Anda di halaman 1dari 8

Artikel Riset Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

DOI : 10.33751/jf.v9i2.1611 Vol.9, No.2, Desember 2019 : 123-130


p-ISSN : 2087-9164 e-ISSN : 2622-755X

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUAH DAN DAUN MENGKUDU


(Morinda citrifolia L.) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
(Staphylococcus epidermidis)

Prasetyorini1*, Novi Fajar Utami2, Alfi Syahri Sukarya3


1
Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Pakuan, PO Box 452 Bogor 16143
2,3
Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan, PO Box 452 Bogor 16143
West Java, Indonesia
*
E-mail: prasetyorini67@yahoo.co.id

Diterima : 15 November 2019 Direvisi : 30 November 2019 Disetujui : 1 Desember 2019

ABSTRAK

Jerawat merupakan penyakit pada permukaan kulit. Terjadi akibat tersumbatnya


folikel polisebase, disebabkan oleh infeksi bakteri (Staphylococcus epidermidis).
Tanaman yang memiliki potensi sebagai agen antibakteri adalah tanaman mengkudu,
yang terbukti memiliki kandungan senyawa antrakuinon, alkaloid dan flavonoid.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik ekstrak buah dan daun
mengkudu serta aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis.
Dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi etanol 96%. Pengujian Lebar Daerah
Hambat (LDH) dengan metode difusi kertas cakram dan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) dengan metode dilusi agar. KHM pada konsentrasi 25%, 30%, 35% dan 40%.
LDH dilakukan pada konsentrasi 40%, 50% dan 60%. Hasil ekstrak etanol 96% buah
dan daun mengkudu memiliki KHM pada konsentrasi 40% dan LDH buah 3,1 mm pada
konsentrasi 50% dan 60%. Ekstrak daun mengkudu memiliki LDH 2,5 mm pada
konsentrasi 60%.
Kata kunci: Mengkudu, buah, daun, staphylococcus epidermidis

ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF FRUIT AND NONI LEAF (Morinda citrifolia


L.) AGAINST ACNE BACTERIA (Staphylococcus epidermidis)

ABSTRACT

Acne is a disease on the surface of the skin. Occurs due to blocked polysebase
follicles, caused by a bacterial infection (Staphylococcus epidermidis). Plants that have
the potential as an antibacterial agent are noni plants, which are proven to contain
anthraquinone compounds, alkaloids and flavonoids. This study aims to determine the
characteristics of noni fruit and leaf extracts and the antibacterial activity against
Staphylococcus epidermidis bacteria. By using 96% ethanol maceration extraction
method. Inhibit Region Width test with paper diffusion method and Minimum
Inhibitory Concentration (MIC) with agar dilution method. MIC at concentrations of
25%, 30%, 35% and 40%. Inhibit Region Width is carried out at concentrations of 40%,
50% and 60%. The results of 96% ethanol extract of noni fruit and leaves have MIC at a
concentration of 40% and Inhibit Region Width fruit of 3.1 mm at a concentration of

123
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

50% and 60%. Noni leaf extract has an Inhibit Region Width of 2.5 mm at a
concentration of 60%.
Key words: Morinda citrifolia L., fruit, leaf, staphylococcus epidermidis

PENDAHULUAN terhadap sel bakteri. Saponin, dan tanin


Jerawat atau acne merupakan merupakan campuran dalam antra-kuinon
penyakit pada permukaan kulit wajah, yang bersinergi dan berkontribusi
leher, dada, dan punggung yang muncul menjadi suatu khasiat penyembuhan yang
pada saat kelenjar minyak pada kulit bersifat analgesik, antiseptik,
terlalu aktif sehingga pori-pori kulit akan antiinflamasi, antibakteri dan antijamur
tersumbat oleh timbunan lemak yang (Olivia, 2017). Mengkudu memiliki
berlebihan (Djajadisastra, 2009). Jerawat jangkauan luas efek terapi seperti
umumnya dapat mempengaruhi individu antivirus, antitumor, anthelmitik,
sejak kecil hingga dewasa, dan paling hipotensi, dan meningkatkan sistem imun
sering terjadi pada masa remaja (Jonette (Sridevi N et al, 2013). Tanaman
K & Shiman M, 2009). Jerawat tidak mengkudu terutama buahnya memiliki
mengancam jiwa tetapi jerawat parah sifat gizi dan fungsional, efek
dapat mempengaruhi psikologis dan menguntungkan ini terjadi karena adanya
kegiatan sosial (Monaj A et al, 2014). beberapa kandungan senyawa aktif (Z
Mikroorganisme penyebab Mohd et al, 2007). Tanaman mengkudu
jerawat ikut berperan dalam pathogenesis menunjukkan profil terapeutik dan
penyakit ini. Ada faktor-faktor penyebab keamanan yang sangat tinggi dan dapat
lainnya termasuk faktor genetik, usia, ras, digunakan sebagai penambah kesehatan
kulit putih, kosmetik, hormon, makanan, (M Ali et al, 2016).
banyak pekerjaan dan stress (Mitsui, Bakteri yang digunakan
1997). Bakteri yang umum dapat Staphylococcus epidermidis, merupakan
menginfeksi jerawat yaitu, bakteri gram positif, bersifat sebagai
Staphylococcus epidermidis. Pengo-batan anaerob fakultatif, tumbuh lebih cepat
jerawat biasanya menggunakan antibiotik dan lebih banyak dalam keadaan aerobik.
yang dapat menghambat inflamasi dan Suhu optimum 35-40°C (Pelczar et al,
membunuh bakteri. Namun, penggunaan 2008) dan pengujian antibakteri
antibiotik jangka panjang selain menggunakan metode difusi dan dilusi
menimbulkan resistensi juga dapat dengan metode secara Kirby-Bauer.
menimbulkan kerusakan organ dan
imunohipersensitivitas (Djajadisastra dan METODE PENELITIAN
Joshita, 2009). Salah satu tanaman yang Alat dan Bahan
memiliki potensi dalam pengobatan Alat yang digunakan pada
terutama sebagai agen antibakteri adalah penelitian ini adalah autoklaf, beker glas
tanaman mengkudu yang terbukti (pyrex), bunsen, botol coklat, cawan petri
memiliki kandungan senyawa (Pyrex), corong, Erlenmeyer (Pyrex),
antrakuinon, alkaloid flavonoid dan gelas ukur, kapas, kain batis, kertas
sebagainya yang berkhasiat sebagai cakram, kurs, Laminar Air Flow (LAF),
antibakteri. Alkaloid, flavonoid, dan mikropipet (Proline plus®), neraca
antrakuinon yang terbukti mempunyai digital, oven, ose, pipet tetes, penangas
efek farmakologik sebagai lisosim air, rotary evaporator, tabung reaksi

124
Aktifitas Antibakteri….(Prasetyorini, dkk)

(Pyrex), tanur, timbangan analitik, metri. Sebanyak + 2 g simplisia serbuk


spirtus, serta alat-alat gelas lainnya. buah dan daun mengkudu dimasukkan ke
Bahan yang digunakan pada dalam wadah yang telah di tera dengan
penelitian ini adalah aquadest, dikeringkan pada suhu 105°C selama 1
amoksisilin, bakteri Staphylococcus jam. Pengeringan dan penimbangan ulang
epidermidis, buah masak dan daun (P5- dilakukan pada jarak 1 jam hingga
P9) mengkudu, etanol 96 %, FeCl₃, HCl, perbedaan antara penimbangan berturut-
NaCl, Nutrient Agar (NA), pereaksi turut tidak melebihi dari 0,25%. Syarat
bouchardat, pereaksi dragendrof, pereaksi kadar air simplisia serbuk pada umumnya
mayer, pereaksi wagner. yaitu tidak lebih dari 10 % (Depkes RI,
1995).
Prosedur Kerja
Pembuatan Serbuk Simplisia Penetapan Kadar Abu
Buah dan daun mengkudu segar Simplisia serbuk buah dan daun
yang telah diperoleh disortasi basah, mengkudu ditimbang seksama + 2 g
dicuci bersih, dikeringkan dengan kemudian dimasukkan kedalam krus
menggunakan oven sampai kering, silikat yang telah di pijar dan di tara.
kemudian disortasi kering, dihaluskan Pemijaran dilakukan pada suhu + 600°C
hingga diperoleh simplisia serbuk dan kemudian didinginkan dan ditimbang
diayak dengan menggunakan mesh 40 sampai bobot konstan dengan selisih <
(DepKes RI, 2000). 0,25%. Kadar abu simplisia tidak boleh
lebih dari 10% (Kemenkes RI, 2013).
Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak buah dan daun Uji Fitokimia
mengkudu dilakukan dengan Uji fitokimia yang dilakukan
menggunakan metode maserasi. Maserasi terdiri dari uji alkaloid dengan
dilakukan dengan menggunakan pelarut menggunakan pereaksi mayer,
etanol 96% (1:10). Sebanyak 100 gram bounchardat dan dragendrof. Uji
simplisia dimasukkan kedalam botol flavonoid dengan menggunakan serbuk
ditambahkan etanol 96% sebanyak 1000 Mg. Uji saponin dengan melihat busa
mL dan direndam dengan dikocok tiap 6 yang terbentuk hingga stabil setelah
jam selama 24 jam, kemudian disaring pengocokan. Uji tanin menggunakan
untuk memisahkan ampas dan filtrat, lalu FeCl3.
ampas tersebut dimaserasi dengan
menggunakan pelarut etanol 96%, proses Penyiapan Inokulum
maserasi dilakukan selama 3 hari. Filtrat Sterilisasi Alat dan Bahan
yang dihasilkan kemudian dikumpulkan Alat-alat yang digunakan dalam
untuk dipekatkan dengan rotary pengujian, disterilkan terlebih dahulu
evaporator hingga didapat ekstrak kental dengan cara dibungkus kertas polos, lalu
(DepKes RI, 2000). dimasukkan ke dalam autoklaf pada suhu
121o C selama 15 menit, kemudian alat-
Uji Karakteristik Ekstrak Buah dan alat dikeringkan dengan cara dimasukkan
Daun Mengkudu ke dalam oven pada suhu 100oC selama
Penetapan Kadar Air 30 menit.
Penetapan kadar air dilakukan
dengan menggunakan metode gravi-

125
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

Pembuatan Media Bakteri berisi NA dengan suhu 40oC, kemudian


Media yang digunakan adalah digerakkan melingkar untuk
media Nutrient Agar (NA). Media NA menyebarkan bakteri secara merata.
dibuat dengan cara melarutkan 28 g Setelah Agar memadat diletakkan kertas
serbuk NA dalam 1000 mL akuades, cakram yang mengandung ekstrak di
dipanaskan dan diaduk hingga homogen. atasnya. Cawan petri di inkubasi selama
Kemudian disterilkan dengan autoklaf 24 jam pada suhu 37o C. Aktivitas
pada suhu 121oC selama 15 menit dengan antibakteri diketahui dengan timbulnya
tekanan 1 atm. Masukkan kedalam cawan zona hambat yaitu daerah bening di
petri yang telah steril dan dibiarkan sekitar kertas cakram yang menunjukkan
sampai memadat. pertumbuhan bakteri. Diamati dan diukur
lebar daerah hambat yang terbentuk.
Regenerasi Bakteri Uji
Bakteri yang akan digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
sebelum dipakai harus diregenerasi Hasil Uji Karakteristik Buah dan Daun
terlebih dahulu. Bakteri yang berasal dari Mengkudu
kultur primer, mula-mula dibiakkan ke Penetapan Kadar Air Simplisia dan
dalam agar miring NA, lalu diambil satu Ekstrak
ose dan digoreskan ke dalam agar miring Penetapan kadar air bertujuan
NA kemudian diinkubasi selama 24 jam untuk memberikan batasan minimal atau
dengan suhu 37oC (biakan yang sudah tentang besarnya kandungan air dalam
tumbuh disimpan di lemari pendingin suatu bahan (Depkes RI, 2000). Kadar air
pada suhu 4oC sebagai stok). serbuk dan ekstrak dilakukan pengujian
sebanyak dua kali (duplo). Kadar air
Penetapan Konsentrasi Hambat serbuk simplisia adalah memenuhi syarat
Minimum (KHM) dan Lebar Daerah umum kadar air simplisia yakni < 10 %
Hambat (LDH) (Depkes RI, 1995).
Penetapan KHM dilakukan
dengan menggunakan metode dilusi agar. Tabel 1. Data Kadar Air Simplisia dan
Sebanyak 0,2 mL bakteri Staphylococcus Ekstrak
Kadar Air
epidermidis dimasuk-kan ke dalam 20 Sampel Syarat (%)
(%)
mL NA, kemudian ditambahkan 1 mL Serbuk
ekstrak pada konsentrasi uji, lalu simplisia 6,584 <10
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37o C buah
di inkubator. Setelah diinkubasi diamati Serbuk
pertumbuhan bakterinya. Konsentrasi simplisia 4,415 <10
terendah ekstrak yang tidak ditumbuhi daun
bakteri merupakan konsentrasi hambat Ekstrak
minimum (KHM). etanol 96% 9,171 5-30
Penetapan LDH menggunakan buah
metode difusi cakram. Yaitu dengan Ekstrak
etanol 96% 7,605 5-30
dilihat daerah atau zona bening yang
daun
terbentuk di sekitar kertas cakram.
Sebanyak 0,2 mL bakteri dengan
konsentrasi 10-6 hasil pengenceran
dituangkan kedalam cawan petri yang

126
Aktifitas Antibakteri….(Prasetyorini, dkk)

Penetapan Kadar Abu Simplisia dan umum yaitu <7%. Sedangkan pada kadar
Ekstrak abu total ekstrak etanol 96 % buah
Penetapan kadar abu total mengkudu adalah
dilakukan dengan proses pemanasaan
sampel uji menggunakan tanur dengan 6,676 %, dan kadar abu total ekstrak
suhu 500-600°C, dimana pada suhu etanol 96 % daun mengkudu adalah 4,553
tersebut senyawa organik dan turunannya %. Dari hasil data kadar abu total yang di
terdestruksi dan menguap sehingga dapat bahwa simplisia dan ekstrak etanol
tinggal unsur mineral dan organiknya. 96 % pada pengujian karakteristik kadar
(Depkes RI, 2000). Data hasil pada uji abu total ini memenuhi persyaratan syarat
kadar abu total dapat dilihat pada Tabel 2. 3-5% (Voight,1994).

Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Abu Hasil Uji Fitokimia


Serbuk dan Ekstrak. Uji fitokimia dilakukan untuk
Tanaman mengetahui senyawa yang terkandung
Jenis Syarat dalam suatu tanaman. Hasil uji fitokimia
Sampel Daun Buah
Mengkudu. Mengkudu. (%) pada famili Rubiaceae dengan
Serbuk 3,42 % 3,49 % <7 menggunakan dua bagian tumbuhan yaitu
Ekstrak 4,553 % 6,676 % <12 ekstrak etanol 96% buah dan daun
mengkudu, terjadi proses reaksi
Berdasarkan hasil uji kadar abu perubahan warna dan endapan yang
menunjukan bahwa pada simplisia serbuk terbentuk sehingga menyatakan bahwa
buah mengkudu adalah 3,49 %, dan pada positif mengandung senyawa alkaloid,
simplisia serbuk daun mengkudu adalah flavonoid, saponin dan tannin (Tabel 3).
3,42 %. Hasil tersebut sesuai syarat

Tabel 3. Hasil Skrining Fitokimia


Senyawa Kimia
Simplisia Alkaloi Flavonoid Saponin Tanin
d
Rubiaceae
Buah Mengkudu + + + +
Daun Mengkudu + + + +

Hasil Penetapan Konsentrasi Hambat tersebut ditandai dengan tidak adanya


Minimum (KHM) dan Lebar Daya pertumbuhan bakteri pada media (Jawetz
Hambat (LDH) et al, 1996). Hasil uji KHM yang
Hasil Uji Konsentrasi Hambat diperoleh pada ekstrak etanol 96% dari
Minimum buah mengkudu terhadap bakteri
Pengujian KHM dilakukan Staphylococcus epidermidis. Pada
dengan metode difusi yang digunakan konsentrasi 25% dan 30% belum mampu
untuk mendapatkan konsentrasi minimum menghambat pertumbuhan bakteri. Dan
pada ekstrak etanol 96% buah dan daun pada konsentrasi 35% menunjukkan
mengkudu terhadap pertumbuhan bakteri adanya sedikit pertumbuhan bakteri.
Staphylococcus epidermidis. Adanya Konsentrasi hambat minimum buah
daya hambat dalam senyawa antibakteri mengkudu terhadap bakteri

127
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

Staphylococcus epidermidis terdapat pada Hasil Uji Lebar Daerah Hambat


konsentrasi 40%. Berdasarkan hasil uji Uji Lebar Daerah Hambat (LDH)
konsentrasi hambat minimum yang oleh ekstrak etanol 96% buah dan daun
diperoleh pada ekstrak etanol 96% dari mengkudu dilakukan terhadap bakteri
daun mengkudu. Terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dengan
Staphylococcus epidermidis. Terdapat metode difusi agar menggunakan kertas
sedikit pertumbuhan bakteri pada cakram dengan diameter 6 mm.
konsentrasi 35%, dan konsentrasi 40% Konsentrasi yang digunakan yaitu 40%,
menunjukkan adaya hambatan karena 50%, dan 60%. Sedangkan kontrol positif
tidak terjadi pertumbuhan bakteri pada dan kontrol negatif yang digunakan pada
konsentrasi tesebut. Sehingga hambatan bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu
minimum berada pada konsentrasi 40%. Amoxicillin dan kontrol negatif yang
Konsentrasi tersebut cukup baik, karena digunakan adalah aquadest. Hasil
pada konsentrasi yang lebih rendah masih pengamatan dan pengukuran LDH
terdapat pertumbuhan bakteri yang belum menunjukkan setiap ekstrak pada bakteri
dapat menghambat secara optimal. yang sama memiliki tingkatan efektivitas
antibakteri yang berbeda. Pengukuran
lebar daya hambat dilakukan terhadap
area bening di sekitar cakram seperti yang
dilihat pada Gambar 1.

a b
Gambar 1. Lebar daerah hambat ekstrak etanol 96% buah mengkudu terhadap bakteri
Staphylococcus epidermidis (a), Luas daerah hambat ekstrak etanol 96% daun
mengkudu terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis (b).

Gambar diatas menunjukkan Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat


bahwa ekstrak etanol 96% buah dan daun bahwa tanaman famili Rubiacea yaitu
mengkudu memiliki aktivitas antimikroba buah dan daun mengkudu tersebut
terhadap Staphylococcus epidermidis. memiliki aktivitas antibakteri namun
Dengan pelarut etanol 96% memiliki aktivitas antibakteri tersebut masih
lebar daerah hambat yang rendah tergolong dalam kategori lemah.
dibandingkan dengan kontrol positif.
Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

128
Aktifitas Antibakteri….(Prasetyorini, dkk)

Tabel 4. Hasil Lebar Daerah Hambat (LDH)


Sampel Konsentrasi LDH (mm) Keterangan
40% 2,6 Lemah
Buah Mengkudu 50% 3,1 Lemah
60% 3,5 Lemah
Kontrol + (Amoxicilin) 10 ppm 8 Kuat
40% 1,6 Lemah
Daun Mengkudu 50% 2,1 Lemah
60% 2,5 Lemah
Kontrol + (Amoxicilin) 10 ppm 8,5 Kuat

Ekstrak etanol 96% buah dan daun KESIMPULAN


mengkudu tersebut dapat digunakan 1. Ekstrak etanol 96% buah dan daun
sebagai antibakteri karena senyawa kimia mengkudu memiliki aktivitas
yang terkandung pada ekstrak seperti antibakteri terhadap Staphylococcus
alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. epidermidis dengan nilai KHM
Mekanisme kerja alkaloid sebagai masing-masing pada konsentrasi 40%.
antibakteri yaitu, dengan mengganggu Dan pada ekstrak buah mengkudu
komponen penyusun peptidoglikan pada dengan konsentrasi 50% dan 60%
sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel didapat nilai LDH masing-masing 3,1
tidak terbentuk secara utuh dan mm dan pada daun memiliki nilai
menyebabkan kematian sel tersebut LDH 2.5 mm pada konsentrasi 60%.
(Darsana dkk, 2012). Senyawa flavonoid 2. Ekstrak etanol 96% buah dan daun
berpotensi sebagai senyawa antibiotik dan mengkudu memenuhi persyaratan
antibakteri. Senyawa flavonoid disintesis karakteristik Materia Medika
oleh tanaman sebagai sistem pertahanan Indonesia (kadar abu ekstrak dibawah
dan dalam responnya terhadap infeksi 12%). Serta memiliki kandungan
oleh mikroorganisme (Apriani, 2013). alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin
Senyawa saponin memiliki aktivitas
antimikroba karena mempunyai sifat REFERENSI
sebagai surfaktan dengan gugus polar Apriani, S.P. 2013. Senyawa Flavonoid
(gula) dan nonpolar (terpenoid) sehingga Yang Bersifat Antibakteri Dari
dapat menurunkan tegangan permukaan Akway (Drimys becariana.
dinding sel mikroba dan dapat memecah Gibbs). Chemistry Progress. 6(1):
lapisan lemaknya, yang akan 34-37.
mengganggu permeabilitas dinding sel Darsana, I., Besung, I & Mahatmi H.
mikroba. Hal tersebut mengakibatkan 2012. Potensi Daun Binahong
proses difusi bahan atau zat-zat yang (Anredera cordifolia (Tenre)
diperlukan oleh mikroba dapat terganggu, Steenis) Dalam Menghambat
yang kemudian terjadi pembengkakan sel Pertumbuhan Bakteri Eschericia
yang pecah. Senyawa tanin sebagai coli Secara In Vitro. Indonesia
antibakteri adalah memalui reaksi dengan Venerius 1(3).
membran sel, inaktivasi enzim dan Departemen Kesehatan RI. 1995. Materia
inaktivasi fungsi materi genetik Medika Indonesia Edisi VI.
(Harborne, 1987). Jakarta : Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan.

129
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

2000. Parameter Standarisasi Z. Mohd Zin, A. Abdul Hamid, A.


Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Osman, N. Saari & A. Misran.
Jakarta : Direktorat Jendral 2007. Isolation and Identification
Pengawasan Obat dan Makanan. of Antioxidative Compound from
Djajadisastra, Joshita. 2009. Formulasi Fruit of Mengkudu (Morinda
gel topical dari ekstrak Nerii citrifolia L.). International
folium dalam sediaan anti jerawat. Journal of Food Properties. 10:2,
Jurnal farmasi indonesia. 363-373,
Fakultas MIPA Jakarta : Monaj, A., Suva, Ankita, M., Patel,
Universitas Indonesia. Neeraj, Sharma, C.B & Ravi,
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia K.M. 2014. Aksharpreet Institute
:Penuntun Cara Modern of Pharmacy, Lakhabaval Road,
Menganalisis Tumbuhan Jamnagar, Gujarat, India.
(Penerjemah: Kosasih Olivia, C. Simatupang, Jemmy Abidjulu,
Padmawinata, Iwang Soediro). & Krista V. Siagian. 2017. Uji
Bandung ITB. daya hambat ekstrak daun
Jawetz, Melnick dan Adelberg. 1996. mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Mikrobiologi Kedokteran. edisi terhadap pertumbuhan Candida
20. EGC.Jakarta. albicans secara in vitro. Jurnal e-
Keri, J., & Shiman, M. 2009. An update GiGi (eG). 5(1):1-6
on the management of acne Pelczar, Michael J. & Chan E.C.S. 2008.
vulgaris. Clinical, cosmetic and Dasar Dasar Mikrobiologi Jilid I.
investigational dermatology. 2, Jakarta: UI Press.
105–110. Sridevi, N., Changam, S & Kotturathu M.
Kemenkes RI. 2013. Peraturan Menteri 2013. Morinda Citrifolia- A
Kesehatan RI Nomor 12. Tentang Detailed Review. Departement Of
Jaminan Kesehatan. Cellular & Molecular
Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Biochemistry, Heart Foundation,
Edisi Kesatu. Amsterdam: Mogappair, Chennai-600 101
Elsevier Science B.V. Voight, R. 1994. Buku Pelajaran
Mohammad, A., Mruthunjaya, K., Teknologi Farmasi. Terjemahan :
Santhepete, N & Manjula. 2016. S. Noerono. Gadjah Mada
Health Benefits of Morinda University Press. Indonesia.
citrifolia L (Noni): A Review.
Pharmacognosy Journal. Vol 8,
Issue 4.

130

Anda mungkin juga menyukai