global.
b. Meningkatkan inovasi/kreatifitas pengembang perangkat lunak
nasional.
c. Mendorong, meningkatkan dan menciptakan program-program
pemerintah bidang teknologi informasi skala nasional yang berdampak
pada :
1) politis (percepatan program e-government);
2) ekonomi (penghematan devisa dalam pengadaan lisensi, stimulasi
pengembangan industri Teknologi Informasi, peningkatan industri
software dalam negeri);
3) sosial dan budaya (peningkatan jumlah pengguna komputer,
pelatihan, akses informasi);
4) pendidikan (iptek; e-learning; e-library);
5) hankamnas (pertukaran informasi/traffcking lebih terlindungi).

Latar Belakang

a. Salah satu isue global tentang Information Communication and


Technology (ICT) adalah OSS.
b. Berlakunya undang-undang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
serta mengatasi meningkatnya pembajakan perangkat lunak.
c. Adanya kesenjangan teknologi informasi antara negara berkembang
dengan negara maju:

1) Kesepakatan World Summit on the Information Society (WSIS),


Desember 2003 - pemerintah bersama swasta bekerja sama dalam
pengembangan OSS dan free software;
2) Hasil kajian The United Nation Conference on Trade Development
(UNCTAD) tahun 2003 - negara berkembang direkomendasikan
untuk mengadopsi Free OSS.

Strategi

a. Dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan dengan tetap pada


orientasi pada pencapaian target.
b. Pemerintah berperan sebagai suri-tauladan : instansi pemerintah sebagai
pengguna OSS.
c. Pendekatan yang tidak berpihak (netral) : tidak ada pemihakan antara
OSS dengan sistem perangkat lunak lainnya.

Open Source Software (OSS)

Perangkat lunak yang dikembangkan secara bersama-sama, menggunakan


kode program (source code) yang tersedia secara bebas, serta dapat
didistribusikan.
21

a. Perangkat lunak dapat didistribusikan bebas disertai kode program.


b. Dapat dimodifikasi dan dikembangkan lebih lanjut secara bebas.
c. Tidak ada perbedaan lisensi perorangan dan kelompok.
d. Dapat berupa OSS pada Operating System (Linux) atau aplikasi
lainnya.

Manfaat

Masyarakat Pengguna:
a. Memberikan elternatif pilihan perangkat lunak desktop yang murah.
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang teknologi informasi.
c. Memperkecil kesenjangan teknologi informasi.
d. Meningkatkan akses informasi masyarakat.
e. Meningkatkan kreativitas dalam mengembangkan dan memanfaatkan
teknologi informasi (kreativitas tidak dibatasi oleh software yang ada).

Pemerintah:
a. Memperkecil biaya pembelian perangkat lunak (khususnya pengguna
sistem operasi desktop dan jaringan).
b. Menghemat devisa dalam pengadaan perangkat lunak.
c. Menumbuhkan industri perangkat lunak dalam negeri sehingga dapat
meningkakan inovasi bidang teknologi informasi.
d. Memberi peluang untuk pengembangan perankat lunak dalam
permasalahan lokal spesifik.
e. Perusahan/institusi dapat lebih mengetahui business process dengan
cara improvement/modifikasi.
f. Mengurangi permasalahan intellectual property right.
g. Mempromosikan kompetisi bidang teknologi informasi.
h. Meningkatkan keterbukaan dan faktor keamanan sistem.

Industri pengembang :
a. Meningkatkan pengembangan industri perangkat lunak nasional.
b. Biaya rendah dalam memasuki industri perangkat lunak.
c. Mengembangkan kemampuan sumber daya manusia bidang teknologi
informasi.
d. Pemindahan paradigma dari “IT import” ke “IT export”.

G. Latihan
1. Gambarkan proses pengolahan data menjadi informasi!
2. Jelaskan pengertian CBIS!
3. Jelaskan pengertian Data!
4. Jelaskan pengertian informasi menurut Barry E. Cushing!
5. Sebutkan minimal 3 buah cara mengolah data!
6. Jelaskan pengertian sistem!
7. Sebutkan dan jelaskan dengan baik 3 hal pokok yang mempengaruhi
kualitas informasi!
22

8. Jelaskan tentang strategi pengembangan Sistem Informasi.


9. Uraikan Sumber Daya Informasi.
10. Jelaskan bentuk informasi untuk setiap level manajemen.
11. Diskusikan tentang Keppres No. 20/2006 dan Peranan Pemda untuk dapat
berperan aktif mensukseskan Keppres tersebut.

H. Rangkuman

Informasi adalah salah satu dari lima jenis utama sumber daya yang dapat dipakai
oleh manajer untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi. Semua sumber
daya, termasuk sumber daya informasi dapat dikelola. Pengelolaan informasi
sangat penting saat bisnis menjadi lebih rumit dan kemampuan computer
berkembang.

CBIS berkembang melalui tahap-tahap perencanaan, analisis, rancangan,


penerapan, dan penggunaan. Tahap-tahap ini disebut siklus hidup sistem. Apabila
sistem dikembangkan bersama-sama para manajer bertanggung jawab terhadap
setiap tahapan yang dijalankan, dan dengan sendirnya harus mampu menganalisa
tentang kekurangan/kelemahan setiap tahapan tersebut.

Perencanaan strategis pengembangan sumber daya informasi haruslah merupakan


sistem yang terintegrasi dengan rencana strategis organisasi. Persiapan untuk
penyiapan Renstra tersebut melibatkan segenap unsur dan unit dalam organisasi
sehingga sistem informasi yang disusun merupakan sistem terintegrasi.
BAB III
ANALISA SISTEM

Setelah mengikuti bab ini, peserta diharapkan mampu:


Memahami dan menjelaskan tentang pendekatan dan tahapan
pengembangan Sistem Informasi manajemen. Siklus hidup sistem,
metodelogi pengembangan SIM, pengembangan SIM menggunakan jasa
service provider (outsourcing).

Pengembangan suatu Sistem Informasi Manajemen berbasis komputer, perlu


dipersiapkan secara terintegrasi sesuai dengan visi dan misi organisasi.
Pengembangan ini harus mendapat dukungan politis dan financial dari jajaran
tertinggi organisasi. Pengembangan yang dimaksud disini adalah pengembangan
seluruh sumber daya informasi (software, hardware, SDM, networking, dan lain-lain),
tahapan serta strategi untuk pencapaiannya. Pengembangan yang bersifat strategis
juga dapat mengakibatkan perubahan dalam bentuk organisasi, perubahan peraturan,
dan hal-hal lain yang dibutuhkan untuk suksesnya pengembangan SIM ini. Gambar
3.1 menggambarkan integrasi beberapa komponen yaitu SDM, teknologi, kebijakan
(policies), dan organisasi dalam pengembangan sistem informasi. Pengembangan ICT
meliputi teknologi, kebijakan dan manajemen. Kesuksesannya tidak hanya ditentukan
oleh teknologinya, bahkan pendapat ahli ICT faktor teknologi hanya berperan 20%,
sedangkan kebijakan dan manajemen masing-masing 40%, seperti ditunjukkan pada
gambar 3.2.

Applications of IT in 'Organization'

People

Policy
Application
Technology of IT in Policies
Management Technology 'Organization'

Organizations

Gambar 3.1. Integrasi beberapa komponen dalam pengembangan ICT

23
24

IT enabled Organization
Deployment

Development,
Maintenance,
Disciplines

Legislatif &
&
Eksekutif

Eksekutif

Gambar 3.2. Tiga faktor penentu suksesnya pengembangan ICT

A. Pendekatan Umum Pengembangan SIM

Pengembangan Sistem Informasi, dapat dimulai dengan menguraikan masalah-


masalah yang ditemukan pada sistem yang berjalan, sebelum sistem baru
dikembangkan.Terdapat begitu banyak potensi masalah-masalah, kesempatan,
dan petunjuk yang dapat dijelaskan. Walaupun demikian, James Wetherbe
mengembangkan framework berguna untuk mengklasifikasikan masalah,
kesempatan, dan direktif.

Ia menamakannya PIECES. Ini terdiri dari:


a. Kebutuhan untuk meningkatkan performa.
b. Kebutuhan untuk meningkatkan kontrol terhadap informasi.
c. Kebutuhan untuk meningkatkan economi atau control biaya.
d. Kebutuhan untuk meningkatkan control dan sekuritas.
e. Kebutuhan untuk meningkatkan effisiensi dari manusia dan mesin.
f. Kebutuhan untuk meningkatkan servis kepada pelanggan, mitra, pegawai,
dan lain-lain.

Kategori-kategori yang terdapat dalam framework PIECES berhubungan. Tiap


proyek dapat di karakterisasikan dengan satu atau lebih kategori. Framework
PIECES signifikan karena ia mengajarkan pada kita untuk selalu meneliti
“trigger” pencetus program dalam dampak mereka terhadap bisnis.
a. Kebutuhan untuk meningkatkan performa
1) Tingkatkan throughput (keluaran), jumlah kerja yang dikerjakan dalam
suatu periode waktu tertentu
2) Tingkatan response time, Rata-rata penundaan antara sebuah transaksi
dan respon terhadap transaksi tersebut
3) Throughput dan waktu respon harus dievaluasi secara terpisah dan
bersama-sama.

b. Kebutuhan untuk meningkatkan informasi (Keluaran dari sistem digunakan


untuk perencanaan, kontrol, dan pengambilan keputusan).
1) Tingkatkan Informasi (keluaran dari sistem digunakan untuk
perencanaan, kontrol, dan pengambilan keputusan)
a) Kurangnya informasi yang berguna.
25

b) Kurangnya infomasi yang relavan.


c) Terlalu banyak informasi.
d) Informasi yang tidak dalam bentuk yang berguna.
e) Informasi yang tidak akurat.
f) Infomasi yang sulit untuk diproduksi.
g) Informasi yang tidak tepat waktu.
h) Informasi yang illegal.

2) Data (Input terhadap sebuah sistem)


a) Data yang tidak diambil (captured).
b) Data yang diambil tetapi tidak tepat waktu.
c) Data yang tidak secara akurat diambil.
d) Data yang sulit diambil.
e) Data yang diambil secara berulang-ulang (redundant).
f) Terlalu banyak data yang diambil.
g) Data ilegal diambil.

3) Data tersimpan
a) Data disimpan secara berulang-ulang.
b) Data tidak akurat.
c) Data tidak konsisten dalam multi-penyimpanan.
d) Data tidak aman terhadap kecelakaan.
e) Data tidak aman terhadap sabotase.
f) Data tidak diorganisasikan dengan baik.
g) Data organisasi tidak fleksible untuk mencapai kebutuhan informasi.
h) Data tidak dapat secara mudah diakses untuk memproduksi
informasi.

c. Ekonomi: Kebutuhan untuk mengurangi biaya


1) Biaya tidak diketahui atau tidak dapat dilacak.
2) Biaya terlalu besar.

d. Kebutuhan untuk meningkatkan control dan keamanan

1) Terdapat control yang terlalu sedikit


a) Data yang dimasukan tidak di edit dengan baik.
b) Kejahatan dilakukan terhadap data
(1) Penipuan
(2) Embezzlement
c) Ethic dilanggar berdasarkan data atau informasi
d) Data yang disimpan secara berulang-ulang tidak konsisten dalam file-
file yang berbeda.
e) Privasi dari data dilanggar.
f) Kesalahan (error) dalam proses.
g) Kesalahan dalam pengambilan keputusan.
h) Sistem keluar jalur dari performa yang direncanakan.
26

2) Keamanan yang terlalu sedikit


a) Orang mendapatkan akses yang tidak berwenang ke dalam tempat
atau fasilitas.
b) Orang mendapatkan akses yang tidak berwenang terhadap komputer.
c) Orang mendapatkan akses yang tidak berwenang terhadap data atau
informasi.
d) Orang melakukan update tak berwenang terhadap data.

3) Terlalu banyak kontrol atau keamanan.


a) Birokrasi yang berkepanjangan memperlambat sistem.
b) Mengontrol pengguna akhir atau pelanggan yang tidak nyaman
c) Kontrol menyebabkan lambatnya pemrosesan.
d) Kontrol menghasilkan transaksi yang hilang.
e. Kebutuhan untuk meningkatkan effisiensi.
1) Manusia atau mesin tidak bekerja secara efisien.
a) Data secara berulang-ulang di input atau dicopy .
b) Data diproses secara berulang.
c) Informasi secara berulang-ulang dihasilkan.
2) Mesin atau proses menghabiskan materi dan persediaan.
3) Upaya yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan sangat besar.
4) Materi yang dibutuhkan untuk suau pekerjaan sangat besar.
f. Kebutuhan untuk meningkatkan servis
1) Sistem menghasilkan hasil yang tidak akurat.
2) Sistem memproduksi hasil-hasil yang tidak konsisten dan dapat
diandalkan
3) Sistem tidak mudah untuk dipelajari
4) Sistem tidak mudah untuk digunakan
5) Sistem terlalu kompleks
6) Sistem aneh
7) Sistem tidak fleksibel terhadap situasi dan pengecualiaan (exceptions)
8) Sistem tidak fleksibel terhadap perubahan
9) Sistem tidak bekerja dengan baik dengan sistem lain
10) Sistem tidak dikoordinasikan dengan baik.

Pendekatan Umum Pengembangan Sistem Informasi


Sistem informasi bukan merupakan hal baru. Yang baru adalah penggunaan
komputer untuk sistem informasi. Sebelum ada komputer, teknik sistem
informasi telah ada untuk memberi informasi kepada pengelola organisasi dalam
merencanakan dan mengendalikan operasi. Sementara komputer hanya
menambah kecepatan dan ketelitian dalam menangani volume data yang
meningkat, sehingga memungkinkan diterapkannya berbagai alternatif dalam
pengambilan keputusan.

Karena sistem informasi erat kaitannya dengan organisasi dan fungsi-fungsi


manajemen dalam organisasi tersebut, maka pengembangannya harus mengikuti
perkembangan organisasi yang bersangkutan, sehingga dapat dipahami bahwa
27

pengembangan Sistem Informasi merupakan sebuah siklus yang tidak ada


hentinya sejalan dengan perkembangan organisasi (Gambar 3.3). Hal ini yang
belum banyak dipahami. Seringkali pengembangan Sistem Informasi dipandang
dapat langsung berhasil dengan satu kali kegiatan tanpa ada pengembangan yang
berkelanjutan.

Akhirnya, pada saat organisasi berubah atau berkembang, Sistem Informasi


menjadi kadaluwarsa.

Tahap I
Tahap V Perencanaan
Penggunaan

@ SDM
@ Perangkat Kerja
Tahap IV @Prosedur/ Mekanisme Tahap II
Penerapan @Kelembagaan Analisis

Tahap III
Rancangan

Gambar 3.3 Siklus Hidup Sistem

Hal yang penting tentang pengembangan Sistem Informasi adalah kesadaran


akan adanya berbagai unsur pendukung agar Sistem Informasi dapat berjalan.
Sebagian pihak masih memandang bahwa pengembangan Sistem Informasi
adalah pembuatan software dengan petunjuk penggunaannya. Pengalaman
berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta membuktikan bahwa apabila
hanya hal itu yang dilakukan, maka arus data dan informasi dari tingkat paling
bawah sampai ke pimpinan tidak akan mengalir dengan baik. Pada keadaan
demikian biasanya instansi tingkat yang di bawah yang disalahkan tanpa melihat
bahwa banyak faktor lain yang perlu dikaji.

Untuk membangun sistem informasi yang baik, terdapat unsur-unsur pendukung


sistem lainnya yang harus juga dipersiapkan, yaitu:

Sumber Daya Manusia (di Pusat dan Daerah), yaitu pegawai atau staf yang
memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik dalam bidang sistem
informasi. Hal dapat ditingkatkan dengan transfer of knowledge.

Alat-alat bantu sistem informasi, yaitu alat-alat bantu dengan teknologi informasi
untuk mempercepat proses berjalannya informasi, terdiri dari perangkat keras
komputer (hardware) beserta perlengkapan aksesorisnya, perangkat lunak
(software) yang dirancang khusus sesuai kebutuhan sistem informasi, serta
perangkat komunikasi data untuk menghantarkan informasi secara elektronik dari
suatu tempat ke tempat yang lain.
28

Prosedur yang mengatur keterkaitan informasi dengan aspek manajemen lainnya,


yaitu aturan-aturan yang menjamin ketertiban informasi baik dari sisi waktu
maupun substansinya, dengan mengaitkan aspek informasi dengan aspek
manajemen lainnya sebagai satu kesatuan proses manajemen (built-in).

Metode yang mengatur pembentukan informasi dimulai dari proses akuisisi data,
pengolahan data, dan pengelolaan data, serta formula-formula sehingga informasi
tersebut mudah dipahami untuk pengambilan keputusan dan kebijakan.

Kelembagaan yang mendukung beroperasinya sistem dan pengembangannya


secara berkelanjutan.

Pembenahan pengembangan dan pengadaan unsur-unsur sistem tersebut di atas


itulah yang harus seluruhnya dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan agar
sistem dapat berjalan dengan baik. Konsep dasar tersebut di atas tentu saja
menjadi bagian penting dalam aplikasinya pada pengembangan suatu Sistem
Informasi berbasis komputer.

Pengembangan Sistem dengan metode SDLC

Pengembangan suatu sistem Informasi dimulai dengan survei terhadap cakupan


dan kelayakan terhadap pengembangan sistem tersebut, dan diakhri dengan
penyerahan sistem. Ssstem pengembangan seperti ini disebut dengan
menggunakan metode SDLC (System Development Life Cycle).
29

Gambar 3.4 Tahapan Pengembangan Sistem Informasi

Gambar 3.4. menunjukkan proses dan tahapan yang dilakukan dalam


pengembangan sistem informasi. Beberapa tahapan dari proses tersebut
dijelaskan sebagai berikut:

1. Survei Cakupan Proyek dan Fisibilitas (kelayakan)


Kita memulai sebuah proyek dengan sebuah analisa awal terhadap cakupan
proyek dan fisibilitasnya. Ia menentukan apakah sumber daya harus diproses
kepada fase-fase lain dari siklus hidup.

2. Pelajari dan Analisis Sistem yang ada saat ini


Untuk menganalisa masalah, kesempatan, dan direktif kita harus mengetahui
bagaimana kerja sistem yang sudah ada terlebih dahulu.

3. Definisikan Kebutuhan (Requirement) dari penguna akhir


Kegunaan dari fase ini adalah untuk mendefinisikan input, pemrosesan file,
dan output untuk sistem yang baru tanpa mengekspresikan detail-detail
teknis. Disebut juga sebagai ide-ide umum. Pendekatan paling terkenal
adalah modeling. Pendekatan alternatif adalah prototyping. Seluruh
spesifikasi kebutuhan di organisasikan dan didokumentasikan ke dokumen
yang disebut requirements statement.
30

4. Pillih Solusi yang dapat diterima ( dari solusi-solusi kandidat)


Fase seleksi menentukan bagaimana sistem yang baru akan di design tetapi
pada level yang sangat tinggi, tidak ada detail.

Metode Pera

PERA merupakan singkatan dari Purdue Enterprise Reference Architecture.


Metodologi ini dikembangkan sebagai model total dari pengembangan dari siklus
hidup sistem untuk segala jenis industri, perusahaan, atau organisasi besar.
Dalam tahapan pengembangan suatu sistem enterprise ada dua diagram yang
dikemukakan. Pertama adalah Pera Master Planning (metodologi Rencana
Utama), metode pendekatan yang dapat dilakukan untuk setiap phase dalam
pengembangan sistem enterprise. Diagram kedua disebut Pera Framework,
merupakan framework rencana untuk setiap phase. Kedua diagram Pera
dimaksud menekankan tentang aspek penting dari manusia, organisasi, dan
sistem informasi untuk setiap phase pengembangan sistem enterprise. Gambar
3.4 menggambarkan bentuk masing-masing framework tersebut.

Metodologi perencanaan Pera menyediakan sebuah pendekatan metodis dalam


merencanakan apa yang dapat digunakan dalam suatu fase apa saja dari siklus
kehidupan suatu kegiatan. Pera Framework menyediakan framework untuk
merencanakan tiap fase dari kegiatan. Ia menyediakan arah untuk perencanaan
alat, desain dan analisis lainnya. Diagram lengkap dari Pera Master Planning
ditunjukkan pada gambar 3.5. Terdapat tiga buah komponen utama dari kegiatan
apapun, yaitu:
a. Tempat fisik
b. Orang
c. Sistem informasi

The PERA Master Planning


Methodology menggambarkan
metodelogi pendekatan dalalam
perencanaan yang dapat digunakan
dalam setiap tahap pada siklus
hidup.

The PERA Framework


menggambarkan kerangka
kerja pada setiap phase
perencanaan. Ini meliputi
perencanaan, desain, dan alat
analisa.

Gambar 3.5. Pera Master Planning dan Framework


31

Pera menyediakan model siklus kehidupan yang mendemonstrasikan bagiamana


cara mengintegrasikan Sistem Enterprise, dan pengembangan organisasi dari
concept enterprise hingga disolusi karena bangunan fisik adalah komponen
paling yang nyata dari enterprise, banyak orang berpikir sebuah perusahaan
hanya dalam wujud asset fisik saja.

Walaupun demikian, walaupun mereka tidak muncul di neraca keseimbangan,


manusia justru terkadang lebih penting dari pada asset fisik terhadap posisi
jangka panjang sebuah perusahaan.

Informasi, komunikasi dan system control menyediakan komponen ketiga. Tanpa


sebuah “system saraf” yang efektif yang disediakan oleh informasi modern dan
system komunikasi, enterprise tersebut akan menjadi lambat dan dapat diambil
alih oleh kompetitor mereka.

PERA mendefinisikan peranan dan hubungan antara komponen fisik, manusia


dan system informasi. Gambar 3.6 Menggambarkan 3 komponen utama dalam
pengembangan enterprise.
32

Gambar 3.6. Pera Master Planning

Gambar 3.7. Komponen Utama Dalam Pengembangan Enterprise

Tahapan yang dilakukan dalam pengembangan suatu enterprise, dijelaskan dalam


Purdue Enterprice Reference Architecture (PERA) diagram. Gambar 3.8
enggambarkan contoh tahapan yang dilalui dalam pengembangan enterprise.
Berikut ini diuraikan tahapan utama yaitu:
a. Studi kelayakan, mencakup definisi enterprise, penelitian pasar dan rencana
bisnis
b. Perencanaan Utama, mencakup Pembangunan Konseptual dan Perencanaan
Utama
c. Pembangunan tahap awal, mencakup definisi skematik dari bangunan fisik,
logical dan struktur organisasi.
d. Pembangunan terperinci, ini mencakup rancangan 3 dimensi dan juga
software konfigurasi dan pemrograman.
e. Konstruksi, mencakup konstruksi, instalasi, Startup, dan pelatihan
administrasi dari kontrak dan resep dari materi dan system.
f. Operasi dan maintenance, mencakup dukungan teknis dan upgrade bangunan
fisik.
g. Decomissioning, bangunan fisik, Sistem control dan informasi.
h. Disposal,mencakup pemindahan personnel, demobilisasi
33

Gambar 3.8. Tahapan Dalam Pengembangan Enterprise

B. Outsourcing

Pengembangan suatu sistem Informasi yang terintegrasi akan melalui proses


yang panjang, dan ditetapkan dalam rencana strategis pengembangan sistem.
Faktor persaingan bisnis yang sarat strategi, bidang persaingan bisnis yang
semakin meluas dan kompleks, perkembangan teknologi yang sangat cepat
membuat organisasi-organisasi bisnis ini memutar otak lebih keras untuk bisa
mengembangkan ICT tanpa mengganggu fokus bisnis mereka baik dari segi
anggaran, strategi maupun sumber daya organisasi lainnya. Dengan kata lain
mereka mengharapkan pengembangan ICT yang progresif, cepat dalam
pengembangan, cepat dalam implementasi, berkelas, berkualitas tinggi, solid dan
ditangani oleh para expert/pakar dibidangnya sekaligus sanggup membawa
organisasi bisnis mereka memiliki kemampuan daya saing yang meningkat dan
tidak ragu untuk terjun dibidang persaingan bisnis yang global.

Gagasan-gagasan seperti itulah yang kemudian melahirkan istilah pengembangan


ICT metode Outsourcing, sebuah metode pengembangan ICT secara terpadu
34

yang dikembangkan dan dikelola oleh pihak ketiga. Metode outsourcing ini
menjadi pilihan karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

1. Biaya teknologi yang semakin meningkat dan akan lebih murah jika
perusahaan tidak berinvestasi lagi tetapi menyerahkan pada pihak ketiga
dalam bentuk outsourcing yang terhitung lebih murah dibandingkan
mengembangkan sendiri dikarenakan outsourcer menerima jasa dari
perusahaan lainnya sehingga biaya tetap outsourcer dapat dibagi ke beberapa
perusahaan yang memanfaatkan jasanya.
2. Mengurangi waktu proses karena beberapa outsourcer dapat dipilih lebih dari
satu sekaligus untuk bekerja sama untuk menyediakan jasa ini kepada
perusahaan.
3. Jasa yang diberikan oleh outsourcer telah dikembangkan oleh para ahlinya
4. Suatu perusahaan mungkin tidak mempunyai pengetahuan tentang sistem
teknologi sedangkan outsourcer memilikinya.
5. Perusahaan merasa tidak perlu dan tidak ingin melakukan transfer teknologi
dan tranfer pengetahuan yang dimiliki outsourcer.
6. Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan investasi
7. Mengurangi resiko kegagalan investasi yang mahal.
8. Perusahaan dapat memfokuskan pada pekerjaan lain yang lebih penting.

Sedangkan paket-paket aplikasi yang terintegrasi dalam sebuah metode


outsourcing biasa disebut ERP (Enterprise Resources Planning), suatu
perangkat lunak/software dengan aplikasi yang terintegrasi dengan baik untuk
digunakan secara luas dalam organisasi bisnis. Termasuk di dalamnya TPS
(Transaction Processing System) ditambah dengan sistem-sistem informasi
fungsional yang terintegrasi. Aplikasi-aplikasi yang terintegrasi itu biasanya
dapat digolongkan dalam fungsi-fungsi akuntansi, keuangan, sumber daya
manusia, pemasaran, logistik dan lainnya. Aplikasi yang menyangkut fungsi
akuntansi biasanya modul buku besar, piutang dagang, hutang dagang, aktiva
tetap, manajemen kas dan akuntansi. Fungsi keuangan dikelola oleh modul
analisis portofolio, analisis resiko, analisis kredit, manajemen aktiva, sewa guna
dan lain-lain. Aplikasi ERP untuk fungsi SDM diantaranya rekruitmen,
penggajian, manajemen personil, pengembangan karyawan dan manajemen
kompensasi serta lainnya. Dibidang pemasaran meliputi manajemen relasi
pelanggan, pemasukkan order dan pengeluaran order.

C. Latihan

1. Sebutkan tahapan pengembangan Sistem Informasi!


2. Sebutkan metodologi pengambangan SIM
3. Jelaskan tentang siklus hidup sistem!
4. Mengapa pengembangan SIM sebaiknya dilakukan secara outsourcing
5. Identifikasi masalah-masalah dengan sistem informasi pada unit anda
sekarang ini.!
6. Diskusikan Rencana Strategis Pengembangan Sismtem Informasi pada
lembaga atau unit anda!
7. Tuangkan rencana tersebut dalam bentuk master plan!
35

D. Rangkuman

Analisa sistem yang berjalan adalah bagian terpenting dari pengembangan sistem
informasi ataupun suatu sistem enterprise. Pengembangan ini meliputi 3
komponen yaitu pisik, SDM, dan sistem Informasi. Bentuk pisik termasuk sistem
jaringan atau bentuk pisik lainnya. Pengembangan SDM meliputi pelatihan,
pengangkatan karyawan baru, ataupun promosi. Sistem Informasi mencakup
seluruh sumber daya informasi.

Metode apapun yang digunakan apakah SDLC secara umum, ataupun spesifik
seperti metode Pera, proses pengembangan ini merupkan suatu siklus. Dimana
sistem ini akan mengalami disolusi, dan proses pengembangan sistem akan
diulang kembali.

Pengembangan Sistem Informasi adalah pengembangan sistem dimana


teknologinya berkembang dengan cepat, oleh sebab itu sangat disarankan
pengembangan suatu sistem informasi yang terintegrasi dilakukan dengan cara
kerjasama (outsourcing) dengan service provider atau perusahaan yang bergerak
di bidang ICT.
BAB IV
PENGEMBANGAN APLIKASI SIM

Setelah mengikuti bab ini, peserta diharapkan mampu: Memahami dan


menjelaskan tujuan dan metodelogi perancangan basis data, spesifikasi
program aplikasi SIM, tabel dan modul program aplikasi, pengujian sistem,
dan pentingnya sistem dukumentasi setiap pengembangan SIM.

Kegiatan penyusunan desain sistem meliputi konsep desain, detil desain dan
pelaksanaan penyusunan hasil desain baik basis data maupun aplikasi. Basis data
merupakan komponen yang paling penting di dalam pengembangan suatu sistem
Informasi diantara komponen-komponen yang lain (hardware, software, sumber daya
manusia dan prosedur). Usaha pertama yang dilakukan dalam pengembangan sistem
selalu didominasi oleh kegiatan pembentukan basis data. Pembentukan dan
pengembangan basisdata memerlukan effort’ paling besar dan paling banyak, baik
dari waktu maupun sumber daya. Biaya yang diperlukan untuk kebutuhan
pembentukan basis data dapat mencapai beberapa kali lipat dari biaya komponen
hardware dan software. Sedangkan, waktu yang dibutuhkan juga cukup banyak
sehingga proses ini sering dinamakan time consuming, atau istilah bottle neck.

Program aplikasi SIM merupakan koleksi dari kumpulan menu dan sub menu yang di-
customize dari perangkat lunak untuk mempermudah user dalam menggunakan
sistem. Modul aplikasi merupakan komponen yang menjembatani bagaimana sistem
dan pengguna dapat berinteraksi dimana sistem akan mengotomasi tugas /prosedur
yang telah didefinisikan.

Pada umumnya sekarang ini, program aplikasi dikembangkan menggunakan bahasa


pemrograman makro berorientasi obyek. Bahasa pemrograman tersebut dapat berupa
PHP atau Visual Basic. dikombinasikan dengan SQL Server, MySQL atau MS
Access yang berfungsi sebagai software basisdata.

Program aplikasi didesain memiliki beberapa kemampuan fungsional standar SIM


seperti: input data, penyajian data, query data dan report. Program aplikasi didesain
sedemikian rupa sehingga pengguna dapat memahami dan menggunakan aplikasi
dengan cepat.

Pembangunan aplikasi dibuat berdasarkan skala kebutuhan. Fokus pembangunan


aplikasi ditujukan untuk menunjang kegiatan yang terkait dalam menyajikan data dan
informasi, melakukan pencarian data (searching), analisa data tabuler (ad hoq query),
dan perbaikan serta pemutakhiran data (updating dan editting).

Beberapa kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas aplikasi diantaranya:


1. Dampak pada pengguna yang prospektif. Pembuatan aplikasi akan berorientasi
pada penyediaan sarana (tool) yang bermanfaat pada banyak pengguna daripada
membuat sarana (modul) lengkap untuk satu pengguna.

36
37

2. Ketersediaan dan penyediaan data. Prioritas aplikasi akan dikembangkan jika data
tersedia dan memenuhi standar untuk digunakan.
3. Ketergantungan fungsi (modul) antar aplikasi. Beberapa aplikasi sedapat mungkin
menggunakan program/modul yang dapat digunakan bersama.
4. Dampak pada sasaran penggunaan SIM secara keseluruhan.

A. Sistem Basis data

1. Perancangan Basis Data

Perancangan basisdata merupakan titik sentral pengembangan sistem


basisdata SIM secara keseluruhan. Perancangan basisdata yang dilakukan
dengan baik akan menyebabkan basisdata dapat melayani semua kebutuhan
aplikasi dengan baik pula, serta dapat mengantisipasi kebutuhan untuk
editing (perbaikan data) dan updating (pemutahiran data) di masa depan
tanpa harus melakukan perubahan struktur data secara mendasar atau lebih
ekstrem lagi harus merubah seluruh format basisdata (redesain).

Perancangan basisdata merupakan penjabaran terstruktur bagaimana field-


field disimpan dan dikelompokkan. Perancangan ini digunakan sebagai
referensi dalam proses otomasi. Perancangan basisdata disusun berdasarkan
kondisi eksisting sumber data, perangkat lunak yang digunakan serta sasaran
dari penggunaan SIM.

Tujuan perancangan basis data SIM yaitu:


a. Memenuhi semua requirements yang berkaitan dengan isi atau content
data dan informasi yang diperlukan oleh pengguna.
b. Memberikan representasi struktur data yang efektif, efisien dan mudah
dimengerti oleh pengguna.
c. Menghindari duplikasi data (redundancy) dan ketidakkonsistenan
(inkonsistensi) data.
d. Mendukung setiap requirements yang erat kaitannya dengan pemrosesan
data dan kecepatan kinerja sistem. Kecepatan kinerja sistem terkait
dengan kecepatan waktu respons, waktu pemrosesan, ruang
penyimpanan dan lain-lain.

2. Metodologi Perancangan Basisdata

Metoda perancangan basisdata yang dilakukan mengacu kepada metodologi


perancangan ‘three schema architecture’ (TSA) yang merupakan hubungan
tertutup dari tiga tahap kegiatan yaitu; tahap eksternal, tahap konseptual dan
tahap internal.
38

IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN PENGGUNA TAHAP
EKSTERNAL
User Need
Diskusi
Interview
Pengumpulan Sampel Data

TAHAP
KONSEPTUAL

TAHAP
INTERNAL

Konversi kemodel fisik


Skema Data

Gambar 4.1. Skema Metode Perancangan Basis Data

Tahap Eksternal. Pada tahap ini dilakukan identifikasi semua kebutuhan


pengguna (user requirements atau user needs) yang berhubungan dengan
data dan informasi, serta sasaran dan tujuan yang hendak dicapai dalam
pengembangan SIM. Kegiatan identifikasi kebutuhan pengguna dilakukan
dengan berbagai cara yaitu studi pustaka, diskusi dengan calon pengguna,
atau penyebaran kuesioner. Selanjutnya hasil dari kebutuhan pengguna
dilakukan inventarisasi, klasifikasi, evaluasi dan diformulasikan dalam suatu
‘kebutuhan pengguna’.

Tahap eksternal secara detil dapat dilihat pada skema di bawah ini.

KERANGKA STUDI
ACUAN KERJA DISKUSI STATISTIK
(SBG REFERENSI)

USER NEED
REQUIREMENT

DATA

Gambar 4.2. Skema Tahap Eksternal Perancangan Basisdata


39

Identifikasi kebutuhan pengguna dapat dilakukan dengan cara diskusi


terbatas, studi pustaka serta mengacu kepada output atau sasaran yang
dikehendaki.

Tahap Konseptual. Model konseptual pada dasarnya merupakan model yang


digunakan untuk mengorganisasikan, visualisasi, dan menjabarkan secara
terstruktur data menjadi suatu bentuk konsepsi basisdata. Pada tahap
konseptual dilakukan langkah-langkah penyederhanaan dan pengelompokan
data sehingga diperoleh data terpilih yang terkait secara langsung dengan
keadaan sebenarnya (logical model). Model logical disusun dengan dasar
model data relasional serta menghubungkannya ke dalam suatu sistem
pengelolaan basisdata (RDBMS).

Pada tahap ini dilakukan identifikasi semua kemungkinan entity (wujud)


yang terdapat dalam suatu enterprise yang terkait. Kemudian, setiap entity
diberi atribut yang bersifat deskriptif dan ekslusif serta deskripsi detil dari
hubungan atau keterkaitan antara entity. Secara detil tahap konseptual dapat
dilihat pada skema di bawah ini.

Data yang diperoleh

File-file data

Pemilihan Data
Pengelompokan Pemodelan
Data
Penyederhanaan

Manajemen Data
E R Diargram
Skeleton Tabel

Model Konseptual

Pemahaman secara logis


Skema Data
Hasil desain

Gambar 4.3 Skema Detil Tahap Konseptual Perancangan Basis data

Tahap Internal. Pada tahap ini model data konseptual diterjemahkan ke


dalam model yang berbasiskan record dan dikonversikan ke dalam tabel-
tabel basisdata relasional. Relasi atau hubungan antara entity, model datanya
diimplementasikan ke dalam bentuk primary key dan foreign key
40

(penentuan identifier). Hasil akhir dari tahap ini yaitu model fisik basisdata
yang sudah mengacu kepada sistem software yang digunakan, yaitu
menentukan penamaan coverage, tipe coverage, field basisdata, tipe field,
dan ukuran field.

B. Spesifikasi Program Aplikasi

Dalam rencana pengembangan suatu SIM biasanya, pihak service provider


mengajukan spesifikasi penggunaan software dan hardware, salah satu bentuk
spesifikasi tersebut ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Spesifikasi Program Aplikasi

Source Code, Form, GUI Visual Basic Aplication 6.0 atau PHP
Database MS Accsess 2000 atau MySQL
Arsitektur Single User (File Server Application)

Hardware PC PIV 1.8 GHz


RAM 256 MB
Harddisk 30 GB
VGA Card 32 MB (minimal)
Monitor Resolution 1024 x 1024 (minimal)

C. Tabel dan Modul dari Suatu Aplikasi

Sebelum membangun suatu sistem aplikasi sistem analis akan melakukan diskusi
dengan pihak pengguna tentang modul dan tabel data apa saja yang akan
tercakup dalam program aplikasi tersebut. Hasil diskusi tersebut ditulis dalam
bentuk tabel dan ditetapkan sebagai persetujuan awal antara pengembang dengan
pengguna. Beberapa contoh aplikasi yang terkait dengan sistem aplikasi yang
dikembangkan pada proyek SCBD beserta modul, data, atau tabel yang akan
dicakup dalam pengembangan ditunjukkan pada tabel berikut:

No. Penerapan Modul Modul


1 Sistem dan Daftar/Tabel Barang Asset Daerah per Lokasi,
Aplikasi Nilai Aset
Manajemen Aset Daftar/Tabel Instansi
Data Entry/Update//Delete
Modul Mutasi/Pemindahan Barang
Modul Evaluasi/Revaluasi
Modul Amortisasi (Metoda: Straigh Line,
Double Decline, etc)
Modul Pencetakan/Pelaporan
Modul Posting Biaya Aset ke Akunting
41

No. Penerapan Modul Modul


2 Pengembangan Daftar Pegawai per lokasi, detail Pegawai,
Sistem Informasi meliputi:
Manajemen Riwayat Pendidikan/Latihan, Riwayat
Kepegawaian Kepangkatan/Golongan, Riwayat Jabatan/
(SIMPEG) yang Penugasan, Riwayat Keluarga, Riwayat
perspektif Gender Penghargaan/Hukuman, Penilaian Prestasi
Tabel Instansi
Tabel Pendidikan
Tabel Pelatihan
Tabel Kepangkatan/Golongan Ruang Gaji
Tabel Jabatan
Tabel Tunjangan
Tabel Potongan
Modul Entry/Update/Delete
Modul Penyusunan DUK per Instansi
Modul Penilaian Kerja/Prestasi
Modul Mutasi/Promosi dan Nominator
Modul Perencanaan Cuti
Modul Perencanaan Pelatihan
Modul Kebutuhan dan Kualifikasi terkait
Modul Penggajian, Pembuatan Daftar Gaji,
termasuk pembuatan Surat Usulan/Perintahan
Bayar dan Antarmuka Ke Jurnal/Akunting
Modul Absensi, termasuk rekapitulasi
Modul Pembuatan Laporan, Pencetakan SK
dan Surat-surat lainnya (Surat Cuti dan
Persetujuannya, Surat Teguran, dan lain-lain)
Fasilitas Query berdasar: Gender, Tingkat dan
Jenis Pendidikan, Kepangkatan/Golongan,
Jabatan, Usia dan lain-lain secara fleksibel

3 Pembangunan dan Meliputi:


Aplikasi Sistem Tabel/Data Penduduk, Nomor Penduduk
Informasi (NOPPEN), Riwayat Domisili, Riwayat
Kependudukan Keluarga
(SIMDUK) Tabel Pekerjaan/Profesi
Tabel Lokasi
Tabel Agama
Tabel Tingkat dan Jenis Pendidikan
Pencatatan Mobilisasi (Catatan Sipil: Pindah,
Perkawinan, Kelahiran, Kematian, dan lain-
lain
Modul Pemasukan, Peremajaan dan
Penghapusan
Modul Pelaporan dan Pencetakan Surat-Surat
42

No. Penerapan Modul Modul


terkait dengan Catatan Sipil

4 Sistem Meliputi:
Administrasi Satu a) Pelayanan Catatan Sipil, termasuk Integrasi
Atap (SAMSAT) dengan SIMDUK
Tabel Penduduk (dari SIMDUK)
Pendaftaran Kelahiran, termasuk
Pembuatan NOPPEN, Akte Kelahiran
Pendaftaran Kematian, termasuk
Pembuatan Surat Kematian
Pendaftaran Pindah (Masuk/Keluar),
termasuk Pencetakan Surat Pindah
Pencatatan Pernikahan, Perceraian
Pembuatan Tagihan dan Bukti Penerimaan
untuk Kegiatan diatas

b) Pelayanan Perijinan (IMB, Gangguan,


Perdagangan, Industri, Pabrik, dan lain-lain)
Pendaftaran/Permohonan
Penghitungan Biaya dan Penagihan
Penerimaan Pembayaran dan Pencetakan
Bukti Pembayaran
Penelusuran Status Permohonan
(tracking), termasuk integrasi ke Aplikasi
di Dinas/Instansi terkait
Verifikasi: Persetujuan/Penolakan dan
Pencetakan Ijin atau Surat Pemberitahuan
Penolakan terkait, termasuk Bukti
Penyerahan
Pelaporan Periodik dan Query

c) Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor


Pendaftaran/Permohonan (Perpanjangan,
Balik Nama, Perubahan, dan lain-lain)
Penghitungan Biaya dan Penagihan
Penerimaan Pembayaran dan Pencetakan
Bukti Pembayaran
Penelusuran Status Permohonan
(tracking), termasuk integrasi ke Aplikasi
di Dinas/Instansi terkait
Verifukasi: Persetujuan/Penolakan
Permohonan dan Pencetakan Ijin atau
Surat Pemberitahuan Penolakan terkait,
termasuk Bukti Penyerahan
Pelaporan Periodik dan Query.
43

D. Pengujian Sistem Aplikasi

Pengujian sistem dimaksudkan untuk mengetahui apakah sistem yang dibangun


dapat berjalan sesuai dengan rencana dan desain yang telah disusun. Pengujian
ini dilakukan dengan menggunakan data sebenarnya. Pada proses pembangunan
sistem itu sendiri biasanya pihak pengembang juga sudah melakukan pengujian-
pengujian secara parsial, namun pada pengujian akhir adalah uji secara
menyeluruh baik dilihat dari sisi internal sistem maupun keluar terhadap
infrastruktur sistem. Pengujian akhir ini harus disaksikan oleh anggota tim teknis
dari pengguna. Setelah pengujian sistem, Tim teknis akan memberikan
rekomendasi apakah sistem aplikasi sudah dapat diterima, atau diperlukan
perbaikan lebih lanjut.

E. Integrasi Sistem

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini telah tersedia berbagai sistem aplikasi
di beberapa instansi, misalnya sistem kepegawaian (SIMPEG), sistem keuangan
(SIMKEU), sistem inventory, atau berbagai sistem aplikasi yang lain.
Keseluruhan sistem aplikasi tersebut telah berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi kebutuhan untuk kerja tersebut. Pada saat itu tidak terpikirkan atau
mungkin sudah terpikirkan, namun belum ada suatu perlatan (protokol) yang
memfasilitasi hubungan dari berbagai sistem aplikasi tersebut. Singkat kata
bahwa di instansi telah tersedia berbagai aplikasi yang belum terintegrasi dengan
baik, atau masih bersifat mandiri hanya dapat dimanfaatkan oleh unit kerja yang
terkait dengan materi yang diperlukan saja.

Perkembangan terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat, yang mengakibatkan


bahwa para pejabat pemerintah ingin mengetahui berbagai informasi yang
disajikan oleh organisasi tersebut. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pejabat
dilingkungan keuangan harus mengetahui informasi tentang inventori, informasi
kepegawaian, atau sistem informasi yang lain yang disediakan oleh organisasi.
Dan mengingat keterbatasan sumber dana yang ada pada kala itu, sehingga
pembangunan sistem aplikasi yang ada tidak serempak dan mungkin saja tidak
memikirkan bahwa sistem yang dibangun tidak diperlukan unit yang lain.
Konsentrasi yang utama adalah sistem informasi yang dibangun dapat terwujud,
dapat dimanfaatkan, dan memenuhi kebutuhan unit organisasi sehingga dapat
mempercepat penyelesaian tugas.

Jika ingin dilakukan integrasi sistem aplikasi yang ada, maka semua yang telah
dilakukan terdahulu bukkan dibuang begitu saja, atau pekerjaan yang dihasilkan
tidak mubazir. Sistem aplikasi yang ada harus tetap dirawat dan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan yang ada, dan bahkan dapat dibangun sistem aplikasi
yang lain untuk kesempurnaan sistem aplikasi yang ada.

Dengan tersedia sistem aplikasi yang berbasis WEB, dengan tersedianya internet,
intranet, maka akses informasi dari berbagai sistem aplikasi yang telah ada
menjadi tidak terkendala. Untuk ini sistem yang telah dibangun pada waktu yang
44

lalu tetap dapat dimanfaatkan secara maksimal, karena integrasi dengan sistem
yang lain tidak sulit.

Secara teknis integrasi sistem aplikasi tersebut telah dijelaskan secara rinci pada
Buku M1 (Modul 1), Sistem Komputer dan Jaringan pada Bab IV Sistem
Jaringan dan Komunikasi Data.

F. Dokumentasi

Pembuatan sistem aplikasi memerlukan sistem dokumentasi yang perlu disimpan


oleh pengguna. Sistem dokumentasi ini sangat dibutuhkan nanti pada waktu
pengembangan/pembaharuan sistem. Didalam sistem dokumentasi ini antara lain
berisi desain basis data, source code (program), dan tabel data. Sistem
Dokumentasi ini didokumentasikan dalam bentuk print-out dan juga dalam
bentuk tersimpan pada CD. Dokumentasi ini juga dibutuhkan sebagai bukti aset
dan diperlukan dalam pemeriksaan oleh BPK, atau badan pemeriksa lainnya.

Dokumentasi ini penting untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:


1. Mempelajari cara mengoperasikan sistem.
2. Sebagai bahan training.
3. Dasar pengembangan sistem lebih lanjut.
4. Dasar bila akan memodifikasi atau memperbaiki sistim dikemudian hari.
5. Materi acuan bagi pemeriksa sistim.

Dokumentasi yang ada diantaranya dapat berupa sebagai berikut ini.

1. Dokumentasi prosedur
Dokumentasi prosedur dapat berisi prosedur-prosedur yang harus dilakukan
pada suatu keadaan tertentu, seperti misalnya prosedur pengetesan program,
prosedur penggunaan file, prosedur pembuatan backup dan restore, serta
berbagai prosedur lainnya.

2. Dokumentasi sistem
Dokumentasi sistem menunjukkan bentuk dari sistim pengolahan data yang
digambarkan dalam bagan alir sistim (flowchart) atau diagram arus data.
Pada dokumentasi ini dapat lerlihat deskripsi dari input yang digunakan,
deskripsi output yang dihasilkan, deskripsi file-file yang digunakan, berita-
berita kesalahan pengolahan dan daftar-daftar pengendalian untuk tiap-tiap
sistim pengolahan. Dokumentasi sistim merupakan dokumen yang dibutuh-
kan oleh sistem analis, pemakai sistim dan pemeriksa sistim.

3. Dokumentasi program
Dokumentasi program menggambarkan logika dari program dalam bentuk
bagan alir program (program flow-chart) atau dalam bentuk label keputusan
(decision lable) atau dalam bentuk structured chart serta cetakan program.
Dokumentasi program sangat dibutuhkan oleh programmer bila akan
memodifikasi atau mengembangkan program.
45

4. Dokumentasi operasi
Dokumentasi operasi berisi penjelasan-penjelasan cara dan prosedur-
prosedur mengoperasikan program. Dokumentasi ini sangat berguna untuk
operator.

5. Dokumentasi data
Dokumentasi data berisi defmisi-defmisi dari item-item data di dalam
database yang digunakan oieh sistem informasi. Dokumentasi data dapat
daiam bentuk kamus data. Dokumentasi data banyak dibutuhkan oleh DBA
dan pemeriksa sistem.

G. Beberapa Sistem Informasi Manajemen

Paket sistem informasi yang dikembangkan proyek SCBD merupakan Sistem


informasi yang penting dan utama dalam suatu organisasi. Paket ini hanya
merupakan bagian kecil dari banyak sistem informasi yang ada dan digunakan
oleh suatu organisasi. Pengembangan lebih lanjut merupakan tugas Pemda untuk
merencanakannya, dan menyusun tingkat prioritas pada unit masing-masing.

1. Sistem Informasi Manajemen (SIM)

MIS digunakan untuk mendukung manajemen data dan meningkatkan


manajemen strategi dan pembuatan keputusan. Teknologi MIS yang berbasis
Web (e-government) akan meningkatkan layanan kepada masyarakat
(misalnya: 1. Komunikasi koordinasi antara Bupati, staf, camat, dan lain-
lain dalam bentuk e-mail 2. Promosi produk dan service provider daerah
melalui situs daerah). Tetapi hanya beberapa pemerintah daerah yang
mempunyai MIS yang memadai. Biasanya Pemda hanya menggunakan
sistem yang diterapkan dengan excell atau MS Word.

2. Sistem Manajemen Keuangan

Manajemen Keuangan Pemda sekarang ini diharuskan menggunakan sistem


berbasis komputer. Sistem pembukuannyapun diharuskan menggunakan
Pencatatan ganda (double entry). Pada umumya sistem yang digunakan
masih Pencatatan tunggal (single entry). Sistem manajemen keuangan
standar akan diterapkan dibawah koordinasi antara Kementerian Dalam
Negeri (MoHA) dan Departemen Keuangan (MoF). Keputusan Mendagri
No 2/2002 akan menerapkan sistem standar tersebut, dan akan
diimplementasikan dibawah program SCBD.

3. Sistem Manajemen Aset

Sistem Manajemen Aset mendukung pengelolaan dan inventarisasi aset


daerah seperti tanah, gedung kantor, dan kekayaan lainnya yang dimiliki
oleh Pemda. Beberapa Pemda sudah mempunyai AMS tetapi pada umumnya
belum dalam bentuk GIS.
46

4. Sistem Manajemen Penerimaan Daerah

Sistem Manajemen Penerimaan Daerah berbasis komputer yang dinamakan


MAPATDA sudah diterapkan oleh beberapa Pemda bekerjasama dengan
Kementerian Keuangan. Sistem ini terdiri dari manajemen data, prosedur
pengumpulan pendapatan (misalnya pajak), dan laporan secara on-line
semua penerimaan. Pada tingkat kabupaten/kota sistem ini berada dibawah
Dispenda dan kas daerah. Sistem Informasi ini sudah dalam bentuk jaringan
terkoneksi antar dinas yang mempunyai wewenang menerima pembayaran
retribusi dan pajak. Sistem yang lebih maju sudah terhubung dengan Bank
yang dapat menerima pembayaran pajak. Apapun sistem yang tersedia
seharusnya dapat di-upgrade melalui sistem jaringan dan hardware baru.
Tetapi, Keputusan Mendagri No 43/1999 mengenai sistem dan prosedur
administrasi pajak lokal dan pendapatan lainnya adalah aspek legal yang
perlu diperhatikan.

5. Sistem Manajemen Kepegawaian (PMS)

Sistem Informasi Manajemen Personalia (PMS) - yang tersedia dipasaran –


adalah sistem database yang memuat data pegawai (Nama, Alamat, Jenis
kelamin, tanggal lahir, pangkat, jabatan, pendidikan). Sistem yang lebih baik
seharusnya juga memuat data kemampuan, karir, dan kebutuhan terhadap
pengembangan pengetahuan dan keterampilan. Sangat sedikit Pemda yang
sudah menpunyai sistem yang seperti ini.

6. Sistem Manajemen Aliran Kerja (WMS)

Sistem Informasi Manajemen Aliran Kerja bisa merupakan sistem sederhana


berupa sistem traker seperti penjadwalan projek dalam bentuk Gantt chart
atau bar chart. Software komersial dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan Pemda. Pada umumnya sistem WMS ini sudah diterapkan oleh
beberapa Pemda dan dapat ditingkatkan dengan menambah indikator
keberhasilan.

7. Sistem Manajemen Pemeliharaan yang beroriantasi pada Kinerja


(POMMS)

Sistem Manajemen Pemeliharaan ini diperkenalkan kepada pemerintah


daerah pada akhir tahun 80-an. Sistem ini direvisi dan di-update dengan
sistem yang lebih baru pada pertengahan 90-an. Dan sistem yang terbaru
didukung dengan Kepmen No 29/2002. POMMS merupakan sistem
pemeliharaan yang sistematik untuk pemeliharaan infrastruktur publik.
Sistem ini dibutuhkan untuk mendukung manajemen kekayaan modern.
47

8. Sistem Informasi Geografis (GIS)

Sistem Informasi Geograpi merupakan sistem berupa peta digital dan


tematik dari hasil skan peta lama atau dikembangkan berdasar photo udara.
Peta Digital sangat berguna dalam menyajikan batas administrasi daerah,
jalan, peruntukan lahan, rencana tata ruang. Sistem GIS adalah sub-sistem
dari sitem MIS yang sudah ter-integrasi. Konstrain yang utama dari GIS
adalah input data yang baik dan terbarui. Ini biasanya harga pembuatannya
mahal. Pendekan SCBD adalah melatih staf lokal menggunakan paket
program (ArcView, Map Info).

H. Latihan

1. Jelaskan tujuan-tujuan perancangan basis data!


2. Gambarkan skema metode perancanan basis data!
3. Jelaskan tahap eksternal yang mengacu pada metodologi Three schema
Architecture!
4. Sebutkan kriteria yang digunakan untuk penentuan prioritas aplikasi¡
5. Apakah fungsi Sistem Informasi Manajemen?
6. Apakah hubungan Keputusan Mendagri No. 2/2002 terhadap Manejemen
Keuangan.
7. Jelaskan mengenai Sistem Manajemen Aliran Kerja!
8. Jelaskan mengenai Sistem Informasi Geografis!
9. Diskusikan tentang Sistem Informasi Manajemen yang sudah dikembangkan
di Pemda dan dinas-dinasnya. Apakah penggnuaannya efektif dan diskusikan
masalah-masalahnya.

I. Rangkuman

Perancangan basis data merupakan bagian terpenting dari pengembangan sistem


informasi. Pengembangan ini membutuhkan waktu yang lebih besar dibanding
tahapan lainnya. Persepsi dan penyatuan pandangan antara sistem analis dan
kebutuhan/keinginan pengguna sangat penting agar rancangan tersebut tidak
mengalami perubahan dikemudian hari. Perubahan akan mengakibatkan
perombakan desain basisdata dan mengakibatkan lebih banyak waktu yang
terbuang.
BAB V
SUMBER DAYA MANUSIA

Setelah mengikuti bab ini, peserta diharapkan mampu:


Memahami dan menjelaskan sumber-sumber daya manusia bidang
ICT sesuai jenis dan tingkat keahliannya.

Pengembangan sumber daya manusia untuk tugas-tugas bidang ICT harus


mendapatkan perhatian dari pihak manajemen. Perkembangan teknologinya yang
demikian cepat harus dapat diantisipasi oleh pihak manajemen dengan mengadakan
pengangkatan karyawan dengan keahlian bidang ICT, serta pelatihan-pelatihan yang
rutin. Pengangkatan tenaga kerja dan pelatihan tersebut perlu memperhatikan aspek
kesetaraan gender. Pada prinsipnya baik dari pengalaman empiris penulis sebagai
dosen di beberapa perguruan tinggi maupun berdasarkan literatur pada prinsipnya
kemampuan pria dan wanita adalah sama. Kelebihan atau kekurangan seseorang
adalah bersifat individual. Bahkan beberapa mahasiswa wanita mampu berprestasi
melebihi pria.

Masalah kesetaraan gender dalam pengangkatan karyawan, kesempatan meraih karir


yang lebih baik, serta kesempatan mendapatkan pendidikan baik melalui pendidikan
formal maupun melalui pelatihan harus mendapatkan perhatian yang besar dari pihak
manajemen. Dasar pemberian kesempatan tersebut sebaik dan selayaknya adalah
berdasarkan kemampuan (kompetensi) seseorang. Jika kita sepakat untuk
melaksanakan pemerintahan yang baik (good governance) maka pemberian
kesempatan tersebut harus berdasarkan kompetensi serta pertimbangan masa kerja.
Unsur-unsur KKN dalam proses diatas sudah waktunya untuk ditinggalkan.

Penggunaan ICT baik untuk keperluan administrasi maupun untuk pelayanan


masyarakat mempunyai peranan yang dominan untuk meningkatkan kualitas
pemerintahan. Peningkatan administrasi pemerintahan dan pelayananan masyarakat
dengan mengimplementasikan teknologi ICT diharapkan mempunyai pengaruh yang
besar agar tercapainya pemerintahan yang baik (good governance). Dengan
tercapainya pemerintahan yang baik, yaitu antara lain dengan berkurangnya tingkat
kebocoran anggaran, maka sasaran pembangunan yang diharapkan akan dapat
dicapai.

A. Desentralisasi, Pemerintahan yang bersih dan Kesetaraan Gender

Sejalan dengan peraturan pemerintah tentang desentralisasi, penerapan


pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel, dan memperhatikan masalah
kesetaraan gender perlu mendapatkan perhatian dalam pengelolaan sumber daya
manusia. Penerapan teknologi ICT yang dapat menunjang dan memperkuat niat
baik ini perlu mendapatkan perhatian yang serius. Pengembangan SDM ini perlu
diintegrasikan dengan Renstrada daerah, dengan komponen:
1. Kebijakan dan Strategi Peningkatan Kapasitas Pemda:

48
49

Penjelasan tentang renstrada. Artinya esensi dari renstrada yang memuat misi
dan visi tidak lepas dari kerangka teori desentralisasi.

2. Inisiatif Kebijakan Pemerintahan yang bersih.


3. Dalam penyusunan Visi, Misi, dan tujuan Renstrada tersebut perlu
didentifkasi masalah-masalah yang terjadi selama ini. Uraian yang rinci
tentang output dan Outcome yang menguraikan tahapan agar tercapainya
Misi dan Visi tersebut perlu juga ditulis. Berikut ini adalah contoh uraian
tersebut.

Latar belakang/masalah:
1. Belum diterapkan teknologi ICT secara optimum dalam rangka menunjang
pemerintahan yang bersih.
2. Pemahaman tentang tata kelola pemerintah yang bersih masih sebatas wacana
dari konsep yang tidak utuh, yaitu hanya menekankan pada satu – dua
komponen seperti anti KKN.
3. Senjangnya hard competency dan soft competency dalam pengelolaan tata
pemerintahan yang bersih. Termasuk senjangnya kompetensi antara pegawai
sipil perempuan dan laki-laki.
4. Senjangnya pengetahuan tentang undang-undang dan peraturan mengenai
desentralisasi dan good governance.
5. Senjangnya pengetahuan dan keterampilan mengelola tata pemerintahan yang
bersih.
6. Masih adanya ketidaksinergisan antar kebijakan daerah dengan undang-
undang yang relevan, termasuk undang-undang penghapusan segala bentuk
diskriminasi terhadap perempuan
7. Pengelolaan tata pemerintahan yang bersih masih di tingkat wacana, belum
pada tataran perilaku yang transparan, akuntabel, dan partisipasi, mengingat
akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat pembagunan bagi salah satu golongan
seperti perempuan masih belum senjang dan menimbulkan ketidakadilan.

Tujuan:
Merumuskan dan melaksanakan Kerangka Strategis Peningkatan Kapasitas
Pemerintahan yang bersih sesuai dengan prinsip-prinsip transparan, akuntabel,
dan partisipatif.

Output:
1. Pengetahuan dan ketrampilan tentang desentralisasi dan tata kelola
pemerintahan yang bersih dikuasai secara utuh oleh pegawai sipil perempuan
dan laki-laki yang berguna baik secara individu maupun lembaga
2. Pengetahuan dan kemampuan analisis kebijakan, strategi, program dan
kebijakan yang responsif gender dikuasai secara fasih.

Outcome:
1. Kerangka Strategis Peningkatan Kapasitas yang: (1) memuat tiga prinsip
dasar dari good governance: transparan, akuntabel, partisipatif bagi
perempuan dan laki-laki; (2) mengakui adanya penghormatan pada hak asasi
50

manusia dengan mengakui adanya kesenjangan dan ketidakadilan gender


yang perlu diperbaiki.
2. Mengakui pentingnya partisipasi aktif perempuan dan laki-laki dalam seluruh
tahapan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan sehubungan dengan
fungsi kontrol sosial, memanfaatkan hasil pembangunan oleh berbagai
pemangku kepentingan (pemerintah, sektor usaha, dan masyarakat madani.
3. Terjaminnya kesejahteraan masyarakat.

Outcome tidak bisa dicapai hanya melalui satu kegiatan, namun harus merupakan
sinergi dari berbagai kegiatan sesuai dengan tujuan program. Sementara output
bisa terjadi karena pelaksanaan satu kegiatan yang spesifik. Itupun masih perlu
diperhatikan metode dan sasarannya. Artinya metode dan sasaran dapat
memengaruhi outcome dan output yang mengintegrasikan masalah Pmerintahan
yang bersih, gender, dan teknologi ICT.

B. Tenaga Kerja Bidang ICT

Tenaga kerja atau personil yang terlibat mengelola sistem komputer dan jaringan
pada dasarnya dapat dikelompokkan atas: operator, sistem analis.
Terdapat berbagai peran yang dapat dilakukan manusia dalam bagian sistem
komputer. Beberapa peran di antaranya adalah:

1. Operator/Data Entry

Personil-personil yang terlibat dalam tugas ini adalah personil-personil yang


menangani pemasukan data dan distribusi dari output. Yang termasuk
personil-personil ini dengan deskripsi tugasnya adalah sebagai berikut ini.
a. Pengawas pemasuk data (data entry supervisor): bertanggungjawab
untuk semua staff yang melakukan pemasukan data lewat keyboard dan
verifikasinya.

b. Operator pemasuk data (data entry operator): mengoperasikan satu atau


lebih alat masukan data.

c. Pengawas pengolah kata (word processing supervisor):


bertanggungjawab terhadap pengawasan peralatan pengolah kata,
operator pengolah kata, arus pekerjaan pengolah kata, pengaturan-
pengaturannya dan distribusi hasil pengolahan kata.

d. Operator pengolah kata (word processing operator): mengoperasikan


mesin ketik elektronik, sistem pengolah kata komputer, terminal untuk
pengolahan kata dan pengeditan teks.
(1) Tugas-tugas pemrograman (programmingjobs).
Personil-personil yang terlibat dalam tugas ini adalah. personil-
personil yang akan menulis program-program komputer. Yang
termasuk personil-personil ini dengan deskripsi tugasnya adalah
sebagai berikut ini.
51

e. Manajer pemrograman aplikasi (manager of applications programming):


bertanggungjawab terhadap pengembangan dari program-program komputer
yang terdokumentasi dengan baik.
f. Pemrogram aplikasi senior (senior applications programmer): menulis program-
program komputer berdasarkan rancang-bangun program at au memodifikasi
program-program yang telah ada.
g.Pemrogram aplikasi (applications programmer): menulis program-program
komputer berdasarkan rancang bangun program. Biasanya bekerja hanya pada
satu at au sejumlah kecil tipe aplikasi yang tertentu. Cukup mampu untuk
bekerja sendiri, tanpa bimbingan.

(b) Analisis Sistem


Berperan melakukan analisis terhadap permasalahan yang dihadapi,
serta merancang solusi pemecahannya dalam bentuk program
komputer. Tugas-tugas analisis sistem (systems analysis jobs).Tugas-
tugas analisis sistem (systems analysis jobs).

Personil-personil yang terlibat dalam tugas ini adalah personil-


personil yang akan mengembangkan sistem. Personil-personil analis
sistem ada di dalam suatu organisasi, jika perusahaan akan
menerapkan departemen sistem di organisasinya. Dengan
mempunyai departemen sistem dengan analis sistem sendiri,
nantinya diharapkan pengembangan sistem lebih lanjut dapat
ditangani sendiri oleh perusahaan tanpa memanggil konsultan dari
luar. Yang termasuk personil-personil ini dengan deskripsi tugasnya
adalah sebagai berikut :
(1) Direktur sistem informasi atau direktur sistem informasi
manajemen (vice president of MIS): merupakan eksekutif senior
dari semua sistem-sistem informasi yang ada di perusahaan.
Bertanggungjawab terhadap perencanaan jangka panjang
sistem informasi, anggarannya clan operasinya.
(2) Manajer bisnis (business manager/associate director):
berkepentingan terhadap persiapan dan pengkajian ulang
anggaran dan perencanaan yang berhubungan dengan
pengolahan data; mengontrol harga dan pembebanan pelayanan
komputer; mengadakan perundingan terhadap kontrak-kontrak
dengan penjual komputer.
(3) Manajer analisis sistem (manager of systems analysis):
bertanggungjawab terhadap pengembangan pengolahan data
yang diterapkan pada permasalahan-permasalahan tertentu
yang dihadapi oleh pemakai. Membuat desain dan rancang
bangun (spesifikasi) program-program komputer yang akan
digunakan oleh bagian lainnya.
(4) Analis sistem senior (senior: systems analyst): ketua analis
dalam proyek-proyek utama. Berunding dengan pemakai sistem
untuk mendefinisikan, proyek-proyek sistem informasi,
merumuskan permasalahan-permasalaha; yang dihadapi dan
sasarannya serta mendesain pemecahannya.
52

(c) Tugas-tugas Operasi (Operation job)


Personil-personil yang terlibat dalam tugas ini adalah personil-
personil yang menangani jalannya operasi pengolahan data yang
tidak terlibat langsung dengan tugas input/output. Yang termasuk
personil-personil ini dengan deskripsi tugasnya adalah sebagai
berikut ini.
(1) Kepala bagian komunikasi (director of communicatiollS):
bertanggungjawab terhadap semua perencanaan, penerapan dan
penanganan semua fasilitas telekomunikasi yang ada di
perusahaan.
(2) Kepala bagian pengolahan data (director of dp):
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pengolahan data yang
ada di perusahaan.
(3) Manajer administrasi basis data (manager of data base
administration): Bertanggungjawab terhadap organisasi file
supayadapat digunakan oleh semua aplikasi, membuatkamus
data, standar untuk penggunaan data dan menjamin integritas
dan keamanan data.

2. Jabatan Pranata Komputer

Pranata Komputer adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,


wewenang, tanggung jawab, dan hak untuk membuat, merawat,
mengembangkan sistem, dan atau program pengolahan dengan komputer
oleh Pejabat yang berwenang pada instansi Pemerintah. Jabatan Pranata
Komputer, adalah Jabatan Fungsional.

Jabatan Pranata Komputer dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi,
adalah :
a. Asisten Pranata Komputer Madya;
b. Asisten Pranata Komputer;
c. Ajun Pranata Komputer Muda;
d. Ajun Pranata Komputer Madya;
e. Ajun Pranata Komputer;
f. Ahli Pranata Komputer Pratama;
g. Ahli Pranata Komputer Muda;
h. Ahli Pranata Komputer Madya;
i. Ahli Pranata Komputer Utama Pratama;
j. Ahli Pranata Komputer Utama Muda;
k. Ahli Pranata Komputer Utama Madya.

C. Latihan

1. Diskusikan kenapa penting memperhatikan masalah kesetaraan gender


dalam pengangkatan pegawai atau promosi jabatan bidang keahlian ICT
2. Teknologi ICT dapat mendukung terwujudnya good govenannce,
akuntabilitas, dan kesetaraan gender. Diskusikan pernyataan ini.
53

3. Diskusikan keahlian-keahlian dan tugas-tugas bidang ICT, termasuk yang


belum terdapat pada modul ini.

D. Rangkuman

Sumberdaya manusia bidang ICT adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi Informasi dan komunikasi.
Suksesnya pemanfaatan teknologi ICT untuk mendukung penerapan administrasi
yang baik, good government, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan sangat
didukung oleh ketersediaan tenaga yang mempunyai kualitas yang baik dalam
bidang ICT. Perencanaan pengembangan dan pemanfaatan Sistem Informasi
harus memasukkan (terintegrasi) dengan pengembangan SDM bidang ICT.
DAFTAR PUSTAKA

Brahmawong, Chaiyong. Training Modules: Unit II System Approach in Competency


Based Training System. Agency Agricultural Education, Training and Extension
and UNDP/OPE, Development Training and Communication Planning, Jakarta,
1987
Mcleod, Raymond. Management Information System, SeventhEdition, 1998.
Shore, Barry. Instruction to Computere Information Systems, 1995.
http://www.ilmukomputer.com
http://www.pera.net
http://www.kominfo.go.id
Jogiyanto HM, Pengenalan Komputer, 1992

Jogiyanto HM, Analisis & Disain Sistem Informasi, 1999


Krongsti, John. Integrating Enterprise and its Development using model driven
approach.
v
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.

Anda mungkin juga menyukai