Anda di halaman 1dari 18

Pendahuluan

Laring memainkan peranan sentral dalam mengkoordinasikan fungsi saluran


pencernaanpernafasan atas termasuk respirasi, berbicara dan menelan. Laring
dibagi menjadi supraglotis, glotis, dan subglotis. Laring adalah tempat tersering
kedua untuk kasus karsinoma sel skuamosa pada daerah kepala dan leher.1
Laring berperan dalam koordinasi fungsi saluran aerodigestif atas seperti
bernafas, berbicara dan menelan. Laring terbagi tiga yaitu supraglotis, glotis dan
subglotis.2
Otolaringologi adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus meneliti
diagnosis dan pengobatan penyakit telinga, hidung, tenggorok serta kepala dan
leher. Di Indonesia cabang kedokteran ini popular dengan nama ilmu telinga
hidung tenggorokan bedah kepala leher atau THT-KL. Sebelum memperdalam
ilmu THT-KL ini diperlukan pengetahuan anatomi dari masing-masing organ
tersebut agar dapat dengan mudah melakukan pemeriksaan fisik THT-KL dan
untuk dapat menegakkan diagnosis suatu penyakit atau kelainan di telinga, hidung
dan tenggorok diperlukan kemampuan melakukan pemeriksaan organ-organ
tersebut.
Setelah mempelajari materi keterampilan pemeriksaan telinga, hidung dan
tenggorok, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan bagian-bagian penting
dari telinga, hidung dan tenggorok, menjelaskan keluhan-keluhan yang membawa
pasien datang ke dokter,menjelaskan nama dan kegunaan alat untuk pemeriksaan
THT, mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorok,
melakukan prosedur keterampilan pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorok,
melakukan prosedur diagnostik pengambilan spesimen untuk keperluan
pemeriksaan laboratorium guna membantu menegakkan diagnosis penyakit
Telinga, Hidung dan Tenggorok.
Laring berperan dalam koordinasi fungsi saluran aerodigestif atas seperti
bernafas, berbicara dan menelan. Laring terbagi tiga yaitu supraglotis, glotis dan
subglotis. Laring merupakan daerah tersering kedua untuk kasus karsinoma sel
skuamosa kepala-leher, biasanya berhubungan dengan tembakau dan alkohol.2
2.1 Anatomi Laring
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan
suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi
vertebra cervicalis IV – VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif
lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja
tertutup bila sedang menelan makanan.3
Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana
didapatkannya kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan
disebut Prominensia Laring atau disebut juga Adam’s apple atau jakun. Batas-
batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang berhubungan
dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid
dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra
cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta
disebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di
sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan
lobus kelenjar tiroid.3
Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago
tiroidea di sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hyoid
dihubungkan dengan laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat
melekatnya otot-otot dan ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada
usia 2 tahun.3
Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan
otot-otot.3
2.1.1 Kartilago
Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu:3
1. Kelompok kartilago mayor, terdiri dari:
 Kartilago Tiroidea (1 buah)
Merupakan suatu kartilago hyalin yang membentuk dinding anterior dan
lateral laring, dan merupakan kartilago yang terbesar. Terdiri dari 2 (dua)
sayap (ala tiroidea) berbentuk seperti perisai yang terbuka dibelakangnya
tetapi bersatu di bagian depan dan membentuk sudut sehingga menonjol ke
depan disebut Adam’s apple. Sudut ini pada pria dewasa kira-kira 90 derajat
dan pada wanita 120 derajat. Diatasnya terdapat lekukan yang disebut thyroid
notch atau incisura tiroidea, dimana di belakang atas membentuk kornu
superior yang dihubungkan dengan os hyoid oleh ligamentum tiroidea
lateralis, sedangkan di bagian bawah membentuk kornu inferior yang
berhubungan dengan permukaan posterolateral dari kartilago krikoidea dan
membentuk artikulasio krikoidea. Dengan adanya artikulasio ini
memungkinkan kartilago tiroidea dapat terangkat ke atas. Di sebelah dalam
perisai kartilago tiroidea terdapat bagian dalam laring, yaitu : pita suara,
ventrikel, otot-otot dan ligamenta, kartilago aritenoidea, kuneiforme serta
kornikulata.
Permukaan luar ditutupi perikondrium yang tebal dan terdapat suatu alur
yang berjalan oblik dari bawah kornu superior ke tuberkulum inferior. Alur
ini merupakan tempat perlekatan muskulus sternokleidomastoideus, muskulus
tirohioideus dan muskulus konstriktor faringeus inferior.
Permukaan dalamnya halus tetapi pertengahan antara incisura tiroidea dan
tepi bawah kartilago tiroidea perikondriumnya tipis, merupakan tempat
perlekatan tendo komisura anterior. Sedangkan tangkai epiglotis melekat kira-
kira 1 cm diatasnya oleh ligamentum tiroepiglotika. Kartilago ini mengalami
osifikasi pada umur 20 – 30 tahun.
 Kartilago Krikoidea (1 buah)
Kartilago ini merupakan bagian terbawah dari dinding laring. Merupakan
lkartilago hialin yang berbentuk cincin stempel (signet ring) dengan bagian
alsanya terdapat di belakang. Bagian anterior dan lateralnya relatif lebih
sempit daripada bagian posterior. Kartilago ini berhubungan dengan kartilago
tiroidea tepatnya dengan kornu inferior melalui membrana krikoidea (konus
elastikus) dan melalui artikulasio krikoaritenoidea. Di sebelah bawah melekat
dengan cincin trakea I melalui ligamentum krikotiroidea. Pada keadaan
darurat dapat dilakukan tindakan trakeostomi emergensi atau krikotomi atau
koniotomi pada konus elastikus.
Kartilago krikoidea pada dewasa terletak setinggi vertebra servikalis VI –
VII dan pada anak-anak setinggi vertebra servikalis III – IV. Kartilago ini
mengalami osifikasi setelah kartilago tiroidea.
 Kartilago Aritenoidea (2 buah)
Kartilago ini juga merupakan kartilago hyalin yang terdiri dari sepasang
kartilago berbentuk piramid 3 sisi dengan basis berartikulasi dengan kartilago
krikoidea, sehingga memungkinkan pergerakan ke medio lateral dan gerakan
rotasi. Dasar dari piramid ini membentuk 2 tonjolan yaitu prosesus
muskularis yang merupakan tempat melekatnya m. krikoaritenoidea yang
terletak di posterolateral, dan di bagian anterior terdapat prosesus vokalis
tempat melekatnya ujung posterior pita suara. Pinggir posterosuperior dari
konus elastikus melekat ke prosesus vokalis. Ligamentum vokalis terbentuk
dari setiap prosesus vokalis dan berinsersi pada garis tengah kartilago tiroidea
membentuk tiga per lima bagaian membranosa atau vibratorius pada pita
suara. Tepi dan permukaan atas dari pita suara ini disebut glotis.
Kartilago aritenoidea dapat bergerak ke arah dalam dan luar dengan sumbu
sentralnya tetap, karena ujung posterior pita suara melekat pada prosesus
vokalis dari aritenoid maka gerakan kartilago ini dapat menyebabkan terbuka
dan tertutupnya glotis. Kalsifikasi terjadi pada dekade ke 3 kehidupan.
2. Kartilago minor, terdiri dari :
 Kartilago Kornikulata Santorini (2 buah)
Merupakan kartilago fibroelastis, disebut juga kartilago Santorini dan
merupakan kartilago kecil di atas aritenoid serta di dalam plika ariepiglotika.
 Kartilago Kuneiforme Wrisberg (2 buah)
Merupakan kartilago fibroelastis dari Wrisberg dan merupakan kartilago
kecil yang terletak di dalam plika ariepiglotika.
 Kartilago Epiglotis (1 buah)
Bentuk kartilago epiglotis seperti bet pingpong dan membentuk dinding
anterior aditus laringeus. Tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh
ligamentum tiroepiglotika ke kartilago tiroidea di sebelah atas pita suara.
Sedangkan bagian atas menjulur di belakang korpus hyoid ke dalam lumen
faring sehingga membatasi basis lidah dan laring. Kartilago epiglotis
mempunyai fungsi sebagai pembatas yang mendorong makanan ke sebelah
menyebelah laring.

Gambar 2.1 Gambaran Anterior dan Posterior Laring.

Gambar 2.2 Gambaran Lateral Tulang dan Kartilago Laring.


Gambar 2.3 Gambaran Sagital Tulang dan Kartilago Laring.

Gambar 2.4 Gambaran Posterior Tulang dan Kartilago Laring.

2.1.2 Ligamentum dan Membran


Ligamentum dan membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu:3
1. Ligamentum ekstrinsik , terdiri dari:
 Membran tirohioid;
 Ligamentum tirohioid;
 Ligamentum tiroepiglotis ;
 Ligamentum hioepiglotis;
 Ligamentum krikotrakeal.

Gambar 2.5 Ligamentum Ekstrinsik


2. Ligamentum intrinsik, terdiri dari:
 Membran quadrangularis;
 Ligamentum vestibular;
 Konus elastikus;
 Ligamentum krikotiroid media;
 Ligamentum vokalis.
Gambar 2.6 Ligamentum Intrinsik.
Membrana Tirohioidea menghubungkan tepi atas kartilago tiroidea dengan
tepi atas belakang os hioidea yang pada bagian medial dan lateralnya mengalami
penebalan membentuk ligamentum tirohioideus lateral dan medial. Membrana ini
ditembus oleh a. laringeus superior cabang interna n. laringeus superior dan
pembuluh limfe.4
Membrana Krikotiroidea (Konus Elastikus). Terdapat di bawah mukosa pada
permukaan bawah pita suara sejati, berjalan ke atas dan medial dari lengkungan
kartilago krikoid untuk bersambung dengan kedua ligamenta vokalis yang
merupakan jaringan fibroelastis yang berasal dari tepi atas arkus kartilago krikoid.
Di sebelah anterior melekat pada pinggir bawah kartilago tiroid dan menebal
membentuk ligamentuk krikoidea medialis yang juga melekat pada tuberkulum
vokalis. Di sebelah posterior konus menyebar dari kartilago krikoid ke prosesus
kartilago aritenoid (vokalis). Pinggir bebas menebal membentuk ligamentum
vokalis.4
Membrana Kuadrangularis. Merupakan bagian atas dari jaringan ikat longgar
elastis laring, membentang dari tepi lateral epiglotis ke kartilago aritenoid dan
kartilago kornikulata, di bagian inferior meluas ke pita suara palsu. Tepi atasnya
membentuk plika ariepiglotika, sedangkan yang lainnya membentuk dinding
diantara laring dan sinus piriformis Morgagni.4
2.1.3 Otot
Otot–otot laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu otot-otot
ekstrinsik dan otot-otot intrinsik yang masing-masing mempunyai fungsi yang
berbeda.3
1. Otot-otot ekstrinsik, menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya.
Kelompok otot ini menggerakkan laring secara keseluruhan. Terbagi atas:
a. Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu : - M. Stilohioideus -
M. Milohioideus - M. Geniohioideus - M. Digastrikus - M. Genioglosus -
M. Hioglosus
b. Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu : - M. Omohioideus -
M. Sternokleidomastoideus - M. Tirohioideus.3

Gambar 2.7 Otot-otot Ekstrinsik.


Kelompok otot-otot depresor dipersarafi oleh ansa hipoglossi C2 dan C3 dan
penting untuk proses menelan (deglutisi) dan pembentukan suara (fonasi).
Muskulus konstriktor faringeus medius termasuk dalam kelompok ini dan melekat
pada linea oblikus kartilago tiroidea. Otot-otot ini penting pada proses deglutisi.3,4

2. Otot-otot intrinsik, menghubungkan kartilago satu dengan yang lainnya.


Berfungsi menggerakkan struktur yang ada di dalam laring terutama untuk
membentuk suara dan bernafas. Otot-otot pada kelompok ini berpasangan kecuali
m. interaritenoideus yang serabutnya berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot
ini dalam proses pembentukkan suara, proses menelan dan berbafas. Bila m.
interaritenoideus berkontraksi, maka otot ini akan bersatu di garis tengah sehingga
menyebabkan adduksi pita suara. Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik
adalah:
a. Otot-otot adduktor : Mm. Interaritenoideus transversal dan oblik - M.
Krikotiroideus - M. Krikotiroideus lateral - Berfungsi untuk menutup pita
suara
b. Otot-otot abduktor : M. Krikoaritenoideus posterior - Berfungsi untuk
membuka pita suara.
c. Otot-otot tensor : Tensor Internus( M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis) -
Tensor Eksternus (M. Krikotiroideus)- Mempunyai fungsi untuk
menegangkan pita suara. Pada orang tua, m. tensor internus kehilangan
sebagian tonusnya sehingga pita suara melengkung ke lateral
mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.3

Gambar 2.8 Otot-otot Intrinsik.


2.1.4 Inervasi
Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus Superior dan
Nn. Laringeus Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan.5
1. Nn. Laringeus Superior.
Meninggalkan N. vagus tepat di bawah ganglion nodosum, melengkung ke
depan dan medial di bawah A. karotis interna dan eksterna yang kemudian akan
bercabang dua, yaitu:
a. Cabang Interna ; bersifat sensoris, mempersarafi vallecula, epiglotis, sinus
pyriformis dan mukosa bagian dalam laring di atas pita suara sejati.
b. Cabang Eksterna ; bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid dan m.
Konstriktor inferior.
2. N. Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren).
Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus, mencapai laring tepat di
belakang artikulasio krikotiroidea. N. laringeus yang kiri mempunyai perjalanan
yang panjang dan dekat dengan Aorta sehingga mudah terganggu. Merupakan
cabang N. vagus setinggi bagian proksimal A. subklavia dan berjalan membelok
ke atas sepanjang lekukan antara trakea dan esofagus, selanjutnya akan mencapai
laring tepat di belakang artikulasio krikotiroidea dan memberikan persarafan :
a. Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan bagian atas trakea
b. Motoris, mempersarafi semua otot laring kecuali M. Krikotiroidea.5

Gambar 2.8 Inervasi Laring.


c.
2.1.5 Vaskularisasi

Laring mendapat perdarahan dari cabang A. Tiroidea Superior dan Inferior


sebagai A. Laringeus Superior dan Inferior. 3
Arteri Laringeus Superior Berjalan bersama ramus interna N. Laringeus
Superior menembus membrana tirohioid menuju ke bawah diantara dinding lateral
dan dasar sinus pyriformis.3
Arteri Laringeus Inferior Berjalan bersama N. Laringeus Inferior masuk ke
dalam laring melalui area Killian Jamieson yaitu celah yang berada di bawah M.
Konstriktor Faringeus Inferior, di dalam laring beranastomose dengan A.
Laringeus Superior dan memperdarahi otototot dan mukosa laring.3

Gambar 2.10 Sistem Arteri pada Laring.


Darah vena dialirkan melalui V. Laringeus Superior dan Inferior ke V.
Tiroidea Superior dan Inferior yang kemudian akan bermuara ke V. Jugularis
Interna.3
Gambar 2.11 Sistem Vena pada Laring.3

2.1.6 Sistem Limfatik

Laring mempunyai 3 (tiga) sistem penyaluran limfe, yaitu:4,5


1. Daerah bagian atas pita suara sejati, pembuluh limfe berkumpul membentuk
saluran yang menembus membrana tiroidea menuju kelenjar limfe cervical
superior profunda. Limfe ini juga menuju ke superior dan middle jugular node.
2. Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe trakea,
middle jugular node, dan inferior jugular node.
3. Bagian anterior laring berhubungan dengan kedua sistem tersebut dan sistem
limfe esofagus.
Sistem limfe ini penting sehubungan dengan metastase karsinoma laring dan
menentukan terapinya.
Gambar 2.12 Sistem Limfatik Laring.
2.1.7 anatomi dalam
Cavum laring dapat dibagi menjadi sebagai berikut:3,4
1. Supraglotis (vestibulum superior), yaitu ruangan diantara permukaan atas pita
suara palsu dan inlet laring.
2. Glotis (pars media), yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan
pita suara sejati serta membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni.
3. Infraglotis (pars inferior), yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi
bawah kartilago krikoidea.
Beberapa bagian penting dari dalam laring:4
 Aditus Laringeus
Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral
oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi atas m.
aritenoideus.
 Rima Vestibuli
Merupakan celah antara pita suara palsu.
 Rima glottis
Di depan merupakan celah antara pita suara sejati, di belakang antara prosesus
vokalis dan basis kartilago aritenoidea.
 Vallecula
Terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah, dibentuk
oleh plika glossoepiglotika medial dan lateral.
 Plika Ariepiglotika
Dibentuk oleh tepi atas ligamentum kuadringulare yang berjalan dari kartilago
epiglotika ke kartilago aritenoidea dan kartilago kornikulata.
 Sinus Pyriformis (Hipofaring)
Terletak antara plika ariepiglotika dan permukaan dalam kartilago tiroidea.
 Incisura Interaritenoidea
Suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum kornikulatum kanan dan kiri.
 Vestibulum Laring
Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis, membrana kuadringularis, kartilago
aritenoid, permukaan atas proc. vokalis kartilago aritenoidea dan
m.interaritenoidea.
 Plika Ventrikularis (pita suara palsu)
Yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-sama dengan kartilago
aritenoidea untuk menutup glottis dalam keadaan terpaksa, merupakan dua lipatan
tebal dari selaput lendir dengan jaringan ikat tipis di tengahnya.
 Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus)
Yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati. Dekat ujung anterior dari
ventrikel terdapat suatu divertikulum yang meluas ke atas diantara pita suara palsu
dan permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel berlapis semu bersilia
dengan beberapa kelenjar seromukosa yang fungsinya untuk melicinkan pita suara
sejati, disebut appendiks atau sakulus ventrikel laring.
 Plika Vokalis (pita suara sejati)
Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian dibentuk oleh
ligamentum vokalis dan celahnya disebut intermembranous portion, dan dua per
lima belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan
disebut intercartilagenous portion.

2.2 Fisiologi Laring


Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi
disamping beberapa fungsi lainnya seperti sirkulasi, fiksasi, menelan, batuk,
ekspektorasi, dan emosi.6
1. Fungsi fonasi
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi
antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan
udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi
seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada
dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik
laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk
dan massa ujungujung bebas dan tegangan pita suara sejati.6
2. Fungsi proteksi
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-
otot yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan,
pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada
pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid
melalui serabut afferen N. Laringeus Superior. Sebagai jawabannya, sfingter dan
epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah
proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke
lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.4
3. Fungsi respirasi
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar
rongga dada dan M. Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga
kontraksinya menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh
tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan
menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan
merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi laring
mengakibatkan pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2
arterial dan hiperventilasi akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial
CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita suara.4,6
4. Fungsi sirkulasi
Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian
tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding
laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti
jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring. Reseptor
dari reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui
N. Laringeus Rekurens dan Ramus Komunikans N. Laringeus Superior. Bila
serabut ini terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi penurunan denyut
jantung.5
5. Fungsi fiksasi
Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi,
misalnya batuk, bersin dan mengedan.6
6. Fungsi menelan
Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat
berlangsungnya proses menelan, yaitu: Pada waktu menelan faring bagian bawah
(M. Konstriktor Faringeus Superior, M. Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus)
mengalami kontraksi sepanjang kartilago krikoidea dan kartilago tiroidea, serta
menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke
bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal. Laring menutup untuk mencegah
makanan atau minuman masuk ke saluran pernafasan dengan jalan
menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis. Epiglotis menjadi
lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus, sehingga
makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan maduk ke
sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus.6
7. Fungsi batuk
Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak
menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi
benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada
mukosa laring.5
8. Fungsi ekspektorasi
Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut.6
9. Fungsi emosi
Perubahan emosi dapat meneybabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada
waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan.4

2.3 Pemeriksaan Fisik Laring

Anda mungkin juga menyukai