Disusun
Mardiyana P07220118082
2021-2022
KATA PENGANTAR
Balikpapan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya
keperawatan komunitas (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009). Komunitas
(community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Keperawatan komunitas ditujukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan
melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai
masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Ferry
Efendi dan Makhfudli, 2009).
Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dengan
tidak melupakan upaya-upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi
yang sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap
penyakit (Wahit Iqbal dkk, 2011).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar keperawatan komunitas ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar keperawatan komunitas
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu
a. Mengetahui definisi kepewatan komunitas
b. Mengetahui tujuan dan fungsi keperawatan komunitas
c. Mengetahui prinsip keperawatan komunitas
d. Mengetahui sasaran keperawatan komunitas
e. Mengetahui falsafah keperawatan komunitas
f. Mengetahui tingkat pencegahan keperawatan komunitas
g. Mengetahui strategi intervensi keperawatan komunitas.
h. Mengetahui Asumsi keperawatan Komunitas
i. Mengetahui Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keperawatan Komunitas
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang
berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang
sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat
memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan,
risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas
berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian
dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh
semua atau banyak"(Komunitas, n.d.2020).
B. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas menurut [ CITATION mar16 \l
1033 ] adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat
melalui upaya-upaya sebagai berikut.
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu,
dan kelompok. Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (selfcare).
C. Ruang Lingkup/ Sasaran Keperawatan Komunita
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, 8 membimbing
dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan
pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara
dan meningkatkan derajad kesehatannya. Sasaran Keperawatan Kesehatan
Komunita(Ii & Komunitas, 2015)
1. Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko
tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria,
Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit
degeneratif.
2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group),
dengan prioritas :
a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesm dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular.
c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan
3. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak
terikat dalam suatu institusi.
a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara
lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, 9 Kelompok
Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja
informal.
b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain
sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan
(rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
4. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko
tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan pada a.
Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang mempunyai :
a. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
b. Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah
lain
c. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
b. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll)
c. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat
lainnya.
2) Perawat Profesional
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan
kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang
lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat
menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi
perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi
klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik perawat
Profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang
memberikan pelayanan Keparawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi
dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya.
Peran Perawat Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dan system, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan social baik dari profesi perawat maupun dari luar
profesi keperawatan yang bersifat konstan.
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan.
Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara
holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien
dan keluarga klien dengan menggunakan energy dan waktu yang
minimal.
b. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan,
perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan
tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari
yang sederhana sampai yang kompleks.
c. Pembuat Keputusan Klinis
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk
memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan
keahliannya berfikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum
mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi klien,
pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat menyusun
rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi klien.
Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien
dan keluarga.
Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan
berkonsultasi dengan pembe ri perawatan kesehatan professional
lainnya
1. Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan
lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan
efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan.
Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa
klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi
melawat penyakit di komunitas.
Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi
hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam
menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan
informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan
tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-
hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau
tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang
hak-hak klien.
Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan
atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat
berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi
hak atas pelayanan sebaikbaiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya,
hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
2. Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas
anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik,
ketika mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien.
Berkembangnya model praktik memberikan perawat kesempatan untuk
membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya. Dengan berbagai
tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer asuhan
keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan
manajer (Manthey, 1990).
Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan
tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya.
3. Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya.
Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah
kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator dengan
membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan
tersebut.
4. Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan
keperawatan harus ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar
fisiknya saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi
seringkali memberikan kekuatan bagi klien sebagai individu yang
memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi
kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan
yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
5. Komunikator Keperawatan
mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesame perawat
dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam
memberikan perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien
dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
Kualitas komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam memenuhi
kebutuhan individu, keluarga dan komunitas
6. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data
tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas
perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan
dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan
metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien
serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam
pengajaran yang direncanakannya.
7. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.
8. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahab perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
9. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.
10. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. Fungsi Perawat
Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan perannya.
Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya:
1. Fungsi Independen Merupakan fungsi mandiri dan tidak
tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan
kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-
lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan
cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen Merupakan fungsi perawat dalam
melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.
Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini
biasanya silakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau
dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim
yang bersifat saling ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya.
Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja
sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks.
Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga
dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan
pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi onat
yang telah diberikan. Peranan perawat sangat menunjukkan sikap
kepemimpinan dan bertanggung jawab untuk memelihara dan mengelola
asuhan keperawatan serta mengembangkan diri dalam meningkatkan
mutu dan jangkauan pelayanan keperawatan.
F. Tingkat pencegah pada praktik keperawatan komunitas
Pencegahan Primer (primary prevention level pencegahan primer, perawat
kesehatankerja melakukan health promotion dan pencegahanpenyakit (Nies &
Swansons, 2004). Menurut Patterson (1994, dalam Nies & Swansons, 2004),
health promotion adalah proses meningkatkan kesadaran, mempengaruhi
sikap, perilaku individu mencapai derajat kesehatan yang optimal baik dari
segi fisik, mental dan sosial. Pencegahan timbulnya penyakit di tempat kerja
diawali dengan meningkatkan pengetahuan pekerja mengenali risiko penyakit
akibat health hazards. Saat melaksanakan praktek keperawatan kesehatan
kerja, perawat menggunakan tiga level strategi pencegahan, yaitu primer,
sekunderdan tersier (Stanhope & Lancaster, 2004).Melalui area pencegahan
primer, bentuk intervensi yangdilakukan perawat adalah melakukan
promosikesehatan dan pencegahan penyakit. Perawatkesehatan kerja
menggunakan berbagai metodepencegahan primer dengan metode “One and
OneInteraction” sebagai strategi mengevaluasi timbulnya risiko masalah
kesehatan dari prilaku pekerja (Roger2000, dalam Nies & Ewen, 2001).
Strategi ini dilakukan karena perawat kesehatan kerja setiap hari berinteraksi
dengan pekerja karena berbagai alasan,misalnya saat melakukan pengkajian,
pelayanan terhadap pekerja yang sakit, mengalami kecelakaan, serta
melakukan surveillance. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)Upaya
pencegahan sekunder yang dilakukan OHN diberikan melalui berbagai strategi
yaitu pelayanan keperawatan langsung (direct care) untuk kasus penyakit akut
dan kecelakaan serta upaya untuk menemukan penyakit sejak awal, dan
intervensi lebih dini untuk mengurangi risiko timbulnya kecacatan bagi
pekerja. Bentuk intervensi yang dilakukan oleh perawat kesehatan kerja
adalah melakukan skreeningkesehatan, pemeriksaan kesehatan secara berkala
dengan cara yang relatif mudah dan biaya yang minimal. Skreening kesehatan
berupa pemeriksaan kesehatanMata, deteksi dini penyakit kanker, tekanan
darah tinggi Serta, pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi Timbulnya
penyakit diabetes mellitus. PencegahanSekunder yang diberikan perawat
kesehatan kerja juga Berupa penempatan ulang atau evaluasi dan rotasi Kerja
terhadap pekerja dari satu unit kerja ke unit lain, Sehingga pekerja
memperoleh situasi yang baru, tidak Merasa kejenuhan dengan situasi kerja
yang lama (Nies & Ewen, 2001).Upaya Pencegahan Tersier (Tertiary
Prevention) Pada level pencegahan tersier, OHN berperan dalamUpaya
rehabilitasi status kesehatan pekerja setelahMengalami sakit yang berat atau
masalah kesehatanSerius lainnya. Upaya rehabilitasi ditujukan agar
pekerjaDapat kembali menjalankan tugasnya denganKemampuan optimal
yang dimiliki setelah melewatiMasa sakitnya. Bentuk intervensinya
mengevaluasi status kesehatan Pekerja yang baru saja dirawat di rumah sakit
karenaMenderita penyakit tertentu atau mengalamivKecelakaan kerja. Perawat
memonitor statusbKesehatan pekerja (paska di rawat di RS) saat pekerja
Tersebut kembali bekerja. Termasuk mengidentifikasibKebutuhan khusus
pekerja tersebut. Sebagai contohbPekerja yang baru saja dirawat di RS
karenabMyocardial infarction membutuhkan observasibTekanan darah secara
teratur serta menghindari aktifitasbKerja berat seperti mengangkat beban dan
mendorong.
3. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak Ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja Sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas
melalui Upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat
akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada
bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program
kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat indonesia,
yaitu mengenai konsep puskesmas- yang dipaparkan oleh dr. Achmad Dipodilogo- yang
mengacu pada konsep Bandung dan proyek Bekasi. Dalam seminar ini telah
disimpulakan dan disepakati mengenai sistem puskesmas yang terdiri atas tipe A,B, dan
C. Akhirnya pada pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan
bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah ( Departemen Kesehatan ) menjadi pusat pelayanan
kesehatan masyarakat (puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kuratif dan
preventifvsecara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja
kecamatan ataubsebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini terdepan
pembangunanbkesehatan, puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu,
diperkenalkanlah program untuk selalu menguatkan puskesmas (strengthening
puskesmas). Di negara berkembang seperti Indonesia, fasilitas kesehatan berlandaskan
masyarakat disarankan lebih efektif dan penting.
Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi penguatan pelayanan
kesehatanbnasional. Kegiatan pokok dalam program dasar dan utama puskesmas
mencakup 18 kegiatan,yaitu :
1. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
2. Keluarga berencana (KB)
3. Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi,
6. Penyuluhan kesehatan masyaraka
7. Pengobatan
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Perawatan kesehatan masyarakat
10. Kesehatan gigi dan mulit
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Optometri
13. Kesehatan geriatrik
14. Latuhan dan olahraga
15. Pengembangan obat-obatan tradisional
16. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
17. Laboratorium dasar
18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.
Pada tahun1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu puskesmas
tipe A Yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh
seorang paramedis.
Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979btidak
diadakan Perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja,
yang dikepalai Oleh seorang dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan
puskesmas mulai mengalami Perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak harus
dipimpin oleh seorang dokter,tapi Dapat juga dipimpin oleh Sarjana Kesehatan
Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan Dapat membawa perubahan yang
positif,dimana tenaga medis lebih diarahkan pada Pelayanan langsung pada klien
dan tidak disibukkan dengan urusan Administratif/manajerial, sehingga mutu
pelayanan dapat ditingkatkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi mahasiswa keperawatan
khusus pada mata kuliah keperawatan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA