Anda di halaman 1dari 13

Lex et Societatis, Vol. III/No.

2/Mar/2015/Edisi Khusus

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA perlindungan terhadap Hukum. 2.


TERHADAP ANAK DALAM INSTRUMEN HUKUM Perlindungan hak-hak anak yang diwujudkan
NASIONAL DAN INTERNASIONAL1 sebagai gerakan global Negara-negara
Oleh : Polina Heidemans2 diseluruh dunia dengan mensahkan Konvensi
Hak Anak sebagai bagian dari hukum nasional
ABSTRAK Negara bangsa tersebut, merupakan sebuah
Tujuan dilkaukannya penelitian ini adalah untuk kemajuan penting untuk meletakkan
mengetahui prinsip-prinsip hukum HAM apa pembangunan sosial anak sebagai bagian dari
saja yang di atur dalam instrumen hukum keseluruhan proses pembangunan Negara-
internasional dan nasional dan bagaimana negara di dunia. Sebagai sebuah produk
perlindungan hak anak dalam implementasi hukum, Konvensi Hak Anak harus demikian hal
Konvensi Hak Anak kedalam Hukum Nasional yang harus dilakukan setiap Negara peserta
dan Internasional. Penelitian ini menggunakan setelah peratifikasian Konvensi Hak Anak
pendekatan normatif yang tidak bermaksud adalah menyelenggarakan program anak
untuk menguji hipotesa, maka titik berat membuat hukum anak yang bersandar kepada
penelitian tertuju pada penelitian kepustakaan Konvensi Hak Anak. Hal ini harus dilakukan
dan dapat disimpulkan, bahwa: 1. Dalam hal sebagai wujud dari kewajiban Indonesia
prinsip-prinsip Hukum HAM terhadap menjamin tegaknya hak-hak anak. Berbagai
perlindugan anak yang tertuang dalam masalah umum seputar pelaksanaan Konvensi
Instrumen Nasional dan Internasional, ada Hak Anak secara keseluruhan di Indonesia.
beberapa Hukum internasional yang mengatur Masalah umum dimaksud lebih menunjukkan
tentang perlindungan anak, salah satunya kepada kinerja bangsa dan Negara Indonesia
dalam Konvensi Hak Anak yang telah di dalam mengemban pembangunan hukum
ratifikasi oleh Negara Republik Indonesia secara khusus masalah hukum yang berkenan
sebagai Negara peserta. Dengan dengan implementasi Konvensi HAk Anak ke
dikeluarkannya UU No. 36 Tahun 1990 maka dalam hukum nasional berkaitan dengan
Indonesia telah mengikat diri dan berkewajiban keserasian antara hak-hak anak dalam konvensi
dalam penerapan perlindungan anak. Konvensi dengan kondisi sosial ekonomi dan budaya di
merupakan bentuk dari sumber perjanjian dalam negeri atau pada masyarakat hukum
Internasional dan dalam konvensi hak anak Indonesia, Dalam Instrumen Hukum Nasional
telah ada pula sejumlah Hukum Nasional yang hal mengimplementasi perlindungan anak,
selaras dengan Hukum Internasional tentang Negara Republik Indonesia telah membuat UU
perlindungan anak misalnya UU No. 4 tahun No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak,
1979 tentang kesejahteraan anak. Dalam aturan lainnya yang lebih banyak mengatur
pemberntukan Hukum positif konvensi anak tentang HAM yang diatur dalam UU No. 39
merupakan sumber kaidah yang berkenan tahun 1999. Beberapa Intrumen Nasional pun
dengan anak-anak artinya secara hukum telah diatur oleh pemerintah dalam UU No. 4
pemerintah Republik Indonesia telah mengikat tahun 1979 tentang kesejahteraan anak dimana
diri sebagai Negara perserta, untuk itu Negara bertujuan agar anak-anak Indonesia
pemerintah harus berkewajiban melaksanakan mendapatkan kelayakan karna anak adalah
aturan-aturan yang telah ada agar rasa generasi bangsa dan UU No. 3 tahun 1997
kemanusian dan keadilan bias dirasakan oleh tentang peradilan anak agar anak mendapatkan
anak-anak Indonesia yang memerlukan dan perlindungan Hukum.
aturan yang telah ada tidak mengalami Kata kunci: Hak asasi manusia, Anak, Hukum
kekosongan, karna pada realitanya banyak nasioanl dan internasional.
anak-anak yang masih perlu bantuan dari
pemerintah seperti kesejahteraan anak dan PENDAHULUAN
Anak merupakan tunas, potensi dan
1
Artikel Tesis. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ronald J.
generasi penerus cita-cita bangsa dan negara
Mawuntu, SH.MH; Dr. Cornelius Tangkere, SH.MH dimasa mendatang. Agar mereka kelak mampu
2
Mahasiswa pada Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, memikul tanggung jawab itu, maka mereka
Manado. NIM. 1223208003

26
Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

patut mendapat kesempatan yang seluas- pembangunan manusia Indonesia seutuhnya


luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara yang berbudi luhur. Mengabaikan perlindungan
optimal, baik fisik, mental, sosial, maupun terhadap anak, berakibat dapat menimbulkan
spiritual. Mereka perlu mendapatkan hak- berbagai permasalahan sosial yang
haknya, perlu dilindungi dan disejahterakan. mengganggu penegakan hukum, ketertiban,
Karenanya, segala bentuk tindak kekerasan keamanan, dan pembangunan nasional.
pada anak perlu dicegah dan diatasi.3 Dalam usaha perlindungan terhadap anak
Pembicaraan tentang anak dan dapat dilakukan :
perlindungannya tidak akan pernah berhenti a. Perlindungan secara langsung.
sepanjang sejarah kehidupan, karena anak Perlindungan secara langsung merupakan
merupakan generasi penerus bangsa dan usaha yang langsung berkaitan dengan
penerus pembangunan, yaitu generasi yang kepentingan anak antara lain pencegahan
dipersiapkan sebagai subjek pelaksana dari segala sesuatu yang dapat merugikan
pem¬bangunan yang berkelanjutan dan atau mengorbankan kepentingan anak
pemegang kendali masa depan suatu negara, disertai pengawasan supaya anak
tidak terkecuali Indonesia. Perlindungan anak berkembang dengan baik dan penjagaan
Indonesia berarti melindungi potensi sumber terhadap gangguan dari dalam dirinya dan
daya insani dan membangun manusia Indonesia luar dirinya.
seutuhnya, menuju masyarakat yang adil dan b. Perlindungan tidak langsung.
makmur, materil spiritual berdasarkan Dalam hal ini yang ditangani bukanlah anak
Pancasila dan UUD 1945. Upaya-upaya secara lang¬sung, tetapi para partisipan
perlindungan anak harus telah dimulai sedini lainnya dalam perlindungan anak. Seperti
mungkin, agar kelak dapat berpartisipasi secara para orang tua, petugas, pembina, dan lain
optimal bagi pembangunan bangsa dan sebagainya. Usaha-usaha perlindungan anak
negara.4 yang tidak langsung tersebut adalah sebagai
Dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1979 berikut :
tentang Kesejahteraan Anak, secara tegas
dinyatakan bahwa anak berhak atas 1. Mencegah orang lain merugikan
pemeliharaan dan perlindungan sejak dalam kepentingan anak melalui peraturan
kandungan ibunya. Selain itu anak berhak atas perundang undangan.
perlindungan terhadap lingkungan hidup yang 2. Meningkatkan pengertian tentang hak
membahayakan atau menghambat bagi dan kewajiban anak.
pertumbuhannya dengan wajar. 3. Pembinaan mental, fisik, sosial para
Perlindungan anak merupakan suatu usaha partisipan lain, dalam rangka
mengadakan kondisi dan situasi, yang perlindungan anak.
memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban 4. Penindakan mereka yang menghalangi
anak secara manusiawi positif, yang merupakan usaha perlindungan anak.5
pula perwujudan adanya keadilan dalam suatu Perlindungan hukum terhadap anak
masyarakat. Dengan demikian, perlindungan dilindungi, baik secara internasional maupun
anak harus diusahakan dalam berbagai bidang nasional dalam Konvensi Internasional maupun
penghidupan dan kehidupan bernegara, Undang-undang yg telah diratifikasi. Berbagai
bermasyarakat, dan berkeluarga berdasarkan dokumen/instrumen internasional dapat juga
hukum demi perlakuan benar, adil, dan dilihat sebagai upaya perlindungan hukum
kesejahteraan anak. ditingkat internasional Perhatian kepada anak
Melindungi anak berarti melindungi dalam masyarakat internasional me¬mang
manusia, dan membangun manusia seutuhnya. tidak sedikit dan dapat dilihat dari
Hakekat pembangunan nasional yakni ditetapkannya sejumlah instru¬men
internasional yang berkenaan dengan anak.
3
Abu Hurairah, Child Abuse (kekerasan Terhadap Anak),
Edisi Revisi Nuansa, Bandung, 2007, hlm 1
4
Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di
5
Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm 1 ibid

27
Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

Beberapa diantaranya yang eksplisit menyebut hak anak sebagaimana diamanatkan dalam
anak dapat dijumpai dalam: Konvensi Hak Anak.
1. Geneva Declaration of the Rights of the Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak
Child 1924. Anak (KHA) ke dalam hukum nasional melalui
2. UN General Assembly Declaration on the Keputusan Presiden No. 36/1990 tertanggal 25
Rights of the Child 1959. Agustus 1990 Tentang Pengesahan Convention
3. Internasional Convenant on Civil and Rights On The Rights Of The Child. Oleh karena itu
of the Child 1966. sebagai negara peserta terdapat kewajiban
4. Internasional Convenant on Economic, Sosial untuk melaksanakan seluruh kesepakatan yang
& Cultural Rights 1966. tercantum didalamnya. Dengan meratifikasi
5. UN Convention on the Rights of the Child KHA Indonesia secara teknis telah dengan
1989.6 sukarela mengikatkan diri pada ketentuan yang
Instrumen-instrumen tersebut telah terkandung dalam KHA. Hampir semua negara
menerapkan seperangkat hak anak dan di dunia telah meratifikasi KHA.
kewajiban negara-negara yang mnandatangani Bagaimanapun, anak tidak bisa berjuang sendiri
dan meratifikasinya untuk melindungi anak untuk menegakkan hak-hak anak sebagaimana
dalam hal pekerja anak, pengangkatan anak, tertulis indah dalam dokumen formal ataupun
konflik bersenjata, peradilan anak, pengungsi ketentuan hukum positif. Disinilah urgensi
anak, eksploitasi, kesehatan, pendidikan advokasi anak untuk menciptakan tatanan
keluarga, hak-hak sipil, dan hak-hak ekonomi, dunia yang lebih baik bagi anak.
sosial dan politik, serta budaya. Berbagai Disadari ataupun tidak, sesungguhnya
dokumen internasional jelas merupakan refleksi realita anak dimuka bumi belum seindah
dari kesadaran dan keprihatinan masyarakat ungkapan verbal dan jargon-jargon untuk
interna¬sional akan perlunya perlindungan mereka. Hukum dan regulasi perlindungan anak
terhadap keadaan buruk/menyedihkan yang bahkan tak jarang menjadi hiasan bibir yang
menimpa anak-anak di seluruh dunia. hampir tak bermakna lagi. Penegakan hak-hak
Berbagai dokumen/instrumen internasional anak masih mengenaskan diantara segmen
dalam upaya memberikan perlindungan manusia lainnya, dan pada kenyataannya
terhadap anak itu, sepantasnya mendapat sampai saat ini persoalan anak belum menarik
perhatian semua negara (termasuk Indonesia) banyak pihak untuk dibela.
dan diimplementasikan dalam berbagai bentuk Realitas keadaan anak masih belum
kebijakan perundang-undangan dan kebijakan menggembirakan. Nasib mereka belum seindah
sosial lainnya. ungkapan verbal yang kerapkali memposisikan
Peringatan Hari Anak Nasional 23 Juli 1997, anak bernilai atau penting. Pada tataran
Presiden Republik Indonesia atas inisiatif hukum, hak-hak yang diberikan hukum kepada
Menteri Sosial mencanangkan Gerakan anak belum sepenuhnya bisa ditegakkan. Hak-
Nasional Perlindungan Anak (GNPA), sebagai hak anak sebagaimana dimaksud dalam
wacana dan momentum bagi perlindungan dan dokumen hukum mengenai perlindungan hak-
advokasi hak-hak anak di Indonesia. Sebagai hak anak masih belum cukup ampuh bisa
suatu gerakan, seperti halnya gerakan keluarga menyingkirkan keadaan yang buruk bagi anak.
berencana misalnya, GNPA juga menghendaki Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku
komitmen dan dukungan segenap pihak, baik kehidupan masyarakat masih menyimpan
instansi pemerintah maupun masyarakat. masalah anak. Bahkan keadaan seperti itu
Upaya-upaya perlindungan anak dan bukan saja melanda Indonesia, namun juga
penegakan hak-hak anak diletakkan sebagai hampir semua negara yang ada di muka bumi
bagian sentral dari kegiatan pembangunan, ini.
walaupun memang harus segera diikuti dengan Organisasi Inggris "Save the children"
program aksi konkret untuk perlindungan hak- mengeluarkan laporan tentang situasi anak-
anak di Suriah, dua tahun setelah pecah perang
saudara. Menurut lembaga itu, dua juta anak-
6
Nandang Sambas, Pembaharuan Sistem Pemidanaan anak di Suriah menjadi korban dalam konflik
Anak Di Indonesia, Graha Ilmu

28
Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

berdarah ini. Mereka direkrut oleh kedua pihak kurang untuk mendukung maksud dan
yang bertikai untuk bertempur di garis depan tujuannya itu. Eksploitasi anak-anak yang
dan bahkan sering digunakan sebagai perisai berada dalam usia sekolah untuk membantu
manusia. Anak-anak ini harus berjuang untuk kehidupan keluarganya, baik sebagai
mendapat makanan yang cukup. Banyak anak pengamen, pengasong, tukang parkir, tukang
yang terancam penyakit dan malnutrisi. Mereka payung di musim hujan, dan lain-lainnya, tidak
juga tidak bisa pergi ke sekolah. Anak hanya dikenal di kota besar, melainkan juga ada
perempuan sering dipaksa untuk menikah di sekitar kita seperti di pusat Kota Manado.
secepatnya, karena keluarganya takut mereka Eksploitasi seperti ini sudah tentu
jadi korban perkosaan. Anak-anak makin sering bertentangan dengan UU No. 23/2002, dan
ditempatkan dalam kondisi berbahaya karena diancam pidana sesuai Pasal 88 dengan pidana
mereka direkrut oleh kelompok-kelompok penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
bersenjata dan oleh militer,” demikian denda paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua
disebutkan dalam laporan Save the Children ratus juta rupiah). Namun persoalannya
yang dirilis hari Rabu 13 Maret 2014.7 menjadi rumit kalau anak yang memang sadar
Terdapat beberapa hal yang baru dan dengan kondisi ekonomi keluarganya, ikut
menarik sehubungan dengan disahkan dan membantu ekonomi itu. Tentu tidaklah adil
diundangkannya UU No. 23/2002 tentang untuk memindana orang tuanya, misalnya
Perlindungan Anak, pada tanggal 22 Oktober dengan denda ratusan juta rupiah, yang seumur
2002, untuk dikaji. Diantaranya bahwa telah hidup orang tua yang bersangkutan tidak
ada sejumlah instrumen hukum dan pernah membayangkan jumlah sebesar itu.
perundangan yang mengatur Tentang Demikian pula tidaklah adil untuk menuntut
Perlindungan Anak di Indonesia, seperti dalam Negara yang tidak mampu menjalankan
BW Indonesia, UU No. 1/1974 tentang kewajibannya di bidang kesejahteraan sosial
Perkawinan, UU No. 4/1979 tentang yang menyangkut perlindungan anak
Kesejahteraan Anak, UU No. 3/1997 Tentang sebagaimana diatur dalam UUD 1945 (dan
Pengadilan Anak, serta sejumlah ketentuan Amandemennya) yang juga ditentukan oleh UU
Konvensi Internasional di bidang Hak Asasi No.23/2002 (Bab IV), karena disebabkan pada
Manusia yang diratifikasikan oleh Indonesia, keterbatasan dana, seperti pembebasan biaya
termasuk di dalamnya ketentuan Hak Asasi sekolah, kesehatan, dan jaminan sosial.
Manusia berdasarkan UU No. 39/1999; bahkan Hal yang menarik lainnya belum ada
dalam UUD 1945 dan Amandemennya. rumusan standar atau baku tentang batas umur
Persoalannya adalah walaupun telah ada untuk disebut sebagai seorang anak menurut
sejumlah instrumen hukum dan hak Asasi ketentuan perundang-undangan di Indonesia.
Manusia yang mengatur tentang anak dan Dalam putusan Pengadilan pun belum ada
perlindungan anak sebelum berlakunya UU No. kesepakatan mengenai penentuan umur untuk
23/2002, masih dirasakan kurang cukup untuk dinamakan dan dikategorikan sebagai anak.
memberikan dan menjamin perlindungan anak. Dalam UU No.4/1979 tentang Kesejahteraan
Hal lainnya adalah dengan berlakunya UU Anak, diberikan rumusan dan batasan umur
No. 23/2002 berlum menjadi jaminan bahwa “Anak adalah seorang Yang belum
perlindungan anak dapat dijamin menjadi lebih mencapai usia 21 (dua puluh satu) tahun dan
baik lagi. Kemudian hukum dan Hak Asasi belum pernah kawin” (Pasal 1 ayat 2).
Manusia tentang anak itu belum dijabarkan Sedangkan UU No. 23/2002 tentang
lebih lanjut sedangkan sebagian besar rakyat perlindungan anak, merumuskan dan
Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. menentukan batasan umur bahwa “Anak
Perlindungan anak tentu terkait untuk adalah seorang yang belum berusia 18 tahun,
memberikan kebahagiaan yang bersifat materiil termasuk anak yang masih dalam kandungan”
maupun spiritual, akan tetapi kondisi (Pasal 1 Angka 1). Dapatlah dikatakan
perekonomian sebagian besar rakyat Indonesia menyangkut usia seseorang untuk disebut
sebagai seorang anak, pada perundang-
7
http://www.dw.de/makin-banyak-anak-menderita-di- undangan di Indonesia tidak seragam.
suriah/a-16668010

29
Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

Menurut Maulana Hassan Wadong Agar dapat menyelesaikan suatu penelitian


dijelaskan status anak sebagai subjek hukum ilmiah diperlukan suatu metode penelitian yang
dalam perundang-undangan di Indonesia tepat dan sesuai dengan permasalahan yang
sebagai berikut: telah ditentukan. Pendekatan masalah yang
“Kedudukan anak dalam lingkungan hukum dipilih dalam penelitian ini dengan
sebagai subjek hukum, ditentukan dari menggunakan pendekatan deskriptif yuridis
bentuk dan sistem hukum terhadap anak normatif. Berdasarkan pendekatan tersebut,
sebagai kelompok masyarakat yang berada penelitian ini meliputi lingkup penelitian
di dalam status hukum dan tergolong tidak inventarisasi hukum positif.
mampu atau di bawah umur”.8 Pendekatan hukum normatif dipergunakan
Dijelaskannya pula bahwa menurut Undang- dalam usaha menganalisis bahan hukum
undang, tidak mampu karena kedudukan akal dengan mengacu kepada norma-norma hukum.
dan pertumbuhan fisik yang sedang Mengingat penelitian ini menggunakan
berkembang dalam diri anak yang pendekatan normatif yang tidak bermaksud
bersangkutan. untuk menguji hipotesa, maka titik berat
Subekti mengemukakan perbedaan status penelitian tertuju pada penelitian kepustakaan.
dan umur anak dalam BW Indonesia Pasal 330
usia dewasa ditetapkan 21 tahun, sedangkan B. Pengumpulan Bahan Hukum
dalam Hukum Adat seseorang yang sudah umur Pengumpulan bahan hukum dilakukan
15 tahun sudah dianggap dewasa. dengan prosedur identifikasi dan inventarisasi
Apa yang dikemukakan di atas itulah yang hukum positif sebagai suatu kegiatan
melatarbelakangi kajian dalam Tesis ini yang pendahuluan. Bahan hukum diperlukan untuk
pada intinya bertumpu pada upaya untuk mengkaji pengertian-pengertian dasar yang
menemukan bagaimana aspek Hukum dan Hak terdapat dalam sistem hukum perlindungan
Asasi Manusia di dalam perlindungan anak di anak.
Indonesia, apalagi dengan berlakunya UU Dalam penelitian pada umumnya dibedakan
No.23/2002 tentang perlindungan anak. antara data yang diperoleh secara langsung dari
Sebagai kelompok masyarakat yang belum masyarakat yang dinamakan data primer (atau
mandiri secara fisik, mental maupun data dasar), dan data dari bahan-bahan pustaka
kemampuan berpikir, persoalan anak perlu yang lazimnya dinamakan data sekunder.
diberikan perhatian lebih khusus dalam upaya Biasanya, pada penelitian hukum normatif yang
memberikan jaminan dan perlindungan diteliti data sekunder, yang mencakup bahan
hukumnya. hukum primer, sekunder dan tertier. (Soekanto,
1986:52)
PERUMUSAN MASALAH Mengingat penelitian ini menggunakan
Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, pendekatan normatif, maka pengumpulan
maka pemasalahan dalam Tesis ini sebagai bahan hukum dilakukan dengan prosedur
berikut : identifikasi dan inventarisasi bahan-bahan
1. Prinsip-prinsip Hukum HAM apa saja yang di hukum primer dan bahan-bahan hukum
atur dalam Instrumen Hukum Internasional sekunder serta bahan hukum tertier.
dan nasional ? Di dalam penelitian hukum, data sekunder
2. Bagaimana Perlindungan Hak Anak dalam mencakup :
implementasi Konvensi Hak Anak kedalam 1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan
Hukum Nasional dan Internasional hukum yang mengikat, dan terdiri dari:
a. Norma (dasar) atau kaidah dasar.
METODE PENELITIAN b. Konvensi
A. Pendekatan Masalah c. Ketentuan Perundang-Undangan
d. Bahan hukum yang tidak dikodifikasi,
seperti hukum adat.
8
Maulana Hassan Wadong, pengantar Advokasi dan e. Yurisprudensi.
perlindungan anak, gramedia widiasarana Indonesia, f. Traktat.
Jakarta, 2000, hlm 2

30
Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

g. Bahan hukum dari jaman penjajahan ini penting karena perubahan hukum tidak
yang hingga kini masih berlaku. bergantung kepada jumlah peristiwa,
2. Bahan hukum sekunder, yang memberikan perjanjian, atau putusan pengadilan tetapi
penjelasan mengenai bahan hukum primer kepada gejala-gejala sebagai hasil pola sikap
seperti; textbook, jurnal dan hasil penelitian. tindak manusia. yang didasarkan pada aspek
3. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang hukum normatif dan evaluatif.
memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan PEMBAHASAN
sekunder, seperti; kamus dan enciklopedia. 1. Prinsip-prinsip Hukum HAM Yang Di Atur
Adapun bahan hukum primer dalam Dalam Instrumen Hukum Nasional Dan
penelitian ini adalah : Kitab Undang-Undang Internasional
Hukum Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum a. Konvensi Hak Anak sebagai Sumber
Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Hukum Internasional.
Pidana (KUHAP), UU No. 3 Tahun 1997 tentang Konvensi merupakan salah satu bentuk dari
Pengadilan Anak dan UU No. 23 Tahun 2003 perjanjian internasional yang penting. Dalam
tentang Perlindungan Anak. hukum internasional, perjanjian internasional
Sedangkan bahan hukum sekunder terdiri adalah salah satu sumber hukum internasional.9
dari hasil-hasil seminar, karya ilmiah baik Dalam hal Konvensi Hak Anak, pemerintah
berupa literatur maupun hasil penelitian, Republik Indonesia telah meratifikasi dengan
jurnal, yang ada kaitannya dengan mengeluarkan Keppres Nomor 36 Tahun 1990.
permasalahan yang dibahas dalam penelitian Ketentuan Keppres Nomor 36 Tahun 1990 ini
ini. mengintrodusir kaidarh hukum yang terdapat
Bahan hukum tertier, yakni bahan yang dalam Konvensi Hak Anak ke dalam hukum
memberikan petunjuk maupun penjelasan nasional. Dengan perkataan lain, terdapat
terhadap bahan hukum primer dan sekunder kewajiban pemerintah Republik Indonesia
yang terdiri dari: Black’s Law Dictionary, Kamus mengikat negara peserta, dan sekaligus sebagai
Hukum, Kamus umum Bahasa Indonesia, sumber-sumber hukum dalam pembentukan
maupun buku-buku petunjuk lain yang ada hukum nasional yang berkenaan dengan
kaitannya dengan permasalahan dalam pelaksanaan Konvensi Hak Anak. Untuk
penelitian ini. mengimplementasikan Konvensi Hak Anak,
Penelitian hukum yang dilakukan dengan pembentukan hukum atau legislasi atas hak-
cara meneliti bahan pustaka atau data hak anak adalah kewajiban negara untuk
sekunder belaka dapat dinamakan penelitian menuangkannya dalam bentuk hukum nasional,
hukum normatif atau penelitian hukum apakah sebagai undang-undang, peraturan
kepustakaan. (Soerjono Soekanto dan Sri pemerintah, keputusan presiden, peraturan
Mamuji, 1995:13). Penelitian kepustakaan menteri dan produk hukum positif lainnya.
bertujuan untuk mendapatkan bahan-bahan
hukum melalui telaah pustaka (umumnya legal b. Prinsip-prinsip Dalam Hukum
document) dari berbagai referensi yang ada. Internasional Dan Nasional.
Dalam prinsip-prinsip Hukum Internasional
C. Teknik Analisis terdapat 30 prnsip-prinsip hukum internasional
Bahan hukum yang diperoleh, yang merupakan sebagian dari sekian banyak
diinventarisasi dan diidentifikasi kemudian prinsip-prinsip hukum internasional yang ada
diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan dan diakui.
menggunakan logika berpikir secara deduksi Instrumen Internasional yang menerapkan
yaitu dari hal-hal yang berifat umum kemudian seperangkat hak-hak anak dapat dijumpai
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. dalam:
Penggunaan analisis kualitatif artinya hasil 1. Geneva Declaration of the Rights of the
analisis tidak bergantung kepada data dari segi Child 1924.
jumlah (kuantitatif), tetapi data dianalisis dari
9
berbagai sudut secara mendalam (holistik). Hal Mochtar Kusumaatmadja dan Etty Agoes, pengantar
Hukum Internasional, Binacipta, bandung, 2003, hlm 114

31
Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

2. UN General Assembly Declaration on the perundangan-undangan mengenai hak-hak


Rights of the Child 1959. anak. Karena Konvensi Hak Anak merupakan
3. Internasional Convenant on Civil and Rights sumber hukum dan memberi isi materi hukum,
of the Child 1966. maka Konvensi Hak Anak adalah bagian dari
4. Internasional Convenant on Economic, Sosial hukum tentang anak.
& Cultural Rights 1966.
5. UN Convention on the Rights of the Child 2. Perlindungan Hak Anak Dalam
1989.10 Implementasi Konvensi Hak Anak kedalam
Hukum nasional Dan Internasional.
c. Hak Dan Kewajiban Indonesia Sebagai a. Mengimplementasi Konvensi Hak Anak
Negara Peserta Konvensi Hak Anak. sebagai Gerakan Global.
Setelah dilakukan ratifikasi atas Konvensi Hak Konvensi Hak Anak yang kini telah diratifikasi
Anak oleh pemerintah Republik Indonesia 191 (seratus sembilan puluh satu) negara
dengan mengeluarkan Keppres Nomor 36 peserta. Tercatat sebagai dokumen atau
Tahun 1990, maka hak-hak anak secara konvensi tentang perlindungan hak asasi
kuantitaitf terdapat sejumlah 30 kewajiban manusia yang paling banyak diratifikasi dan
negara peserta untuk mengimplementasi hak- diikuti negara peserta. Keinginan politik untuk
hak anak. melindungi anak dikukuhkan kembali para
kewajiban untuk mengimplementasikan hak- pemimpin dunia yang menghadiri KTT Anak
hak anak sebagaimana dimaksud dalam Tahun 1990. Komitmen yang melahirkan 10
Konvensi Hak Anak, maka negara peratifikasi (sepuluh) program utama untuk menegakan
berkewajiban membuat prosedur pelaporan hak-hak anak, pada dasarnya merupakan wujud
dan pembentukan lembaga yang mendukung keprihatinan terhadap kondisi anak di negara-
hak-hak anak. Adapun kewajiban negara negara di dunia. Deklarasi dunia yang lahir pada
peratifiaksi, selain mengimplemtasikan hak-hak pertemuan puncak Tahun 1990 itu juga
anak tersebut adalah: mengungkapkan rasa cemas akan buruknya
1. Membentuk sebuah komisi yang disebut realitas anak-anak yang membutuhkan
dengan Komisi Nasional Hak Anak (Vide perlindungan khusus.
Pasal 43); Perlindungan hak-hak anak yang diwujudkan
2. Membuat laporan nasional (country report) sebagai gerakan global negara-negara di
kepada UNICEF dalam rangka monitoring seluruh dunia dengan mensahkan Konvensi Hak
pelaksanaan konversi hukum anak. Adapun Anak sebagai bagian dari hukum nasional
kewajiban membuat laporan dimaksud negara bangsa tersebut, merupakan sebuah
dilaksanakan pada saat 2 (dua) Tahun kemajuan penting untuk meletakkan
setelah negara peserta meratifikasi Konvensi pembangunan sosial anak sebagai bagian dari
Hak Anak, dan laporan rutin setelah itu keseluruhan proses pembangunan negara-
dalam periode lima tahun sekali (vide Pasal negara di dunia. Menurut keyakinan UNICEF
44). sebagai badan dunia yang mengurusi masalah
dana anak-anak internasional, bahwa sudah
d. Materi Hukum Yang bersumber dari tiba saatnya bagi negara-negara di dunia untuk
Konvensi Hak Anak. menempatkan kebutuhan hak-hak anak pada
Konvensi Hak Anak merupakan sumber hukum pusat strategi pembangunan.
yang memberikan materi pada pembuatan Dalam masalah penanggulangan pekerja
hukum dan harmonisasi hukum tentang anak. anak misalnya, International Labour
Secara demikian maka kaidah hukum yang Organization (ILO) telah membuat satu bentuk
terdapat dalam Konvensi Hak Anak sekaligus program aksi global yang menanggulangi
merupakan materi hukum yang terdapat dalam masalah pekerja anak di seluruh dunia dengan
Konvensi Hak Anak sekaligus merupakan materi memprioritaskan beberapa negara tertentu
hukum yang memberi isi peraturan termasuk Indonesia, sejak Tahun 1990, badan
PBB yang mengurusi masalah perburuhan ini
10
Nandang Sambas, Pembaharuan Sistem Pemidanaan menyelenggarakan program yang dikenali
Anak Di Indonesia, Graha Ilmu

32
Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

sebagai International Programe on Elimination dikenal dengan catur wangsa yang meliputi
of Child Labour (IPEC). kepolisian (lembaga penyidik), kejaksanaan
Di Indonesia sendiri dimulai Tahun 1990 setelah (penuntut), hakim (peradilan), dan
ditandatanganinya Memory of Understanding pengacara atau advokat. Untuk menegakan
antara Pemerintah Indonesia dalam hal ini hak-hak anak dan menegakkan hukum anak,
Menteri Tenaga Kerja dengan Direktur Jenderal menghadapi permasalahan umum yang
ILO.11 melanda Indonesia yakni keterbatasan
kemampuan para penegak hukum yang
b. Masalah Hukum Implementasi Hak-Hak memahami hukum anak dan hak-hak anak,
Anak kualitas, pendidikan dan keahlian masing-
Secara teoritis masalah hukum bukan masing aparat penegakan hukum, dan
sekedar membuat materi hukum yang baik kemampuan organisasi dalam menegakkan
akan tetapi berkenaan dengan berberapa hal hukum anak dan hak-hak anak.
lain yang juga menentukan bagaimana hukum 3. Budaya hukum masyarakat, yakni struktur
bergerak dalam masyarkat hukum, oleh karena sosial dan pandangan kultural yang
itu, untuk menghadapi masalah berlangsung dan diyakini masyarakat dalam
pengimplementasian hak-hak anak menghadapi menegakkan yang berlangsung dan diyakini
masalah kehendak politik nasional negara masyarakat dalam menegakkan hukum
untuk meratifikasi Konvensi Hak Anak, dan sebagai sebuah pedoman tingkah laku
masalah internal bangsa dan negara Indonesia sehari-hari. Masalah budaya hukum
yang berkenaan dengan penerapan hak-hak merupakan masalah penting dalam
anak ke dalam hukum dan penegakan hukum menegakkan hukum di Indonesia yang
(enforcement of Masalah penegakkan hak-hak menyangkut keyakinan masyarakat pada
anak dan hukum anak, pada dasarnya sama hukum dan para penegak hukum.
dengan masalah penegakkan hukum secara 4. Masyarakat hukum, yakni tempat
keseluruhan. Oleh karena itu, masalah bergeraknya hukum dalam kehidupan
pengimplementasian hukum anak dipengaruhi sehari-hari yang mencakup sejauhmana
oleh beberapa faktor-faktor : kepatuhan masyarakat kepada hukum,
1. Peraturan hukumnya, yakni peraturan kepedulian masyarakat untuk menegakkan
perundang-undangan yang mengatur hukum untuk menuju ketertiban dan
tentang masalah hukum tertentu. Dalam hal kedamaian dalam hal penegakan hak-hak,
konvensi hukum anak, maka peraturan masyarakat adalah bagian terpenting untuk
hukum tersebut merupakan perwujudan menghormati hak-hak anak dalam praktek
dari kaidah hukum tentang hak-hak anak. kehidupan sehari-hari. Hukum anak hanya
Dalam hal ini, masalah peraturan hukum pedoman yang bisa dijadikan acuan untuk
tentang hak-hak anak berkenaan dengan : mengarahkan bagaimana masyarakat
a. Cara pembentukan dan persyaratan bertindak jika masalah anak ditemukan.
yuridis pembentukannya; law).
b. Materi hukum tersebut apakah telah
sesuai dengan semangat, nilai asas dan c. Hak-Hak Anak Dalam Hak Asasi Manusia.
kaidah hukumnya.
c. Peraturan pelaksanaan yang dikehendaki Presiden Republik Indonesia atas inisiatif
perlu dipersiapkan untuk mencegah Menteri Sosial telah mencanangkan Gerakan
kekosongan hukum. Nasional Perlindungan Anak (GNPA), sebagai
2. Aparat penegak hukum, yakni para petugas wacana dan momentum bagi perlindungan dan
atau lembaga yang berkaitan dengan proses advokasi hak-hak anak di Indonesia.
berlangsungnya hukum dalam masyarakat. Sebagai negara peserta (state party) yang
Dalam hal penegakan hukum di Indonesia, telah meratifikasi Konvensi Hak Anak ke dalam
aparat yang bertugas menegakkan hukum hukum nasional, maka pemerintah Indonesia
berkewajiban menjamin tegaknya hak-hak
anak, sebagaimana juga sekarang diemban 191
11
(Purnanto, 1997:17)

33
Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

(seratus sembilan puluh satu) negara peserta perawatan pre-natal dan menurunkan
Konvensi Hak Anak di seluruh dunia. angka kematian anak dan bayi di semua
negara dan di kalangan rakyat. Kita
1. Instrumen Internasional dan Prinsip akan meningkatkan pengadaan air
Perlindungan Hak-Hak Anak. bersih di semua masyarakat untuk
Hak-hak anak yang merupakan Hak Asasi seluruh anak mereka, di samping
manusia adalah bagian dari Hukum menyediakan sarana sanitasi untuk
Internasional maka dari itu menjadi bahan semua.
pertimbangan lahirnya Konvensi Hak Anak 3. Kita akan bekerja untuk pertumbuhan
diantarnya : dan pengembangan yang optimal pada
a. Deklarasi mengenai Prinsip-prinsip Sosial masa kanak-kanak, melalui langkah-
dan Hukum menyangkut Perlindungan langkah untuk menghilangkan
dan Kesejahteraan Anak; kelaparan, kekurangan gizi dan
b. Standar Minimum PBB bagi kekurangan pangan, dan dengan
Penyelenggara Peradilan Anak demikian meringankan jutaan anak dari
(“Ketentuan Beijing”) (Resolusi Sidang penderitaan yang tragis di dunia yang
Umum, 29 November 1985); sebenarnya memiliki sarana untuk
c. Deklarasi Perlindungan bagi Wanita dan memberi makan semua warganya.
Anak dalam keadaan Darurat dan Konflik 4. Kita akan bekerja untuk memperkuat
Bersenjata (Resolusi Sidang Umum, 14 peranan dan kedudukan wanita. Kita
Desember 1974). akan meningkatkan perencanaan
d. Deklarasi Jenewa tentang hak-hak anak ukuran keluarga yang bertanggung
Tahun 1924; jawab, pengaturan jarak antara dua
e. Deklarasi Hak-hak Anak yang disetujui anak, pemberian air susu ibu dan masa
oleh Sidang Umum tanggal 20 November hamil dan persalinan yang aman.
1959. 5. Kita akan bekerja untuk menghormati
peranan keluarga dalam mengasuh
2. Agenda Aksi Perlindungan Hak-hak Anak. anak-anak dan akan mendukung usaha-
Komitmen yang lahir dari KTT Anak itu usaha para orang tua, para pengasuh
menyebutkan bahwa kesejahteraan anak lainnya, dan masyarakat untuk
menghendaki tindakan politik pada tingkat merawat dan mengasuh anak-anak,
yang paling tinggi. Artinya bahwa masalah dari tahap-tahap paling dini dalam
perlindungan anak termasuk sebagai agenda masa anak-anak sampai kepada masa
pembangunan yang dilaksanakan segenap remaja. Kita juga mengetahui
negara di seluruh dunia. kebutuhan-kebutuhan khusus anak-
Oleh karena itu, KTT Anak sepakat anak yang terpisah dari keluarga-
memberikan komitmen kepada 10 program keluarga mereka.
pokok untuk melindungi hak-hak anak dan 6. Kita akan bekerja untuk program-
meningkat-kan taraf hidup mereka, yaitu: program yang mengurangi buta huruf
1. Kita akan bekerja untuk mendorong dan memberi peluang pendidikan untuk
ratifikasi dan pelaksanaan Konvensi Hak semua anak, tanpa membedakan latar
Anak sedini mungkin. Program-program belakang dan jenis kelamin mereka;
untuk mendorong informasi tentang yang mempersiapkan anak-anak untuk
hak-hak anak harus dilancarkan di lapangan kerja yang produktif dan
seluruh dunia, dengan memperhatikan peluang belajar sepanjang hayat, yaitu
nilai-nilai sosial dan budaya yang melalui pelatihan kejuruan; dan yang
berbeda di masing-masing negara. memungkinkan untuk tumbuh menjadi
2. Kita akan bekerja untuk suatu usaha suatu konteks budaya dan sosial yang
yang kokoh baik nasional maupun menunjang dan mengasuh.
internasional guna meningkatkan 7. Kita akan bekerja untuk memperbaiki
kesehatan anak, mempromosikan keadaan yang menyedihkan yang

34
Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

dialami jutaan anak yang hidup dalam kebutuhan khusus anak-anak di negara-
keadaan yang sangat sulit sebagai negara berkembang, dan khususnya di
korban apartheid dan pendudukan negara-negara kurang berkembang,
asing; anak-anak yatim dan anak-anak pantas mendapat prioritas. Tetapi
jalanan dan anak-anak dari pekerja- pertumbuhan dan perkembangan
pekerja musiman; anak-anak terlantar memerlukan promosi di semua Negara,
dan korban bencana alam dan bencana melalui tindakan nasional, dan kerja
buatan manusia sendiri; anak-anak sama internasional. Ini menghendaki
cacat dan yang disalahgunakan, anak pemindahan sumber-sumber daya
yang kurang beruntung dari segi sosial tambahan yang layak kepada negara-
dan anak-anak yang dimanfaatkan. negara berkembang di samping
Anak-anak pengungsi harus dibantu peningkatan persyaratan perdagangan,
agar mereka dapat menemukan akar liberalisasi perdagangan lebih jauh lagi
baru dalam kehidupan. Kita akan dan langkah-langkah untuk keringanan
bekerja untuk perlindungan khusus bagi pinjaman. Ini juga berarti penyesuaian-
anak-anak yang bekerja dan untuk penyesuaian struktural yang
penghapusan tenaga kerja anak yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi
tidak sah. Kita akan melakukan segala dunia, terutama di negara-negara
usaha untuk menjaga agar anak-anak berkembang, sementara menjamin
tidak akan menjadi korban dari bencana kesejahteraan sebagian besar sektor
yang ditimbulkan obat-obat terlarang. penduduk yang lemah, khususnya anak-
8. Kita akan bekerja dengan hati-hati anak.
untuk melindungi anak-anak dari
malapetaka peperangan dan 3. Realitas Masalah Anak.
mengambil langkah-langkah untuk Paradoks hak anak melanda anak-anak yang
mencegah sengketa bersenjata lebih pada tataran praktis terlibat sebagai pekerja
jauh lagi, untuk memberi kepada anak- anak (child labor), Anak-anak jalanan (street
anak di mana saja masa depan yang children) yang merupakan produk dinamika
aman dan ter-jamin. Kita akan perkotaan marak di kota-kota besar Indonesia
meningkatkan nilai-nilai perdamaian, yang ironisnya tanpa perlindungan hukum,
pengertian dan dialog dalam rawan dengan kekerasan, asumsi kriminal
pendidikan anak-anak. Kebutuhan- (crime image) dan destruktif bagi kemajuan
kebutuhan dasar anak-anak dan kota. Sementara itu eksploitasi seks (sex
keluarga harus dilindungi bahkan dalam exploitation) dan pelacuran anak (child
masa peperangan dan di daerah-daerah prostitution) yang rentan dalam industri
yang dilanda kerusuhan sekalipun. Kita pariwisata dan bisnis hiburan mulai menjalari
menjamin agar masa-masa tenang dan anak-anak Indonesia mulai menggejala.
jalur-jalur bantuan khusus dipatuhi Demikian juga praktek jual beli, penculikan dan
demi kepentingan anak-anak, di mana penyeludupan anak (sale, trafficking, and
peperangan dan kekerasan masih juga abdurating). Kasus-kasus lain yang muncul lebih
terjadi. dahulu seperti kekerasan terhadap anak (chid
9. Kita akan bekerja untuk langkah- violation), penyiksaan dan perampasan hak.
langkah bersama bagi pelestarian Dalam spektrum permasalahan anak
lingkungan, pada semua tingkat, sedemikian rupa, implementasi hak-hak harus
sehingga semua anak bisa me-nikmati dilakukan dengan transformasi hak anak secara
masa depan yang lebih aman dan lebih struktural. Hak-hak anak harus diaktualisasikan
sehat. dalam kebijakan politik tertinggi Negara.
10. Kita akan bekerja untuk menyerang Implementasi Hukum Dan hak Asasi Manusia
kemiskinan di seluruh dunia, yang akan Tentang Perlindungan Anak Dalam UU No. 23
memberi manfaat langsung kepada tahun 2002.
kesejahteraan anak. Kepekaan dan

35
Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

Instrumen hukum dan perundangan tentang dikelompokkan ke dalam hak-hak manusia


Perlindungan Anak yang diberlakukan terakhir secara umum. Karena sangat sulit untuk
ini ialah Undang-undang No. 23 Tahun 2002 memisahkan hak-hak manusia di satu pihak
tentang Perlindungan Anak. Undang-undang dengan hak asasi anak di pihak lain, pada
No. 23 Tahun 2002 yang disahkan dan tanggal 20 November 1959, Perserikatan
diundangkan pada tanggal 22 Oktober 2002 Bangsa-Bangsa memandang perlu untuk
dan dimuat dalam Lembaran Negara Republik merumuskan Declaration on the Rights of the
Indonesia Tahun 2002 No. 109, jika dikaji Child. Kemudian dikenal dengan sebutan
secara mendalam, lebih banyak dipengaruhi Deklarasi Hak Asasi Anak
oleh instrumen hukum dan perundangan b. Perlindungan Hak Asasi Anak.
tentang Hak Asasi Manusia, baik yang diatur Perlindungan hak asasi anak adalah meletakkan
dalam Hukum Nasional, seperti Undang-undang hak anak ke dalam status sosial anak dalam
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, kehidupan masyarakat, sebagai bentuk
maupun dalam berbagai Konvensi Internasional perlindungan terhadap kepentingan-
yang telah diratifikasikan oleh Indonesia kepentingan anak yang mengalami masalah
maupun yang belum diratifikasikan. Dalam sosial. Perlindungan hak asasi anak dapat
Undang-undang No. 23 Tahun 2002 secara diberikan dengan cara yang sistematis, melalui
khusus diatur perihal Perlindungan Anak serangkaian program, stimulasi, latihan,
sebagai instrumen hukum dan perundangan pendidikan, bimbingan salat, permainan dan
baru yang khusus untuk hal perlindungan anak dapat juga diberikan melalui bantuan hukum
itu sendiri. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 yang dinamakan Advokasi dan Hukum
ini pun mengacu pada beberapa instrumen Perlindungan Anak.
perundangan yang telah penulis sebutkan Asasi anak yang berhubungan dengan proses
sebelumnya, seperti Undang-undang No. 4 peradilan.
Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Hak-hak anak yang terdapat dalam proses
Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak dapat
Pengadilan Anak, dan Undang-undang No. 39 dikelompokkan ke dalam ketentuan-ketentuan
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; bahkan Hukum Acara Pidana, Ketentuan UU No. 3
beberapa Konvensi Internasional seperti yang Tahun 1997 tentang Peradilan Anak; UU No. 12
telah diratifikasikan oleh Indonesia. Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Anak.

4. Implementasi Hak Anak Dan Hukum PENUTUP


perlindungan Anak. A. KESIMPULAN
Hak anak adalah sesuatu kehendak yang 1. Dalam hal prinsip-prinsip Hukum HAM
dimiliki oleh anak yang dilengkapi dengan terhadap perlindugan anak yang tertuang
kekuatan (macht) dan yang diberikan oleh dalam Instrumen Nasional dan
sistem hukum/tertib hukum kepada anak yang Internasional, ada beberapa Hukum
bersangkutan. internasional yang mengatur tentang
Dari definisi hak anak tersebut, pada sisi lain perlindungan anak, salah satunya dalam
diletakkan hak-hak lain dalam lingkungan sosial, Konvensi Hak Anak yang telah di ratifikasi
seperti hak orang tua, pemerintah, warga oleh Negara Republik Indonesia sebagai
masyarakat atau lebih umum disebut Negara peserta. Dengan dikeluarkannya
lingkungan sosial di mana anak itu berada akan UU No. 36 Tahun 1990 maka Indonesia
mencirikan hak-hak itu secara formal. telah mengikat diri dan berkewajiban
a. Hak Asasi Dalam declaration On The dalam penerapan perlindungan anak.
Right Of The Child Konvensi merupakan bentuk dari sumber
Pada tanggal 10 Desember 1948 lahir The perjanjian Internasional dan dalam
Universal Declaration of Human Rights atau konvensi hak anak telah ada pula
lebih populer dengan sebutan Pernyataan sejumlah Hukum Nasional yang selaras
Umum Hak Asasi Manusia yang dikeluarkan dengan Hukum Internasional tentang
Perserikatan Bangsa-Bangsa; hak asasi anak perlindungan anak misalnya UU No. 4

36
Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. mengimplementasi perlindungan anak,


Dalam pemberntukan Hukum positif Negara Republik Indonesia telah
konvensi anak merupakan sumber kaidah membuat UU No. 23 tahun 2002 tentang
yang berkenan dengan anak-anak artinya perlindungan anak, aturan lainnya yang
secara hukum pemerintah Republik lebih banyak mengatur tentang HAM
Indonesia telah mengikat diri sebagai yang diatur dalam UU No. 39 tahun 1999.
Negara perserta, untuk itu pemerintah Beberapa Intrumen Nasional pun telah
harus berkewajiban melaksanakan diatur oleh pemerintah dalam UU No. 4
aturan-aturan yang telah ada agar rasa tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
kemanusian dan keadilan bias dirasakan dimana Negara bertujuan agar anak-anak
oleh anak-anak Indonesia yang Indonesia mendapatkan kelayakan karna
memerlukan dan aturan yang telah ada anak adalah generasi bangsa dan UU No.
tidak mengalami kekosongan, karna pada 3 tahun 1997 tentang peradilan anak
realitanya banyak anak-anak yang masih agar anak mendapatkan perlindungan
perlu bantuan dari pemerintah seperti Hukum.
kesejahteraan anak dan perlindungan
terhadap Hukum. B. SARAN.
2. Perlindungan hak-hak anak yang 1. Dalam menerapkan kaidah hukum dalam
diwujudkan sebagai gerakan global konvensi hak anak maka perlu dilakukan
Negara-negara diseluruh dunia dengan harmonisasi hukum, di mana pemerintah
mensahkan Konvensi Hak Anak sebagai bersama DPR seharusnya secara berkala
bagian dari hukum nasional Negara memeriksa dan menganalisis perundang-
bangsa tersebut, merupakan sebuah undangan yang ada dan yang masih
kemajuan penting untuk meletakkan sedang dalam perencanaan
pembangunan sosial anak sebagai pembentukannya, meninjau ulang
bagian dari keseluruhan proses lembaga-lembaga yang ada hubungannya
pembangunan Negara-negara di dunia. dengan pelaksanaan konvensi hak anak,
Sebagai sebuah produk hukum, Konvensi mengusulkan langkah-langkah pintas
Hak Anak harus demikian hal yang harus penyelarasan ketentuan konvensi hak
dilakukan setiap Negara peserta setelah anak dengan perundang-undangan
peratifikasian Konvensi Hak Anak adalah Indonesia, serta meninjau ulang bagian
menyelenggarakan program anak perundang-undangan yang masih berlaku
membuat hukum anak yang bersandar tetapi perlu penyempurnaan atau
kepada Konvensi Hak Anak. Hal ini harus pelaksaan yang tepat. Pemerrintah juga
dilakukan sebagai wujud dari kewajiban harus lebih efektif dalam penerapan
Indonesia menjamin tegaknya hak-hak aturan-aturan yang telah dibuat dalam
anak. Berbagai masalah umum seputar perlindungan anak agar aturan-aturan
pelaksanaan Konvensi Hak Anak secara itu tidak sekedar aturan yang kosong,
keseluruhan di Indonesia. Masalah karna realitanya banyak anak-anak yang
umum dimaksud lebih menunjukkan perlu bantuan dan dilindungi oleh
kepada kinerja bangsa dan Negara pemerintah itu karna anak-anak adalah
Indonesia dalam mengemban generasi bangsa.
pembangunan hukum secara khusus 2. Walaupun telah ada sejumlah Instrumen
masalah hukum yang berkenan dengan Hukum Internasional seperti dalam
implementasi Konvensi HAk Anak ke Konvensi Hak Anak dan sejumlah Hukum
dalam hukum nasional berkaitan dengan Nasional, cara mengimplementasinya
keserasian antara hak-hak anak dalam masih kurang baik, pada realitanya nasib
konvensi dengan kondisi sosial ekonomi anak-anak Indonesia belum begitu
dan budaya di dalam negeri atau pada menggembirakan, kondisi anak-anak
masyarakat hukum Indonesia, Dalam yang berada dalam situasi sulit, rentan,
Instrumen Hukum Nasional hal eksploitasi, mengalami tindakan

37
Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

kekerasan, penyalahgunaan dan Magnar (ed.), Pertumbuhan dan Perkembangan


diskriminasi yang memerlukan Konstitusi suatu Negara, Mandar Maju, Bandung.
perlindungan khusus oleh pemerintah. Manoppo, H.A., Sepintas Tinjauan Mengenai Adanya
Dalam Hukum Nasional misalnya UU No. Hak-hak Asasi Manusia di dalam Hukum Acara
Pidana Negara Indonesia, Hukum dan Keadilan
23 tahun 2002 tentang perlindungan
No. 1 Tahun VI, Mei-Juni 1978.
anak memerlukan pelaksanaannya yang Prodjodikoro, Wirjono, 1981. Hukum Perkawinan di
lebih efektif, sosialisasinya lebih intensif Indonesia, Sumur Bandung.
kepada masyarakat (LSM) maupun Saleh, Roeslan, 1987. Kitab Undang-undang Hukum
Negara untuk benar-benar melaksanakan Pidana (KUHP) dengan Penjelasannya, Aksara
ketentuan-ketentuannya dalam Baru, Jakarta.
kenyataannya. Diperlukan upaya Setiardja, A. Gunawan, 1993. Hak-hak Asasi Manusia
implementasi hak anak sebagai bagian Berdasarkan Ideologi Pancasila, Kanisius,
dari kesejahteraan sosial menurut Yogyakarta.
konstitusional dan dimintakan Setiawan, M. Arif., Pelaksanaan KUHAP Dalam
Perspektif Hak Asasi Manusia, Makalah Diskusi
pertanggungjawaban Negara terhadap
Panel Di Fakultas Hukum UII Yogyakarta, Tanggal
tidak dipenuhinya ketentuan tersebut. 10 Desember 1994.
Simorangkir, J.C.T, 1983. Hukum dan Konstitusi,
DAFTAR PUSTAKA Gunung Agung, Jakarta.
Abdurrahman, 1995. Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Siregar, Bismar, 1986. Aspek Hukum Perlindungan
Ilmu Perundang-undangan, Citra Aditya Bakti, atas Hak-hak Anak: Suatu Tinjauan, dalam
Bandung. Mulyana W. Kusumah (ed.), Hukum dan Hak-hak
Achmad, Z. Ansari, 1986. Sejarah dan Kedudukan Anak, Rajawali Pers, Jakarta.
BW di Indonesia, Rajawali, Jakarta. Soekanto, Soerjono., Pengantar Penelitian Hukum,
Adiwinata, Saleh, 1983. Perkembangan Hukum UI Press, Jakarta, 1982.
Perdata/Adat Sejak Tahun 1960, Alumni, ----------------- dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Bandung. Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985.
A.K., Syahmin., Hukum Internasional Humaniter, Soesilo, R, 1985. Kitab Undang-undang Hukum
Buku I, Bagian Umum, Cetakan Pertama, CV Pidana (KUHP), Politeia, Bogor.
Armico, Bandung, 1985. Subekti, 1989. Pokok-pokok Hukum Perdata,
--------------., Hukum Internasional Humaniter, Jilid 2 Intermasa, Jakarta.
Bagian Khusus, Cetakan Pertama, Armico, -----------------, 1990. Hukum Keluarga dan Hukum
Bandung, 1985. Waris, Intermasa, Jakarta.
BPHN, 1976. Simposium Sejarah Hukum, Binacita, -----------------, dan R. Tjitrosudibio, 1986. Kitab
Bandung. Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya
Budiarjo, Miriam., Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Paramita, Jakarta.
Gramedia, Jakarta, 1987. Wadong, Maulana Hassan, 2000. Pengantar
Effendi, H.A. Masyhur., Hak Asasi Manusia Dalam Advakasi dan Perlindungan Anak, Gramedia
Hukum Nasional Dan Internasional, Ghalia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Indonesia, Jakarta, 1994. Wayhono, Agung, dan Siti Rayahu, 1993. Tinjauan
Firdaus, Kamal., Pelaksanaan Undang-undang tentang Peradilan Anak, Sinar Grafika, Jakarta.
Hukum Acara Pidana dan Hak Asasi manusia Yunas, Oidi Nazmi, 1992. Konsepsi Negara Hukum,
Dalam Perspektif Kepengacaraan, Makalah Angkasa Raya, Padang.
Diskusi Panel di Fakultas Hukum UII Yogyakarta,
tanggal 10 Desember 1994.
Gautama, Candra, 2000. Hak Anak, Panduan bagi
Jurnalis, Lembaga Studi Pers dan Pembangunan-
The Asia Foundation, Jakarta.
Gosita, Arif, 1986. Perkembangan Hak-hak Anak
dalam Proses Peradilan Pidana (Beberapa
Catatan), dalam Mulyana W. Kusumah (ed.).
Hukum dan Hak-hak Anak, Rajawali Pers, Jakarta.
Kaelan, 2002. Pendidikan Kewarganegaraan,
Paradigma, Yagyakarta.
Manan, Bagir, 1995. Memahami Pasal 33 UUD 1945:
Secara Historis, dalam Mashudi dan Kuntana

38

Anda mungkin juga menyukai