Anda di halaman 1dari 14

1.

1 Pengertian
a. Gigitan Serangga

Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga seringkali
menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit(senut-senut) dan gatal-gatal. Reaksi
tersebut boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir dalam beberapa
jam sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena gigitan serangga
disbanding orang dewasa. Insect Bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga
yang menyengat atau menggigit seseorang.

Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun
yang masuk kedalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti
paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam
organ tubuh. Tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya, sehingga
akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.

a. Definisi Gigitan Binatang Berbisa


Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh
gigitan hewan berbisa seperti ular.

b. Definisi Gigitan Binatang Laut

Banyak hewan laut mengigit atau menyengat. Beberapa memberikan racun


melalui gigi, tentakel, duri atau kulit. Lainnya, seperti hiu, tidak berbisa tetapi dapat
menimbulkan gigitan serius dengan besar, gigi yang tajam. Kebanyakan makhluk
yang menyengat atau mengigit telah mengembangkan perilaku ini sebagai mekanisme
pertahanan atau untuk membantu mereka berburu makanan. Kebanyakan sengatan
hewan laut dan gigitan disebabkan oleh kontak yang tidak disengaja. Misalnya, anda
bisa menginjak ikan pari yang terkubur di pasir atau sikap terhadap ubur-ubur saat
berenang. Penyelam dan nelayan sangat beresiko karena sering dan lama kontak
mereka dengan kehidupan laut.

2.2 Etiologi

Penyebab gigitan serangga, binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau
mereka digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk
pertahanan. Gigitan serangga untuk melindungi sarang mereka.Sebuah gigitan atau
sengatan dapat menyuntikan bisa(racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain
yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga
mengakibatkan kemerahan dan membengkak di lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon penyengat, si jaket kuning dan semut api adalah anggota keluarga
hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup
serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oelh serangga
3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon
dan semut api berbeda-beda dalam menyengat. Ketika lebah menyengat, dia melepaskan
seluruh alat sengatnya dan sebenernya ia mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon
dapat menyengat berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya
setelah ia menyengat. Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahang nya
dan memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat berkali-kali.

2.3 Manifestasi Klinik


1. Gigitan Serangga.

Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan
gigitan serangga diantaranya adalah:

a. Reaksi alergi berat(anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak biasa namun dapat
mengancam kehidupan dan membutuhkan pertolongan darurat. Tanda-tanda atau
gejalanya adalah:
 Terkejut(shock). Dimana ini bisa terjadi bila system peredaran darah tidak
mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting(vital)
 Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan
 Bengkak dibibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki dan
selaput lender (angioedema)
 Pusing dan kacau
 Mual, diare dan nyeri pada perut
 Rasa gatal dengan bintik merah dan bengkak

Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi

b. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga. Serangga atau laba-
laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya:
 Laba-laba janda(widow) yang berwarna hitam
 Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
 Laba-laba gembel (bobo)
 Kalajengking
c. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon atau semut api
 Seekor lebah dengan alat penyengat nya di belakang lalu mati setelah
menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah pembunuh,
mereka lebih agresif dari pada lebah madu. Kebanyakan dan sering
menerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak.
 Tawon, penyengat dan si jaket kuning(yellow jackets) dapat menyengat
berkali, si jaket kuning dapat menyebabkan sangat banyak reaksi alergi
 Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari rahangnya,
kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari perutnya alurnya
memutar dan berkali-kali.
d. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangga
e. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan
f. Penyakit serum(darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) digunakan
untuk mengobati gigitan atau serangan serangga. Penyakit serum menyebabkan rasa
gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak serta diiringin gejala flu 7-14 hari
setelah penggunaan anti serum.
g. Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan virus West Nile kepada
seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak(encephalitis).
h. Infeksi parasite. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.

Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai


macam faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga menyebabkan
kemerahan, bengkak, nyeri dan gatal-gatal disekitar area yang terkena gigitan atau
sengatan serangga tersebut. Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi
jika daerah yang terkena gigitan tersebut terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat,
maka akan mengakibatkan peradangan akut
Rasa katal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak nafas,
pingsan dan hamper meninggal dalam 30 menit adalah gejala adalah gejala dari
reaksi yang disebut antifilaksis. Ini juga diakibatkan bengkak pada tenggorokan
dan kematian karena gangguan udara. Sengatan dari serangga jenis penyengat
besar atau ratusan sengatan lebah jarang sekali ditemukan hingga mengakibatkan
sakit pada otot dan gagal ginjal.

2. Gigitan Binatang Berbisa


Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa katagori
mayor:
a. Efek Lokal
Digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp)
menimbulkanrasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat
membengkak hebatdan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa
ular kobra juga dapatmematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
b. Pendarahan
Gigitan oleh family viperidae atau beberapa elapid Australia
dapatmenyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau
organ-organabdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau
berdarah spontan dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak
terkontrol dapatmenyebabkan syok atau bahkan kematian.

c. Efek Sistem Saraf


Bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada system saraf.
Bisa ular kobra dan mamba dapat bereaksi terutama secara cepat
menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat
perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan
bicara dan bernafas dan kesemutan.
d. Kematian Otot
Bisa dari russells’s viper (Daboia Ruselli), ular laut dan beberapa elapid
Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa
area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang
mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
e. Mata
Semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata
semburan bisa ular kobra dan ringbal dapat secara tepat mengenai mata
korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara
pada mata.

2.4 Penatalaksanaan
1. Gigitan Serangga
a. Pengobatan Gigitan Serangga Pribadi di Rumah

Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya


kemerahan dan nyeri pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es sebagai
pengobatan. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untk
menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga(seperti nyamuk),
partikel-partikel dapat mengontaminasi lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan.

Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti


diphenhidramin(Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion Calamine
juga bisa membantu mengurangi gatal-gatal.

b. Penatalaksaan di Rumah Sakit.


1) Tindakan Emergency
 Airway : bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi
 Breathing : berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
Spontan atau pernafasan tidak adekuat
 Circulation : pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki

Perfusi jaringan.

2) Identifikasi Penyebab Keracunan


Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya
usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha
penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan

3) Reaksi yang terjadi adalah reaksi sensivitas terhadap protein asing. Terapi
yang dianjurkan adalah:
 Berantas anafilaksis dengan epineprin secara Intra Muskular
(IM)/Subcutan (SC)
 Lanjutkan dengan simpatomatik
 Infus
2. Gigitan Hewan Berbisa

Penatalaksaan tergantung derajat keparahan envenomasi: dibagi menjadi 2


yaitu, perawatan di lapangan dan manejemen di RS

a. Penatalaksaan di Lapangan

Apabila seseorang terkena gigitan ular, usahakanlah untuk mengetahui


apakah ular yang menggigit termasuk ular yang berbisa atau bukan. Ini bisa
diketahui dari jenis gigitannya yang menimbulkan bekas luka yang berbeda.

Gigitan ular yang berbisa, biasanya hanya meninggalkan bekas gigitan yang
lebih sedikit, dan yang paling menonjol adalah bekas gigi taring yang runcing dan
lebih besar dari gigi lainnya. Sedangkan bekas gigitan ular yang tidak berbisa,
biasanya akan meninggalkan bekas gigitan berupa 2 baris bekas gigi yang kecil-
kecil, tetapi tidak ada bekas gigi taring.

Jika tergigit ular berbisa sekali, usahakan jangan bergerak terlalu banyak.
Semakin banyak gerak akan semakin mempercepat bisa ular menyebar keseluruh
tubuh. Angkat si sakit dengan usungan. Ikatlah bagian badan tepat diatas luka
gigitan dengan sehelai kain. Jangan mengikat terlalu kencang. Segera bawa ke
dokter terdekat. Bila jauh dari fasilitas kesehatan/dokter, lakukan sayatan pada luka
gigitan baru dengan pisau yang telah bebas kuman, kemudian hisaplah dan
ludahkan secepatnya, lakukan beberapa kali.

b. Penatalaksaan di RS
I. Prinsip-prinsip
 Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa
 Menetralkan bisa
 Mengobati komplikasi

II. Pertolongan yang Diberikan


 Tourniquet dengan pita lebar untuk mencegah aliran getah bening. Pita
dilepaskan bila anti bisa telah diberikan
 Imobilisasi penderita terutama yang terkena patuk
 Transportasi secepatnya ke tempat yang diberikannya anti bisa dan tempat
dimana resusitasi bisa dikerjakan
 Kecuali jenis ular, usahakan ular mati dibawa bersama penderita.
 Tidak dianjurkan memasang tourniquet untuk arteriel dan insisi luka

III. Pertolongan Selanjutnya


 Penting menentukan diagnose patukan ular berbisa
 Bila ragu observasi 24 jam. Kalau gejala keracunan bisa nyata perlu
pemberian anti bisa.
 Pasang infus, berikan ABU IV

Bila alergi serum kuda : Adrenaline 0,5 mg SC dan ABU IV

 Bila tanda-tanda laryngospasme, bronchopasme, urtikaria hipotensi :


Adrenaline 0,5 mg IM, hydrocortisone 100mg IV
 Anti bisa diulangin pemberiannya bila gejala-gejala tak menghilang atau
berkurang. Jangan terlambat, bila terlambat manfaatnya kurang

IV. Supportif
 Awasi kardiovaskuler, pernafasan dan status neurologikus dengan ketat.
Apabila terjadi penurunan, anti bisa diberikan lagi atau sesuai dengan
symptom
 Laboratorium :
o Darah
 Hb, Ht
 Faktor pembekuan
 Elektrolit
o Urine
 Volume dari haemoglobine, myoglobine
 O2 diberikan bila perlu intubasi
 Cairan untuk koreksi dehidrasi atau hipovolemi. Plasma expander,
digitalis kalau perlu
 Diuretika untuk mempertahankan diuresis, kalau perlu dialisa
 Heparin apabila ada DIC
 Antibiotic dan ATS atau toksoid

3. Gigitan Binatang Laut


a. Ubur-ubur
 Resusitasi
 Tourniquet arteriel
 Lokal dengan pasir panas, alcohol
 Obat-obatan : narkotik, anastesi local, kortison kream

Baik, bila masa 10 menit dilewati setelah keracunan


b. Gurita (octopus)
 Luka gigitan dicuci, sebelum dipasang tourniquet arteriel
 Jalan nafas dipertahankan kalau perlu resusitasi
 Simptomatis
c. Ikan Beracun
 Pasang tourniquet arteriel
 Suntik anastesi local untuk mengurangi sakit
 Daerah luka dihangati dan direndam dengan air hangat kuku atau
larutan kalium permanganas (PK)
 Obat-obatan: narkotik, ATS, toksoid, antibiotic
 Debridement luka

2.5 Komplikasi

1. Binatang Berbisa
a. Kelumpuhan otot pernafasan
b. Kardiovaskuler terganggu
c. Kesadaran menurun sampai koma
d. Luka patukan yang terus berdarah
e. Haematoma pada tiap suntikan IM.
f. Haematuria
g. Haemoptisis/haematemesis
h. Kegagalan ginjal (ATN)
2. Serangga
a. Edema anasarka
b. Sesak nafas
c. Wheezing
d. Nyeri perut
e. Mual dan muntah
f. Disfagia
g. Suara serak
h. Pelo
i. Tidak sadar
j. Diikuti dengan sianosis
k. Tekanan darah menurun
3. Binatang Laut
a. Oksilasi tekanan darah
b. Kegagalan pernafasan
c. Kemudian muncul gejala keracunan dengan bentuk paralisis otot-otot, termasuk
otot pernafasan
d. Mual dan muntah
e. Hipotensi
f. Bradikardia
g. Menyebabkan pingsan dan tenggelam jika berada di dalam air
h. Hilang nya tonus pembuluh darah
i. Paralise umum yang kadang-kadang diikuti koma

2.6 Asuhan Keperawatan Gigitan Hewan

A. Pengkajian

1. Aktifitas dan Istirahat


Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise Tanda : Kelemahan,hiporefleksi

2. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus berat) ,aritmia
Jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.

3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus
menurun,kerusakan
ginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat

4. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak

5. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala,penglihatan kabur,midriasis,miosis,pupil mengecil,kram
otot/kejang
Tanda : Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian,ketidakmampuan
berkonsentrasi kehilangan memori,penurunan tingkat kesadaran(azotemia),
koma,syok.

6. Nyaman / Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh,sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah

7. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek,depresi napas,hipoksia
Tanda : Takipnoe,dispnoe,peningkatan frekuensi,kusmaul,batuk produktif

8. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran,koma,syok,asidemia
9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin(obat,racun),obat nefrotik penggunaan berulang. Kaji
kondisi pasien,apabila ada sengatan akan ditemukan :

 Mendesah
 Sesak nafas
 Tenggorokan sakit atau susah berbicara
 Pingsan atau lemah
 Infeksi
 Kemeraha
 Bengkak
 Nyeri
 Gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan
Pada gigitan ular dapat ditemukan data :
 Tampak kebiruan
 Pingsan
 Lumpuh
 Sesak nafas
 Syok hipovolemik
 Nyeri kepala
 Mual dan muntah
prev
next
 Nyeri perut
B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi


2. Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
3. Rasa gatal, bengkak dan bintik – bintik merah berhubungan dengan proses inflamasi.
4. Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
5. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanantubuh tak
Adekuat.

C. Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi


Tujuan : Meredakan nyeri
Intervensi :
a. Sengat kalau masih ada dicabut dengan pinset
Rasional : Mengeluarkan sengat serangga yang masih tertinggal

b. Berikan kompres dingin


Rasional : Meredakan nyeri dan mengurangi bengkak
c. Lakukan tehnik distraksi relaksasi
Rasional : Mengurangi nyeri
d. Kolaborasidalampemberianantihistaminsepertidiphenhidramin
(Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil, losion Calamine
Rasional : mengurangi gatal – gatal.

2. Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan


Tujuan : Menangani penyebab, memperbaiki suplai darah ke jaringan
Intervensi :
a. Atasi setiap penyebab shock yang mungkin dapat di atasi(perdarahan luar)
Rasional : Mengurangi keparahan

b. Pasien dibaringkan kepala lebih rendah.


Rasional : Kepala lebih rendah supaya pasien tidak hilang kesadaran

c. Kaki di tinggikan dan di topang


Rasional : Meningkatkan suplai darah ke otak

d. Longgarkan pakaian yang ketat atau pakaian yang menghalangi


Rasional : Sirkulasi tidak terganggu

e. Periksa dan catat pernapasan nadi dan tingkat reaksi tiap 10 menit
Rasional : Mengetahui tingkat perkembangan pasien
3. Rasa gatal, bengkak dan bintik – bintik merah berhubungan dengan prosesinflamasi
Tujuan : Mencegah peradangan akut
Intervensi :
a. Pasang tourniket pada daerah di atas gigitan
Rasional : Mencegah tersebarnya racun ke seluruh tubuh

b. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk
menghilangkan partikel yang terkontaminasioleh serangga (sepertinyamuk).
Rasional : Untuk menghindari terkontaminasi lebih lanjut pada luka.

c. KolaborasidalampemberianantihistamindanserumAntiBisaUlar
(ABU) polivalen i.v dan disekitar luka. ATS dan penisilin procain 900.000IU
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi

4. Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin


Tujuan : Mengembalikan fungsi pernapasan
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Mengetahui kondisi nafas pasien

b. Pantau frekuensi pernapasan


Rasional : Mencegah pasien mengalami gangguan pernafasan yang lebih akut

c. Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi
Rasional : Agar sirkulasi darah dan jalan nafas tidak terganggu

d. Observasi warna kulit dan adanya sianosis


Rasional : Untuk mengetahui persebaran bisa ular dan tingkat keparahnnya
e. Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
Rasional : Spasme otot akan memberikan tanda adanya gangguan pernafasan yang
parah

f. Batasi pengunjung klien


Rasional : Mengurangi stress pada pasien

g. Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)


Rasional : Membantu jalan nafas pasien

h. Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)


Rasional:Memberikankecukupanoksigenpadapasiendanmembantu pernafasan.

5. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus


Tujuan : Mengembalikan suhu normal pasien (36-37°C)
Intervensi :
a. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis
Rasional : Mengetahui keadaan suhu tubuh pasien dan reaksi tubuh pasien
terhadap racun yang menyebar di tubuh pasien

b. Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur


Rasional : Linen yang tebal maupun tipis akan memppengaruhi suhu tubuh pasien

c. Beri kompres mandi hangat


Rasional : Agar pasien tidak kehilangan suhu tubuh yang ekstrem apabila diberi
kompres dingin.

d. Beri antipiretik
Rasional : Membantu menurunkan suhu tubuh pasien.

e. Berikan selimut pendingin


Rasional : Membantu menurunkan suhu tubuh pasien.

6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanantubuh takadekuat


Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi
Intervensi :
a. Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
Rasional : Agar pasien tidak terkena infeksi dari luar

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien


Rasional : Agar tindakan yang diberikan perawat ke pasien selalu dalamkeadaan
steril.

c. Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali


Rasional:Mencegahgangguanintegritaskulitpadabagianyangterustertekan.

d. Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan


Rasional : Mencegah terjadinya luka.
e. Lakukan infeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
Rasional : Mencegah paparan kuman dari luar kepada pasien.

f. Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan


Rasional : Mencegah kontaminasi kuman pada luka pasien

g. Gunakan sarung tanganpadawaktumerawatlukayangterbukaatauantisipasi dari


kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
Rasional : Mencegah tertularnya kuman dari pasien ke perawat/tenaga medis

h. Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis


Rasional : Mencegah infeksi menjalar ke bagian lain.

i. Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)


Rasional : Membantu proses penyembuhan pasien dan pertahanan pasien
darikuman yang lain

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet,LyndaJuall,2000,Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta.


Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Doenges, M.E,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
https://dokumen.tips/documents/makalah-kgd-serangan-gigitan-binatang.html

Anda mungkin juga menyukai