Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas adalah hal penting untuk diperhatikan guna

menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari berbagai

pengalaman dalam menanggulangi kematian ibu dan bayi di banyak

negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya pertolongan difokuskan

pada kualitas asuhan kebidanan yang diberikan dalam tindakan

kebidanan.1

Tujuan jangka panjang pembangunan yaitu meningkatkan

kesadaran, kemampuan, dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujut derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah satu indikator

derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI), karena

AKI menggambarkan kesadaran, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi

lingkungan tingkat pelayanan kesehatan terutama pada ibu hamil,

melahirkan dan nifas. Salah satu periode dalam kehidupan ibu yang rentan

resiko kesakitan dan kematian adalah masa nifas. Pada masa ini selain

rentan terhadap resiko terjadinya perdarahan dan infeksi postpartum. Masa

nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu maupun

bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan, kehamilan

1
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
1
2

terjadi setelah persalinan, dan 40% kematian masa nifas dalam 24 jam

pertama.2

Diantara infeksi pada masa nifas adalah infeksi yang terjadi karena perlukaan

jalan lahir. Perlukaan jalan lahir dapat terjadi karena kesalahan waktu memimpin

suatu persalinan tetapi dapat terjadi karena laserasi atau tindakan episiotomi.

Episiotomi dilakukan dikarenakan mempunyai beberapa manfaat diantaranya yaitu

mencegah robekan perineum. Mengurangi regangan otot penyangga kandung kemih

atau rektum yang terlalu kuat dan berkepanjangan.3

Perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum

yang terkena lochea dan lembab akan sangat menunjang perkembangan bakteri yang

dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Munculnya infeksi pada

perineum dapat merambah pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang

dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi

pada jalan lahir. Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya

kematian ibu postpartum mengingat kondisi ibu postpartum yang masih lemah. Infesi

atau sepsis pueperalis juga menyebabkan 15% dari seluruh kematian ibu yang terjadi

di negara berkembang, jika tidak menyebabkan kematian sepsis puerperalis dapat

menyebabkan masalah-masalah kesehatan menahun seperti penyakit radang kronis

CPD (Pelvic Inflammatory Disease) dan infertilitas.4

Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia Word Health Organization (WHO)

menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003 insiden infeksi nifas berkisar 4,5%-7,6%

di seluruh kehamilan. Infeksi nifas menjadi penyebab kematian ibu di negara-negara

berkembang seperti Afrika yang angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
2
Bobak, 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta: EGC
3
YP Rahayu, dkk. Buku Ajar Masa Nifas dan Menyusui

4
Perpustakaan-online-kebidanan.co.id/2011/07resiko-sepsis-puerperalis diunduh maret 2019
3

kurang dari 50%. Menurut Steven, sorang tokoh WHO dalam bidang Obgyn,

diseluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus luka robekan perineum pada

ibu bersalin, dan 26% diantaranya mengalami penyembuhan luka yang lambat lebih

dari 7 hari setelah persalinan. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun

2005. Pada tahun 2012 resiko kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan

yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup jika

dibandingkan dengan resiko kematian ibu di sembilan Negara maju dan negara

persemakmuran. Menurut WHO 81% AKI akibat komplikasi selama kehamilan dan

bersalin 25% selama masa postpartum.5

Dibandingkan dengan negara ASEAN, pada tahun 2014 Indonesia menduduki

peringkat tertinggi 190 per 100.000 kelahiran hidup, Singapura mencatat AKI

terendah hanya mencapai 3 per 100.000 kelahiran hidup, kemudian disusul Malaysia

(29/100.000), Thailand (48/100.000), dan Vietnam (59/100.000).6

Target Milenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan AKI menjadi

102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 masih memerlukan upaya khusus dan

kerja keras dari seluruh pihak baik pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat.

(AKI) yang tinggi menunjukan rawannya derajat kesehatan ibu. Selama 15 tahun

kedepan dengan digantikannya MDGs menjadi SDGs (Sustainable Developmen

Goals). Pada tahun 2030 menurunkan angka kematian ibu di Indonesia sebesar

70/100.000 kelahiran hidup.7

Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia terjadi sejak tahun 1991

sampai dengan tahun 2007, yaitu dari 390/100.000 kelahiran hidup menjadi
5
Angka Kejadian Aki Menurut WHO.2013. (http:kesehatan ibu,depkes.go.id/diakses maret 2019)

6
Ririn Hapsari & Eko Prapti. 2015. Kertas Rajin SRHR dan AGENDA 2030. Jakarta: Rutgers WPF
Indonesia
7
Kemenkes RI. 2015. Asuhan Keperawatan Post Secsio Sesarea Indikasi Plasenta Previa. At
http://www. e-skripsi.stikmuh-pkj.ac.id. diakses maret 2019
4

228/100.000 kelahiran hidup. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukan

peningkatan AKI yang signifikan yaitu dari 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran

hidup8. Secara global, lima penyebab utama kematian ibu adalah perdarhan, hipertensi

pada kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus, namun kematian ibu

di indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab langsung kematian ibu yaitu

perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi.9 Dan tingginya kasus

kematian ibu definisikan akibat tidak langsung dari kondisi “tiga terlambat” yaitu

terlambat mengenali tanda bahaya, terlambat mencapai tempat pelayanan, dan

terlambat mendapatkan pertolongan. 10

Angka Kematian Ibu Provinsi NTT pada periode 2004 –2007 cenderung

mengalami penurunan yang cukup bermakna. Pada tahun 2004 AKI NTT sebesar 554

per 100.000 kelahiran hidup (Surkesnas) dan menurun menjadi 306 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Namun berdasarkan hasil Sensus

Penduduk (SP) tahun 2010, AKI meningkat menjadi 536 per 100.000 kelahiran hidup.

Bila dibandingkan dengan angka nasional 259 per 100.000 kelahiran hidup (SP,2010)

maka AKI NTT sangat tinggi. Untuk mengatasi masalah ini maka Provinsi NTT telah

menginisiasi terobosan-terobosan dengan Revolusi KIA dengan motto semua ibu

melahirkan di Fasilitas Kesehatan yang memadai. Yang mana capaian indikator

antaranya adalah menurunnya peran dukun dalam menolong persalinan atau

meningkatkan peran tenaga kesehatan terampil dalam menolong persalinan.

8
Depkes. profil-kesehatan-indonesia 2010. Diakses maret 2019

9
Tiani Ani. 2015. Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta:Deepublish

10
Ryadi Slamet Lucas Alexander. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2010. Yogyakarta: Andi
5

Kasus kematian dan Angka Kematian Ibu (AKI) yang tergambar dalam Profil

Kesehatan Tahun 2017, dapat menggambarkan kondisi dari tahun 2014 –2017, untuk

kasus kematian pada tahun 2015 sebesar 176 kasus, atau AKI 185,6 per 100.000 KH,

selanjutnya pada tahun 2016 menurun lagi menjadi 158 kasus dengan AKI sebesar

169 per 100.000 KH. Target dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi NTT pada

tahun 2017, kasus kematian ibu ditarget turun menjadi 128 kasus.11

Jumlah kematian ibu di kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) pada tahun

2017 adalah sebanyak 45 kasus kematian dengan dengan penyebab kematian ibu

sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan, jumlah

kematian ibu pada tahun 2017 terjadi peningkatan dibandingkan pada tahun 2016, hal

ini dikarenakan menurunnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan

menurunnya cakupan penanganan komplikasi obstetri.12

Beberpa faktor penyebab terbanyak terjadinya infeksi postpartum antara lain,

persalinan lama khususnya dengan pecah ketuban, bermacam-macam pemeriksaan

vagina selama persalinan, tehnik aseptic tidak sempurna, tidak memperhatikan tehnik

mencuci tangan dan manipilasi intrauteri (misalnya: ekplorasi uteri, plasenta

manual)13. Dan beberapa faktor eksternal yang menjadi salah satu penyebab infeksi

nifas diantaranya adalah sikap, dukungan keluarga dan peran tenaga kesehatan.

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap

stimulus atau objek, sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu didalam kehidupan sehari-hari, sikap adalah reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulasi sosial. Oleh sebab itu dalam mencegah

11
Dinkes, 2017. Profil kesehatan provinsi ntt tahun 2017. www. depkes. go.id/resources/dowload/profil-kesehatan-
ntt -2017.pdf. diakses maret 2019
12
Dinkes TTS 2017. www. depkes. go. id/resources/dowload/profil-kesehatan-tts -2017.pdf. diakses maret 2019

13
Sunarsih, Try, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Jakarta: Salemba Medika
6

infeksi luka perineum ibu postpartum harus memiliki sikap yang peduli terhadap

kebersihan dirinya sendri terutama kebersihan genitalianya agar tidak terjadinya

infeksi nifas selama masa postpartum.

Hal ini sesuai dengan penilitian Yeni Andriani (2015) yang berjudul hubungan

sikap terhadap perilaku perawatan luka perineum pada ibu nifas di Wilayah Kerja

Puskesmas Darma Rini Kabupaten Temanggung, hasil menunjukan bahwa distribusi

sikap ibu postpartum terhadap pencegahan infeksi luka perineum dengan jumlah sikap

negatif 22(71,0%) respon dan sikap positif dengan nilai 9 (29,0%) responden.14

Dukungan keluarga sangat berpengaruh pada motivasi dalam diri seorang

dalam melakukan sesuatu, dalam hal ini dukungan keluargalah yang menjadi faktor

utama dukungan bagi ibu postpartum, karena semakin kuat dukungan keluarga maka

semakin merasa diperhatikannya ibu postpartum untuk mencegah dirinya dari infeksi

selama masa nifas.

Hal ini sesuai dengan penelitian Sri Kardi (2016) hubungan dukungan suami,

dan pengetahuaan ibu terhadap perilaku perawatan luka perineum di Wilayah Kaarang

Malang Semarang, hasil menunjukan bahwa distribusi dukungan keluarga dengan

jumlah 20 (57,1%) responden tidak mendapat dukungan dan 15 (43,9%) responden

mendapatkan dukungan dari keluarga.15

Peran tenaga kesehatan merupakan sesuatu yang diharapkan dari seseorang

dalam situasi sosial tertentu agar memenuhi harapan, oleh karena itu tenaga kesehatan

adalah salah satu indikator yang sangat mempengaruhi selain dari keluarga, sebab

14
Yeni Andriani. Hubungan perilaku perawatan luka perineum pada ibu nifas di Puskesmas Darma Rini Kabupaten
Temanggung. Skripsi Program Sarjana Kesmas at: kamis 20:10

15
Sri Karyati, 2015. Hubungan dukungan suami, dan pengetahuan ibu terhadap perilaku perawatan luka perineum
di Wilayah karang Semarang, journal Panti Wilasa Yakum at: selasa 13:45
7

dukungan tenaga kesehatan adalah faktor pendorong ibu postpartum untuk menjaga

kebersihan dirinya agar tidak terjadi infeksi selama masa nifas.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Endang Dwi Lestari

(2014) dengan judul hubungan sosial budaya, umur, dan peran tenaga kesehatan

terhadap perilaku penyembuhan luka perineum dengan jumlah 42 (83%) responden

tenaga kesehatan tidak berperan dan 27(17%) responden tenaga kesehatan berperan

terhadap pencegahan infeksi luka perineum.16

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 10 ibu

postpartum di Puskesmas Noemuke pada bulan Maret 2019 diperoleh data bahwa 5

dari 10 (50%) sikap ibu postpartum yang tidak begitu peduli terhadap kebersihan

dirinya sendiri terutama kebersihan genitalianya karena ibu postpartum yang masih

percaya sosial budaya yang ada disekeliling mereka seperti membersihkan alat

kalamin dengan rebusan daun sirih, 3 dari 10 (30%) mengatakan tidak mendapatkan

dukungan dari keluarga, karena kurangnya pengetahuan keluarga terhadap

pencegahan infeksi, dan 2 dari 10 (20%) kurangnya pengetahuan yang disebabkan

kurangnya informasi oleh tenaga kesehatan tentang bagaimana pencegahan infeksi

yang baik selama masa nifas.

Melihat data sementara dan hasil penelitian sebelumnya yang didapatlan

masih banyak ibu postpartum yang belum mengetahui bagaimana cara pencegahan

luka perineum selama masa nifas, maka dari itu peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian terkait dengan judul “Hubungan Sikap, Dukungan Keluarga,

Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Perilaku Pencegahan Infeksi Luka Perineum Pada

Ibu Pospartum Di Puskesnas Noemuke Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten

TTS

16
Dwi Lestari, 2014. Hubungan sosial budaya, umur, peran tenaga kesehatan terhadap perilaku penyembuhan luka
perineum, di RSUD Dr. Hasan Sadikin Bndung. Journal at: jumad 14:30
8

1.2 Rumusan Masalah

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 10 ibu postpartum di

Puskesmas Noemuke pada bulan Maret 2019 diperoleh data bahwa 5 dari 10 (50%)

sikap ibu postpartum yang tidak begitu peduli terhadap kebersihan dirinya sendiri

terutama kebersihan genitalianya karena ibu postpartum yang masih percaya sosial

budaya yang ada disekeliling mereka seperti membersihkan alat kalamin dengan

rebusan daun sirih, 3 dari 10 (30%) mengatakan tidak mendapatkan dukungan dari

keluarga, karena kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan infeksi, dan 2

dari 10 (20%) kurangnya pengetahuan yang disebabkan kurangnya informasi oleh

tenaga kesehatan tentang bagaimana pencegahan infeksi yang baik selama masa nifas.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti menyimpulkan belum diketahuinya

hubungan sikap, dukungan keluarga, peran tenaga kesehatan terhadap perilaku

pencegahan infeksi luka perineum pada ibu postpartum di Puskesmas Noemuke

Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten TTS

1.3 Pertanyaan Pemenelitiasn

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi pertanyaan penelitian

adalah “Apakah ada hubungan sikap, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan

terhadap perilaku pencegahan infeksi luka perineum pada ibu postpartum di

Puskesmas Noemuke ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujun Umum

Mengetahui hubungan sikap, dukungan keluarga, dukungan tenaga

kesehatan terhadap perilaku pencegahan infeksi luka perineum pada ibu

postpartum.

1.4.2 Tujuan Khusus


9

1.4.2.1 Mengetahui distribusi frekuensi sikap, dukungan keluarga, dukungan

tenaga kesehatan, terhadap perilaku pencegahan infeksi luka perineum

pada ibu postpartum di Puskesnas Noemuke Tahun 2019 Kecamatan

Amanuban Selatan Kabupaten TTS

1.4.2.2 Mengetahui hubungan sikap terhadap perilaku pencegahan infeksi luka

perineum pada ibu postpartum di Puskesnas Noemuke Tahun 2019

Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten TTS

1.4.2.3 Mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku

pencegahan infeksi luka perineum pada ibu postpartum di Puskesnas

Noemuke Tahun 2019 Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten TTS

1.4.2.4 Mengetahui hubungan tenaga kesehatan terhadap perilaku pencegahan

infeksi luka perineum pada ibu postpartum di Puskesnas Noemuke

Tahun 2019 Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten TTS

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini hanya mengkonfirmasi teori yang sudah

ada mengenai variabel yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk membangun

teori yang baru.

1.5.2 Manfaat Metodiologi

Dalam penelitian ini tidak menghasilkan metodiologi penelitian yang

baru.

1.5.3 Manfaat Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada keluarga,

tenaga kesehatan dan pasien mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku pencegahan infeksi luka perineum pada ibu postpartum.


10

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini untuk mengetahui hubungan sikap, dukungan keluarga, dukungan tenaga
kesehatan terhadap perilaku pencegahan infeksi luka perineum pada ibu postpartum.
Ibu yang disertakan dan dijadikan subjek penelitian adalah seluruh ibu postpartum di
Puskesmas Noemuke. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2019. Tempat
penelitian ini dilakukan di Puskesmas Noemuke. Alasan mengambil penelitian ini
adalah karena masih banyaknya ibu postpartum yang belum tahu bagaimana
pencegahan infeksi luka perineum selama masa nifas. Jenis penelitian ini
menggunakan pendekatan croos sectional dengan metode analisisnya menggunakan
V

Anda mungkin juga menyukai