Nim : P05120220086
Prodi : D-III Keperawatan
Kelas : 1B
BIOGRAFI
Mohammad Natsir lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok, Sumatera Barat,
17 Juli 1908, dengan gelar Datuk Sinaro Panjang. Ia adalah perdana menteri kelima Republik
Indonesia. Ia juga pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi dan salah seorang
tokoh Islam terkemuka di Indonesia.
Pada masa kecilnya Natsir belajar di HIS Solok dan di sekolah agama Islam yang
dipimpin oleh para pengikut Haji Rasul. Selanjutnya pada tahun 1923-1927 Natsir mendapat
beasiswa untuk sekolah di MULO, dan kemudian melanjutkan ke AMS Bandung hingga
tamat pada tahun 1930.
Pada saat di Bandung, Natsir berinteraksi dengan para aktivis pergerakan nasional
antara lain Syafruddin Prawiranegara, Mohammad Roem dan Sutan Syahrir. Pada tahun 1932,
Natsir berguru pada Ahmad Hassan untuk memperdalam ilmu keagamaannya. Dengan
keunggulan ilmu spiritualnya, ia banyak menulis soal-soal agama, kebudayaan, dan
pendidikan.
Natsir juga dikenal sebagai pribadi yang aktif. Ia memiliki banyak pengalaman
organisasi seperti menjadi Wakil Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), menjabat
sebagai Presiden Liga Muslim se-Dunia (World Moslem Congress), ketua Dewan Masjid se-
Dunia, serta anggota Dewan Eksekutif Rabithah Alam Islamy yang berpusat di Mekkah, dan
mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.
Karir politik Natsir dimulai ketika pada tanggal 5 April 1950 Natsir mengajukan mosi
intergral dalam sidang pleno parlemen, di mana mosi ini berhasil memulihkan keutuhan
bangsa Indonesia dalam Negara Kesatuan RI (NKRI). Karena prestasi inilah Natsir diangkat
menjadi perdana menteri oleh Bung Karno. Presiden RI ini menganggap Natsir mempunyai
konsep untuk menyelamatkan Republik melalui konstitusi.
Secara kepribadian, pria yang banyak berjasa untuk perkembangan dakwah Islam
dikenal sebagai pribadi yang berbicara penuh sopan santun, rendah hati dan bersuara lembut
meskipun terhadap lawan-lawan politiknya. Ia juga sangat bersahaja dan kadang-kadang
gemar bercanda dengan siapa saja yang menjadi teman bicaranya. Mohammad Natsir
meninggal di Jakarta, 6 Februari 1993 pada usia 84 tahun.
PENDIDIKAN
HIS Solok
sekolah agama Islam
MULO
AMS Bandung
KARIR
Perdana Menteri Ke-5 Indonesia
Wakil Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)
Presiden Liga Muslim se-Dunia (World Moslem Congress)
Ketua Dewan Masjid se-Dunia
Dewan Eksekutif Rabithah Alam Islami
-Pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
PENGHORMATAN
Pemerintah Indonesia saat itu, baik yang dipimpin oleh Soekarno maupun Soeharto,
sama-sama menuding Mohammad Natsir sebagai pemerontak dan pembangkang, bahkan
tudingan tersebut membuatnya dipenjarakan. Sedangkan oleh negara-negara lain, Natsir
sangat dihormati dan dihargai, hingga banyak penghargaan yang dianugerahkan kepadanya.
Dunia Islam mengakui Mohammad Natsir sebagai pahlawan yang melintasi batas
bangsa dan negara. Bruce Lawrence menyebutkan bahwa Natsir merupakan politisi yang
paling menonjol mendukung pembaruan Islam. Pada tahun 1957, ia menerima bintang Nichan
Istikhar (Grand Gordon) dari Raja Tunisia, Lamine Bey atas jasanya membantu perjuangan
kemerdekaan rakyat Afrika Utara. Penghargaan internasional lainnya yaitu Jaa-izatul Malik
Faisal al-Alamiyah pada tahun 1980, dan penghargaan dari beberapa ulama dan pemikir
terkenal seperti Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi dan Abul A'la Maududi.
Pada tahun 1980, Natsir dianugerahi penghargaan Faisal Award dari Raja Fahd Arab
Saudi melalui Yayasan Raja Faisal di Riyadh, Arab Saudi. Ia juga memperoleh gelar doktor
kehormatan di bidang politik Islam dari Universitas Islam Libanon pada tahun 1967. Pada
tahun 1991, ia memperoleh dua gelar kehormatan, yaitu dalam bidang sastra dari Universitas
Kebangsaan Malaysia dan dalam bidang pemikiran Islam dari Universitas Sains Malaysia.
Pemerintah Indonesia baru menghormatinya setelah 15 tahun kematiannya, pada 10
November 2008 Natsir dinyatakan sebagai pahlawan nasional Indonesia. Soeharto enggan
memberikan gelar pahlawan kepada salah satu "bapak bangsa" ini. Pada masa B.J. Habibie,
dia diberi penghargaan Bintang Republik Indonesia Adipradana.
2. Apa yang anda petik sebagai pelajaran dari kepribadian tokoh tersebut
Yang dapat saya petik dari tokoh muhammad natsir ialah sifat nya yang pantang
menyerah, tegas, baik ,kuat, dan juga berjiwa pemimpin, pintar dalam bidang politik maupun
dalam bidang agama islam.
3. Amati dan sebutkan potensi korupsi yang mungkin terjadi di lingkungan kampus,
proses pembuatan ktp/sim, jalan raya/lalin, pelayanan kesehatan untuk masyarakat
miskin apa peran anda untuk mengantisipasi gal tersebut.