Anda di halaman 1dari 11

Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah

ANALISIS PEMBIAYAAN IJARAH PADA PERBANKAN SYARIAH

Harun Santoso1 dan Anik2


STIE-AAS Surakarta
1
Email: harun.santoso@yahoo.com
2
Email: karjunianik@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study is to analyze Ijarah financing in Islamic banking. Theories related to this
study include about Ijarah, Ijarah financing, DSN-MUI fatwa, Ijarah financing application.
This study is a qualitative descriptive study which is conducted in 2016. Data collection
methods used is study literature.
The result of this study shows that the product is based on the principles of Islamic
banking financing leases consist of pure rents and leases, which ended with the transfer of
ownership, known as Ijarah muntahiya bit Tamlik. Ijarah Muntahia bit Tamlik or IMBT is
basically a mix between a lease with purchase.

Keywords: Ijarah and Ijarah Mutahiya Bit Tamlik (IMBT)

Pendahuluan keuangan bank maupun non-bank sebagai


Manusia adalah makhluk sosial yang lembaga intermediasi antara 2 (dua)
saling membutuhkan satu sama lain baik golongan masyarakat tersebut agar
untuk bersosialisasi ataupun untuk keseimbangan dapat terjadi dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti memenuhi kebutuhan hidup masing-
kebutuhan primer, sekunder dan tersier. masing. Di Indonesia telah banyak
Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, lembaga-lembaga keungan bank maupun
manusia tidak hanya diperintahkan untuk non-bank baik yang konvensional maupun
beribadah, akan tetapi juga untuk syariah yang menyediakan jasa
bermuamalah agar dapat memenuhi pembiayaan demi terpenuhinya kebutuhan
kebutuhan hidupnya tersebut. Untuk itu manusia. Perbedaan yang mendasar
lahirlah fiqh muamalah yang merupakan diantara lembaga keuangan konvensional
aturan atau tata cara yang bisa dijadikan dan syariah ini adalah penggunaan system
pedoman bagi manusia untuk bunga yang merupakan riba di lembaga
berhubungan dengan manusia lainnya keuangan konvensional dan penggunaan
dalam sebuah masyarakat. Segala tindakan system bagi hasil pada lembaga keuangan
manusia yang bukan merupakan ibadah syariah.
masuk kedalam kategori ini termasuk Sebagai masyarakat Islam yang
kegiatan perekonomian masyarakat. menganut ajaran Allah SWT, haruslah kita
Di dalam kehidupan ini terbagi 2 mentaati perintahnya dalam kehidupan
(dua) golongan masyarakat, yaitu sehari-hari, terutama dalam bermuamalah.
golongan masyarakat yang kelebihan dana Masyarakat yang membutuhkan dana bisa
dan masyarakat yang kekurangan dana. menggunakan jasa pembiayaan yang telah
Oleh karena itu munculah lembaga disediakan oleh lembaga keuangan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam - Vol. 01, No. 02, Juli 2015 106
Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah

syariah, salah satunya adalah pembiayaan tertentu melalui pembayaran sewa/upah,


ijarah yang merupakan akad untuk tanpa diikuti dengan pemindahan
menjual manfaat yang dilakukan oleh kepemilikan barang itu sendiri, dengan
seseorang dengan orang lain dengan demikian dalam akad ijarah tidak ada
menggunakan ketentuan syari‟at islam. perubahan kepemilikan, tetapi hanya
Pembiayaan ijarah ini mempunyai konsep pemindahan hak guna saja dari yang
yang berbeda dengan konsep kredit pada menyewakan kepada penyewa2. Landasan
bank konvensional, pembiayaan Ijarah hukumnya adalah:
juga dikatakan sebagai pendorong bagi  QS Al-Baqarah ayat 233 “Para ibu
sektor usaha karena pembiayaan Ijarah hendaklah menyusukan anak-anaknya
mempunyai keistimewaan dibandingkan selama dua tahun penuh, Yaitu bagi
dengan jenis pembiayaan syari‟ah lainnya. yang ingin menyempurnakan
Keistimewaan tersebut adalah bahwa penyusuan. dan kewajiban ayah
untuk memulai kegiatan usahanya, memberi Makan dan pakaian kepada
pengusaha tidak perlu memiliki barang Para ibu dengan cara ma'ruf.
modal terlebih dahulu, melainkan dapat seseorang tidak dibebani melainkan
melakukan penyewaan kepada lembaga menurut kadar kesanggupannya.
keuangan syari‟ah, sehingga pengusaha janganlah seorang ibu menderita
tidak dibebankan dengan kewajiban kesengsaraan karena anaknya dan
menyerahkan jaminan, maka dapat seorang ayah karena anaknya, dan
dikatakan bahwa pembiayaan Ijarah lebih warispun berkewajiban demikian.
menarik dibandingkan jenis pembiayaan apabila keduanya ingin menyapih
lainnya seperti Mudharabah dan (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
Musyarakah. Oleh karena itu, peneliti keduanya dan permusyawaratan, Maka
membahas bagaimana penerapan dan tidak ada dosa atas keduanya. dan jika
perhitungan akad Ijarah pada lembaga kamu ingin anakmu disusukan oleh
keuangan syariah. orang lain, Maka tidak ada dosa
Ijarah bagimu apabila kamu memberikan
Al-ijarah berasal dari kata al-ajru, pembayaran menurut yang patut.
yang berarti al-iwadhu (ganti). Menurut bertakwalah kamu kepada Allah dan
pengertian syara, al-ijarah adalah suatu ketahuilah bahwa Allah Maha melihat
jenis akad untuk mengambil manfaat apa yang kamu kerjakan”
dengan jalan pengganti. Al- ijarah adalah  Hadits
akad pemindahan hak guna atas barang Diriwayatkan dari ibnu abbas,
atau jasa melalui pembayaran upah sewa, bahwa Rasulullah bersabda:
tanpa diikuti dengan pemindahan “Berbekamlah kamu, kemudian
kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas berikanlah olehmu upahnya kepada
barang itu sendiri1. Menurut Fatwa Dewan tukang bekam itu” (HR. Bukhari dan
Syarah Nasional Muslim).
No.09/DSN/MUI/IV/2000, Ijarah
merupakan
akad pemindahan hak guna (manfaat ) atas
suatu barang atau jasa dalam waktu
1 2
Rifki Muhammad, Akuntansi Keuangan Rumah Makalah, Pembiyaan Ijarah dan IM
Syariah (Konsep dan implementasi PSAK BT diambil darihttp://rumahmakalah.wordpress.c
Syariah), P3EI, Yogyakarta, 2008, hlm. 357 om/2008/11/08/pembiayaan-ijarah-dan-imbt/,

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam - Vol. 01, No. 02, Juli 2015 107
Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah

Rukun dari akad ijarah yang harus 3. Harga sewa dan harga jual disepakati
dipenuhi dalam transaksi adalah3: pada awal perjanjian antara bank
1. Pelaku akad, yaitu mustajir (penyewa), dengan nasabah.
adalah pihak yang menyewa aset dan
mu‟jir/muajir (pemilik) adalah pihak Jenis Akad Ijarah
pemilik yang menyewakan aset. Dilihat dari sisi obyeknya, akad ijarah
2. Objek akad, yaitu ma‟jur (aset yang dibagi menjadi dua, yaitu:
disewakan) dan ujrah (harga sewa). 1. Ijarah manfaat (Al-Ijarah ala al-
3. Sighat yaitu ijab dan qabul. Manfa‟ah)
Syarat ijarah yang harus ada agar Hal ini berhubungan dengan sewa jasa,
terpenuhi ketentuan-ketentuan hukum yaitu memperkerjakan jasa seseorang
Islam, sebagai berikut: dengan upah sebagai imbalan jasa yang
1. Jasa atau manfaat yang akan diberikan disewa. Pihak yang mempekerjakan
oleh aset yang disewakan tersebut disebut musta‟jir, pihak pekerja disebut
harus tertentu dan diketahui dengan ajir, upah yang dibayarkan disebut
jelas oleh kedua belah pihak. ujrah.4 Misalnya, sewa menyewa
2. Kepemilikan aset tetap pada yang rumah, kendaraan, pakaian dll. Dalam
menyewakan yang bertanggung jawab hal ini mu‟jir mempunyai benda-benda
pemeliharaannya, sehingga aset tertentu dan musta‟ji butuh benda
tersebut harus dapat memberi manfaat tersebut dan terjadi kesepakatan antara
kepada penyewa. keduanya, di mana mu‟jir mendapatkan
3. Akad ijarah dihentikan pada saat aset imbalan tertentu dari musta‟jir dan
yang bersangkutan berhenti. musta‟jir mendapatkan manfaat dari
4. memberikan manfaat kepada penyewa. benda tersebut.5
Jika aset tersebut rusak dalam periode 2. Ijarah yang bersifat pekerjaan (Al-
kontrak, akad ijarah masih tetap Ijarah ala Al-„Amal)
berlaku. Hal ini berhubungan dengan sewa aset
atau properti, yaitu memindahkan hak
Penjelasan transaksi ijarah untuk memakai dari aset atau properti
1. Transaksi ijarah ditandai dengan tertentu kepada orang lain dengan
adanya pemindahan manfaat. Jadi imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini
dasarnya prinsip ijarah sama saja mirip dengan leasing (sewa) di bisnis
dengan prinsip jual beli. Namun konvensional.6 Artinya, ijarah ini
perbedaan terletak pada objek berusaha mempekerjakan seseorang
transaksinya adalah barang maka, pada untuk melakukan sesuatu. Mu‟jir
ijarah objek transaksinya adalah jasa. adalah orang yang mempunyai
2. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja keahlian, tenaga, jasa dan lain-lain,
menjual barang yang disewakan kepada kemudian musta‟jir adalah pihak yang
nasabah. Karena itu dalam perbankan
syariah dikenal dengan al-ijarah
4
muntahiyah bit-tamlik ( sewa yang Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari‟ah”,
diikuti dengan perpindahan cet ke-3, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 99.
5
Yazid Afandi, “Fiqh Muamalah Dan
kepemilikan). Imlementasinya Dalam Lembaga Keuangan
Syari‟ah”, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009),
Hlm. 187-188.
3. 6
Ascarya, Akad dan Produk Syari‟ah, Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari‟ah”,
PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2007, hal.99. Hlm. 99.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam - Vol. 01, No. 02, Juli 2015 108
Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah

membutuhkan keahlian, tenaga atau


jasa tersebut dengan imbalan tertentu. Pembagian Akad Ijârah
Mu‟jir mendapatkan upah (ujrah) atas Dilihat dari segi objeknya,
tenaga yang ia keluarkan untuk maka ijârah dibagi menjadi 2 bagian yaitu
musta‟jir dan musta‟jir mendapatkan ijârah ‟ala al-manâfi‟i yang artinya sewa
tenaga atau jasa dari mu‟jir.7 Misalnya, atas manfaat barang dan ijârah ‟ala al-
yang mengikat bersifat pribadi adalah a‟amâl yang artinya sewa atas suatu
menggaji seorang pembantu rumah pekerjaan. Ijârah ‟ala al-
tangga, sedangkan yang bersifat manâfi‟i adalah ijârah yang menjadikan
serikat, yaitu sekelompok orang yang manfaat dari barang sebagai objek akad,
menjual jasanya untuk kepentingan misalnya rumah, kendaraan dan lain
orang banyak. (Seperti; buruh sebagainya dengan remunerasi yang akan
bangunan, tukang jahit, buruh pabrik, diterima si Pemilik Objek
dan tukang sepatu.8 berupa ujroh atau fee. Sedangkan, ijârah
Ijarah bentuk pertama banyak ‟ala al-a‟amâl adalah ijârahy ang
diterapkan dalam pelayanan jasa berkaitan dengan pekerjaan dengan
perbankan syari‟ah, sedangkan ijarah remunerasi yang diterima berupa al-
bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk ajr yang berarti upah.11
investasi atau pembiayaan di perbankan
syari‟ah. Selain dua jenis pembagian di Penentuan Ujroh
atas, dalam akad ijarah juga ada yang Dalam fatwa DSN No: 09/DSN MU
dikenal dengan namanya akad al-ijarah I/IV/2000 perihal PembiayaanIjârah dinya
muntahiya bit tamlik (sewa beli), yaitu takan bahwa Kelenturan (flexibility) dalam
transaksi sewa beli dengan perjanjian menentukan sewa atau upah dapat
untuk menjual atau menghibahkan objek diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat
sewa di akhir periode sehingga transaksi dan jarak. Merujuk pada Buku 2
ini diakhiri dengan alih kepemilikan objek Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Bab
sewa.9 X tentang Ijarah Bagian Keenam Pasal
Dalam akad ini musta‟jir sama-sama pasal 271 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa:
dapat mempergunakan obyek sewa untuk (1) Nilai atau harga ijârah antara lain
selamanya. Akan tetapi keduanya terdapat ditentukan berdasarkan satuan waktu dan
perbedaan. Perbedaan tersebut ada dalam (2) Satuan waktu yang dimaksud dalam
akad yang dilakukan di awal perjanjian. ayat (1) adalah menit, jam, hari, dan atau
Karena akad ini sejenis perpaduan antara tahun.
akad jual beli dan akad sewa, atau lebih Selain itu, pada pasal 272
tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan dinyatakan bahan (1) Awal waktu ijarah
kepemilikan penyewa atas barang yang ditetapkan dalam akad atau atas dasar
disewa melalui akad yang dilaksanakan kebiasaan. (2) Waktu ijarah dapat diubah
kedua belah pihak.10 berdasarkan kesepakatan para pihak.
Sedang pada pasal 273
7
dinyatakan: Kelebihan waktu dalam
Yazid Afandi, “Fiqh Muamalah Dan
Imlementasinya Dalam Lembaga Keuangan
11
Syari‟ah”, Hlm. 188. Al-Zuhaili. 2002. Al-fiqh al-mu‟âmalat al-
8
Abdul Aziz Dahlan, Dkk, “Ensiklopedi mâliyah...Juz 5. hal 75 dan Abdullah „Alwi Haji
Hukum Islam”, Hlm. 662-663. Hasan. 1997. Sales and Contract in Early
9
Ibid, Hlm. 100 Islamic Commercial Law. New Delhi: Nusrat Ali
10
Yazid Afandi, Loc. cit. Nasri for Kitab Bhavan. hal 155 - 156

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam - Vol. 01, No. 02, Juli 2015 109
Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah

ijarahan yang dilakukan oleh pihak membayar atas penggunaan objek sewa
penyewa, harus dibayar berdasarkan secara bertahap berdasarkan waktu
kesepakatan atau kebiasaan. Dalam penggunaan. Jika telah disepakati bahwa
hal ujroh yang ditarik dari Rahn Emas, pembayaran sewa dikenakan setelah masa
berdasarkan fatwa Fatwa nomor 26/DSN- sewa berakhir maka kontrak sewa tetap
MUI/III/2002 tentang Rahn Emas bahwa sah. Kepemilikan ujroh adalah mengikuti
besaran ongkos yang dibebankan kepada kepemilikan manfaat objek sewa, sedang
nasabah harus didasarkan pada kepemilikan manfaat objek sewa
pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan mengikuti perjalanan waktu. Menetapkan
untuk operasional Rahn Emas. Salah satu penyerahan objek sewa dapat mengikuti
komponen ongkos tersebut adalah ongkos perkembangan masa (waktu per waktu),
yang dibebankan atas dasar tempat namun hal tersebut sangat susah
penyimpananmarhun yang dilakukan diterapkan, oleh sebab itu ditetapkan
berdasarkan akad ijârah. bahwa pembayaran sewa adalah
Model Pembayaran Akad Ijârah mengikuti hari atau mengikuti peringkat.
Terdapat 2 (dua) model Metode tersebut didasari pada
13
pembayaran ijârah yang lazim digunakan dalil istihsân.
di industri keuangan syariah12:
1. Contigent to Performance: Pembayaran Berakhirnya Akad Ijârah
tergantung pada kinerja objek sewa. Para ulama menyatakan bahwa
Contoh: Andi mengatakan akan akad ijârah akan berakhir apabila14:
memberikan uang sebesar Rp 500.000,- 1. Obyek hilang atau musnah, seperti
bagi orang yang dapat menemukan rumah sewaan terbakar dan lain
KTP milik Andi yang hilang di rental sebagainya.
komputer Aida. 2. Waktu perjanjian berakhir. Apabila
2. Not Contigent to Performance: yang disewakan itu rumah, maka
Pembayaran tidak tergantung rumah itu dikembalikan ke pemiliknya.
pada kinerja objek sewa. Contoh Sewa Apabila yang disewa itu adalah jasa
Safe Deposit Box selama 2 bulan tarif seseorang, maka ia berhak menerima
Rp 100.000,-/bulan. Setelah akad upahnya.
bilamana nasabah hanya 3. Karena pembatalan oleh kedua pihak
mempergunakan SDB selama 1 ½ yang berakad, sebagaimana pembatalan
bulan, maka nasabah tetap bayar untuk dalam akad jual beli.
sewa 2 bulan yaitu sebesar Rp 4. Menurut ulama Hanâfiyah berakhirnya
200.000,-. akad ijârah karena salah satu pihak
Dalam hal lain, dinyatakan yang berakad meninggal sebab
bahwa ujroh akan menjadi wajib dibayar akad ijârah tidak dapat diwariskan.
oleh musta‟jir dan dapat dimiliki Sedangkan menurut jumhur ulama,
oleh mu‟jir jika: i) dipersyaratkan segera akad ijârah tidak batal/berakhir dengan
dibayar sebagaimana terdapat dalam wafatnya salah seorang berakad, karena
kontrak, ii) menyegerakan manfaat boleh diwariskan
pembayaran ujroh dengan tujuan untuk dan ijârah sama dengan jual-beli, yaitu
mempercepat berakhirnya akad iii)
12 13
Adiwarman Azwar Karim. 2006. Bank Al-Zuhaili. 2004. Al-fiqh al-islâmi ... Juz 5.
Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan. Ed 3. hal 3839-3840
14
Jakarta : Raja Grafindo Persada. hal 141 Ibid. hal 3862-3863

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam - Vol. 01, No. 02, Juli 2015 110
Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah

mengikat kedua belah pihak yang dan kewajiban nasabah sebagaimana


berakad. diatur dalam ketentuan Bank Indonesia
5. Merujuk pada Buku 2 Kompilasi mengenai transparansi informasi
Hukum Ekonomi Syariah Bab X produk Bank dan penggunaan data
tentang Ijarah pasal 253 dinyatakan pribadi nasabah,
bahwa: “Akad ijarah dapat diubah, d. Bank wajib melakukan analisis atas
diperpanjang, dan atau dibatalkan rencana pembiayaan atas dasar ijarah
berdasarkan kesepakatan.” kepada nasabah yang antara lain
meliputi aspek personal berupa analisa
Implementasi akad ijarah atas karakter dan/atau aspek usaha
Akad-akad yang dipergunakan oleh antara lain meliputi analisa kapasitas
lembaga keuangan syariah, terutama usaha, keuangan dan/atau prospek
perbankan syari‟ah di Indonesia dalam usaha,
operasinya merupakan akad-akad yang e. Objek sewa harus dapat dinilai dan
tidak menimbulkan kontroversi yang diidentifikasi secara spesifik dan
disepakati oleh sebagian besar ulama dan dinyatakan dengan jelas termasuk
sudah sesuai dengan ketentuan syari‟ah besarnya nilai sewa dan jangka
untuk diterapkan dalam produk dan waktunya,
instrumen keuangan syari‟ah. Akad-akad f. Bank sebagai pihak yang menyediakan
tersebut meliputi akad-akad untuk objek sewa, wajib menjamin
pendanaan, pembiayaan, jasa produk, jasa pemenuhan kualitas maupun kuantitas
operasional, dan jasa investasi.15 Terkait objek sewa serta ketepatan waktu
dengan itu, disini penyusun hanya penyediaan objek sewa sesuai
menjelaskan praktek pembiayaan ijarah kesepakatan,
dan ijarah muntahiya bit tamlik dalam g. Bank wajib menyediakan dan untuk
lembaga keuangan syari‟ah. Menurut surat merealisasikan penyediaan objek sewa
edaran No. 10/14/DPBS yang dikeluarkan yang dipesan nasabah,
Bank Indonesia tertanggal 17 Maret 2008, h. Bank dan nasabah wajib menuangkan
dalam memberikan pembiayaan ijarah kesepakatan dalam bentuk perjanjian
Bank Syari‟ah atau Unit Usaha Syariah tertulis berupa akad pembiayaan atas
(UUS) harus memenuhi langkah berikut dasar ijarah,
ini : i. Pembayaran sewa dapat dilakukan baik
a. Bank bertindak sebagai pemilik dengan angsuran maupun sekaligus,
dan/atau pihak yang mempunyai hak j. Pembayaran sewa tidak dapat
penguasaan atas objek sewa baik dilakukan dalam bentuk piutang
berupa barang atau jasa, yang maupun dalam bentuk pembebasan
menyewakan objek sewa dimaksud utang,
kepada nasabah sesuai kesepakatan, k. Bank dapat meminta nasabah untuk
b. Barang dalam transaksi ijarah adalah menjaga keutuhan objek sewa, dan
barang bergerak atau tidak bergerak menanggung biaya pemeliharaan objek
yang dapat diambil manfaat sewanya, sewa sesuai dengan kesepakatan
c. Bank wajib menjelaskan kepada dimana uraian pemeliharaan yang
nasabah mengenai karakteristik produk bersifat material dan structural harus
pembiayaan atas dasar ijarah, serta hak dituangkan dalam akad, dan Bank tidak
dapat meminta nasabah untuk
15
Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari’ah”, hlm. bertanggungjawab atas kerusakan
209.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam - Vol. 01, No. 02, Juli 2015 111
Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah

objek sewa yang terjadi bukan karena dari sewa murni dan sewa yang diakhiri
pelanggaran akad atau kelalaian dengan pemindahan hak kepemilikan atau
nasabah. dikenal dengan ijarah muntahiya bit
Berdasarkan SOP yang disampaikan oleh tamlik.17 Ijarah muntahia bit tamlik
Bank Syari‟ah, tahapan pelaksanaan (IMBT) pada dasarnya merupakan
ijarah adalah sebagai berikut16 : perpaduan antara sewa menyewa dengan
a. adanya permintaan untuk menyewakan jual beli. Semakin jelas dan kuat
barang tertentu dengan spesifikasi yang komitmen untuk membeli barang di awal
jelas, oleh nasabah kepada bank akad, maka hakikat IMBT pada dasarnya
syari‟ah, lebih bernuansa jual beli. Namun, apabila
b. Wa‟ad antara bank dan nasabah untuk komitmen untuk membeli barang di awal
menyewa barang dengan harga sewa akad tidak begitu kuat dan jelas (walaupun
dan waktu sewa yang disepakati, opsi membeli tetap terbuka), maka hakikat
c. Bank Syari‟ah mencari barang yang IMBT akan lebih bernuansa ijarah.
diinginkan untuk disewa oleh nasabah, Dari sisi ijarah, perbedaan IMBT
d. Bank syari‟ah menyewa barang terletak dari adanya opsi untuk membeli
tersebut dari pemilik barang, barang dimaksud pada akhir periode.
e. Bank syari‟ah membayar sewa di muka Sedangkan dari sisi jual beli, perbedaan
secara penuh, IMBT terletak pada adanya penggunaan
f. Barang diserahterimakan dari pemilik manfaat barang dimaksud terlebih dahulu
barang kepada bank syari‟ah, melalui akad sewa (ijarah), sebelum
g. Akad antara bank dengan nasabah transaksi jual beli dilakukan. Secara
untuk sewa, teknis, implementasi IMBT juga diatur
h. Nasabah membayar sewa di belakang dalam Surat Edaran Bank Indonesia
secara angsuran, (SEBI) No. 10/14/DPBS pada tanggal 17
i. Barang diserahterimakan dari bank Maret 2008 yaitu:
syari‟ah kepada nasabah, dan a. Bank sebagai pemilik objek sewa juga
j. Pada akhir periode, barang bertindak sebagai pemberi janji
diserahterimakan kembali dari nasabah (wa`ad) untuk memberikan opsi
ke bank syari‟ah, yang selanjutnya pengalihan kepemilikan dan/atau hak
akan diserahterimakan ke pemilik penguasaan objek sewa kepada nasabah
barang. penyewa sesuai kesepakatan,
b. Bank hanya dapat memberikan janji
(wa`ad) untuk mengalihkan
Selain Bank Syari‟ah sebagai kepemilikan dan/atau hak penguasaan
pemberi sewa, di beberapa bank terdapat objek sewa setelah objek sewa secara
juga posisi bank sebagai wakil atau prinsip dimiliki oleh bank,
menggunakan wakalah. Bank syari‟ah c. Bank dan nasabah harus menuangkan
mewakilkan pemilik barang (objek sewa) kesepakatan adanya opsi pengalihan
kepada nasabah (penyewa). kepemilikan dan/atau hak penguasaan
objek sewa dalam bentuk tertulis,
Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) d. Pelaksanaan pengalihan kepemilikan
Di atas telah disebutkan bahwa dan/atau hak penguasaan objek sewa
produk pembiayaan perbankan syariah
berdasarkan akad sewa-menyewa terdiri 17
Abdul Ghofur Anshori, “Hukum Perjanjian Islam
di Indonesia”, (Yogyakarta: Gadjah Mada
16
Ibid. University Press, 2010), hlm. 79

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam - Vol. 01, No. 02, Juli 2015 112
Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah

dapat dilakukan setelah masa sewa kebutuhan nasabah terhadap kepemilikan


disepakati selesai oleh Bank dan rumah tinggal dan atau investasi property.
nasabah penyewa, dan
e. Dalam hal nasabah penyewa Pelaksanaan IMBT dengan Wakalah:
mengambil opsi pengalihan Fatwa DSN Nomor: 04/DSN-
kepemilikan dan/atau hak penguasaan MUI/IV/2000 tanggal 01 April 2000
objek sewa, maka bank wajib tentang Murabahah pada ketetapan
mengalihkan kepemilikan dan/atau hak Pertama ayat 9 dinyatakan:
penguasaan objek sewa kepada nasabah “Jika LKS hendak mewakilkan kepada
yang dilakukan pada saat tertentu nasabah untuk membeli barang dari pihak
dalam periode atau pada akhir periode ketiga, akad jual beli murabahah harus
pembiayaan atas dasar akad IMBT. dilakukan setelah barang, secara prinsip,
Sedangkan berdasarkan SOP yang menjadi milik LKS.”
disampaikan oleh Bank syari‟ah, tahapan Kalimat ”secara prinsip” yang ada di
pelaksanaan IMBT adalah sebagai Fatwa DSN tersebut diterjemahkan dalam
berikut18 : tataran praktis dalam konteks penerapan
IMBT pada saat LKS membeli rumah
a. Adanya permintaan untuk menyewa yang akan dijadikan objek sewa dengan
beli barang tertentu dengan spesifikasi pernyataan sebagai berikut: ”Pada saat,
yang jelas, oleh nasabah kepada bank LKS menyetujui permohonan nasabah
syari‟ah, untuk KPR secara IMBT, maka jika LKS
b. Wa‟ad antara bank dan nasabah untuk telah melakukan konfirmasi pembelian
menyewa beli barang dengan harga kepada developer, maka secara prinsip
sewa dan waktu sewa yang disepakati, LKS telah membeli rumah. Walaupun
c. Bank Syari‟ah mencari barang yang secara akuntansi belum terdapat aliran
diinginkan untuk disewa beli oleh dana kepada Developer/penjual, LKS
nasabah, berkomitmen untuk melakukan
d. Bank syari‟ah membeli barang tersebut pembayaran uang pembelian rumah
dari pemilik barang, kepada developer yang diwakilkan kepada
e. Bank syari‟ah membayar tunai barang nasabah dengan menggunakan akad
tersebut, wakalah. Setelah rumah tersebut dibeli
f. Barang diserahterimakan dari pemilik oleh LKS maka kemudian baru dapat
barang kepada bank syari‟ah, dilakukan akad IMBT”
g. Akad antara bank dengan nasabah Penggunaan akad wakalah
untuk sewa beli, dimaksudkan untuk membutikan secara
h. Nasabah membayar sewa di belakang hukum positif bahwa nasabah telah
secara angsuran, menerima pembiayaan dari LKS serta
i. Barang diserahterimakan dari bank nasabah telah mengetahui telah terjadi
syari‟ah kepada nasabah, dan transaksi jual-beli antara LKS dengan
j. Pada akhir periode, dilakukan jual beli developer/penjual/suplier. Jika terjadi
antara bank syari‟ah dan nasabah. wanprestasi di kemudian hari akan
Berikut ilustrasi dari penerapan tertutup peluang nasabah akan
IMBT dalam KPR Bank Syariah yang mengingkari bahwa ia telah menerima
digunakan dalam rangka memenuhi sejumlah pembiayaan dari LKS.
18
Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari’ah”, hlm.
209

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam - Vol. 01, No. 02, Juli 2015 113
Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah

perjanjian pembiayaan beratahan sampai


dengan akhir masa sewa. Jika,
dipertengahan masa sewa nasabah ingin
melakukan pelunasan pembiayaan
dipercepat, maka LKS akan menggunakan
akad Ba‟i.

Metodologi Penelitian
Metode Pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Keterangan Studi literatur, yaitu dengan cara
1. A: Rumah milik Developer PT. membaca atau mengambil informasi dari
Makmur jurnal ilmiah, buku dan juga
1. B: Nasabah mengajukan permohonan memanfaatkan internet sebagai sumber
pembiayaan untuk memiliki rumah kepada informasi. Studi literatur dilakukan untuk
LKS dengan membawa semua berkas- mempelajari teori-teori yang berkaitan
berkas yang dibutuhkan. Kemudian LKS dengan penelitian, sehingga data yang
melakukan proses analisa pembiayaan. akan dikumpulkan untuk dianalisis lebih
2. LKS telah menyetujui permohonan akurat. Teori-teori yang berhubungan
pembiayaan pemilikan rumah untuk dengan penelitian ini antara lain tentang
nasabah, LKS melakukan Akad Wakalah Ijarah, pembiayaan ijarah, fatwa DSN-
dengan Nasabah untuk (transfer) MUI, aplikasi pembiayaan ijarah.
pembayaran uang transaksi pembelian
rumah sebesar Rp 450 juta atas nama LKS Kesimpulan
kepada Developer/penjual yang berasal Dari pembahasan di atas, maka penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
dari rekening nasabah. Dalam contoh ini,
bahwa produk pembiayaan perbankan
nasabah telah melakukan pembayaran
syariah berdasarkan akad sewa-menyewa
uang muka kepada LKS sebesar Rp 50
terdiri dari sewa murni dan sewa yang
juta.
diakhiri dengan pemindahan hak
2. A: Rumah seluas xx m2 menjadi milik
kepemilikan atau dikenal dengan ijarah
penuh LKS
muntahiya bit tamlik. Ijarah muntahia bit
3. LKS dan Nasabah melakukan Akad
tamlik (IMBT) pada dasarnya merupakan
Pembiayaan berdasarkan Prinsip Ijarah
perpaduan antara sewa menyewa dengan
(Muntahiya Bit Tamlik) selama 100 bulan
jual beli. Semakin jelas dan kuat
untuk menyewa Rumah seluas xx m2
komitmen untuk membeli barang di awal
dengan uang sewa sebesar Rp 7 juta
akad, maka hakikat IMBT pada dasarnya
/bulan.
lebih bernuansa jual beli. Namun, apabila
3. A: Nasabah menyewa Rumah seluas xx
komitmen untuk membeli barang di awal
m2 milik LKS dan memperoleh manfaat
akad tidak begitu kuat dan jelas
dengan menempati rumah tersebut
(walaupun opsi membeli tetap terbuka),
4. Nasabah membayar uang sewa bulan
maka hakikat IMBT akan lebih bernuansa
pertama sebesar Rp 7 juta hingga 99
ijarah.
(sembilan puluh sembilan) bulan ke
Berdasarkan SOP yang disampaikan
depan.
oleh Bank Syari‟ah, tahapan pelaksanaan
5. Pemindahan pemilikan dapat
ijarah adalah sebagai berikut:
dilakukan dengan Akad Hibah bilamana

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam - Vol. 01, No. 02, Juli 2015 114
Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah

a. Adanya permintaan untuk menyewakan d. Pelaksanaan pengalihan kepemilikan


barang tertentu dengan spesifikasi yang dan/atau hak penguasaan objek sewa
jelas, oleh nasabah kepada bank dapat dilakukan setelah masa sewa
syari‟ah. disepakati selesai oleh Bank dan
b. Wa‟ad antara bank dan nasabah untuk nasabah penyewa.
menyewa barang dengan harga sewa e. Dalam hal nasabah penyewa
dan waktu sewa yang disepakati. mengambil opsi pengalihan
c. Bank Syari‟ah mencari barang yang kepemilikan dan/atau hak penguasaan
diinginkan untuk disewa oleh nasabah. objek sewa, maka bank wajib
d. Bank syari‟ah menyewa barang mengalihkan kepemilikan dan/atau hak
tersebut dari pemilik barang. penguasaan objek sewa kepada nasabah
e. Bank syari‟ah membayar sewa di muka yang dilakukan pada saat tertentu
secara penuh. dalam periode atau pada akhir periode
f. Barang diserahterimakan dari pemilik pembiayaan atas dasar akad IMBT.
barang kepada bank syari‟ah.
g. Akad antara bank dengan nasabah
untuk sewa. Daftar Pustaka
h. Nasabah membayar sewa di belakang Abdul Ghofur Anshori, “Hukum
secara angsuran. Perjanjian Islam di Indonesia”,
i. Barang diserahterimakan dari bank (Yogyakarta: Gadjah Mada
syari‟ah kepada nasabah. University Press, 2010).
j. Pada akhir periode, barang Adiwarman Azwar Karim. 2006. Bank
diserahterimakan kembali dari nasabah Islam: Analisis Fiqh dan
ke bank syari‟ah, yang selanjutnya Keuangan. Ed 3. Jakarta: Raja
akan diserahterimakan ke pemilik Grafindo Persada.
barang. Al-Zuhaili. 2002. Al-fiqh al-mu‟âmalat
Secara teknis, implementasi IMBT al-mâliyah..Juz 5. hal 75 dan
juga diatur dalam Surat Edaran Bank Abdullah „Alwi Haji Hasan.
Indonesia (SEBI) No. 10/14/DPBS pada 1997. Sales and Contract in Early
tanggal 17 Maret 2008 yaitu: Islamic Commercial Law. New
a. Bank sebagai pemilik objek sewa juga Delhi: Nusrat Ali Nasri for Kitab
bertindak sebagai pemberi janji Bhavan.
(wa`ad) untuk memberikan opsi Yazid Afandi, “Fiqh Muamalah Dan
pengalihan kepemilikan dan/atau hak Imlementasinya Dalam Lembaga
penguasaan objek sewa kepada nasabah Keuangan Syari‟ah.
penyewa sesuai kesepakatan. Abdul Aziz Dahlan, dkk, “Ensiklopedi
b. Bank hanya dapat memberikan janji Hukum Islam”, hlm. 662-663.
(wa`ad) untuk mengalihkan
kepemilikan dan/atau hak penguasaan
objek sewa setelah objek sewa secara
prinsip dimiliki oleh bank.
c. Bank dan nasabah harus menuangkan
kesepakatan adanya opsi pengalihan
kepemilikan dan/atau hak penguasaan
objek sewa dalam bentuk tertulis.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam - Vol. 01, No. 02, Juli 2015 115
Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah

Ascarya, Akad dan Produk Syari‟ah,


PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007, hal.99.
Rifki Muhammad, Akuntansi Keuangan
Syariah (Konsep dan implementasi
PSAK Syariah), P3EI, Yogyakarta,
2008
Fatwa DSN MUI NO: 09/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang
Pembiayaan Ijarah
Rumah Makalah, Pembiyaan Ijarah dan I
MBT diambil dari
http://rumahmakalah.wordpress.co
m/2008/11/08/pembiayaan-ijarah-
dan-imbt/,
Haris Ibrahim, Contoh Perhitungan
Murabahah, Musyarakah dan
Ijarah diambil dari
http://harisbsm.blogspot.com/2011/
02/i.html

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam - Vol. 01, No. 02, Juli 2015 116

Anda mungkin juga menyukai