Anda di halaman 1dari 95

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA PADA TN W. DENGAN ASMA DI DESA PEBUAHAN


BALI 2021

Disusun Oleh :
Norma Inayatulloh

(2020.04.031)

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners

Oleh:

Norma Inayatulloh

NIM : 2020.04.031

Telah di periksa dan di setujui pada :

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

Norma Inayatulloh

NIM : 202004031

Mengetahui,

Pembimbing Institusi,

Ns. Fajri Rahmawan, S.Kep.M.Kep

NIK.
BAB 1

KONSEP TEORI KELUARGA

A. Definisi
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Friedman et al., 2014).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010).
Menurut Duvall dalam Harmoko (2012) konsep keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari
tiap anggota. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam
masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas
kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara
individu dan masyarakat (Harmoko, 2012).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan
sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi
dan tinggal dalam satu rumah.

B. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman et al., (2014) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:
1. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan
psikologis anggota keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak
sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada
anggota keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi
dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat
4. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik - makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan (Friedman et al., 2014).
Berdasarkan UU No.10 tahun 1992 PP No.21 tahun 1994 tertulis
fungsi keluarga dalam delapan bentuk yaitu:
1. Fungsi Keagamaan
a) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup
seluruh anggota keluarga.
b) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada
seluruh anggota keluarga.
c) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam
pengamalan dari ajaran agama.
d) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang
keagamaan yang kurang diperolehnya diseko lah atau masyarakat.
e) Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama
sebagai pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
2. Fungsi Budaya
a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan
norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin
dipertahankan
b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring
norma dan budaya asing yang tidak sesuai.
c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya
mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi
dunia.
d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat
berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa
Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.
e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan
budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma
keluarga kecil bahagia sejahtera.
3. Fungsi Cinta Kasih
a) Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar

anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan

terus-menerus.

b) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara

kuantitatif dan kualitatif.

c) Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi

dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.

d) Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu

memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal

menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

4. Fungsi Perlindungan
a) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak
aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai
bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.
c) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai
modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
5. Fungsi Reproduksi
a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi
sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.
b) Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga
dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.
c) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan
dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak
yang diinginkan dalam keluarga.
d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang
kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
6. Fungsi Sosialisasi
a) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga
sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama.
b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga
sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai
konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan seko
lah maupun masyarakat.
c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang
diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan
mental), yang kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga
sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang
tua, dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
7. Fungsi Ekonomi
a) Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan

keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan

kehidupan keluarga.

b) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan

dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.

c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan

perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras

dan seimbang.

d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk


mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
8. Fungsi Pelestarian Lingkungan
a) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan internal
keluarga.
b) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan eksternal
keluarga.
c) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang
serasi, selaras dan seimbang dan antara lingkungan keluarga dengan
lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.
d) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup
sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
(UU No.10 tahun 1992 PP No.21 tahun 1994, dalam Setiadi 2008).

C. Tipe dan bentuk keluarga


Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :
1. Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu
rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu/ keduanya dapat bekerja di laur rumah.
2. Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.
3. Reconstitud Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya,
baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.
Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
4. Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena sekolah/
perkawinan/meniti karier.
5. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/slah
satu bekerja di rumah.
6. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
7. Dual Carier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8. Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
10. Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11. Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.
12. Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-
anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak.
14. Unmarried parent and child
Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi.
15. Cohibing Cauple
Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan
(Harmoko, 2012)
D. Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman et al., (2014) digambarkan sebagai
berikut:
1. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki
kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan
secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik.
Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan
valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila
tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan
selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi
pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental
ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar,
diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang
atau tidak valid.
a) Karakteristik pemberi pesan:
Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat, Apa yang disampaikan
jelas dan berkualitas, dan Selalu menerima dan meminta timbal balik.

b) Karakteristik pendengar
Siap mendengarkan, Memberikan umpan balik, dan Melakukan validasi

2. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal
atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal
status sebagai istri/suami.
3. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak
(legimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper power), hadiah
(reward power), paksa (coercive power), dan efektif power.
4. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak
dapat mempersatukan anggota keluarga.
b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Harmoko,
2012)

E. Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk
keluarga baru. Suami istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu
mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan
penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan
menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina
hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-
masing. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur,
bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah
kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak
yang diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama
b. Menetapkan tujuan bersama
c. Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok sosial;
d. Merencanakan anak (KB)
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.
2. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia
30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh
pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga,
sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah
pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju
pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas
perkembangan pada masa ini antara lain:
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Membagi peran dan tanggung jawab
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangan
d. Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
g. Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi
terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam
meningatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat
sibuk dan anak sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus
mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak,
suami/istri, dan ekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi.
Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan
langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antara suami istri. Orang tua
mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak,
khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini
tercapai.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi
d. Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap paling
repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga
mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehngga keluarga sangat
sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas
dan minat sendiri demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas
berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama untuk
mencapai tugas perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu
belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk
bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar
b) Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
c) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya
intelektual
d) Menyediakan aktifitas untuk anak
e) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.
5. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
6. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching
center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau
jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga
untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri.
Keluarga empersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga
sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua
anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina
hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa
kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena anak-
anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini
orang tua perlu melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai
pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
d. Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
f. Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
7. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap
ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk
mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah:
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah
minat sosial dan waktu santai
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
d. Keakraban dengan pasangan
e. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
f. Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan
keakraban pasangan.
8. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia
lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena
berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.
Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai
hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya
produktifitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan
yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia
lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada
tinggal bersama anaknnya.
Tugas perkembangan tahap ini adalah :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review
f. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian
(Harmoko, 2012).

F. Struktur Peran Keluarga


Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang
secara ralatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seseorang
yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada
pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus
dilakukan oleh individu di dalam situasi tertentu agar memenuhi harapan diri
atau orang lain terhadap mereka. Posisi atau status didefinisikan sebagi letak
seseorang dalam suatu sistem sosial.
Menurut Friedman et al., (2014) peran keluarga dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu:
1. Peran Formal Keluarga
Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam struktur
peran keluarga (ayah-suami,dll). Yang terkait dengan masing – masing
posisi keluarga formal adalah peran terkait atau sekelompok perilaku yang
kurang lebih homogen. Keluarga membagi peran kepada anggota
keluarganya dengan cara yang serupa dengan cara masyarakat membagi
perannya: berdasarkan pada seberapa pentingnya performa peran terhadap
berfungsinya sistem tersebut. Beberapa peran membutuhkan ketrampilan
atau kemempuan khusus: peran yang lain kurang kompleks dan dapat
diberikan kepada mereka yang kuarang terampil atau jumlah kekuasaanya
paling sedikit.
2. Peran Informal Keluarga
Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak pada
permukaannya, dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional anggota
keluarga dan/atau memelihara keseimbangan keluarga. Keberadaan peran
informal diperlukan untuk memenuhi kebutuhan integrasi dan adaptasi dari
kelompok keluarga.

G. Proses Dan Strategi Koping Keluarga


Menurut Friedman et al., (2014) Proses dan strategi koping keluarga
berfungsi sebagi proses atau mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi
keluarga. Tanpa koping keluarga yang efektif, fungsi afektif, sosialisasi,
ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak dapat dicapai secara adekuat. Oleh
karena itu, proses dan strategi koping keluarga mengandung proses yang
mendasari yang menungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi keluarga yang
diperlukan.
KONSEP TEORI ASMA

A. Definisi
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang
mengakibatkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara (Wahid &
Suprapto, 2015). Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif
intermitten, bersifat reversibel dimana trakea dan bronchi berespon secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu serta mengalami peradangan atau
inflamasi (Padila, 2013).
Menurut Kelly & Sorkness (2011) Asma merupakan penyakit
obstruksi jalan nafas, yang reversible dan kronis, dengan karakteristik adanya
mengi. Asma disebabkan oleh spasma saluran bronkial atau pembengkakan
mukosa setelah terpajam berbagai stimulus. Prevelensi, morbiditas dan
martalitas asma meningkat akibat dari peningkatan polusi udara.
Jadi asma atau reactive air way disease (RAD) adalah penyakit
obstruksi pada jalan napas yang bersifat reversible kronis yang ditandai
dengan bronchopasme dengan karakteristik adanya mengi dimana trakea dan
bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu serta mengalami
peradangan atau inflamasi.

B. Anatomi Dan Fisiologi Saluran Napas


Gambar Anatomi Saluran Pernafasan (Waugh & Grant, 2011)

Menurut Andarmoyo (2012) Anatomi Fisiologi Pernafasan dibagi atas


beberapa bagian, antara lain:
1. Hidung = Naso = Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
yang disebut kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut
septum nasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi untuk
menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk didalam lubang hidung.
Fungsi hidung, terdiri dari:
a) Sebagai saluran pernafasan
b) Sebagai penyaring udara yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
c) Menghangatkan udara pernafasan melalui mukosa
d) Membunuh kuman yang masuk melalui leukosit yang ada dalam selaput
lendir mukosa hidung.
2. Tekak = Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan
makanan. Terdapat di bawah dasar tulang tengkorak, dibelakang rongga
hidung dan mulut sebelah dalam ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ-organ lain; ke atas berhubungan
dengan rongga hidung, ke depan berhubungan dengan rongga mulut, ke
bawah depan berhubungan dengan laring, dan ke bawah belakang
berhubungan dengan esophagus.
Rongga tekak dibagi dalam tiga bagian, antara lain:
a) Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
b) Bagian tengah yang sama tingginya dengan itsmus fausium disebut
dengan orofaring
c) Bagian bawah sekali dinamakan laringofarin mengelilingi mulut,
esofagus, dan laring yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik
selanjutnya
3. Pangkal Tenggorokan (Faring)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara. Laring (kotak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Pada
tenggorokan ini ada epiglotis yaitu katup kartilago tiroid. Saat menelan.
epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah
masuknya makanan dan cairan.
4. Batang Tenggorokan (Trakea)
Trakea (pipa udara) adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12
cm dan diameter 2,5 cm serta terletak diatas permukaan anterior esofagus
yang memisahkan trakhea menjadi bronkhus kiri dan kanan. Trakea
dilapisi epitelium fespiratorik (kolumnar bertingkat dan bersilia) yang
mengandung banyak sel goblet. Sel-sel bersilia ini berfungsi untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara
saat bernafas.
5. Cabang Tenggorokan (Bronkhus)
Merupakan kelanjutan dari trakhea, yang terdiri dari dua bagian
bronkhus kana dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih pendek, lebih
tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer sehingga
memungkinkan objek asing yang masuk ke dalam trakea akan ditempatkan
dalam bronkus kanan. Sedangkan bronkus kiri lebih panjang dan lebih
ramping, bronkus bercabang lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
lagi yang disebut bronkhiolus (bronkhioli).
6. Paru-paru
Paru-paru merupan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli).
Pembagian paru-paru adalah sebagai berikut:
a) Paru kanan: terdiri dari 3 lobus; lobus pulmo dekstra superior, lobus
media dan lobus inferior. Masing-masing lobus ini masih terbagi lagi
menjadi belahan-belahan kecil yang disebut segmen. Paru-paru kanan
memiliki 10 segment; 5 buah pada lobus superior, 2 buah pada lobus
medialis, dan 3 buah pada lobus inferior.
b) Paru kiri: terdiri atas 2 lobus; lobus pulmo sinistra superior, dan lobus
inferior. Paru-paru kiri memiliki 10 segmen; 5 buah pada lobus
superior, dan 5 buah pada lobus inferior.

C. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2013) dalam bukunya dijelaskan klasifikasi
asma berdasarkan etiologi adalah sebagai berikut:
a) Asma ekstrinsik/alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari bulu halus,
binatang, dan debu.
b) Asma instrinsik/idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi
adanya faktor-faktor non spesifik seperti: flu, latihan fisik atau emosi
sering memicu serangan asma. Asma ini sering muncul/timbul sesudah
usia 40 tahun setelah menderita infeksi sinus/cabang tracheobronkial.
c) Asma campuran
Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan
intrinsik.
Menurut Somantri (2012) sampai saat ini etiologi asma belum
diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penderita asma
adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka
terhadap rangsangan imunologi ataupun non-imunologi. Oleh karena sifat
inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan baik fisik,
metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma perlu
mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau pencetus
yang dapat menimbulkan asma. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari
rerumputan.
2. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan.
3. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus.
4. Perubahan cuaca yang ekstrem.
5. Kegiatan jasmani yang berlebih.
6. Lingkungan kerja.
7. Obat-obatan.
8. Emosi.
9. Lain-lain, seperti refluks gastroesofagus.

D. Faktor Pencetus
Menuurut Muttaqin (2012) faktor yang dapat menimbulkan serangan
asma adalah sebagai berikut:
1. Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila dihisap atau dimakan
dapat menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, tengau debu
rumah (Dhermatophagoides pteronissynus), spora jamur kucing, bulu
binatang, beberapa makanan laut, dan sebagainnya.
2. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan terutama disebabkan oleh virus. Virus
influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering
menimbulkan asma bronkhial. Diperkirakan dua pertiga penderita asma
dewasa serangan asma ditimbulkan oleh infeksi saluran pernafasan.
3. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma, karena
banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita
asma bronkhial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama
pada orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini telah menonjol pada
wanita dan anak-anak
4. Olahraga/kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asma bronkhial akan mendapatkan serangan
asma bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari
cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan yang mudah menimbulkan
serangan asma serangan asma karena kegiatan jasmani (exercise induced
asma-EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup berat
dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.
5. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkial sensitif atau alergi terhadap
obat tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker. Kodein, dan
sebagainya.
6. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap
pabrik/kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran
dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
7. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien dengan asma bronkhial.

E. Tanda dan Gejala


Asma bukan suatu penyakit spesifik tetapi merupakan sindrom yang
dihasilkan mekanisme multiple yang akhirnya menghasilkan kompleks gejala
klinis termasuk obstruksi jalan nafas reversible. Ciri-ciri yang sangat penting
dari sindrom ini, diantaranya dispnea, suara mengi, obstruksi jalan nafas
reversible terhadap bronkodilator, bronkus yang hiperresponsitif terhadap
berbagai stimulasi baik yang spesifik maupun yang nonspesifik, dan
peradangan saluran pernafasan. Semua ciri-ciri tadi tidak harus terdapat
bersamaan. Serangan asma ditandai dengan batuk, mengi, serta sesak nafas.
Gejala yang sering terlihat jelas adalah penggunaan otot nafas tambahan, dan
timbulnya pulsus paradoksus (Djojodibroto, 2016).

F. Patofisiologi
Patofisiologi dari asma yaitu adanya faktor pencetus seperti debu, asap
rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Benda-benda
tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali oleh sistem di tubuh penderita
sehingga dianggap sebagai benda asing (antigen). Anggapan itu kemudian
memicu dikeluarkannya antibody yang berperan sebagai respon reaksi
hipersensitif seperti neutropil, basophil, dan immunoglobulin E. Masuknya
antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen akan menimbulkan reaksi
antigen-antibodi yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembok dan
kunci).
Ikatan antigen dan antibody akan merangsang peningkatan
pengeluaran mediator kimiawi seperti histamine, neutrophil chemotactic
show acting, epinefrin, norepinefrin, dan prostagandin. Peningkatan mediator
kimia tersebut akan merangsang peningkatan permiabilitas kapiler,
pembengkakan pada mukosa saluran pernafasan (terutama bronkus).
Pembengkakan yang hampir merata pada semua bagian pada semua bagian
bronkus akan menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokontrikis) dan
sesak nafas.
Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar yang
masuk saat inspirasi sehingga menurunkan oksigen yang dari darah. Kondisi
ini akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga penderita pucat
dan lemah. Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekres
mucus dan meningkatkan pergerakan sillia pada mukosa. Penderita jadi
sering batuk dengan produksi mucus yang cukup banyak (Astuti, 2010).

G. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksaan asma bronkial menurut Somantri (2012) adalah
sebagai berikut:
1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
a. Saatnya serangan
b. Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)
2. Pemberian obat bronkodilator.
3. Penilaian terhadap perbaikan serangan.
4. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid.
5. Penatalaksanaan setelah serangan mereda
a. Cari faktor penyebab
b. Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya.
6. Penatalaksanaan dirumah
a. Mengupayakan aktivitas normal termasuk melakukan olahraga.
b. Menghindari efek samping obat.

H. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit asma meliputi:
1. Status asmatik
2. Gagal nafas (respiratory failure) (Kowalak et al., 2012)
3. Pneumothorax
4. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis
5. Atelektasis
6. Aspirasi
7. Sumbatan saluran nafas yang meluas/gagal nafas
8. Asidosis (Wijaya & Putri, 2013)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ASMA

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan keluarga menurut (Friedman, 2010).:
1. Umur
Peningkatan prevalensi asma seiring bertambahnya usia dimana
umur <1 tahun prevalensinya sebesar 1,1% dan umur 75+ prevalensinya
sebesar 12,4% akan tetapi peningkatan prevalensi asma pada umur 75+
sebesar 12,4% ini bisa saja bukan murni penyakit asma. Untuk
mengidentifikasi atau mendiagnosa asma pada orang tua bisa saja menjadi
sulit karena gejala asma hampir sama dengan gejala penyempitan saluran
nafas pad PPOK berupa sesak dan batuk sementara berdasarkan Riskesdas
2013 terlihat bahwa umur 25-34 tahun mempunyai prevalensi asma
tertinggi yaitu sebesar 5,7% dan umur <1 tahun memilki prevalensi asma
terendah sebesar 1,5% (InfoDatin Asma).
2. Jenis kelamin
Penderita asma cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki
karena merokok dan didalam penelitian tidak ada hubungan yang
bermakna/jelas, asma bisa menyerang siapapun (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013)
3. Status sosial ekonomi keluarga
Berdasarkan status ekonomi diketahui terdapat hubungan bermakna
antara status ekonomi dan penyakit asma. Status ekonomi rendah
kemungkinan mendapat penyakit asma 1,1 dibanding dengan status
ekonomi tinggi.
Secara sosioekonomis, asma lebih sering ditemukan pada anggota
keluarga dengan pendapatan rendah. Telah dibuat hipotesis bahwa
keluarga yang berada pada atau dibawah garis kemiskinan lebih sering
tinggal pada perumahan yang tidak layak dan memiliki paparan yang lebih
tinggi terhadap alergen terkait pestisida dan pencetus asma.
4. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Apakah ada keluarga yang terkena penyakit asma atau tidak, jika
ada yang terkena maka penyakit asma dapat diturunkan ke anggota
keluarga yang lain.
5. Karakteristik rumah dan denah rumah
Pada penyakit asma lingkungan sangat memungkinkan seperti
penuh debu, kotor dan asap. Jendela, kucing, sapi
6. Stres dan koping keluarga
Keadaan jiwa dan fisik seseorang terdapat hubungan yang erat dan
saling mempengaruhi. Stres terbukti telah membawa kerugian bagi setiap
penderitanya, misalnya, pada penderita asma (Indriana, 2014).
7. Keadaan gizi
Menurut Prasetyo (2010), menjaga kesehatan merupakan usaha
yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita
lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit asma beserta
komplikasinya. Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan
makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istrahat yang cukup,
rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum
kecuali bila dilarang dokter. Banyak minum akan mengencerkan dahak
yang ada disaluran pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan.
Sebaliknya, bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat
kental dan sukar dikeluarkan. Pada serangan penyakit asma berat banyak
penderita yang kekurangan cairan. Hal ini desebabkan oleh pengeluaran
keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang
berlebihan dari saluran napas akibat bernapas.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Anggota keluarga menetapkan tujuan untuk meningkatkan gaya hidup
sehat
b. Anggota keluarga menetapkan sasaran untuk meningkatkan kesehatan
Objektif:
(tidak tersedia)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Anggota keluarga mengidentifikasi pengalaman yang
mengoptimalkan kesejahteraan
b. Anggota keluarga berupaya menjelaskan dampak krisis terhadap
perkembangan
c. Anggota keluarga mengungkapkan minat dalam membuat kontak
dengan orang lain yang mengalami situasi yang sama
Objektif:
(tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait
a. Kelainan genetik (mis. Sindrom down, fibrosis kistik)
b. Cedera traumatic (mis. Amputasi, cedera spinal)
c. Kondisi kronis (mis. Asma, AIDS, penyakit alzhaimer)

2. Ketidakmampuan Koping Keluarga


Penyebab:
a. Hubungan keluarga ambivalen
b. Pola koping yang berbeda diantara klien dan orang terdekat
c. Resistensi keluarga terhadap perawatan/pengobatan yang kompleks
d. Ketidakmampuan orang terdekat mengungkapkan perasaan
Gejala dan tanda Mayor
Subjektif:
a. Merasa diabaikan
Objektif:
a. Tidak memenuhi kebutuhan anggota keluarga
b. Tidak toleran
c. Mengabaikan anggota keluarga
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Terlalu khawatir dengan anggota keluarga
b. Merasa tertekan (depresi)
Objektif:
a. Perilaku menyerang (agresi)
b. Perilaku menghasut (agitasi)
c. Tidak berkomitmen
d. Menunjukkan gejala psikosomatis
e. Perilaku menolak
f. Perawatan yang mengabaikan kebutuhan dasar klien
g. Mengabaikan perawatan/pengobatan anggota keluarga
h. Perilaku bermusuhan
i. Perilaku individualistik
j. Upaya membangun hidup bermakna terganggu
k. Perilaku sehat terganggu
l. Ketergantungan anggota keluarga meningkat
m. Realistis kesehatan anggota keluarga terganggu
Kondisi Klinis Terkait:
a. Penyakit Alzheimer
b. AIDS
c. Kelainan yang menyebabkan paralisis permanen
d. Kanker
e. Penyekit kronis (mis. Kanker, arthritis rheumatoid)
f. Penyalahgunaan zat
g. Krisis keluarga
h. Konflik keluarga yang belum terselesaikan

3. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko


Penyebab:
a. Kurang terpapar informasi
b. Ketidakadekuatan dukungan sosial
c. Self efficacy yang rendah
d. Status sosio-ekonomi rendah
e. Stressor berlebihan
f. Sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan
g. Pemilihan gaya hidup tidak sehat (mis. Merokok, konsumsi alkohol
berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
a. Menunjukkan penolakan terhadap perubahan status kesehatan
b. Gagal melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan
c. Menunjukkan upaya peningkatan status kesehatan yang minimal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
a. Gagal mencapai pengendalian yang optimal
Kondisi Klinis Terkait:
a. Kondisi baru terdiagnosis penyakit
b. Kondisi perubahan gaya hidup baru akibat penyakit
c. Tumor otak
d. Penyalahgunaan zat
e. Gangguan kepribadian dan psikotik
f. Depresi/psikosis pasca persalinan

4. Penurunan Koping Keluarga


Penyebab:
a. Situasi penyerta yang mempengaruhi orang terdekat
b. Krisis perkembangan yang dihadapi orang terdekat
c. Kelelahan orang terdekat dalam memberikan dukungan
d. Disorganisasi keluarga
e. Perubahan peran keluarga
f. Tidak tersedianya informasi bagi orang terdekat
g. Kurangnya saling mendukung
h. Tidak cukupnya dukungan yang diberikan klien pada orang terdekat
i. Orang terdekat kurang terpapar informasi
j. Salahnya/tidak pahamnya informasi yang didapatkan orang terdekat
k. Orang terdekat terlalu fokus pada kondisi di luar keluarga
l. Penyakit kronis yang menghabiskan kemampuan dukungan orang
terdekat
m. Krisis situasional yang dialami orang terdekat
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Klien mengeluh/khawatir tentang respon orang terdekat pada masalah
kesehatan
Objektif:
a. Orang terdekat menarik diri dari klien
b. Terbatasnya komunikasi orang terdekat dengan klien
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Orang terdekat menyatakan kurang terpapar informasi tentang upaya
mengatasi masalah klien
Objektif:
a. Bantuan yang dilakukan orang terdekat menunjukkan hasil yang tidak
memuaskan
b. Orang terdekat berperilaku protektif yang tidak sesuai dengan
kemampuan/kemandirian klien
Kondisi Klinisi Terkait:
a. Penyakit Alzheimer
b. AIDS
c. Kelainan yang menyebabkan paralisis permanen
d. Kanker
e. Penyekit kronis (mis. Kanker, arthritis rheumatoid)
f. Penyalahgunaan zat
g. Krisis keluarga
h. Konflik keluarga yang belum terselesaikan
5. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif
Penyebab:
a. Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan
b. Kompleksitas program perawatan/pengobatan
c. Konflik pengambilan keputusan
d. Kesulitan ekonomi
e. Banyak tuntutan
f. Konflik keluarga
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang diderita
b. Mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan
Objektif:
a. Gejala penyakit anggota keluarga semakin memberat
b. Aktivitas keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan tidak tepat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
a. Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko
Kondisi Klinis Terkait:
a. PPOK
b. Sklerosis multiple
c. Arthritis rheumatoid
d. Nyeri kronis
e. Penyalahgunaan zat
f. Gagal ginjal/hati tahap terminal

6. Gangguan Proses Keluarga


Penyebab:
a. Perubahan status kesehatan anggota keluarga
b. Perubahan finansial keluarga
c. Perubahan status sosial keluarga
d. Perubahan interaksi dengan masyarakat
e. Krisis perkembangan
f. Transisi perkembangan
g. Peralihan pengambil keputusan dalam keluarga
h. Perubahan peran keluarga
i. Krisis situasional
j. Transisi situasional
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
a. Keluarga tidak mampu beradaptasi terhadap situasi
b. Tidak mampu berkomunikasi secara terbuka diantara anggota
keluarga
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Keluarga tidak mampu mengungkapkan perasaan secara leluasa
Objektif:
a. Keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik/emosional/spiritual
anggota keluarga
b. Keluarga tidak mampu mencari atau menerima bantuan secara tepat
Kondisi Klinis Terkait:
a. Hospitalisasi
b. Kondisi penyakit kronis
c. Prosedur pembedahan
d. Cedera traumatis
e. Penyalahgunaan zat
f. Penyakit Alzheimer
g. Kehamilan

7. Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua


Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan peran menjadi orang
tua
Objektif:
a. Tampak adanya dukungan emosi dan pengertian pada anak atau
anggota keluarga
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Anak atau anggota keluarga lainnya mengekspresikan kepuasan
dengan lingkungan rumah
b. Anak atau anggota keluarga mengungkapkan harapan yang realistis
Objektif:
a. Kebutuhan fisik dan emosi anak/anggota keluarga terpenuhi
Kondisi Klinis Terkait:
Perilaku upaya peningkatan kesehatan

8. Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga


Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan dinamika keluarga
Objektif:
a. Menunjukkan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik,
sosial, dan psikologis anggota keluarga
b. Menunjukkan aktifitas untuk mendukung keselamatan dan
pertumbuhan anggota keluarga
c. Peran keluarga fleksibel dan tepat dengan tahap perkembangan
d. Terlihat adanya respek dengan anggota keluarga
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
(Tidak tersedia)
Objektif
a. Keluarga menunjukkan minta melakukan aktivitas hidup sehari-hari
yang positif
b. Terlihat adanya kemampuan keluarga untuk pulih dari kondisi sulit
c. Tampak keseimbangan antara otonomi dan kebersamaan
d. Batasan-batasan anggota keluarga dipertahankan
e. Hubungan dengan masyarakat terjalin positif
f. Keluarga beradaptasi dengan perubahan
Kondisi Klinis Terkait:
a. Kondisi kesehatan kronis (mis. Asma, diabetes melitus, lupus
sistemik, sklerosis multipel, AIDS)
b. Gangguan jiwa (mis. Gangguan afektif, gangguan perhatian, sindrom
down)

9. Ketegangan Peran Pemberi Asuhan


Penyebab:
a. Beratnya penyakit penerima asuhan
b. Kronisanya penyakit penerima asuhan
c. Pemberi asuhan kurang mendapatkan waktu istirahat dan rekreasi
d. Persaingan komitmen peran pemberi asuhan
e. Ketidakadekuatan lingkungan fisik dalam pemberian asuhan
f. Keluarga atau pemberi asuhan jauh dari kerabat lain
g. Kompleksitas dan jumlah aktifitas pemberi asuhan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Khawatir klien akan kembali dirawat di rumah sakit
b. Khawatir tentang kelanjutan perawatan klien
c. Khawatir tentang ketidakmampuan pemberi asuhan dalam merawat
klien
Objektif:
(tidak tersedia)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
a. Sulit melakukan dan/atau menyelesaikan tugas merawat klien
Kondisi Klinis Terkait:
a. Kondisi kronis (mis. Cedera kepala berat, cedera medula spinalis,
keterlambatan perkembangan)
b. Kondisi kelemahan progresif Alzheimer, PPOK tahap terminal, gagal
ginjal, dialysis ginjal)
c. Penyalahgunaan zat
d. Kondisi akhir hayat (menjelang ajal)
e. Kondisi psikiatrik (mis. Gangguan kepribadian, skizofrenia)

10. Penampilan Peran Tidak Efektif


Penyebab:
a. Harapan peran tidak realistis
b. Hambatan fisik
c. Harga diri rendah
d. Perubahan citra tubuh
e. Ketidakadekuatan sistem pendukung (support system)
f. Stres
g. Perubahan peran
h. Faktor ekonomi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Merasa bingung menjalankan peran
b. Merasa harapan tidak terpenuhi
c. Merasa tidak puas dalam menjalankan peran
Objektif:
a. Konflik peran
b. Adaptasi tidak adekuat
c. Strategi koping tidak efektif
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Merasa cemas
Objektif:
a. Depresi
b. Dukungan sosial kurang
c. Kurang bertanggungjawab menjalankan peran
Kondisi klinis Terkait:
a. Penyakit keganasan organ reproduksi
b. Kondisi kronis
c. Pembedahan mayor
d. Penyalahgunaan zat
e. Cedera medulla spinalis
f. Sindrom keletihan kronis
g. Depresi mayor

11. Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua


Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
(Tidak tersedia)

Objektif:
a. Bounding attacment optimal
b. Perilaku positif menjadi orang tua
c. Saling berinteraksi dalam merawat bayi
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Mengungkapkan kepuasan dengan bayi
Objektif:
a. Melakukan stimulasi visual, taktif atau pendengaran terhadap bayi
Kondisi Klinis Terkait:
a. Status kesehatan ibu
b. Status kesehatan bayi
12. Risiko Gangguan Perlekatan
Faktor risiko:
a. Kekhawatiran menjalankan peran sebagai orang tua
b. Perpisahan antara ibu dan anak/ bayi akibat hospitalisasi
c. Penghalang fisik (mis. Inkubator, baby warmer)
d. Ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan anak/ bayi
e. Perawatn dalam ruang isolasi
f. Prematuritas
g. Penyalahgunaan zat
h. Konflik hubungan antara orang tua dan anak
i. Perilaku bayi tidak terkoordinasi
Kondisi Klinis Terkait:
a. Hospitalisasi
b. Prematuritas
c. Penyakit kronis pada orang tua atau anak
d. Retardasi mental
e. Komplikasi maternal
f. Sakit selama periode hamil dan melahirkan
g. Post partum blues

13. Risiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif


Faktor Risiko:
a. Kekerasan dalam rumah tangga
b. Kehamilan tidak diinginkan/ direncanakan
c. Kurang terpapar informasi tentang persalinan/ pengasuhan
d. Ketidak berdayaan maternal
e. Distres psikologis
f. Penyalahgunaan obat
g. Ketidakadekuatan manajemen ketidaknyamanan selama persalinan
h. Akses layanan kesehatan sulit dijangkau
i. Kurangnya minat/ proaktif dalam proses persalinan
j. Ketidaksesuain kondisi bayi dengan harapan
k. Ketidaknyaman lingkungan untuk bayi
Kondisi Klinis Terkait:
a. Gangguan pertumbuhan janin
b. Gangguan kesehatan fisik dan psikologis ibu

(PPNI,2018a)
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi
Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Diagnosi Kesiapan Peningkatan Status koping keluarga a. Fungsi keluarga (L. a. Dukungan koping a. Dukungan
s Koping Keluarga (D.0090) (L. 09088) (Hal. 116) 13114) (Hal. 26) keluarga (I. 09260) pengambilan
(1) (Hal. 199) b. Ketahanan keluarga (Hal. 28) keputusan (I.
Kategori Psikologis
(L. 09074) (Hal. 45) b. Pelibatan keluarga (I. 09265) (Hal. 34)
Sub Integritas Ego
c. Tingkat ansietas (L. 14525) (Hal. 237) b. Dukungan
kategori
09093) (Hal. 132) c. Promosi koping (I. keluarga
09312) ( Hal. 375) merencanakan
perawatan (I.
13477) (Hal. 26)
c. Koordinasi diskusi
keluarga (I. 12482)
(Hal. 140)
d. Promosi keutuhan
keluarga (I. 13490)
(Hal. 372)
Definisi Pola adaptasi anggota Perilaku anggota keluarga a. Kemampuan a. Memfasilitasi a. Memberikan
keluarga dalam mengatasi dalam mendukung, keluarga memenuhi peningkatan nilai- informasi dan
situasi yang dialami klien memberi rasa nyaman, kebutuhan anggota nilai, minat dan dukungan saat
secara efektif dan membantu dan keluarga selama tujuan dalam pembuatan
menunjukkan keinginan memotivasi anggota proses perkembangan keluarga keputusan
serta kesiapan untuk keluarga lain yang sakit b. Kapasitas keluarga b. Memfasilitasi kesehatan
meningkatkan kesehatan terhadap kemampuan untuk beradaptasi partisipasi anggota b. Memfasilitasi
keluarga dan klien beradaptasi, mengelola dan berfungsi secara keluarga dalam perencanaan
dan mengatasi masalah positif setelah perawatan emosional penatalaksanaan
kesehatan mengalami kesulitan dan fisik perawatan
atau krisis c. Meningkatkan upaya kesehatan keluarga
c. Kondisi emosi dan kognitif dan perilaku c. Menyeimbangkan
pengalaman subyek untuk menilai dan kegiatan keluarga
terhadap subyek merespon stressor untuk mencapai
yang tidak jelas dan dan/atau kemampuan tujuan bersama
spesifik akibat menggunakan anggota keluarga
antisipasi bahaya sumber-sumber yang d. Meningkatkan
yang memungkinkan ada pengetahuan dan
individu melakukan kemampuan pasien
tindakan untuk untuk menjaga dan
menghadapi ancaman meningkatkan
kerekatan dan
keutuhan keluarga
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Perasaan diabaikan a. Pemenuhan - Identifikasi - Identifikasi
a. Anggota keluarga b. Kekhawatiran tentang kebutuhan anggota kesesuaian antara pemahaman
menetapkan tujuan untuk anggota keluarga keluarga harapan pasien, keluarga terhadap
meningkatkan gaya c. Perilakau b. Anggota keluarga keluarga, dan masalah
hidup sehat mengabaikan anggota saling mendukung tenaga kesehatan - Identifikasi
b. Anggota keluarga keluarga c. Anggota keluarga - Idenfikasi respons mekanisme
menetapkan sasaran d. Kemampuan menjalankan peran emosionalterhadap koping keluarga
untuk meningkatkan memenuhi kebutuhan yang diharapkan kondisi saat ini b. Terapeutik
kesehatan anggota keluarga d. Adaptasi terhadap b. Terapeutik - Fasilitasi
Objektif: e. Komitmen pada masalah - Dengarkan kunjungan
(tidak tersedia) perawatan/pengobatan Ekspektasi: meningkat masalah, keluarga
Gejala dan Tanda Minor f. Komunikasi antara a. Mendiskusikan perasaan, dan - Fasilitasi
Subjektif: anggota keluarga makna krisis pertanyaan komunikasi
a. Anggota keluarga g. toleransi b. Mempertahankan keluarga terbuka nalar
mengidentifikasi kebiasaan rutin - Fasilitasi setiap anggota
pengalaman yang keluarga pengungkapan keluarga
mengoptimalkan c. Dukungan perasaan antara c. Edukasi
kesejahteraan kemandirian antar pasien dan - Anjurkan
b. Anggota keluarga anggota keluarga keluarga atau anggota keluarga
berupaya menjelaskan d. Verrbalisasi harapan antar anggota mempertahankan
dampak krisis terhadap yang positif antar keluarga keharmonisan
perkembangan anggota keluarga c. Edukasi anggota keluarga
c. Anggota keluarga e. Menggunakan - Informasikan d. Kolaborasi
mengungkapkan minat strategi koping yang kemajuan pasien - Rujuk untuk
dalam membuat kontak efektif secara berkala terapi keluarga,
dengan orang lain yang f. Verbalisasi perasaan - Informasikan jika perlu
mengalami situasi yang antar anggota fasilitas
sama keluarga perawatan
Objektif: g. Mencari dukungan kesehatan yang
(tidak tersedia) emosional dari tersedia
anggota keluarga lain d. Kolaborasi
h. Menganggap - Rujuk untuk
kesulitan sebagai terapi keluarga,
tantangan jika perlu
Ekspektasi: menurun
a. Verbalisasi
kebingunan
b. Verbalisasi khawatir
akibat kondisi yang
dihadapi
c. Perilaku gelisah
d. Perilaku tegang
e. Pola tidur
Diagnosi Ketidakmampuan Koping Status koping keluarga a. Adaptasi disabilitas a. Dukungan koping a. Intervensi krisis (I.
s Keluarga (D. 0093) (Hal. (L. 09088) (Hal. 116) (L. 05037) (Hal. 14) keluarga (I. 09260) 09278) (Hal. 125)
(2) 204) b. Dukungan keluarga (Hal. 28) b. Mobilisasi keluarga
Kategori Psikologis
(L. 13112) (Hal. 21) (I. 13483) (Hal.
Sub Integritas Ego
c. Dukungan sosial (L. 234)
kategori
13113) (Hal. 22)
d. Fungsi keluarga (L.
13114) (Hal. 26)
e. Ketahanan keluarga
(L. 09074) (Hal. 45)
f. Manajemen
kesehatan keluarga
(L. 12105) (Hal. 63)
g. Tingkat agitasi (L.
09092) (Hal. 130)
Definisi Perilaku orang terdekat Perilaku anggota keluarga a. Proses penyesuaian Memfasilitasi a. Melakukan
(anggota keluarga atau dalam mendukung, fungsional terhadap peningkatan nilai-nilai, konseling jangka
orang berarti) yang memberi rasa nyaman, tantangan minat dan tujuan dalam pendek untuk
membatasi kemampuan membantu dan keterbatasan fisik keluarga mengatasi krisis
dirinya dank lien untuk memotivasi anggota b. Ketersediaan dan
beradaptasi dengan masalah keluarga lain yang sakit sokongan anggota mengembangkan
kesehatan yang dihadapi terhadap kemampuan keluarga untuk tingkat fungsi ke
klien beradaptasi, mengelola memenuhi kebutuhan sebelum krisis atau
dan mengatasi masalah individu yang menjadi lebih baik
kesehatan menjalani perawatan b. Memanfaatkan
c. Ketersediaan kekuatan keluarga
sokongan dari oran untuk
lain untuk memenuhi mempengaruhi
kebutuhan individu kesehatan pasien
yang menjalani secara positif
perawatan
d. Kemampuan
keluarga memenuhi
kebutuhan anggota
keluarga selama
proses perkembangan
e. Kapasitas keluarga
untuk beradaptasi
dan berfungsi secara
positif setelah
mengalami kesulitan
atau krisis
f. Kemampuan
menangani masalah
kesehatan keluarga
secara optimal untuk
memulihkan kondisi
kesehatan anggota
keluarga
g. Manifestasi fisiologis
dan perilaku akibat
stress atau pemicu
biokimia
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: meningkat
Gejala dan tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Perasaan diabaikan a. Verbalisasi - Identifikasi respon - Identifikasi
a. Merasa diabaikan b. Kekhawatiran tentang menyesuaikan diri emosional terhadap kekuatan dan
Objektif: anggota keluarga dengan disabilitas kondisi saat ini sumberdaya di
a. Tidak memenuhi c. Perilakau b. Verbalisasi - Identifikai beban dalam keluarga
kebutuhan anggota mengabaikan anggota rekonsiliasi dengan prognosis secara dan masyarakat
keluarga keluarga disabilitas psikologis - Identifikasi
b. Tidak toleran d. Kemampuan c. Adaptasi dengan b. Terapeutik kesiapan dan
c. Mengabaikan anggota memenuhi kebutuhan keterbatasan fisik - Dengarkan masalah, kemampuan
keluarga anggota keluarga d. Modifikasi pola perasaan, dan anggota keluarga
Gejala dan Tanda Minor e. Komitmen pada hidup sesuai kondisi pertanyaan keluarga untuk belajar
Subjektif: perawatan/pengobatan disabilitas - Terima nilai-nilai - Identifikasi
a. Terlalu khawatir dengan f. Komunikasi antara Ekspektasi: meningkat keluarga dengan keterbatasan,
anggota keluarga anggota keluarga a. Anggota keluarga cara yang tidak kemajuan, dan
b. Merasa tertekan (depresi) g. Toleransi verbalisasi keinginan menghakimi implikasi
Objektif: untuk mendukung - Fasilitasi perawatan
a. Perilaku menyerang anggota keluarga pengungkapan b. Terapeutik
(agresi) yang sakit perasaan antara - Jadilah
b. Perilaku menghasut b. Menanyakan kondisi pasien dan keluarga pendengar yang
(agitasi) pasien atau antar anggota baik untuk
c. Tidak berkomitmen c. Mencari dukungan keluarga anggota keluarga
d. Menunjukkan gejala sosial bagi anggota - Fasilitasi anggota - BHSP dengan
psikosomatis keluarga yang sakit keluarga dalam anggota keluarga
e. Perilaku menolak d. Mencari dukungan mengidentifikasi - Dukung kegiatan
f. Perawatan yang spiritual bagi anggota dan menyelesaikan anggota keluarga
mengabaikan kebutuhan keluarga konflik nilai dalam
dasar klien Ekspektasi: meningkat c. Edukasi mempromosikan
g. Mengabaikan a. Kemampuan - Informasikan kesehatan atau
perawatan/pengobatan meminta bantuan fasilitas perawatan pengelolaan
anggota keluarga pada orang lain kesehatan yang kondisi
h. Perilaku bermusuhan b. Bantuan yang tersedia - Libatkan anggota
i. Perilaku individualistic ditawarkan oleh d. Kolaboras keluarga untuk
j. Upaya membangun orang lain - Rujuk untuk terapi mengodentifikasi
hidup bermakna c. Dukungan emosi kelaurga, jika perlu layanan
terganggu yang disediakan oleh kesehatan dan
k. Perilaku sehat terganggu orang lain sumber daya
l. Ketergantungan anggota Ekspektasi: membaik masyarakat
keluarga meningkat a. Pemenuhan c. Edukasi
m. Realistis kesehatan kebutuhan anggota - Berikan
anggota keluarga keluarga informasi
terganggu b. Anggota keluarga kesehatan kepada
saling mendukung keluarga, sesuai
c. Anggota keluarga kebutuhan
menjalankan peran d. Kolaborasi
yang diharapkan - Rujuk anggota
d. Adaptasi terhadap keluarga pada
masalah dukungan
Ekspektasi: meningkat kelompok, jika
a. Mendiskusikan perlu
makna krisis
b. Mempertahankan
kebiasaan rutin
keluarga
c. Dukungan
kemandirian antar
anggota keluarga
d. Verbalisasi harapan
yang positif antar
anggota keluarga
e. Menggunakan
strategi koping yang
efektif
Ekspektasi: meningkat
a. Kemampuan
menjelaskan masalah
kesehatan yang
dialami
b. Aktivitas keluarga
mengatasai masalah
kesehatan tepat
c. Verbalisasi kesulitan
menjalankan
perawatan yang
ditetapkan
Ekspektasi: menurun
a. Kegelisahan
b. Frustasi
c. Sifat lekas marah
d. Tidak mampu
menahan diri
Diagnosi Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan (L. a. Manajemen Promosi perilaku upaya a. Identifikasi risiko
s Cenderung Berisiko (D. 12107) (Hal. 88) kesehatan keluarga kesehatan (I. 12472) (I. 14502) (Hal.
(3) 0099) (Hal. 216) (L. 12105) (Hal. 63) (Hal. 380) 120)
Kategori Psikologis
b. Konseling (I.
Sub Integritas Ego
10334) (Hal. 133)
kategori

Definisi Hambatan kemampuan Kemampuan dalam Kemampuan menangani Meningkatkan a. Menemukan dan
dalam mengubah gaya mengubah gaya masalah kesehatan perubahan perilaku menganalisis
hidup/perilaku untuk hidup/perilaku untuk keluarga secara optimal penderita/klien agar kemungkinan
memperbaiki status memperbaiki status untuk memulihkan memiliki kemauan dan faktor-faktor risiko
kesehatan kesehatan kondisi kesehatan kemampuan yang yang dapat
anggota keluarga kondusif bagi kesehatan mengganggu
secara menyeluruh baik kesehatan
bagi lingkungan maupun b. Memberikan
masyarakat sekitarnya bimbingan untuk
meningkatkan atau
mendukung
penganan,
pemecahan masalah
dan hubungan
interpersonal
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Mayor a. Penerimaan terhadap a. Kemampuan a. Observasi a. Observasi
Subjektif: perubahan status menjelaskan masalah - Identifikasi - Identifikasi
(tidak tersedia) kesehatan kesehatan yang perilaku upaya perilaku keluarga
Objektif: b. Kamampuan dialami kesehatan yang yang
a. Menunjukkan penolakan melakukan tindakan b. Aktivitas keluarga dapat ditingkatkan mempengaruhi
terhadap perubahan pencegahan masalah mengatasai masalah b. Terapeutik pasien
status kesehatan kesehatan kesehatan tepat - Orientasi b. Terapeutik
b. Gagal melakukan c. Kemampuan c. Verbalisasi kesulitan pelayanan - Bina hubungan
tindakan pencegahan peningkatan menjalankan kesehatan yang dan terapeutik
masalah kesehatan kesehatan perawatan yang dapat berdasarkan rasa
c. Menunjukkan upaya ditetapkan dimanfaatkan pervaya dan
peningkatan status c. Edukasi penghargaan
kesehatan yang minimal - Anjurkan - Berikan empati,
Gejala dan Tanda Minor menggunakan air kehangatan, dan
Subjektif: bersih kejujuran
(tidak tersedia) - Anjurkan mencuci - Fasilitasi untuk
Objektif: tangan dengan air mengidentifikasi
a. Gagal mencapai bersih dan sabun masalah
pengendalian yang - Anjurkan c. Edukasi
optimal menggunakan - Anjurkan
jamban sehat mengekspresikan
- Anjurkan makan perasaan
sayur dan buah - Anjurkan
setiap hari mengganti
- Anjurkan kebiasaan
melakukan maladaptif
aktivitas fisik dengan adaptif
setiap hari
- Anjurkan tidak
merokok di dalam
rumah
Diagnosi Penurunan Koping Keluarga Status koping keluarga a. Fungsi keluarga (L. a. Dukungan koping Mobilisasi keluarga (I.
s (D. 0097) (Hal. 212) (L. 09088) (Hal. 116) 13114) (Hal. 26) keluarga (I. 09260) 13483) (Hal. 234)
(4) b. Ketahanan keluarga (Hal. 28)
Kategori Psikologis
(L. 09074) (Hal. 45) b. Promosi koping (I.
Sub Integritas Ego
c. Tingkat ansietas (L. 09312) ( Hal. 375)
kategori
09093) (Hal. 132)
Definisi Ketidakadekuatan atau Perilaku anggota keluarga a. Kemampuan a. Memfasilitasi Memanfaatkan
ketidakefektifan dukungan, dalam mendukung, keluarga memenuhi peningkatan nilai- kekuatan keluarga
rasa nyaman, bantuan dan memberi rasa nyaman, kebutuhan anggota nilai, minat dan untuk mempengaruhi
motivasi orang terdekat membantu dan keluarga selama tujuan dalam kesehatan pasien
(anggota keluarga atau memotivasi anggota proses keluarga secara positif
orang berarti yang keluarga lain yang sakit perkembangan b. Meningkatkan upaya
dibutuhkan klien untuk terhadap kemampuan b. Kapasitas keluarga kognitif dan perilaku
mengelola atau mengatasi beradaptasi, mengelola untuk beradaptasi untuk menilai dan
masalah kesehatannya. dan mengatasi masalah dan berfungsi secara merespon stressor
kesehatan positif setelah dan/atau kemampuan
mengalami kesulitan menggunakan
atau krisis sumber-sumber yang
c. Kondisi emosi dan ada
pengalaman subyek
terhadap subyek
yang tidak jelas dan
spesifik akibat
antisipasi bahaya
yang memungkinkan
individu melakukan
tindakan untuk
menghadapi
ancaman
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Perasaan diabaikan a. Pemenuhan - Identifikasi - Identifikasi
a. Klien b. Kekhawatiran tentang kebutuhan anggota kesesuaian antara kekuatan dan
mengeluh/khawatir anggota keluarga keluarga harapan pasien, sumberdaya di
tentang respon orang c. Perilakau b. Anggota keluarga keluarga, dan dalam keluarga
terdekat pada masalah mengabaikan anggota saling mendukung tenaga kesehatan dan masyarakat
kesehatan keluarga c. Anggota keluarga - Idenfikasi respons - Identifikasi
Objektif: d. Kemampuan menjalankan peran emosionalterhadap kesiapan dan
a. Orang terdekat menarik memenuhi kebutuhan yang diharapkan kondisi saat ini kemampuan
diri dari klien anggota keluarga d. Adaptasi terhadap b. Terapeutik anggota keluarga
b. Terbatasnya komunikasi e. Komitmen pada masalah - Dengarkan untuk belajar
orang terdekat dengan perawatan/pengobata Ekspektasi: meningkat masalah, perasaan, - Identifikasi
klien n a. Mendiskusikan dan pertanyaan keterbatasan,
Gejala dan Tanda Minor f. Komunikasi antara makna krisis keluarga kemajuan, dan
Subjektif: anggota keluarga b. Mempertahankan - Fasilitasi implikasi
a. Orang terdekat h. toleransi kebiasaan rutin pengungkapan perawatan
menyatakan kurang keluarga perasaan antara b. Terapeutik
terpapar informasi c. Dukungan pasien dan - Jadilah
tentang upaya mengatasi kemandirian antar keluarga atau antar pendengar yang
masalah klien anggota keluarga anggota keluarga baik untuk
Objektif: d. Verrbalisasi harapan c. Edukasi anggota keluarga
a. Bantuan yang dilakukan yang positif antar - Informasikan - BHSP dengan
orang terdekat anggota keluarga kemajuan pasien anggota keluarga
menunjukkan hasil yang e. Menggunakan secara berkala - Dukung kegiatan
tidak memuaskan strategi koping yang - Informasikan anggota keluarga
b. Orang terdekat efektif fasilitas perawatan dalam
berperilaku protektif f. Verbalisasi perasaan kesehatan yang mempromosikan
yang tidak sesuai dengan antar anggota tersedia kesehatan atau
kemampuan/kemandirian keluarga d. Kolaborasi pengelolaan
klien g. Mencari dukungan - Rujuk untuk terapi kondisi
emosional dari keluarga, jika - Libatkan
anggota keluarga lain perlu anggota keluarga
h. Menganggap untuk
kesulitan sebagai mengodentifikasi
tantangan layanan
Ekspektasi: menurun kesehatan dan
a. Verbalisasi sumber daya
kebingunan masyarakat
b. Verbalisasi khawatir c. Edukasi
akibat kondisi yang - Berikan
dihadapi informasi
c. Perilaku gelisah kesehatan
d. Perilaku tegang kepada keluarga,
e. Pola tidur sesuai
kebutuhan
d. Kolaborasi
- Rujuk anggota
keluarga pada
dukungan
kelompok, jika
perlu
Diagnosi Manajemen Kesehatan Manajemen kesehatan a. Ketahanan keluarga c. Dukungan keluarga Mobilisasi keluarga (I.
s Keluarga Tidak Efektif keluarga (L. 12105) (Hal. (L. 09074) (Hal. 45) merencanakan 13483) (Hal. 234)
(5) (D.0115) (Hal. 254) 63) b. Status kesehatan perawatan (I. 13477)
Kategori Perilaku
keluarga (L. 12108) (Hal. 26)
Sub Penyuluhan dan
(Hal. 112) d. Koordinasi diskusi
kategori Pembelajaran
keluarga (I. 12482)
(Hal. 140)
Definisi Pola penanganan masalah Kemampuan menangani a. Kapasitas keluarga c. Memfasilitasi Memanfaatkan
kesehatan dalam keluarga masalah kesehatan untuk beradaptasi perencanaan kekuatan keluarga
tidak memuaskan untuk keluarga secara optimal dan berfungsi secara penatalaksanaan untuk mempengaruhi
memulihkan kondisi untuk memulihkan positif setelah perawatan kesehatan kesehatan pasien
kesehatan anggota keluarga kondisi kesehatan mengalami kesulitan keluarga secara positif
anggota keluarga atau krisis d. Menyeimbangkan
b. Kondisi kegiatan keluarga
kesejahteraan fisik, untuk mencapai tujuan
mental dan sosial bersama anggota
keluarga keluarga
Ekspektasi: meningkat Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Kemampuan a. Mendiskusikan - Identifikasi - Identifikasi
a. Mengungkapkan tidak menjelaskan masalah makna krisis kebutuhan dan kekuatan dan
memahami masalah kesehatan yang b. Mempertahankan harapan keluarga sumberdaya di
kesehatan yang diderita dialami kebiasaan rutin tentang kesehatan dalam keluarga
b. Mengungkapkan b. Aktivitas keluarga keluarga - Identifikasi dan masyarakat
kesulitan menjalankan mengatasai masalah c. Dukungan sumber-sumber - Identifikasi
perawatan yang kesehatan tepat kemandirian antar yang dimiliki kesiapan dan
ditetapkan c. Verbalisasi kesulitan anggota keluarga keluarga kemampuan
Objektif: menjalankan d. Verrbalisasi harapan - Identifikasi anggota keluarga
a. Gejala penyakit anggota perawatan yang yang positif antar tindakan yang untuk belajar
keluarga semakin ditetapkan anggota keluarga dapat dilakukan - Identifikasi
memberat e. Menggunakan keluarga keterbatasan,
b. Aktivitas keluarga untuk strategi koping yang b. Terapeutik kemajuan, dan
mengatasi masalah efektif - Motivasi implikasi
kesehatan tidak tepat f. Verbalisasi perasaan pengembangan perawatan
Gejala dan Tanda Minor antar anggota sikap dan emosi b. Terapeutik
Subjektif: keluarga yang mendukung - Jadilah
(tidak tersedia) g. Mencari dukungan upaya kesehatan pendengar yang
Objektif: emosional dari - Gunakan sarana baik untuk
a. Gagal melakukan anggota keluarga lain dan fasilitas yang anggota keluarga
tindakan untuk h. Menganggap ada dalam - BHSP dengan
mengurangi faktor risiko kesulitan sebagai keluarga anggota keluarga
tantangan c. Edukasi - Dukung kegiatan
Ekspektasi: meningkat - Informasikan anggota keluarga
a. Kesehatan fisik fasilitas kesehatan dalam
anggota keluarga yang ada di mempromosikan
b. Kesehatan mental lingkungan kesehatan atau
anggota keluarga keluarga pengelolaan
- Ajarkan cara kondisi
perawatan yang - Libatkan
bisa dilakukan anggota keluarga
keluarga untuk
mengodentifikasi
layanan
kesehatan dan
sumber daya
masyarakat
c. Edukasi
- Berikan
informasi
kesehatan
kepada keluarga,
sesuai
kebutuhan
d. Kolaborasi
- Rujuk anggota
keluarga pada
dukungan
kelompok, jika
perlu
Diagnosi Gangguan Proses Keluarga Proses keluarga (L. Dukungan keluarga (L. a. Promosi proses a. Pendampingan
s (D.0120) (Hal. 266) 13123) (Hal. 98) 13112) (Hal. 21) efektif keluarga (I. keluarga (I. 13486)
(6) 13496) (Hal. 383) (Hal. 287)
Kategori Relasional
b. Terapi keluarga (I.
Sub Interaksi Sosial
kategori 09322) (Hal. 425)
Definisi Perubahan dalam hubungan Kemampuan untuk Ketersediaan sokongan a. Melakukan tindakan Mendampingi keluarga
atau fungsi keluarga berubah dalam hubungan anggota keluarga untuk untuk dan atau anggota
aatau fungsi keluarga memenuhi kebutuhan mempertahankan keluarga dalam
individu yang menjalani dan meningkatkan menjalani regimen
perawatan proses dalam pengobatan atau
keluarga menghadapi masalah
b. Menggunakan kesehatan
anggota keluarga
untuk menggerakkan
keluarga melakukan
cara hidup yang
lebih produktif
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Adaptasi keluarga a. Anggota keluarga - Identifikasi tipe - Identifikasi
(tidak tersedia) terhadap situasi verbalisasi keinginan proses keluarga kebutuhan
Objektif: b. Kemampuan keluarga untuk mendukung - Identifikasi keluarga terkait
a. Keluarga tidak mampu berkomunikasi secara anggota keluarga masalah atau masalah
beradaptasi terhadap terbuka diantara yang sakit gangguan dalam kesehatan
situasi anggota keluarga b. Menanyakan kondisi proses keluarga keluarga
b. Tidak mampu pasien b. Terapeutik - Identifikasi tugas
berkomunikasi secara c. Mencari dukungan - Pertahankan kesehatan
terbuka diantara anggota sosial bagi anggota interaksi yang keluarga yang
keluarga keluarga yang sakit berkelanjutan terhambat
Gejala dan Tanda Minor d. Mencari dukungan dengan anggota b. Terapeutik
Subjektif: spiritual bagi anggota keluarga - BHSP dengan
a. Keluarga tidak mampu keluarga - Motivasi anggota keluarga
mengungkapkan keluarga untuk - Dengarkan
perasaan secara leluasa melakukan keinginan dan
Objektif: aktivitas bersama perasaan
a. Keluarga tidak mampu seperti makan keluarga
memenuhi kebutuhan bersama, diskusi - Dukungan
fisik/emosional/spiritual bersama keluarga mekanisme
anggota keluarga c. Edukasi koping adaptif
b. Keluarga tidak mampu - Diskusikan yang digunakan
mencari atau menerima dukungan sosial keluarga
bantuan secara tepat dari sekitar c. Edukasi
keluarga - Ajarkan
mekanisme
koping yang
dapat dijalankan
keluarga
Diagnosi Kesiapan Peningkatan Peran menjadi orang tua a. Keamanan lingkungan c. Promosi antisipasi a. Promosi keutuhan
s Menjadi Orang Tua (D. (L. 13120) (Hal. 79) rumah (L. 14126) (hal. keluarga (I. 12466) keluarga (I. 13490)
(7) 0122) (Hal. 270) 36) (Hal. 357) (Hal. 372)
Kategori Relasional
b. Penampilan peran (L.
Sub Interaksi Sosial
13119) (hal. 75)
kategori
Definisi Pola pemberian lingkungan Kemampuan orang tua a. Pengaturan ruang Meningkatkan kesiapan Meningkatkan
bagi anak atau anggota memberi lingkungan bagi dan perabot untuk keluarga untuk pengetahuan dan
keluarga yang cukup untuk anak atay anggota mencegah terjadinya mencegah kemampuan pasien
memfasilitasi pertumbuhan keluarga yang cukup, cedera fisik di rumah perkembangan atau untuk menjaga dan
dan perkembangan serta untuk memfasilitasi b. Pola perilaku sesuai krisis situasi akibat meningkatkan
dapat ditingkatkan pertumbuhan dan dengan harapan, masalah kesehatan kerekatan dan
perkembangan norma dan keutuhan keluarga
lingkungan
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Bounding attachment a. Pemeliharaan rumah - Identifikasi - Identifikasi
a. Mengekspresikan b. Perilaku positif b. Pencahayaan eksterior metode pemahaman
keinginan untuk menjadi orang tua c. Pencahayaan interior pemecahan keluarga
meningkatkan peran c. Interaksi perawatan Ekspektasi: membaik masalah yang terhadap
menjadi orang tua bayi KH: sering digunakan masalah
Objektif: a. Verbalisasi harapan keluarga - Identifikasi
a. Tampak adanya terpenuhi b. Terapeutik adanya konflik
dukungan emosi dan b. Verbalisasi harapan - Fasilitasi dalam prioritas antar
pengertian pada anak terpenuhi memutuskan anggota keluarga
atau anggota keluarga c. Verbalisasi kepuasan strategi - Identifikasi
Gejala dan Tanda Minor peran pemecahan mekanisme
Subjektif: d. Adaptasi peran masalah yang koping keluarga
a. Anak atau anggota e. Strategi koping yang dihadapi keluarga - Monitor
keluarga lainnya efektif - Libatkan seluruh hubungan antar
mengekspresikan anggota keluarga anggota keluarga
kepuasan dengan dalam upaya b. Terpeutik
lingkungan rumah antisipasi masalah - Fasilitasi
b. Anak atau anggota kesehatan, jika kunjungan
keluarga memungkinkan keluarga
mengungkapkan harapan c. Edukasi - Fasilitasi
yang realistis - Jelaskan keluarga
Objektif: perkembangan dan melakukan
a. Kebutuhan fisik dan perilaku yang pengambilan
emosi anak/anggota normal kepada keputusan dan
keluarga terpenuhi keluarga pemecahan
d. Kolaborasi masalah
Kerjasama dengan - Fasilitasi
tenaga kesehatan komunikasi
terkait lainnya, jika terbuka nalar
perlu setiap anggota
keluarga
c. Edukasi
- Anjurkan
anggota keluarga
mempertahankan
keharmonisan
keluarga
d. Kolaborasi
- Rujuk untuk
terapi, jika perlu
Diagnosi Kesiapan peningkatan Proses Keluarga a. Dukungan Keluarga Promosi antisipasi a. Dukungan
s proses keluarga (D.0123) (L.13123) (Hal.98) (L. 13112) (Hal. 21) Keluarga (I. 12466) penampilan peran
(8) b. Kinerja Pengasuhan (Hal. 357) (1.13478) (Hal.33)
Kategori Relasional
(L.13117) b. Edukasi keluarga
Sub Interaksi Sosial
c. Status kesehatan c. Edukasi nutrisi
Kategori
Keluarga (L. 12108) anak
(Hal. 112)
d. Status Koping
Keluarga (L.09088)
(Hal. 116)
Definisi Pola fungsi keluarga yang Ketidakmampuan untuk a. Ketersediaan Meningkatkan kesiapan a. Memfasilitasi
cukup untuk mendukung berubah dalam hubungan sokongan anggota keluarga untuk pasien dan
kesejahteraan anggota atau fungsi keluarga keluarga untuk mencegah keluarga untuk
keluarga dan dapat memenuhi perkembangan atau mempernbaiki
ditingkatkan kebutuhan individu krisis situasi akibat hubungan dengan
yang menjalani masalah kesehatan mengklarifikasi
perawatan dan memenuhi
b. Pola pemberian perilaku peran
lingkungan bagi anak tertentu
atau anggota
keluarga untuk
mendukung dan
membangun aspek
fisik, emosi, dan
sosial
c. Kondisi
kesejahteraan fisik,
mental dan sosial
keluarga
d. Perilaku anggota
keluarga dalam
mendukung,
memberi rasa
nyaman, membantu
dan memotivasi
anggota keluarga lain
yang sakit terhadap
kemampuan
beradaptasi,
mengelola dan
mengatasi masalah
kesehatan
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: Meningkat
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi Observasi:
Subjektif: a. Adaptasi keluarga a. Anggota keluarga - Identifikasi a. Identifikasi
a. Mengekspresikan terhadap situasi verbalisasi metode berbagai peran dan
keinginan untuk b. Kemampuan keluarga keinginan untuk pemecahan periode transisi
meningkatkan dinamika berkomunikasi secara mendukung anggota masalah yang sesua tingkat
keluarga terbuka diantara keluarga yang sakit sering digunakan perkembangan
Objektif anggota keluarga b. Menanyakan kondisi keluarga b. Identifikasi peran
a. Menunjukkan fungsi pasien b. Terapeutik yang ada dalam
keluarga dalam c. Mencari dukungan - Fasilitasi dalam keluarga
memenuhi kebutuhan sosial bagi anggota memutuskan c. Identifikasi adanya
fisik, sosial, dan keluarga yang sakit strategi peran yang tidak
psikologis anggota d. Mencari dukungan pemecahan terpenuhi
keluarga spiritual bagi anggota masalah yang Terapeutik
b. Menunjukkan aktifitas keluarga dihadapi keluarga d. Fasilitasi adaptasi
untuk mendukung Ekpektasi Meningkat: - Libatkan seluruh peran keluarag
keselamatan dan a. Pemenuhan anggota keluarga terhadap
pertumbuhan anggota kebutuhan fisik anak dalam upaya perubahan peran
keluarga b. Pemenuhan antisipasi masalah yang tidak
c. Peran keluarga fleksibel kebutuhan emosi kesehatan, jika diinginkan
dan tepat dengan tahap anak memungkinkan e. ‘fasilitasi bermain
perkembangan c. Pemebuhan c. Edukasi peran dalam
d. Terlihat adanya respek kebutuhan - Jelaskan mengantisipasi
dengan anggota keluarga Ekspektasi: meningkat perkembangan dan reaksi orang lain
Gejala dan Tanda a. Kesehatan fisik perilaku yang terhadap perilaku
Minor anggota keluarga normal kepada Edukasi
Subjektif b. Kesehatan mental keluarga f. Diskusikan
(Tidak tersedia) anggota keluarga d. Kolaborasi perilaku yang
Objektif Ekepektasi: Meningkat - Kerjasama dengan dibutuhkan untuk
a. Keluarga menunjukkan a. Perasaan diabaikan tenaga kesehatan pengembangan
minta melakukan aktivitas b. Kekhawatiran tentang terkait lainnya, peran
hidup sehari-hari yang anggota keluarga jika perlu g. Diskusikan
positif c. Perilakau perubahan peran
b. Terlihat adanya mengabaikan anggota yang diperlukan
kemampuan keluarga keluarga akibat penyakit
untuk pulih dari kondisi d. Kemampuan atau
sulit memenuhi kebutuhan ketidakmampuan
c. Tampak keseimbangan anggota keluarga Kolaborasi
antara otonomi dan e. Komitmen pada h. Rujuk dalam
kebersamaan perawatan/pengobata kelompok untuk
d. Batasan-batasan anggota n mempelajari peran
keluarga dipertahankan f. Komunikasi antara baru
e. Hubungan dengan anggota keluarga
masyarakat terjalin positif Toleransi
f. Keluarga beradaptasi
dengan perubahan
Diagnosi Ketegangan Peran Pemberi Peran Pemberi Asuhan a. Dukungan keluarga Edukasi pada Pengasuh a. Promosi perilaku
s Asuhan (D.0124) (L.13121) (Hal.80) (L. 13112) (Hal. 21) (1.12402) (Hal.77) upaya kesehatan (I.
(9) b. Fungsi Keluarga (L. 12472) (Hal. 380)
Kategori Relasional
13114) (Hal. 26) b. Bimbingan sistem
Sub Interaksi Sosial
c. Ketahanan Personal pendukung
Kategori
(L.09073) (Hal.44) c. Dukungan
d. Ketahanan Keluarga kelompok
(L. 09074) (Hal. 45) d. Dukungan
e. Kinerja Pengasuhan keluarga
(L.13117) merencanakan
f. Penampilan Peran (L.
13119) (hal. 75)
g. Peran Menjadi Orang
Tua (L.13120)
(Hal.79)
Definisi Kesulitan dalam melakukan Kemampuan berperan a. Ketersediaan Memberikan informasi i. Meningkatkan
peran pemberi asuhan dalam memberikan asuhan sokongan anggota dan dukungan untuk perubahan perilaku
keluarga dalam keluarga keluarga untuk memfasilitasi pemberian penderita/klien agar
memenuhi kebutuhan perawatan oleh memiliki kemauan
individu yang pengasuh dan kemampuan
menjalani perawatan yang kondusif bagi
b. Kemampuan kesehatan secara
keluarga memenuhi menyeluruh baik
kebutuhan anggota bagi lingkungan
keluarga selama maupun masyarakat
proses perkembangan sekitarnya
c. Kapasistas untuk
beradaptasi dan
berfungsi secara
positif setelah
mengalami kesulitan
atau krisis
d. Kapasitas keluarga
untuk beradaptasi
dan berfungsi secara
positif setelah
mengalami kesulitan
atau krisis
e. Pola pemberian
lingkungan bagi anak
atau anggota
keluarga untuk
mendukung dan
membangun aspek
fisik, emosi, dan
sosial
f. Pola perilaku sesuai
dengan harapan,
norma dan
lingkungan
g. Kemampuan orang
tua memberi
lingkungan bagi anak
atau anggota
keluaraga yang
cukup, untuk
memfasilitasi dan
perkembangan
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik
Gejala dan Tanda Mayor KH : KH: a. Observasi d. Observasi
Subjektif: a. Kemampuan memberi a. Pemenuhan - Identifikasi - Identifikasi
a. Khawatir klien akan asuhan kebutuhan anggota pemahaman dan perilaku upaya
kembali dirawat di b. Kemampuan merawat keluarga kesiapan peran kesehatan yang
rumah sakit pasien b. Anggota keluarga pengasuh dapat
b. Khawatir tentang c. Kemampuan saling mendukung - Identifikasi sumber ditingkatkan
kelanjutan perawatan menyelesaikan tugas c. Anggota keluarga dukungan dan e. Terapeutik
klien merawat pasien menjalankan peran kebutuhan istirahat - Orientasi
c. Khawatir tentang yang diharapkan pengasuh pelayanan
ketidakmampuan d. Adaptasi terhadap - Berikan dukungan kesehatan yang
pemberi asuhan dalam masalah pada pengasuh dapat
merawat klien Ekspektasi: membaik selama pasien dimanfaatkan
Objektif: a. Mendiskusikan mengalami f. Edukasi
(tidak tersedia) makna krisis kemunduran - Anjurkan
Gejala dan Tanda Minor b. Mempertahankan - Dukung menggunakan air
Subjektif: kebiasaan rutin keterbatasan bersih
(tidak tersedia) keluarga pengasuh dan - Anjurkan
Objektif: c. Dukungan diskusikan dengan mencuci tangan
Sulit melakukan dan/atau kemandirian antar pasien dengan air bersih
menyelesaikan tugas anggota keluarga b. Edukasi dan sabun
merawat klien d. Verrbalisasi harapan c. Jelaskan dampak - Anjurkan
yang positif antar ketergantungan anak menggunakan
anggota keluarga pada pengasuh jamban sehat
e. Menggunakan d. Ajarkan pengasuh - Anjurkan makan
strategi koping yang meneksplorasi sayur dan buah
efektif kekuatan dan setiap hari
f. Verbalisasi perasaan kelmahannya - Anjurkan
antar anggota e. Ajarkan pengasuh melakukan
keluarga cara memberikan aktivitas fisik
g. Mencari dukungan dukungan perawatan setiap hari
emosional dari diri Anjurkan tidak
anggota keluarga lain merokok di dalam
h. Menganggap rumah
kesulitan sebagai
tantangan
Ekspektasi: meningkat
a. Verbalisasi harapan
yang positif
b. Menggunakan
strategi koping yang
efektif
c. Menunjukkan garfa
diri yang positif
d. Mengambil tanggung
jawab
Diagnosi Penampilan peran tidak Penampilan Peran (L. a. Adaptasi Disabilitas Dukungan penampilan a. Promosi perilaku
s efektif (D.0125) 13119) (hal. 75) (L.05037) (Hal. 14) Peran (L.13478) upaya kesehatan (I.
(10) b. Fungsi Keluarga (L. (Hal.33) 12472) (Hal. 380)
Kategori Relasional
13114) (Hal. 26) b. Dukungan
Sub Interaksi Sosial
c. Interaksi Sosial Kelompok
Kategori
(L.13115) (Hal.34) c. Edukasi orang
Tua; fase bayi
d. Edukasi OrangTua;
Fase anak
Definisi Pola perilaku yang berubah Pola perilaku sesuai a. Proses penyesuaian Memfasilitasi pasien dan f. Meningkatkan
atau tidak sesuai dengan dengan harapan, norma fungsional terhadap keluarga untuk perubahan perilaku
harapan, norma, dan dan lingkungan tantangan mempernbaiki hubungan penderita/klien agar
lingkungan keterbatasan fisik dengan mengklarifikasi memiliki kemauan
b. Kemampuan dan memenuhi perilaku dan kemampuan
keluarga memenuhi peran tertentu yang kondusif bagi
kebutuhan anggota kesehatan secara
keluarga selama menyeluruh baik
proses bagi lingkungan
perkembangan maupun masyarakat
c. Kuantitas dan/ atau sekitarnya
kualitas hubungan
sosial yang cukup

Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik


Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi: g. Observasi
Subjektif: a. Verbalisasi harapan a. Verbalisasi - Identifikasi - Identifikasi
a. Merasa bingung terpenuhi menyesuaikan diri berbagai peran dan perilaku upaya
menjalankan peran b. Verbalisasi harapan dengan disabilitas periode transisi kesehatan yang
b. Merasa harapan tidak terpenuhi b. Verbalisasi sesua tingkat dapat
terpenuhi c. Verbalisasi kepuasan rekonsiliasi dengan perkembangan ditingkatkan
c. Merasa tidak puas dalam peran disabilitas - Identifikasi peran h. Terapeutik
menjalankan peran d. Adaptasi peran c. Adaptasi dengan yang ada dalam - Orientasi
Objektif e. Strategi koping yang keterbatasan fisik keluarga pelayanan
d. Konflik peran efektif Ekspektasi: membaik - Identifikasi adanya kesehatan yang
e. Adaptasi tidak adekuat a. Mendiskusikan peran yang tidak dapat
f. Strategi koping tidak makna krisis terpenuhi dimanfaatkan
efektif b. Mempertahankan b. Terapeutik i. Edukasi
Gejala dan Tanda Minor kebiasaan rutin - Fasilitasi adaptasi - Anjurkan
Subjektif: keluarga peran keluarag menggunakan air
b. Merasa cemas c. Dukungan terhadap perubahan bersih
Objektif: kemandirian antar peran yang tidak - Anjurkan
d. Depresi anggota keluarga diinginkan mencuci tangan
e. Dukungan sosial kurang d. Verrbalisasi harapan - ‘fasilitasi bermain dengan air bersih
f. Kurang yang positif antar peran dalam dan sabun
bertanggungjawab anggota keluarga mengantisipasi - Anjurkan
menjalankan peran e. Menggunakan reaksi orang lain menggunakan
strategi koping yang terhadap perilaku jamban sehat
efektif c. Edukasi - Anjurkan makan
f. Verbalisasi perasaan - Diskusikan sayur dan buah
antar anggota perilaku yang setiap hari
keluarga dibutuhkan untuk - Anjurkan
g. Mencari dukungan pengembangan melakukan
emosional dari peran aktivitas fisik
anggota keluarga lain - Diskusikan setiap hari
h. Menganggap perubahan peran - Anjurkan tidak
kesulitan sebagai yang diperlukan merokok di
tantangan akibat penyakit dalam rumah
Ekspektasi: Meningkat atau
a. Perasaan nyaman ketidakmampuan
dengan sitiasi sosial d. Kolaborasi
b. Perasaan mudah - Rujuk dalam
menerima atau kelompok untuk
mengkomunikasikan mempelajari peran
perasaan baru
c. Responsif pada orang
lain

Diagnosi Pencapaian peran menjadi Peran Menjadi Orang Tua a. Dukungan Keluarga Promosi Antisipasi e. Dukungan
s orang Tua (D.0126) (L. 13120) (Hal. 79) (L. 13112) (Hal. 21) Keluarga (I. 12466) penampilan Peran
(11) b. Dukungan Sosial (L. (Hal. 357) (L.13478) (Hal.33)
Kategori Relasional
13113) (Hal. 22) f. Edukasi Nutrisi
Sub Interaksi Sosial
c. Keterlibatan Sosial Anak
Kategori
(L.13116) (Hal. 47) g. Edukasi Nutrisi
d. Tingkat Pengetahuan Bayi
(L.12111) (Hal. 146)
Definisi Terjadinya proses interaktif Kemampuan orang tua a. Ketersediaan Meningkatkan kesiapan a. Memfasilitasi
antar anggota keluarga memberi lingkungan bagi sokongan anggota keluarga untuk pasien dan
(suami-istri, anggota anak atay anggota keluarga untuk mencegah keluarga untuk
keluarga dan bayi) yang keluarga yang cukup, memenuhi perkembangan atau mempernbaiki
ditunjukkan dengan untuk memfasilitasi kebutuhan individu krisis situasi akibat hubungan dengan
perkembangan bayi yang pertumbuhan dan yang menjalani masalah kesehatan mengklarifikasi
optimal perkembangan perawatan dan memenuhi
b. Ketersediaan perilaku peran
sokongan dari oran tertentu
lain untuk memenuhi
kebutuhan individu
yang menjalani
perawatan
c. Kemampuan untuk
membina hubungan
yang erat, hangat,
terbuka, dan
independen dengan
orang lain
d. Kecukupan
informasi kognitif
yang berkaitan
dengan topik tertentu

Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik


Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi:
Subjektif: a. Bounding attachment a. Pemenuhan - Identifikasi - Identifikasi
a. (Tidak tersedia) b. Perilaku positif kebutuhan anggota metode berbagai peran
Objektif: menjadi orang tua keluarga pemecahan dan periode
d. Bounding attacment c. Interaksi perawatan b. Anggota keluarga masalah yang transisi sesua
optimal bayi saling mendukung sering digunakan tingkat
e. Perilaku positif menjadi c. Anggota keluarga keluarga perkembangan
orang tua menjalankan peran b. Terapeutik - Identifikasi
f. Saling berinteraksi yang diharapkan - Fasilitasi dalam peran yang ada
dalam merawat bayi d. Adaptasi terhadap memutuskan dalam keluarga
Gejala dan Tanda Minor masalah strategi - Identifikasi
Subjektif: pemecahan adanya peran
a. Mengungkapkan a. masalah yang yang tidak
kepuasan dengan bayi dihadapi keluarga terpenuhi
Objektif: - Libatkan seluruh b. Terapeutik
b. Melakukan stimulasi anggota keluarga - Fasilitasi
visual, taktif atau dalam upaya adaptasi peran
pendengaran terhadap antisipasi masalah keluarag
bayi kesehatan, jika terhadap
memungkinkan perubahan peran
c. Edukasi yang tidak
- Jelaskan diinginkan
perkembangan dan - ‘fasilitasi
perilaku yang bermain peran
normal kepada dalam
keluarga mengantisipasi
d. Kolaborasi reaksi orang lain
- Kerjasama dengan terhadap
tenaga kesehatan perilaku
terkait lainnya, c. Edukasi
jika perlu - Diskusikan
perilaku yang
dibutuhkan
untuk
pengembangan
peran
- Diskusikan
perubahan peran
yang diperlukan
akibat penyakit
atau
ketidakmampuan
d. Kolaborasi
- Rujuk dalam
kelompok untuk
mempelajari
peran baru
Diagnosi Risiko gangguan perlekatan Perlekatan (L.13122) a. Dukungan Keluarga a. Promosi Antisipasi a. Dukungan
s (D.0127) (Hal.92) (L. 13112) (Hal. 21) Keluarga (I. 12466) Kelompok
(12) b. Kinerja Pengasuhan (Hal. 357) b. Dukungan

Kategori Relasional (L.13117) b. Promosi Perlekatan Penampilan Peran


c. Kontrol Risiko (L.13478) (Hal.33)
Sub Interaksi Sosial
(L.14128) (Hali.60) c. Dukungan Sibling
Kategori
d. Organisasi Perilaku
Bayi (L.05043) (Hal.
70)
e. Tingkat Pengetahuan
(L.12111) (Hal. 146)
Definisi Beresiko mengalami Kemampuan berinteraksi a. Ketersediaan Meningkatkan kesiapan a. Memfasilitasi
gangguan interaksi antara antara orang tua atau sokongan anggota keluarga untuk pasien dan
orangtua atau orang terdekat orang terdekat dengan keluarga untuk mencegah keluarga untuk
dengan bayi/ anak yang bayi/ anak yang dapat memenuhi perkembangan atau mempernbaiki
dapat mempengaruhi proses mempengaruhi proses kebutuhan individu krisis situasi akibat hubungan dengan
asah, asih, dan asuh asah, asih, dan asuh yang menjalani masalah kesehatan mengklarifikasi
perawatan dan memenuhi
b. Pola pemberian perilaku peran
lingkungan bagi anak tertentu
atau anggota
keluarga untuk
mendukung dan
membangun aspek
fisik, emosi, dan
sosial
c. Kemampuan untuk
mengerti, mencegah,
mengeliminasi, atau
mengirangi ancaman
kesehatan yang dapat
dimodifikasi
d. Kemampuan
integrasi respon
fisiologis dan
neurobehavior bayi
terhadap lingkungan
e. Kecukupan
informasi kognitif
yang berkaitan
dengan topik tertentu

Ekspektasi: meningkat Ekspektasi: membaik


KH: KH: a. Observasi a. Observasi:
a. Mempraktikkan a. Pemenuhan - Identifikasi - Identifikasi
perilaku sehat selama kebutuhan anggota metode berbagai peran
hamil keluarga pemecahan dan periode
b. Menyiapkan b. Anggota keluarga masalah yang transisi sesua
perlengkapan bayi saling mendukung sering digunakan tingkat
sebelum kelahiran c. Anggota keluarga keluarga perkembangan
c. Verbalisasi perasaan menjalankan peran b. Terapeutik - Identifikasi
positif terhadap bayi yang diharapkan - Fasilitasi dalam peran yang ada
d. Mencium bayi d. Adaptasi terhadap memutuskan dalam keluarga
e. Tersenyum kepada masalah strategi - Identifikasi
bayi KH: pemecahan adanya peran
Ekspektasi: Meningkat masalah yang yang tidak
a. Gerakan pada dihadapi keluarga terpenuhi
ekstremitas - Libatkan seluruh b. Terapeutik
b. Kemampuan jari-jari anggota keluarga - Fasilitasi
menggenggam dalam upaya adaptasi peran
c. Gerakan antisipasi masalah keluarag
terkoordinasi kesehatan, jika terhadap
d. Respon normal memungkinkan perubahan peran
terhadap stimulus c. Edukasi yang tidak
sensorik - Jelaskan diinginkan
perkembangan dan - ‘fasilitasi
perilaku yang bermain peran
normal kepada dalam
keluarga mengantisipasi
d. Kolaborasi reaksi orang lain
- Kerjasama dengan terhadap
tenaga kesehatan perilaku
terkait lainnya, c. Edukasi
jika perlu - Diskusikan
perilaku yang
dibutuhkan
untuk
pengembangan
peran
- Diskusikan
perubahan peran
yang diperlukan
akibat penyakit
atau
ketidakmampuan
d. Kolaborasi
- Rujuk dalam
kelompok untuk
mempelajari
peran baru
Diagnosi Risiko proses pengasuhan Proses Pengasuhan a. Dukungan Keluarga a. Promosi Keutuhan c. Dukungan
s tidak efektif (D.0128) (L.13124) (Hal. 99) (L. 13112) (Hal. 21) Keluarga kelompok
(13) b. Kinerja Pengasuhan b. Promosi perilaku d. Dukungan
Kategori Relasional
(L.13117) upaya kesehatan (I. Keluarga
Sub Interaksi Sosial
c. Peran Menjadi Orang 12472) (Hal. 380) e. Dukungan
Kategori
Tua (L. 13120) (Hal. Pemeliharaan
79) Rumah
d. Tingkat Pengetahuan f. Dukungan
(L.12111) (Hal. 146) Penampilan Peran
(L.13478) (Hal.33)
Definisi Beresiko mengalami proses Kemampuan menerima a. Ketersediaan Meningkatkan Memfasilitasi pasien
kehamilan, persalinan, dan proses kehamilan, sokongan anggota perubahan perilaku dan keluarga untuk
setelah melahirkan termasuk persalinan, dan setalah keluarga untuk penderita/klien agar mempernbaiki
perawatan bayi baru lahir melahirkan termasuk memenuhi memiliki kemauan dan hubungan dengan
yang tidak sesuai dengan perawatan bayi baru lahir kebutuhan individu kemampuan yang mengklarifikasi dan
konteks norma dan harapan yang sesuai dengan yang menjalani kondusif bagi kesehatan memenuhi perilaku
konteks norma dan perawatan secara menyeluruh baik peran tertentu
harapan b. Pola pemberian bagi lingkungan maupun
lingkungan bagi anak masyarakat sekitarnya
atau anggota
keluarga untuk
mendukung dan
membangun aspek
fisik, emosi, dan
sosial
e. Kemampuan orang
tua memberi
lingkungan bagi anak
atay anggota
keluarga yang cukup,
untuk memfasilitasi
f. Kecukupan
informasi kognitif
yang berkaitan
dengan topik tertentu
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik
KH: KH: a. Observasi a. Observasi:
a. Terpapar informasi a. Pemenuhan - Identifikasi - Identifikasi
tentang proses kebutuhan anggota perilaku upaya berbagai peran
persalinan/ keluarga kesehatan yang dan periode
pengasuhan b. Anggota keluarga dapat ditingkatkan transisi sesua
b. Keadkuatan saling mendukung b. Terapeutik tingkat
manjemen c. Anggota keluarga - Orientasi perkembangan
ketidaknyamanan menjalankan peran pelayanan - Identifikasi
selama persalinan yang diharapkan kesehatan yang peran yang ada
adekuat d. Adaptasi terhadap dapat dalam keluarga
masalah dimanfaatkan - Identifikasi
Ekspektasi: meningkat c. Edukasi adanya peran
KH: - Anjurkan yang tidak
a. Kemampuan mencari menggunakan air terpenuhi
inforamsi tentang bersih b. Terapeutik
risiko - Anjurkan mencuci - Fasilitasi
b. Kemampaun tangan dengan air adaptasi peran
mengidentifiaksi bersih dan sabun keluarag
fakrtor risiko - Anjurkan terhadap
c. Kemampuan menggunakan perubahan peran
melakukan strategi jamban sehat yang tidak
kontrol risiko - Anjurkan makan diinginkan
sayur dan buah - ‘fasilitasi
setiap hari bermain peran
- Anjurkan dalam
melakukan mengantisipasi
aktivitas fisik reaksi orang lain
setiap hari terhadap
- Anjurkan tidak perilaku
merokok di dalam c. Edukasi
rumah - Diskusikan
perilaku yang
dibutuhkan
untuk
pengembangan
peran
- Diskusikan
perubahan peran
yang diperlukan
akibat penyakit
atau
ketidakmampuan
d. Kolaborasi
- Rujuk dalam
kelompok untuk
mempelajari
peran baru

(PPNI, 2018b), (PPNI, 2018c)


DAFTAR PUSTAKA

Ali. (2010). Konsep Dukungan Keluarga. Salemba Medika.


Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik
Keperawatan. Graha Ilmu.
Astuti, W. H. (2010). Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. TIM.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013. https://doi.org/1
Djojodibroto. (2016). Respirologi (Respiratory Medecine) (Edisi 2). EGC.
Friedman, Bowden, & Jones. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga (Riset,
Teori, dan Praktik) (Edisi 5). EGC.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Pustaka Belajar.
Kelly, & Sorkness. (2011). Asthma. Dalam J. T. Dipiro, Pharmacotherapy: A
Patophysiologic Approach (Edisi 7, pp. 463–490). The Mc. Graw Hill
Company.
Kowalak, Welsh, & Mayer. (2012). Buku Ajar Patofisiologis (Professional Guide
to Pathophysiology). EGC.
Muttaqin. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Salemba Medika.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika.
PPNI. (2018a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2018b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2018c). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan (Edisi 2). Salemba Medika.
Wahid, A., & Suprapto, I. (2015). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. CV. Trans Info Media.
Waugh, A., & Grant, A. (2011). Anatomy and Phsysiology in Health and Ilness
(Edisi 10). Elsevier.
Wijaya, & Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai