Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress
berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya:
memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–banting barang, menciderai diri sendiri
dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit
jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
“pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat
dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh),
psikologis (emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa
dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan
gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001)
menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan
jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 – 0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta
penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami
gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Data WHO tahun 2006
mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 persen
mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006).
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku
kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum.
Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan
melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK
pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkan menjadi pendekatan
proses keperawatan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Perilaku Kekerasan ?

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 1


C. Tujuan

1.      Tujuan Umum


Mengetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan klien dengan
perilaku kekerasan.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan
b.      Mengetahui penyebab dari perilaku kekerasan
c.       Mengetahui rentang respon
d.      Mengetahui tanda  dan gejala dari perilaku kekerasan
e.       Mengetahui akibat dari perilaku kekerasan
f.       Mengetahui penatalaksanaan dari perilaku kekerasan
g.      Mengetahui pohon masalah pada perilaku kekerasan
h.      Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari perilaku kekerasan
i.        Mengetahui contoh kasus asuhan keprawatan dari perilaku kekerasan 

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan
atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. (Stuart dan
Sundeen, 1998).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Towsend, 1998).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
(Keliat, Ana Budi. Dkk. 2009)

Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan


secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional,
marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa,
tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan
skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, PK (perilaku kekerasan) adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
maupun psikologis, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk
dan gaduh gelisah yang tak terkontrol.

B. Etiologi ( Mekanisme Sebab-Akibat)


1. Sebab : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan


menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Tanda dan Gejala :

a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri


b. Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri
c. Rasa bersalah atau khawatir
d. Manifestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat.
e. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan
f. Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan social

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 3


g. Menarik diri dari realitas
h. Merusak diri
i. Merusak atau melukai orang lain
j. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri.

2. Akibat : Resiko menciderai diri sendiri orang lain dan lingkungan

Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu tindakan yang dapt
membahayakan bagi keselamatan jiwanya maupun orang lain disekitarnya (Townsend,
1994). Klien dengan perilaku kekerasan menyebabkan klien berorientasi pada
tindaakan untuk memenuhi secara listrik tuntutan situasi stress, klien akan berperilaku
menyerang, merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar.

Tanda dan Gejala :

a. Adanya peningkatan aktifitas motoric


b. Perilaku aktif ataupun destruktif
c. Agresif

C. Faktor Penyebab dari Perilaku Kekerasan


1. Faktor Predisposisi

Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu :

a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi
individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal
dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.

2. Faktor Prespitasi

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 4


Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.
Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan
faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula
memicu perilaku kekerasan.

D. Rentang Respon dari Perilaku Kekerasan

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.


Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut :
Rentang Respon Marah
Responadaptif ResponMaladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

1. Respon Adaptif.
a. Asertif, adalah mengemukakan pendapat atau mengekspresikan rasa tidak senang
atau tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara.
b. Frustasi, adalah suatu proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang dalam
mencapai keinginannya. Individu tersebut tidak dapat menerima atau menunda
sementara sambil menunggu kesempatan yang memungkinkan. Selanjutnya
individu merasa tidak mampu dalam mengungkapkan perannya dan terlihat pasif.
2. Respon transisi
Pasif adalah suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya. Klien
tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena merasa kurang mampu, rendah diri
atau kurang menghargai dirinya.
3. Respon maladaptive
a. Agresif, adalah suatu perilaku yang mengerti rasa marah, merupakan dorongan
mental untuk bertindak (dapat secara konstruksi/destruksi) dan masih terkontrol.
Perilaku agresif dapat dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu pasif agresif dan aktif
agresif.
b. Pasif agresif, adalah perilaku yang tampak dapat berupa pendendam, bermuka
asam, keras kepala, suka menghambat dan bermalas-malasan.
c. Aktif agresif, adalah sikap menentang, suka membantah, bicara keras, cenderung
menuntut secara terus menerus, bertingkah laku kasar disertai kekerasan.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 5


d. Amuk, adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai kehilangan
control diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan. (Stuart
and Sudeen, 1998).

E. Mekanisme Koping dari perilaku kekerasan


Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain:
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain
seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi
itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman
dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-
perangan dengan temannya.

F. Tanda dan Gejala

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 6


1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku
g. Pandangan tajam
h. Mengatup rahang dengan kuat
i. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Nada suara tinggi, membentak, berteriak
c. Mengancam secara verbal/fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar/memukulbenda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukaidirisendiri/orang lain
d. Merusaklingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Merasa tidak aman
c. Rasa terganggu
d. Dendam dan jengkel
e. Bermusuhan
f. Mengamuk
g. Ingin berkelahi
h. Menyalahkan dan menuntut
5. Kognitif
a. Mendominasi
b. Cerewet
c. Kasar
d. Berdebat
e. Meremehkan

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 7


f. Sarkasme
6. Sosial
a. Menarikdiri
b. Pengasingan
c. Penolakan
d. Ejekan
e. Sindiran

G. Proses Terjadinya Masalah


Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom
beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster
menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga
meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah
cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
3. Memberontak (acting out).
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out”
untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan

H. Penatalaksanaan dari perilaku kekerasan


1. Farmakoterapi
a. Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
b. Obat anti depresi, amitriptyline
c. Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia, phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 8
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian:
1) BHSP
2) Jangan memancing emosi klien
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
4) Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan pendapat
5) Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dialami
6) Mendengarkan keluhan klien
7) Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
8) Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klien
9) Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis

Jika terjadi PK yang dilakukan adalah:


1) Bawa klien ketempat yang tenang dan aman
2) Hindari benda tajam
3) Lakukan fiksasi sementara
4) Rujuk ke pelayanan kesehatan

b. Terapi kelompok : Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan social


atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran
klien karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada
orang lain.
c. Terapi musik : Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 9


BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
a)      Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka
merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan
kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh
energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b)      Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit
hati, menyalahkan dan menuntut. 
c)      Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman.
Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan,
bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d)      Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali
menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang
lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan
disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri,
menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 10


e)      Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdosa.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu
secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual
yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut :
Aspek fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan
cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek intelektual :
mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik
diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
2.      Klasifikasi data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu
data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan
oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan
keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
3.       Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan
yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab
sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan
diagnosa keperawatan.

B.      Diagnosa keperawatan


Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah
utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
a.       Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
b.      Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

C. Intervensi keperawatan
a.      Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.
Tujuan khusus :
1)      Klien dapat membina hubungan saling percaya.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 11


2)      Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
3)      Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
4)      Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.
5)      Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
6)      Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.
7)      Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.
8)      Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
9)      Klien dapat menggunakan obat yang benar.

Tindakan keperawatan :
a)       Bina hubungan saling percaya.
Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu yang
tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon verbal dan non
verbal, bersikap empati.
Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan
sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
b)       Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.
Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam
menyelesaikan masalah yang konstruktif.
c)       Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal
Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam
akan menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.
d)      Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.
Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian
masalah yang konstruktif pula.
e)       Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan
untuk intervensi.
f)        Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.
Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.
g)      Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.
h)      Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.
i)        Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya
selesai.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 12


Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan
masalahnya.
j)        Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.
Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.
k)      Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.
Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan marah.
l)        Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.
m)    Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri
klien.
n)      Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
-        Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol / kasur atau olahraga atau
pekerjaan yang memerlukan tenaga.
-      Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel / kesal.
-       Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan
asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
-       Secara spiritual : anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta pada Tuhan
agar diberi kesabaran.
Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan klien.
o)      Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
p)      Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.
Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.
q)      Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.
Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.
r)       Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
s)       Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel /
marah.
Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.
t)       Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah
dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.
u)      Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam
perubahan perilaku klien.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 13


v)      Jelaskan cara-cara merawat klien.
Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif. Sikap
tenang, bicara tenang dan jelas. Bantu keluarga mengenal penyebab marah.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien secara
bersama.
w)    Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara yang dianjurkan.
x)      Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.
y)      Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat yang diminum klien seperti :
CPZ, haloperidol, Artame.
Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang obat dan fungsinya.
z)      Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin
dokter.
Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat dalam mempercepat
penyembuhan.

b.      Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah


Tujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan
dengan orang lain.
Tujuan khusus :
1)      Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2)      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.
3)      Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
4)      Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki.
5)      Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
6)      Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

D. Implementasi
a.       Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
Rasional : hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan
sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
b.       Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.
c.       Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
Rasional : pemberian penilaian negatif dapat menurunkan semangat klien dalam
hidupnya.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 14


d.      Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
e.       Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat digunakan.
f.        Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya di rumah sakit.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.
g.       Berikan pujian.
Rasional : meningkatkan harga diri dan merasa diperhatikan.
h.       Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.
Rasional : agar klien dapat melakukan kegiatan yang realistis sesuai kemampuan yang
dimiliki.
i.         Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.
Rasional : menuntun klien dalam melakukan kegiatan.
j.         Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik.
k.       Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara teratur.
l.         Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Rasional : tujuan utama dalam penghayatan pasien adalah membuatnya menggunakan
respon koping mal adaptif dengan yang lebih adaptif.
m.     Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
n.       Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.
o.       Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga
diri rendah.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarg a dalam merawat klien secara bersama.
p.       Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam membantu klien meningkatkan
harga diri rendah.
q.       Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Rasional : memotivasi keluarga untuk merawat klien.

E. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian
ulang untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak tercapai dapat
dibuktikan dari perilaku pasien dan pemeriksaan penunjang lainnya.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 15


Dalam hal ini juga sebagai langka koreksi terhadap rencana keperawatan semula.
Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.

BAB IV

TINJAUAN KASUS

A.    Pengkajian

  1.      Data demografi

a.       Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien

tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan, waktu,

tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.

b.      Usia dan nomor rekam medik

c.      Perawat menuliskan sumber data yang didapat

  

2.      Alasan masuk

 Tanyakan pada klien atau keluarga:

a.          Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?

b.         Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?

c.          Bagaimana hasilnya?

3.      Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan tentang:

a.          Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 16


b.         Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru dialami

c.          Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalu

d.         Riwayat pengobatan

e.          Penyalahgunaan obat dan alkohol

f.          Riwayat pendidikan dan pekerjaan

4.      Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku dari individu dengan

gangguan mood

5.      Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri klien

a.          Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang sulit)

b.         Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana tersebut

c.          Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat kegelisahan, keparahan

gangguan mood)

d.         Sistem pendukung yang ada

e.          Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik

maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan riwayat penyalahgunaan zat.

6.      Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau keluarga tentang

gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan, gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan

serta tindakan perawatan sendiri.

B.     Analisa Data

Data Masalah Keperawatan


DS: klien merasa tidak berguna, merasa kosong Gangguan konsep diri: harga

DO: kehilangan minat melakukan aktivitas diri rendah

DS: klien merasa minder kepada kedua adiknya, sedih Isolasi sosial: menarik diri

yang berlebihan

DO: klien menghindar dan mengurung diri


DS: Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. perilaku kekerasan terhadap

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 17


Klien suka membentak dan menyerang orang yang orang lain

mengusiknya jika    sedang kesal atau marah.

DO : Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi

dan keras,pandangan tajam.


DS : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Risiko tinggi mencederai

Klien suka membentak dan menyerang orang yang orang lain

mengusiknya jika    sedang kesal atau marah.

DO : Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi

dan keras,pandangan tajam.

C.    Pohon Masalah

Mencederai diri sendiri dan orang lain

Gangguan Harga diri kronis

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Berduka disfungsional
Isolasi Sosial
Core Problem
Perilaku kekerasan

D.     Diagnosa Keperawatan, Rencana Tindakan, Implementasi

NO Diagnosis Perencanaan Implementasi


Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
1 Resiko TUM: a. Klien mau membalas a. Beri salam atau anggil nama
mencederai Klien tidak salam
diri b.d mencederai diri b. KLien mau menjabat b. Sebutkan nama perawat
perilaku sendiri tangan sambil jabat tangan
kekerasan TUK: c. Klien mau c. Jelaskan maksud hubungan
     1. Klien dapat menyebutkan nama interaksi
membina hubungan d. Klien mau tersenyum d. Jelaskan tentang kontrak
saling percaya yang akan dibuat
e. Klien mau kontak e. Beri rasa aman dan sikap
mata empati

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 18


f. Klien mau mengetahui f. Lakukan kontak singkat tapi
nama perawat sering
2.  2. Klien dapat g. Klien g. Beri kesempatan untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan perasaannya
penyebab perilaku perasaannya
kekerasan h. Klien dapat h. Bantu klien mengungkapkan
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel
perasaan jengkel atau kesal
ataupun kesal

3.   3. Klien dapat a. Klien dapat a. Anjurkan klien


mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan apa yang
tanda dan gejala perasaan saat marah dialami dan dirasakannya saat
perilaku kekerasan atau jengkel jengkel atau marah
b. Klien dapat b. Observasi tanda dan gejala
menyimpulkan tanda perilaku kekerasan pada klien
dan gejala jengkel
atau kesal yang
dialaminya
c. Simpulkan bersama klien
tanda dan gejala jengkel atau
kesal yang dialami klien
4.   4. Klien dapat a. Klien dapat a. Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan perilaku
perilaku kekerasan perilaku kekerasan kekeraan yang biasa
yang biasa yang biasa dilakukan dilakukan klien
dilakukan b. Klien dapatbermain b. Bantu klien bermain peran
peran sesuai perilaku sesuai perilaku kekerasan
kekerasan yang biasa yang biasa dilakukan
dilakukan
c. Klien dapat c. Bicarakan dengan klien apakah
menngetahui cara dengan cara klien lakukan
yang biasa dilakukan masalahnya selesai
untuk menyelesaikan
masalah
5.   5. Klien dapat a. Klien dapat a. Bicarakan akibat atau
mengidentifikasi menjelaskan akibat kerugian dari cara yang
akibat perilaku dari cara yang dilakukan klien
kekerasan digunakan klien:
akibat pada klien b. bersama klien menyimpulkan
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 19
sendiri, akibat pada akibat dari cara yang
orang lain, dan akibat dilakukan klien
pada lingkungan c. Tanyakan pada klien apakah
dia ingin mempelajari cara
baru yang sehat
6.   6. Klien dapat a.  klien dapat a.   diskusikan kegiatan fisik
mendemonstrasikan menyebutkan contoh yang biasa dilakukan klien
cara fisik untuk pencegahan perilaku
mencegah perilaku kekerasan secara
kekerasan fisik: tarik napas
dalam, pukul kasur,
dan bantal
b. klien dapat b. beri pujian atas kegiatan fisik
mendemonstrasikan yang biasa dilakukan klien
cara fisik untuk
mencegah perilaku
kekerasan
c. Klien mempunyai c. diskusikan dua cara fisik yang
jadwak untuk  melatih paling mudah untuk
cara pencegahan fisik mencegah perilaku kekerasan
yang telah dipelajari
sebelumnya
d. Klien mengevaluasi d. Diskusikan cara melakukan
kemampuannya tarik napas dalam dengan
dalam melakukan cara klien
fisik sesuai jadwal e. Beri contoh klien cara menarik
yang disusun napas dalam
f. Minta klien untuk mengikuti
contoh yang diberikan
sebanyak 5 kali
g. Beri pujian positif atas
kemampuan klien
mendemonstrasikan cara
menarik napas dalam
h. Tanyakan perasaan klien
setelah selesai
i. diskusikan dengan klien
mengenai frekuensi latihan

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 20


yang akan dilakukan sendiri
oleh klien
j. susun jadwal kegiatan untuk
melatih cara yang dipelajari
k. klien mengevaluasi
peaksanaan latihan
l. validasi kemampuan klien
dalam melaksanakan latihan
m. beikan pujian atas
keberhasilan klien
n. Tanyakan pada klien apakah
kegiatan cara pencegahan
perilaku kekerasan dapat
mengurangi perasaan marah
7.   7. Klien dapat a. Klien dapat a. diskusikan cara bicara yang
mendemonstrasikan menyebutkan cara baik dengan klien
cara social untuk bicara yang baik
mencegah perilaku dalam mencegah
kekerasan perilaku kekerasan
         Meminta dengan baik
         Menolak dengan baik
         Mengungkapkan
perasaan dengan baik
b. Klien dapat b. Beri contoh cara bicara yang
mendemonstrasikan baik :
cara verbal yang baik          Meminta dengan baik
         Menolak dengan baik
         Mengungkapkan perasaan
dengan baik
c. Klien mumpunyai c. Minta klien mengikuti contoh
jadwal untuk melatih cara bicara yang baik
cara bicara yang baik Meminta dengan baik : “Saya
minta uang untuk beli
makanan”
Menolak dengan baik : “
Maaf, saya tidak dapat
melakukannya karena ada
kegiatan lain.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 21


Mengungkapkan perasaan
dengan baik : “Saya kesal
karena permintaan saya tidak
dikabulkan” disertai nada
suara yang rendah.
Minta klien mengulang
sendiri
Beri pujian atas keberhasilan
klien
Diskusikan dengan klien
tentang waktu dan kondisi
cara bicara yang dapat dilatih
di ruangan, misalnya :
meminta obat, baju, dll,
menolak ajakan merokok,
tidur tidak pada waktunya;
menceritakan kekesalan pada
perawat
d. Klien melakukan d. Susun jadwaj kegiatan untuk
evaluasi terhadap melatih cara yang telah
kemampuan cara dipelajari.
bicara yang sesuai Klien mengevaluasi
dengan jadwal yang pelaksanaa latihan cara
telah disusun bicara yang baik dengan
mengisi dengan kegiatan
jadwal kegiatan ( self-
evaluation )
Validasi kemampuan klien
dalam melaksanakan latihan
Berikan pujian atas
keberhasilan klien
Tanyakan kepada klien : “
Bagaimana perasaan Budi
setelah latihan bicara yang
baik? Apakah keinginan
marah berkurang?”
8.   8. Klien dapat a. Klien dapat a. Diskusikan dengan klien
mendemonstrasikan menyebutkan kegiatan ibadah yang pernah

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 22


cara spiritual untuk kegiatan yang biasa dilakukan
mencegah perilaku dilakukan
kekerasan b. Klien dapat b. Bantu klien menilai kegiatan
mendemonstrasikan ibadah yang dapat dilakukan
cara ibadah yang di ruang rawat
dipilih
c. Klien mempunyai c. Bantu klien memilih kegiatan
jadwal untuk melatih ibadah yang akan dilakukan
kegiatan ibadah

d. Klien melakukan d. Minta klien


evaluasi terhadap mendemonstrasikan kegiatan
kemampuan ibadah yang dipilih
melakukan kegiatan e. Beri pujian atas keberhasilan
ibadah klien
f. Diskusikan dengan klien
tentang waktu pelaksanaan
kegiatan ibadah
g. Susun jadwal kegiatan untuk
melatih kegiatan ibadah
h. Klien mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan ibadah
dengan mengisi jadwal
kegiatan harian (self-
evaluation)
i. Validasi kemampuan klien
dalam melaksanakan latihan
j.Berikan pujian atas
keberhasilan klien
k. Tanyakan kepada klien :
“Bagaimana perasaan Budi
setelah teratur melakukan
ibadah? Apakah keinginan
marah berkurang
9.   9. Klien dapat a. Klien dapat a. Diskusikan dengan klien
mendemonstrasikan menyebutkan jenis, tentang jenis obat yang
kepatuhan minum dosis, dan waktu diminumnya (nama, warna,
obat untuk minum obat serta besarnya); waktu minum obat

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 23


mencegah perilaku manfaat dari obat itu (jika 3x : pukul 07.00, 13.00,
kekerasan (prinsip 5 benar: 19.00); cara minum obat.
benar orang, obat,
dosis, waktu dan cara
pemberian)
b. Klien b. Diskusikan dengan klien
mendemonstrasikan tentang manfaat minum obat
kepatuhan minum secara teratur :
obat sesuai jadwal · Beda perasaan sebelum
yang ditetapkan minum obat dan sesudah minum
obat
· Jelaskan bahwa dosis hanya
boleh diubah oleh dokter
· Jelaskan mengenai akibat
minum obat yang tidak teratur,
misalnya, penyakit kambuh
c. Klien mengevaluasi c. Diskusikan tentang proses
kemampuannya minum obat :
dalam mematuhi · Klien meminat obat kepada
minum obat perawat ( jika di rumah
sakit), kepada keluarga (jika
di rumah)
· Klien memeriksa obat susuai
dosis
· Klien meminum obat pada
waktu yang tepat.
e.Susun jadwal minum obat
bersama klien
f. Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum obat
dengan mengisi jadwal
kegiatan harian (self-
evaluation)
g. Validasi pelaksanaan minum
obat klien
h. Beri pujian atas keberhasilan
klien
i. Tanyakan kepada klien :

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 24


“Bagaiman perasaan Budi
setelah minum obat secara
teratur? Apakah keinginan
untuk marah berkurang?”
10. Klien dapat a. Klien mengikuti a.Anjurkan klien untuk
mengikuti TAK : TAK : stimulasi mengikuti TAK : stimulasi
stimulasi persepsi persepsi pencegahan persepsi pencegahan perilaku
pencegahan perilaku perilaku kekerasan kekerasan
kekerasan b. Klien mempunyai b. Klien mengikuti TAK :
jadwal TAK : stimulasi persepsi pencegahan
stimulasi persepsi perilaku kekerasan (kegiatan
pencegahan perilaku tersendiri)
kekerasan
c. Klien melakukan c. Diskusikan dengan klien
evaluasi terhadap tentang kegiatan selama TAK
pelaksanaan TAK d. Fasilitasi klien untuk
mempraktikan hasil kegiatan
TAK da beri pujian atas
keberhasilannya
e. Diskusikan dengan klien
tentang jadwal TAK
f. Masukkan jadwak TAK ke
dalam jadwal kegiatan harian
(self- evaluation).
g. Validasi kemampuan klien
dalam mengikuti TAK
h. Beri pujian atas kemampuan
mengikuti TAK
i. Tanyakan pada klien:
“Bagaimana perasaan Ibu
setelah mengikuti TAK?”
11. Klien mendapatkan a. Keluarga dapat a. Identifikasi kemampuan
dukungan keluarga mendemonstrasikan keluarga dalam merawat klien
dalam melakukan cara merawat klien sesuai dengan yang telah
cara pencegahan dilakukan keluarga terhadap
perilaku kekerasan klien selama ini
b. Jelaskan keuntungan peran
serta keluarga dalam merawat
klien
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 25
c. Jelaskan cara- cara merawat
klien :
·  Terkait dengan cara
mengontrol perilaku marah
secara konstruktif
·  Sikap dan cara bicara
·  Membantu klien mengenal
penyebab marah dan
pelaksanaan cara pencegahan
perilaku kekerasan
d. Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara
merawat klien
e. Bantu keluarga mengngkapkan
perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
f. Anjurkan keluarga
mempraktikannya pada klien
selama di rumah sakit dan
melanjutkannya setelah
pulang  ke rumah.

E.     Evaluasi

            1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya

            2.      Klien terlindung dari perilaku mencederai diri

            3.      Klien dapat mengarahkan moodnya lebih baik

            4.      Klien mampu dan berupaya untuk memenuhi personal hygiene

            5.      Klien dapat meningkatkan harga diri

            6.      Klien dapat menggunakan dukungan sosial

            7.      Klien dapat menggunakan koping adaptif dan meilhat sisi positif dari masalahnya

            8.      Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

            9.      Klien mampu meningkatkan produktifitas dan membuat jadwal harian

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 26


BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah
atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri dipandang
sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) di sisi yang lain.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
             1.      Menyerang atau menghindar (fight of flight)
             2.      Menyatakan secara asertif (assertiveness)
             3.      Memberontak (acting out)
             4.      Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan

B.     Saran
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam mengatasi
masalahnya.
Kemampuan perawat dalam menangani  klien dengan masalah perilaku kekerasan
meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnose, perencanaan, intervensi dan evaluasi.
Salah satu contoh intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah
perilaku kekerasan adalah dengan mengajarkan teknik napas dalam atau memukul
kasur/bantal agar klien dapat meredam kemarahannya.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 27


DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Ana Budi. Dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan professional Jiwa, Jakarta; EGC

Keliat, Ana Budi. Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta; EGC

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung; Refika Aditama

Stuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC

Ah. Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta; Salemba

Medika

Keliat, Ana Budi. Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta; EGC

Keliat, Ana Budi. Dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa, Jakarta

EGC

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRILAKU KEKERASAN 28

Anda mungkin juga menyukai