Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“ KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :
Keperawatan Komunitas
Dosen pengampu :
Grace Carol Sipasulta, M.Kep. S,Kep,Mata.

Disusun
Mardiyana P07220118082

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI D-III KEPERAWATAN
KELAS BALIKPAPAN

2021-2022
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala


inayah dan kenikmatan yang senantiasa dicurahkan-Nya pada penulis
berupa kesehatan, kekuatan, serta kesempatan sehingga makalah ini
dapat selesai dengan semestinya.
Adapun tulisan ilmiah ini berisikan materi tentang ““ yang
bertujuan sebagai bahan bacaan, semoga dapat bermanfaat bagi yang
membacanya. Dalam makalah ini, penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, mohon kiranya kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembimbing dan pembaca
guna untuk kesempurnaan pada pembuatan makalah penulis
selanjutnya.

Balikpapan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................................................

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................

C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................

A. Pengertian keperawatan komunitas.....................................................................................

B. Tujuan keperawatan komunitas............................................................................................

C. Ruang lingkup atau sasaran keperawatan komunitas..........................................................

D. Prinsip-prinsip keperawatan komunitas...............................................................................

E. Peran dan fungsi perawat komunitas...................................................................................

F. Tingkat pencegahan pada praktik keperawatan komunitas

G. Strategi intervensi keperawatan komunitas

H. Asumsi dasar dan keyakinan dalam keperawatan komunitas

I. Sejarah perkembangan keperawatan komunitas

BAB III PENUTUP......................................................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................................................

B. Saran......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya
keperawatan komunitas (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009). Komunitas
(community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Keperawatan komunitas ditujukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan
melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai
masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Ferry
Efendi dan Makhfudli, 2009).
Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dengan
tidak melupakan upaya-upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi
yang sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap
penyakit (Wahit Iqbal dkk, 2011).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar keperawatan komunitas ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar keperawatan komunitas
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu
a. Mengetahui definisi kepewatan komunitas
b. Mengetahui tujuan dan fungsi keperawatan komunitas
c. Mengetahui prinsip keperawatan komunitas
d. Mengetahui sasaran keperawatan komunitas
e. Mengetahui falsafah keperawatan komunitas
f. Mengetahui tingkat pencegahan keperawatan komunitas
g. Mengetahui strategi intervensi keperawatan komunitas.
h. Mengetahui Asumsi keperawatan Komunitas
i. Mengetahui Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Keperawatan Komunitas
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang
berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang
sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat
memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan,
risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas
berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian
dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh
semua atau banyak"(Komunitas, n.d.2020).
B. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas menurut [ CITATION mar16 \l
1033 ] adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat
melalui upaya-upaya sebagai berikut.
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu,
dan kelompok. Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (selfcare).
C. Ruang Lingkup/ Sasaran Keperawatan Komunita
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, 8 membimbing
dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan
pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara
dan meningkatkan derajad kesehatannya. Sasaran Keperawatan Kesehatan
Komunita(Ii & Komunitas, 2015)
1. Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko
tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria,
Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit
degeneratif.
2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group),
dengan prioritas :
a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesm dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular.
c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan
3. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak
terikat dalam suatu institusi.
a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara
lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, 9 Kelompok
Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja
informal.
b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain
sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan
(rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).

4. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko
tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan pada a.
Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang mempunyai :
a. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
b. Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah
lain
c. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
b. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll)
c. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat
lainnya.

D. Prinsip-Prinsip Keperawatn Komunitas.


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa 
prinsip menurut[CITATION KON17 \l 1033 ], yaitu :
1.    Kemanfaatan
     Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat
yang  besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian.
2.    Kerjasama
     Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral
3.    Secara langsung
     Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan
intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi
serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan
4.    Keadilan.
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya
atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas.
5.    Otonomi Klien
     Otonomi klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan  beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang ada.

E. Peran Dan Fungsi Perawat Komunitas


1. Definisi peran dan fungsi menurut(Ref, 2015) :
a. Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seorang terhadap
orang lain dalam hal ini perawat untuk:memberikan asuhan keperawatan,
melakukan pembelaan ada klien, sebagai pendidik tenaga perawatdan
masyarakat coordinator dalam pelayanan pasien. Kolaborator dalam
membina kerjasama dengan profesi lain dan sejawat, konsultan pada
tenaga kerja dan pasien, pembaharu sistem, metodologi dan sikap.
b. Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan
perannya. Fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain.
2. Peran perawat komunitas :
a. Peran sebagai Pemberi asuhan Seluruh kegiatan upaya pelayanan
upaya masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan
melaui kerjasama denagn tim kesehatan lainnya sehingga tercipta
keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan.
b. Peran sebagai pendidik Dalam memberikan pendidikan dan
pemahaman kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarkat baik
dirumah, puskesmas dan di masyarakat dilakukan secara terorganisir
dalam ranka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan-
perubahan perialku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat
kesehatan yang optimal.
c. Peran sebagai pengelola Perawat kesehatan masyarakat diharapkan
dapat mengeloa berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan
masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang di
emban kepadanya.
d. Peran sebagai Konselor Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan
sebagai tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi, pada akhirnya dapat
membanu jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan yang meraka hadapi.
e. Peran sebagai advokator Kaitan dengan legal aspek bukan pemberi
layanan hukum misalnya: kerusakan lingkungan, dampak terhadap
kesehatan, penyelesaian apa yang perlu dilakukan oleh masyarakat
f. Peran sebagai kolaborasi/koordinator
g. Peran sebagai fasilitator
h. Peran manejerial
Manajemen berarti : suatu proses yang merupakan kegiatan-kegiatan
yang sistematik, manajemen adalah alat dari administrasi untuk
mencapai tujuan. Tugastugas manejer adala sebagai:
- Pengambil keputusan
- Pemikul tanggung jawab
- Mengarahkan sumber daya untuk mencapai tujuan
- Pemikir konseptual
- Bekerjasama dengan dan melalui orang lain
- Mediator, politikus dan diploma.
i. Peran sebagai
peneliti Melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di
masyarakat yang dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan bahkan
mengancam kesehatan, selanjutnya penelitian dilaksanakan dalam
kaitannya menemukan faktor yang menjadi pencetus atau penyebab
terjadinya permasalahan tersebut melalui kegiatan penelitian dan hasil
dari penelitian di aplikasikan dalam praktek keperawatan.

3. . Fungsi perawat komunitas


Fungsi perawat dalam melaksanakan tugasnya adalah antara lain:
fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen.
a. Fungsi Independent
Yaitu fungsi dimana perawat melaksanakan perannya secara
mandiri, tidak tergantung pada orang lain atau tim kesehatan
lainnya.
b. Fungsi Dependent
Kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat
atas instruksi dari tim kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi,
radiologi dan lainya).
c. Fungsi Interdependent
Fungsi ini berupa kerja tim yang sifatnya saling ketergantungan
baik dalm keperawatan maupun kesehatan.
4 Perbedaan peran dan fungsi perawat vokasional dan perawat profesional
dalam keprawatan komunitas.
Ada dua kategori tenaga keperawatan menurut RUU Praktik
Keperawatan, yaitu perawat vokasional dan perawat profesional. Perawat
vokasional adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan
Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dan lulusan Program Diploma 3
Keperawatan. Perawat profesional adalah seseorang yang lulus dari
pendidikan tinggi keperawatan dan terakreditasi, terdiri dari ners generalis,
ners spesialis dan ners konsultan. Dalam penulisan makalah kami kali ini,
kami akan membahas tentang level pendidikan keperawatan vokasional.
Suatu masalah bagi sistem kesehatan di Indonesia jika kita mengetahui
bahwa perawat Indonesia sebagian besar adalah perawat vokasional, dan
sedikit sekali perawat professional. Karena perkembangan dunia telah
mencapai kemajuan diberbagai bidang, baik itu kesehatan dan dunia
keperawatan khususnya. Dan tertinggalah terus bangsa Indonesia jika
tidak memperhatikan dan mengikuti kemajuankemajuan negara-negara
yang telah maju lebih dahulu.
Oleh karena itu kita perlu mengetahui tentang perawat vokasional itu
sendiri. Dan kemudian kita sebagai perawat perlu mengembangkan
ilmu keperawatan kita sebagai perawat professional bukan perawat
vokasional demi kemajuan kesehatan bangsa Indonesia.
1) Perawat Vokasional
Perawat vokasional adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
Diploma III Keperawatan dan Sekolah Perawat Kesehatan yang
terakreditasi dan diakui oleh pejabat yang berwenang Perawat
vokasional sangat bebrbeda dengan perawat profesional. Dalam
pekerjaannya, perawat profesional ini banyak menyalurkan
ketrampilannya kepada klien/pasien. Mereka sering melakukan praktik
langsung kepada klien/pasien, sedangkan teori yang didapat itu sedikit,
tidak terlalu menjiwai teorinya.
Mereka hanya mengerti bagaimana cara melakukannya, dan juga
mereka melakukannya setelah mendapat perintah dari atasannya bukan
karena inisiatif sendiri. Seorang perawat vokasional juga melaksanakan
berbagai kegiatan terkait pemberian asuhan, pendidik, komunikator
asuhan keperawatan (AsKep) dan bekerja di bawah supevisi Ners
Generalis.
Peran Perawat Vokasional Perawat sebagai seorang anggota tim
kesehatan, dalam memberikan askep (asuhan keperawatan) terhadap
klien haruslah dapat memberikan informasi tentang klien yang
dirawatnya secara akurat dan komplit dan dalam waktu dan cara yang
memungkinkan. Seorang klien tergantung pada pemberi perawatan
untuk mengkomunikasikan kepada yang lainnya untuk memastikan
mutu terbaik dari perawatan. Selain itu perawat merupakan media
komunikasi klien, peran perawat sebagai komunikator sangatlah urgent.
Pada perawat vokasional terdapat peran sebagai pendidik dalam
pemberian asuhan keperawatan, namun hal ini masih berada dalam
bimbingan ners generalis. Sebagai perawat, perawat vokasional pun
memiliki peran sabagai anggota riset keperawatan.
Oleh karena itu peran-peran perawat yang kompleks ini perlu dilakukan
dengan sebaik mungkin agar terciptanya dunia kesehatan yang
berkompeten. Tetapi hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh perawat
vokasional karena tubuh pengetahuan yang dimiliki keperawatan
vokasional sangatlah sedikt dan perannya dalam dunia kesehatan hanya
pada karatif saja, tidak sampai memenuhi semua peran yang harus
dilakukannya. Fungsi Perawat Vokasional Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Dalam proses keperawatan pelaksanaan asuhan
merupakan tugas semua perawat, baik itu perawat professional maupun
perawat vokasional. Dan dalam pemberian asuhan ini perlu adanya
pendokumentasian. Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan
kesehatan saat ini.
mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau
dicetak yang dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam
medis haruslah menggambarkan secara komprehensif dari status
kesehatan dan kebutuhan klien, boleh dikatakan seluruh tindakan yang
diberikan untuk perawatan klien. Pendokumentasian yang baik harus
menggambarkan tidak hanya kualitas dari perawatan tetapi juga data
dari setiap pertanggung jawaban anggota tim kesehatan lain dalam
pemberian perawatan.
Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan
perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat.
Beberapa jenis catatan digunakan sebagai alat komunikasi untuk
menginformasikan keadaan klien. Meskipun setiap perusahaan
menggunakan format yang berbeda, seluruh catatan mengandung
informasi yang mendasar, yaitu:
a. Identifikasi klien dan data demografis
b. Informed Consent untuk tindakan
c. Riwayat keperawatan
d. Diagnosa atau masalah keperawatan
e. Rencana keperawatan (Nursing Care Plan)
f. Catatan tindakan keperawatan dan evaluasi
g. Riwayat medis
h. Diagnosa medis
i. Pesanan terapi
j. Catatan perkembangan medis dan kesehatan
k. Laporan pengkajian fisik
l. Laporan diagnostik studi
m. Rangkuman prosedur operasi
n. Rencana pulang dan rangkuman Memberikan pendidikan
kesehatan (di bawah supervisi Ners Generalis) dalam pemberian
askep Peran yang harus dilakukan merupakan fungsi dari perawat
itu sendiri. Pendidikan tentang kesehatan harus diberikan oleh
perawat vokasional dan harus di bawah pengawasan atau
bimbingan supervise Ners Generalis. Memberikan informasi
tentang perkembangan kesehatan pasien kepada atasannya
Dalam praktik asuhan keperawatan, evaluasi tentang perkembang
klien harus sangat diperhatikan. Oleh sebab itu fungsi perawat
vokasional memberikan informasi kepada atasannya tentang
perkembangan kliennya. Menjadi anggota pelaksana dalam riset
keperawatan Dalam hal ini perawat vokasional merupakan
anggota pelaksana riset dan riset ini dilakukan masih di bawah
supervisi ners generalis. Karena peran yang dilakukan perawat
vokasional tidaklah terlalu kompleks dalam melakukan rriset

2) Perawat Profesional
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan
kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang
lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat
menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi
perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi
klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik perawat
Profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang
memberikan pelayanan Keparawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi
dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya.
Peran Perawat Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dan system, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan social baik dari profesi perawat maupun dari luar
profesi keperawatan yang bersifat konstan.
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan.
Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara
holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien
dan keluarga klien dengan menggunakan energy dan waktu yang
minimal.
b. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan,
perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan
tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari
yang sederhana sampai yang kompleks.
c. Pembuat Keputusan Klinis
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk
memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan
keahliannya berfikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum
mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi klien,
pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat menyusun
rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi klien.
Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien
dan keluarga.
Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan
berkonsultasi dengan pembe ri perawatan kesehatan professional
lainnya
1. Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan
lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan
efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan.
Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa
klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi
melawat penyakit di komunitas.
Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi
hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam
menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan
informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan
tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-
hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau
tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang
hak-hak klien.
Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan
atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat
berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi
hak atas pelayanan sebaikbaiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya,
hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
2. Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas
anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik,
ketika mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien.
Berkembangnya model praktik memberikan perawat kesempatan untuk
membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya. Dengan berbagai
tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer asuhan
keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan
manajer (Manthey, 1990).
Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan
tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya.
3. Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya.
Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah
kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator dengan
membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan
tersebut.
4. Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan
keperawatan harus ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar
fisiknya saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi
seringkali memberikan kekuatan bagi klien sebagai individu yang
memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi
kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan
yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
5. Komunikator Keperawatan
mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesame perawat
dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam
memberikan perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien
dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
Kualitas komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam memenuhi
kebutuhan individu, keluarga dan komunitas

6. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data
tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas
perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan
dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan
metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien
serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam
pengajaran yang direncanakannya.

7. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.
8. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahab perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
9. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.
10. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. Fungsi Perawat
Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan perannya.
Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya:
1. Fungsi Independen Merupakan fungsi mandiri dan tidak
tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan
kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-
lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan
cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen Merupakan fungsi perawat dalam
melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.
Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini
biasanya silakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau
dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim
yang bersifat saling ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya.
Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja
sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks.
Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga
dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan
pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi onat
yang telah diberikan. Peranan perawat sangat menunjukkan sikap
kepemimpinan dan bertanggung jawab untuk memelihara dan mengelola
asuhan keperawatan serta mengembangkan diri dalam meningkatkan
mutu dan jangkauan pelayanan keperawatan.
F. Tingkat pencegah pada praktik keperawatan komunitas
Pencegahan Primer (primary prevention level pencegahan primer, perawat
kesehatankerja melakukan health promotion dan pencegahanpenyakit (Nies &
Swansons, 2004). Menurut Patterson (1994, dalam Nies & Swansons, 2004),
health promotion adalah proses meningkatkan kesadaran, mempengaruhi
sikap, perilaku individu mencapai derajat kesehatan yang optimal baik dari
segi fisik, mental dan sosial. Pencegahan timbulnya penyakit di tempat kerja
diawali dengan meningkatkan pengetahuan pekerja mengenali risiko penyakit
akibat health hazards. Saat melaksanakan praktek keperawatan kesehatan
kerja, perawat menggunakan tiga level strategi pencegahan, yaitu primer,
sekunderdan tersier (Stanhope & Lancaster, 2004).Melalui area pencegahan
primer, bentuk intervensi yangdilakukan perawat adalah melakukan
promosikesehatan dan pencegahan penyakit. Perawatkesehatan kerja
menggunakan berbagai metodepencegahan primer dengan metode “One and
OneInteraction” sebagai strategi mengevaluasi timbulnya risiko masalah
kesehatan dari prilaku pekerja (Roger2000, dalam Nies & Ewen, 2001).
Strategi ini dilakukan karena perawat kesehatan kerja setiap hari berinteraksi
dengan pekerja karena berbagai alasan,misalnya saat melakukan pengkajian,
pelayanan terhadap pekerja yang sakit, mengalami kecelakaan, serta
melakukan surveillance. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)Upaya
pencegahan sekunder yang dilakukan OHN diberikan melalui berbagai strategi
yaitu pelayanan keperawatan langsung (direct care) untuk kasus penyakit akut
dan kecelakaan serta upaya untuk menemukan penyakit sejak awal, dan
intervensi lebih dini untuk mengurangi risiko timbulnya kecacatan bagi
pekerja. Bentuk intervensi yang dilakukan oleh perawat kesehatan kerja
adalah melakukan skreeningkesehatan, pemeriksaan kesehatan secara berkala
dengan cara yang relatif mudah dan biaya yang minimal. Skreening kesehatan
berupa pemeriksaan kesehatanMata, deteksi dini penyakit kanker, tekanan
darah tinggi Serta, pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi Timbulnya
penyakit diabetes mellitus. PencegahanSekunder yang diberikan perawat
kesehatan kerja juga Berupa penempatan ulang atau evaluasi dan rotasi Kerja
terhadap pekerja dari satu unit kerja ke unit lain, Sehingga pekerja
memperoleh situasi yang baru, tidak Merasa kejenuhan dengan situasi kerja
yang lama (Nies & Ewen, 2001).Upaya Pencegahan Tersier (Tertiary
Prevention) Pada level pencegahan tersier, OHN berperan dalamUpaya
rehabilitasi status kesehatan pekerja setelahMengalami sakit yang berat atau
masalah kesehatanSerius lainnya. Upaya rehabilitasi ditujukan agar
pekerjaDapat kembali menjalankan tugasnya denganKemampuan optimal
yang dimiliki setelah melewatiMasa sakitnya. Bentuk intervensinya
mengevaluasi status kesehatan Pekerja yang baru saja dirawat di rumah sakit
karenaMenderita penyakit tertentu atau mengalamivKecelakaan kerja. Perawat
memonitor statusbKesehatan pekerja (paska di rawat di RS) saat pekerja
Tersebut kembali bekerja. Termasuk mengidentifikasibKebutuhan khusus
pekerja tersebut. Sebagai contohbPekerja yang baru saja dirawat di RS
karenabMyocardial infarction membutuhkan observasibTekanan darah secara
teratur serta menghindari aktifitasbKerja berat seperti mengangkat beban dan
mendorong.

G. Strategi Intervensi Keperawatan Komunita


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Proses kelompok (group process)Seseorang dapat mengenal dan mencegah
penyakit, tentunya setelah belajar dari Pengalaman sebelumnya, selain
faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi,
penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga
dengan Masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang Paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat mempengaruhi upaya penangan atau Pencegahan penyakit yang
mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang Bersifat
individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit
tertentu, Maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah
kesehatan melalui proses kelompok

2. KelompokPendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,


dimana Perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke Orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi Adanya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan Tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 Maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan Meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara Ekonomi maupun secara sosial.

3. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak Ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja Sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas
melalui Upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat
akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

H. Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas


Menurut ANA (American Nurses Association)
1. Asumsi
Sistem pemeliharaan yang kompleks.
a. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan
tersier.
b. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan
dasar praktek penelitian.
c. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan
tersier
d. Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan
primer.
2. Kepercayaan
a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan
kesehatan.
d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu
yang lama.
g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara
mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.

I. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas


Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad ke-16,yaitu
dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang sangat
ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke indonesia tahun 1927,
dan pada pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948
cacar masuk ke indonesia melalui singapura dan mulai berkembang di indonesia,
sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah Belanda (pada waktu itu
indonesia dalam penjajahan Belanda)
melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur Jendral Deandles pada
tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan.
Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dalam
praktik persalinan.
Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi (infan
mortalityrate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama, akibat
langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini
dimulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan
perawat persalinan.pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr. Bosch
dan dr. Blekker-kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer di indonesia. Sekolah
ini dikenal dengan nama STOVIA (SCHOOL Tot Oplelding van IndichebArsten)
atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter
yang ke-2 di S urabaya dengan nama NIAS
( Nederland Indische Artsen School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi
sekolah kedokteran dan sejak berdirinya universitas indonesia tahun 1947,
STOVIA berubah menjadi Fakulitas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga ditandai dengan
berdirinya pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888- tahun 1938
pusat laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman. Selanjutnya,
laboratorium laboratorium lain juga didirikan di kota-kota seperti medan,
Semarang, makasar, surabaya, dan Yokyakarta dalam rangka menunjang
pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar serta penyakit lainnya. Bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit
ini Menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau jawa. Pada tahun 1935
dilakukan Program pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan
penyemprotan DDT Terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi masal.
Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah di vaksinasi. Pada tahun
1945, hydrich- seorang petugas kesehatan
Pemerintah Belanda- melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka
kematian Dan kesakitan di Banyumas purwokerto. Dari hasil pengamatan dan
analisisnya, Disimpulkan bahwa tingginya angka kesakitan dan kematian dikedua
daerah tersebut Dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan, masyarakat
buang air besar di Sembarangan tempat, dan pengguna air minum dari sungai
yang telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi
lingkungan dikarenakan Perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich
memulai upaya kesehatan Masyarakat dengan mengembangkan daerah
percontohan, yaitu dengan cara melakukan Promosi mengenai pendidikan
kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap Sebagai awal kesehatan
masyarakat di indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan kesehatan
Masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep Bandung
( Bandung plane)Pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr.Patah-yang
selanjutnya dikenalkan dengan Nama Patah-Leimena. Dalam konsep
ini,diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayananKesehatan masyarakat ,aspek
preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti Dalam
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini tidak boleh
Dipisahkan, baik dirumah sakit maupun dipuskesmas. Selanjutnya pada tahun
1956 Dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr. Y. Susanti
dengan Berdirinya proyek Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek percontohan/
model pelayanan Bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
indonesia dan sebagai pusat Pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga
menekankan pada pendekatan tim dalambPengelolaan program kesehatan. Untuk
melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu
Ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.
1. Sumatra utara : indrapura
2. Lampung
3. Jawa Barat: Bojong Loa
4. Jawa tengah : Sleman
5. Yokyakarta : Godean
6. Jawa timur : Mojosari
7. Bali : Kesiman
8. Kalimantan Selatan : Barabai

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada
bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program
kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat indonesia,
yaitu mengenai konsep puskesmas- yang dipaparkan oleh dr. Achmad Dipodilogo- yang
mengacu pada konsep Bandung dan proyek Bekasi. Dalam seminar ini telah
disimpulakan dan disepakati mengenai sistem puskesmas yang terdiri atas tipe A,B, dan
C. Akhirnya pada pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan
bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah ( Departemen Kesehatan ) menjadi pusat pelayanan
kesehatan masyarakat (puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kuratif dan
preventifvsecara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja
kecamatan ataubsebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini terdepan
pembangunanbkesehatan, puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu,
diperkenalkanlah program untuk selalu menguatkan puskesmas (strengthening
puskesmas). Di negara berkembang seperti Indonesia, fasilitas kesehatan berlandaskan
masyarakat disarankan lebih efektif dan penting.
Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi penguatan pelayanan
kesehatanbnasional. Kegiatan pokok dalam program dasar dan utama puskesmas
mencakup 18 kegiatan,yaitu :
1. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
2. Keluarga berencana (KB)
3. Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi,
6. Penyuluhan kesehatan masyaraka
7. Pengobatan
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Perawatan kesehatan masyarakat
10. Kesehatan gigi dan mulit
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Optometri
13. Kesehatan geriatrik
14. Latuhan dan olahraga
15. Pengembangan obat-obatan tradisional
16. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
17. Laboratorium dasar
18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

Pada tahun1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu puskesmas
tipe A Yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh
seorang paramedis.
Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979btidak
diadakan Perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja,
yang dikepalai Oleh seorang dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan
puskesmas mulai mengalami Perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak harus
dipimpin oleh seorang dokter,tapi Dapat juga dipimpin oleh Sarjana Kesehatan
Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan Dapat membawa perubahan yang
positif,dimana tenaga medis lebih diarahkan pada Pelayanan langsung pada klien
dan tidak disibukkan dengan urusan Administratif/manajerial, sehingga mutu
pelayanan dapat ditingkatkan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan komunitas merupakan sintesis teori keperawatan dan teori kesehatan


masyarakat untuk promosi, pemeliharaan dan perawatan kesehatan populasi melalui
pemberian pelayanan keperawatan pada individu, keluarga dan kelompok yag
mempunyai pengaruh terhadapat kesehatan komunitas. Tujuan proses keperawatan dalam
komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat.
Keperawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu
kemanfaatan, keerjasama, secara langsung, keadilan dan otonomi klien. Sasaran dari
perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas
baik yang sehat maupun sakit. Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan pelayanan terhadap pengaruh lingkunngan (bio-psiko-sosial-cultural-
spritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi
pencegahan penyakit dan peningkatan pencegahan. Pelayanan yang diberikan oleh
keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada
pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu pencegahan primer, sekunder dan tertier.
Intervensi keperawatan komunitas dapat dilakukan dengan proses kelompok (group
process), pendidikan kesehatan (health promotion) dan kerjasama (partnership).

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi mahasiswa keperawatan
khusus pada mata kuliah keperawatan komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

hela, m. (2016, 10 19). Tujuan keperawatan komunitas. Retrieved 01 19,


2021 from mahasiswa.unimus.ac.id:
hela13.mahasiswa.unimus.ac.id/2016/10/19/tujuan-dan-fungsi-
keperawatan-komunitas/
rizkiperawatmuda. (2017, oktober 29). rizkiperawatmudaKOMUNITAS,
KONSEP DASAR KEPERAWATAN. Retrieved januari 19, 2021 from
.blogspot.com: https://rizkiperawatmuda.blogspot.com/2017/10/konsep-
dasar-keperawatan-komunitas.html

Ii, B. A. B., & Komunitas, K. K. (2015). Konsep Kominutas. 5–24.


Komunitas. (n.d.). April 2020, 16820047.
Ref, M. (2015). No Title(1 ,‫ فلسفه پژوهش های قرآنی‬.‫المحصول فی العلم االصول‬
7 iiiiiiiiiiii,)071116072. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
ln522cc87c61full.pdf

Anda mungkin juga menyukai