Tingkat risiko bencana pasti memiliki jenis dan siklus yang
Berbeda dalam suatu wilayah dengan daerah lainnya. Berdasarkan hasil
Identifikasi bencana diperoleh penilaian terhadap kemungkinan dan tingkat
Keparahan yang timbul akibat suatu bencana. Dari hasil identifikasi
Bencana tersebut dapat diketahui tinggi rendahnya tingkat bencana yang
Terjadi dalam suatu wilayah.
1) Penilaian Risiko Bencana
Menentukan tingkat risiko bencana dapat dilakukan dengan
Berbagai metode penilaian risiko bencana. Banyak metode yang
Dapat dilakukan diantaranya melalui sistem matriks atau
Menggunakan teknik kuantitaif seperti permodelan risiko
(Ramli, 2010). Berbagai metode yang digunakan hasilnya sama
Saja yaitu untuk menentukan besarnya tingkat risiko bencana
Yang terjadi dalam suatu wilayah.
2) Evaluasi Risiko
Setelah melakukan penilaian terhadap risiko bencana langkah
Berikutnya yaitu menentukan peringkat terhadap risiko yang
Kemungkinan timbul dengan memperhatikan kerentanan dan
Kemampuan dalam mengatasi risiko yang akan terjadi. Risiko
Yang ada kemudian dibandingkan dengan seluruh kriteria yang
Ada telah disesuaikan dengan peraturan yang telah ditetapkan
Oleh pemerintah dalam suatu daerah. Seluruh kegiatan
Pembangunan mulai dari pemukiman, industry dan semua
Bangunan umum harus disusun berdasarkan semua persyaratan
Yang sudah ditetapkan sehingga tingkat risiko yang timbul
Berada dibawah ambang batas yang telah ditentukan (Ramli,
2010).
2.6.3. Pengendalian Risiko Bencana
Setelah melakukan identifikasi dan analisis terhadap risiko bencana
Langkah selanjutnya adalah menentukan startegi penanggulangan bencana
yang sesuai dengan jenis bencana yang terjadi. Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan mengurangi kemungkinan (reduce likelihood) dan mengurangi keparahan (reduce consequences) (Ramli,2010). 1) Mengurangi Kemungkinan (reduce likelihood) Strategi pertama dalam pengendalian risiko bencana adalah mengurangi kemungkinan terjadinya suatu bencana. Selain bencana alam seluruh bencana lain dapat dicegah dan dihindari. Sebagai contoh adalah bencana industry yang terjadi akibat ulah manusia atau kerusakan mesin. Bencana industri dapat dihindari dan dicegah dengan menerapkan prosedur operasional kerja yang aman, pengoperasian alat yang baik dan perencanaan teknis yang tepat tentunya disesuaikan dengan segala ketentuan dan peraturan yang berlaku. Bencana alam seperti banjir dapat dapat diminimalisir dengan tidak membuang sampah di bantaran sungai dan membangun tanggul saluran air yang lebih besar. 2) Mengurangi Keparahan (reduce consequences) Apabila kemungkinan suatu bencana tidak dapat diatasi tahap selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi tingkat keparahan akibat suatu bencana yang terjadi (Ramli,2010). Hasil dari identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian bencana disusun berdasarkan analisis risiko bencana yang lebih rinci dan mendetail kemudian dikembangkan menjadi program kerja yang dapat diterapkan dalam penanggulangan suatu bencana. Hasil kerangka kerja tersebut disusun dalam bentuk daftar risiko bencana (Disaster Risk Register) yang didokumentasikan dan tersimpan dengan baik dalam suatu organisasi atau pemerintah daerah. Hasil dari daftar risiko bencana ini disebarluaskan kepada seluruh pihak yang terkait khususnya masyarakat yang berisiko tsuatu bencana. Hasil identifikasi yang telah dilakukan dapat digunakan sebagai landasan dalam menyusun tata ruang, ijin terhadap bangunan, dan ijin industri.