Anda di halaman 1dari 29

Kewajiban Dokter Terhadap Dirinya

dalam perspektif Etiko Medikolegal


di Era Pandemi

Dr Siti Moetmainnah SpOG(K), MARS

Disampaikan pada Seminar COVID19


“Meningkatkan Immunitas Tenaga Kesehatan di Era COVID 19”
Semarang, 7 Oktober 2020
PENDAHULUAN

Seorang Dokter dalam melaksanakan profesinya


dibatasi rambu - rambu yang mengatur agar
Dokter tetap etis dan professional untuk menjaga
tradisi Kedokteran yang luhur dan mulia
Akan dibahas melalui RAMBU RAMBU DOKTER
Yaitu :
* ETIK KEDOKTERAN
* DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN
* PERUNDANGAN mengenai KEDOKTERAN / Kesehatan
Era Normal
Era Pandemi
SUMPAH DOKTER

 Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien,


dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
(Sumpah Dokter Indonesia point 7)

 Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik


Kedokteran Indonesia.
(Sumpah Dokter Indonesia point 11)
KODE ETiK KEDOKTERAN INDONESIA
(KODEKI)

 Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya,


supaya dapat bekerja dengan baik
(KODEKI 2012 – pasal 20)

Namun seringkali, beban kerja Dokter terlalu berlebih


sehingga kewajiban memelihara kesehatan tersebut
tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
KODEKI (lanjutan)
Cakupan pasal 20
 Tujuan dokter memelihara kesehatannya:
a. Dokter tetap sehat dalam menjalankan tugasnya
b. Menjadi pendidik & panutan bagi pasien dan masyarakat
c. Tidak memberikan risiko kepada pasien yang bisa dihindari
(mencegah penularan, mencegah bahaya bagi pasien)
(KODEKI 2012 psl 20 ayat 5)

 Seorang dokter perlu melaksanakan tindakan perlindungan diri


*immunisasi terlebih dahulu saat terjadi wabah,
*cuci tangan setelah memeriksa pasien,
*memakai masker untuk perlindungan penularan lewat udara,
*prosedur pencegahan lainnya (termasuk APD)
(KODEKI 2012 psl 20 ayat 9)
 Dalam kondisi Pandemi Covid19 :
ketersediaan APD bagi Dokter merupakan salah
satu unsur essensial yang harus dipenuhi
agar Dokter dapat bekerja sesuai standard medis
dalam rangka memenuhi unsur safety bagi Dokter
KODEKI (lanjutan)

Profesionalisme
 Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya,
memberikan pelayanan secara berkompeten dengan
kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai
rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan
atas martabat manusia.
(KODEKI 2012 Pasal 8)
KODEKI (lanjutan)

Ada 3 tanggungjawab profesi yakni :


(a) kepada diri sendiri (responsibility) dalam rangka menjalankan
kebebasan teknis profesi berdasar kompetensi masing-masing,
(b) kepada teman sejawat dan lingkungan kerja (accountability)
(c) kepada klien/pasien sebagai pihak ketiga (liability).

Profesionalisme dihasilkan dari tanggungjawab moral sepenuhnya,


adanya kasih sayang dan penghormatan hak asasi manusia karena
pasien merupakan wujud insan bermartabat.

(Penjelasan KODEKI 2012 Pasal 8)


ETIKA KEDOKTERAN
dalam Kegiatan Tanggap Darurat Bencana

 Berbagai dilema etik sering muncul dalam penanggulangan bencana


 Beberapa dilema etik yang paling menonjol di Indonesia antara lain
- dilema dalam triase,
- melakukan riset,
- meminta informed consent,
- memberikan pelayanan dalam sarana yang terbatas,
- melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga medis
yang membantu korban bencana sesuai Konvensi Jenewa.

(Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 4 No. 1 Feb 2020)


DISIPLIN PROFESI DOKTER

Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi adalah ketaatan terhadap


aturan aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam
pelaksanaan praktik kedokteran.
(Perkonsil Ked Ind no 4 th 2011 Pasal 1 ayat 1)

Pengaturan Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi bertujuan untuk:


a. memberikan perlindungan kepada masyarakat;
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan;
c. menjaga kehormatan profesi.
(Perkonsil Ked Ind no 4 th 2011 Pasal 2)
PERUNDANGAN
UU no 29 th 2004 ttg PRAKTIK KEDOKTERAN

Standar Pelayanan
(1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik
kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran
atau kedokteran gigi.
(2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan
kesehatan.
(UUPK 2004 pasal 44)
PERUNDANGAN lanjutan
UU no 29 th 2004 ttg PRAKTIK KEDOKTERAN lanjutan

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran


mempunyai hak :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional;
b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan
standar prosedur operasional;
c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien
atau keluarganya;
d. menerima imbalan jasa.
(UUPK 2004 Pasal 50)
PERUNDANGAN lanjutan
UU no 29 th 2004 ttg PRAKTIK KEDOKTERAN lanjutan

UUPK ps 50 (b) :
 Dokter dalam melaksanakan praktek kedokteran mempunyai
hak untuk memberikan pelayanan medis menurut standar
profesi dan standar prosedur operasional.
 Standar pelayanan medis untuk perawatan pasien dalam
kategori penyakit wabah menular wajib dilengkapi dengan
APD sesuai dengan standar medis.
PERUNDANGAN lanjutan
UU no 29 th 2004 ttg PRAKTIK KEDOKTERAN lanjutan

UUPK ps 50 (c)
 Dokter atau Dokter Gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran mempunyai hak memperoleh informasi yang
lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya

 Kenyataan banyak pasien tidak jujur, berakibat Dokter


terpapar dan menjadi sakit bahkan sampai meninggal.
 Untuk perlindungan Hukum bagi Dokter, pasien yang tidak
jujur dapat dikenai pasal 14 UU 4 th1984 ttg Wabah
Penyakit Menular
PERUNDANGAN lanjutan
PERMENKES RI No 11 th 2017 ttg KESELAMATAN PASIEN

 Psl 7 ayat (2) huruf (a) :


mewajibkan kepada pasien dan keluarganya
untuk memberikan informasi yang benar, jelas,
lengkap dan jujur.
PERUNDANGAN lanjutan
UU RI no 36 th 2009 TENTANG KESEHATAN

Pasal 27
(1) Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan
pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
(2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
(3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
PERUNDANGAN lanjutan
UU no 13 th 2003 ttg KETENAGAKERJAAN

 Pasal 77 :
Beban kerja dan waktu kerja :
Waktu kerja dibagi menjadi dua skema, yaitu:
7 jam/hari dan 40 jam/minggu untuk 6 hari kerja
dalam 1 minggu atau
8 jam/hari dan 40 jam/minggu untuk 5 hari kerja
dalam 1 minggu.

(UU no 13 th 2003 Psl 77)


PERUNDANGAN lanjutan
UU no 13 th 2003 ttg KETENAGAKERJAAN lanjutan

Beban Kerja Dokter


Dokter menghadapi kewajiban hukum yang tidak dapat
dihindarinya ketika mengemban profesinya.
Misalnya, seorang dokter menerima panggilan emergency
di luar waktu kerja
Menyikapi hal ini, diperlukan kebijakan dari sarana kesehatan
untuk mengatur beban kerja dan waktu kerja bagi Dokter
agar tetap proporsional di masa kritis pandemi Covid 19.
PERUNDANGAN lanjutan
PERMENKES RI No 52 Th 2018 ttg K3 DI FASYANKES

Penerapan kewaspadaan standar K3 Fasyankes dilaksanakan


melalui:
a. cuci tangan untuk mencegah infeksi silang;
b. penggunaan alat pelindung diri (APD)
c. pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan;
d. penatalaksanaan peralatan; dan
e. pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
(PMK no 52 th 2018 pasal 7 ayat 3)
PERUNDANGAN lanjutan
UU RI No 4 TH 1984 ttg WABAH PENYAKIT MENULAR

 Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah


adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
(UU no 4 th 1984 pasal 1 huruf a)

 Penularan Covid-19 sudah berkategori wabah mengingat


penularan sangat cepat dan dengan jumlah penderita
semakin meningkat pada waktu dan daerah tertentu.
PERUNDANGAN lanjutan
UU RI no 4 th 1984 ttg WABAH PENYAKIT MENULAR lanjutan

Upaya penanggulangan wabah meliputi:


a. penyelidikan epidemiologis;
b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita,
termasuk tindakan karantina;
c. pencegahan dan pengebalan;
d. pemusnahan penyebab penyakit;
e. penanganan jenazah akibat wabah;
f. penyuluhan kepada masyarakat;
g. upaya penanggulangan lainnya.
(UU no 4 th 1984 Pasal 5 ayat 1)
PERUNDANGAN lanjutan
UU RI No 4 TH 1984 ttg WABAH PENYAKIT MENULAR lanjutan

 Kenyataan bahwa Tenaga kesehatan adalah yang setiap hari


merawat pasien Covid-19 dengan risiko sangat tinggi terhadap
penularan virus tersebut.

 Perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan sering terabaikan,


seolah mayarakat apatis dan beropini bahwa itu sudah sebagai
tugas dan tanggungjawab sebagai tenaga medis.
PERUNDANGAN lanjutan
UU RI No 4 TH 1984 ttg WABAH PENYAKIT MENULAR lanjutan

 Perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan juga dapat diberikan


melalui tuntutan tindak pidana kepada masyarakat yang tidak tertib
melaksanakan protokol penanggulangan wabah penyakit menular
yang berdampak tertularnya tenaga kesehatan atau bahkan
mengakibatkan meninggalnya tenaga kesehatan

 Tidak tertibnya melaksanakan standar protokol kesehatan


penanggulangan Covid-19 dapat dikatakan memenuhi unsur
dengan sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan
wabah penyakit menular Covid-19.
(UU 4 th1984 pasal 14)
PERUNDANGAN lanjutan
UU RI No 4 TH 1984 ttg WABAH PENYAKIT MENULAR lanjutan

(1) Barang siapa dengan sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan


wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan
pidana penjara selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-
tingginya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).
(2) Barang siapa karena kealpaannya mengakibatkan terhalangnya
pelaksanaan penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam)
bulan dan/atau denda setinggitingginya Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan dan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pelanggaran.
(UU 4 th1984 pasal 14)
PERUNDANGAN lanjutan
KEPPRES no 12 th 2020 ttg PENETAPAN BENCANA
NONALAM PENYEBARAN CORONA VIRUS DESEASE 2019
(COVID -19) SEBAGAI BENCANA NASIONAL

Menyatakan bencana nonalam yang diakibatkan oleh


penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
sebagai bencana nasional.
PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19) REVISI KE-4

 Petugas kesehatan harus menerapkan “5 momen kebersihan tangan”,


yaitu: -sebelum menyentuh pasien,
-sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik,
-setelah berisiko terpajan cairan tubuh,
-setelah bersentuhan dengan pasien, dan
-setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien, termasuk
permukaan atau barang-barang yang tercemar.
 Kebersihan tangan mencakup:
1) mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan
antiseptik berbasis alkohol;
2) Cuci tangan dengan sabun dan air ketika terlihat kotor;
3) Kebersihan tangan juga diperlukan ketika menggunakan
dan terutama ketika melepas APD.
TAKE HOME MESSAGE
Dokter dalam melaksanakan tugas hendaknya selalu bekerja sesuai
Rambu-rambu :
Sumpah Dokter, dan Kode Etik Kedokteran Indonesia,
Standard Profesi dan Standard Prosedur Operasional
 Undang Undang RI dan Peraturan yang berlaku
Khusus era Pandemi COVID19 :
SELALU gunakan APD yang sesuai tempat kerja
SELALU Patuhi Protokol Kesehatan dengan sadar dan jangan
sampai lengah demi kesehatan anda
Istirahat cukup, daya tahan diperkuat, makanan bergisi,
suplemen untuk imunitas
BERDO’A, SABAR, SYUKUR, SYAKUR
REFERENSI
* ETIK : - Sumpah Dokter Indonesia dan KODEKI
* DISIPLIN PROFESI : - Disiplin Profesi Dokter
* PERUNDANGAN & PERATURAN yang berlaku
Normal : - UU no 29 th 2004 ttg Praktik Kedokteran
- UU RI no 36 th 2009 TENTANG KESEHATAN
- UU no 13 th 2003 ttg KETENAGAKERJAAN
- UU RI No 4 TH 1984 ttg WABAH PENYAKIT MENULAR
- PERMENKES RI No 11 th 2017 ttg KESELAMATAN PASIEN
- PERMENKAES 52 th 2018 ttg K3 DI FASYANKES
- PERKONSIL KED IND no 4 th 2011
Era Pandemi: - KEPPRES no th ttg COVID19
- APD Dokter dr Era COVID19

Anda mungkin juga menyukai