Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL ILMIAH

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PROSES INVOLUSI


UTERI PADA IBU NIFAS TAHUN 2020

Disusun Oleh
DESAK KOMANG INDAH PERMATA SARI
07180100114

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA 2020
Faktor Yang Berhubungan Dengan Proses Involusi
Uteri Pada Ibu Nifas Tahun 2020

Desak Komang Indah Permata Sari 1, Hidayani 2


1,2
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jln. Harapan No. 50 komangindah1997@gmail.com,2 hidayani.031@gmail.com

Abstrak
Involusi uteri adalah perubahan retrogreaf pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi
puerperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap sebagai
perubahan puerperium. Involusi atau pengerutan uterus merupaka suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi
otot-otot polos uterus. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini, peran tenaga kesehatan
dan tradisi budaya masa nifas terhadap proses involusi uteri pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Soe
Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2020. Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
metode analitik observasional yang menggunakan desain cross sectional, yaitu variabel independen diteliti
dalam waktu yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas 0-14 hari di wilayah kerja
puskesmas kota soe. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Data yang diperoleh menggunakan SPSS versi 18. Hasil
penelitian hubungan mobilisasi dini terhadap proses involusi dengan nilai p value=0,002 < 0,05 dengan OR
11,900, peran tenaga kesehatan nilai p value= 0,002 < 0,05 dengan OR 11,900, tradisi budaya masa nifas nilai p
value= 0,004 < 0,05 dengan nilai OR 0,97. Maka dapat kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
hubungan mobilisasi dini, peran tenaga kesehatan dan tradisi budaya masa nifas terhadap proses involusi uteri di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Soe. Sarannya diharapkan Puskesmas dapat memperbaiki pelayanan kesehatan
khususnya pada ibu nifas dan bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan.

Kata Kunci : Involusi Uteri, Mobilisasi, Peran Tenaga Kesehatan, Budaya


Abstract
Uterine involution is a retrogreaf change in the uterus that causes a reduction in uterine size, puerperium
involution is limited to the uterus and what happens to other organs and structures is only considered as a
change in the puerperium. Involution or contraction of the uterus is a process in which the uterus returns to pre-
pregnancy conditions weighing about 60 grams. This process begins immediately after the placenta is born due
to contraction of the uterine smooth muscles. The purpose of this study was to determine the relationship of
early mobilization, the role of health workers and post-partum cultural traditions to the process of uterine
involution in postpartum mothers in the work area of the South Central Timor District Health Center in 2020.
This type of research uses quantitative methods with observational analytic methods using cross sectional
design, that is, the independent variables were examined at the same time. The population in this study were all
post-partum mothers 14-14 days in the working area of the city health center. The sample in this study were 40
respondents. Data collection was carried out using observation sheets and questionnaires. Data obtained using
SPSS version 18. The results of the study of the relationship of early mobilization to involution process with p
value = 0.002 <0.05 with OR 11.900, the role of health workers p value = 0.002 <0.05 with OR 11,900, cultural
traditions of the puerperium p value = 0.004 <0.05 with OR value 0,97. It can be concluded that there is a
significant relationship between the relationship of early mobilization, the role of health workers and post-
partum cultural traditions to the process of uterine involution in the work area of the Soe City Health Center.
The suggestion is that Puskesmas are expected to be able to improve health services, especially for postpartum
mothers and for other researchers, it is expected to be a reference or input.

Keywords : Uteric Involution, Mobilization, Role of Health Workers, Culture


Pendahuluan sebanyak 3 kasus diikuti puskesmas liliana,
puskesmas tetaf, puskesmas kuanfatu,
Kematian ibu dan anak baru lahir
puskesmas panite, puskesmas kualin,
mencerminkan kualitas pelayanan kesehatan
puskesmas hibeti dan puskesmas ayotupas
dibidang obstetri yang belum baik. Angka
masing-masing terdapat 2 kasus. Dan pada
kematian ibu (AKI) atau angka kematian bayi
puskesmas yang kecil terdapat AKI yaitu di
(AKB) merupakan tolak ukur yang sensitif
puskesmas sanbait, puskesmas siso, puskesmas
untuk melihat keberhasilan pelayanan
niki-niki, puskesmas kie, puskesmas oe’ekam.
kesehatan khususnya ibu dan anak.
Puskesmas noebala dan puskesmas noemuke
Menurut laporan World Heart Organization
masing-masing terdapat 1 kasus AKI.4
(WHO), pada tahun 2014 Angka Kematian
IBU (AKI) didunia yaitu 289.000 jiwa Masa nifas adalah masa sesudah persalinan
Amerika serikat 9300 jiwa, Afrika Utara dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang
179.000 jiwa, Asia tenggara 16.000 jiwa. diperlukan untuk memulihkan kembali organ
Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi kandungan seperti sebelum hamil dengan
khususnya di negara-negara Asia Tenggara waktu kurang lebih 6 minggu. Masa nifas
seperti Indonesia sebanyak 190 per 100.000 (puerperium), berasal dari bahasa Latin , yaitu
kelahiran hidup, Vietnam 49 per 100.000 puer yang artinya bayi dan parous yang artinya
kelahiran hidup, Thailand 26 per 100.000 melahirkan atau berarti masa sesudah
kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 melahirkan. Periode masa nifas (puerperium)
kelahiran hidup dan Malaysia 29 per 100.000 adalah periodewaktu selama 6-8 minggu
kelahiran hidup.1 setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah
Berdasarkan Survey Demografi dan kesehatan selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-
Indoneisa (SDKI), tahun 2012 Angka alalt reproduksi kembali seperti keadaan
Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup adanya perubahan fisiologi dan psikologi
(Kementrian Kesehatan RI, 2014). Sedangkan karena proses persalinan.5
target yang diharapkan berdasarkan Melenium Involusi uteri adalah perubahan retrogreaf pada
Development goals (MDG's) pada tahun 2015 uterus yang menyebabkan berkurangnya
yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup. Pada ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi
tahun 2007 angka kematian ibu di Yogyakarta pada uterus dan apa yang terjadi pada organ
mencapai 105 per 100.000 kelahiran hidup.2 dan struktur lain hanya dianggap sebagai
perubahan puerperium.6
AKI dI Provinsi Nusa Tenggara Timur periode
Involusi atau pengerutan uterus merupaka
2004-2007 cenderung mengalami penurunan
suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
yg cukup bermakna. Pada tahun 2004 AKI
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
NTT sebesar 554 per 100.000 kelahiran hidup
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir
dan menurun menjadi 306 per 100.000
akibat kontraksi otot-otot polos uterus.7
kelahiran hidup pada tahun 2007. Namun
Tenaga kesehatan dalam hal ini sebagai bidan
berdasarkan hasil sensus penduduk (SP) tahun
memiliki peranan yang sangat penting dalam
2010, AKI meningkat menjadi 536 per
pemberian asuhan post partum. Setelah
100.000 kelahiran hidup maka AKI di NTT
persalinan wanita akan mengalami masa
sangat tinggi. Kasus kematian ibu dari tahun
puerperium untuk dapat mengembalikan alat
2014-2017 mengalami flukulatif dimana pada
genetalia interna kedalam keadaan normal,
tahun jumlah kasus kematian ibu berjumlah
dengan tenggang waktu sekitar 42 hari atau 6
158 kasus meningkat pada tahun 2015 menjadi
minggu atau 1 bulan 7 hari. Dalam masa ini,
178 kasus pada tahun 2016 menurun menjadi
bidan memiliki peran dan tanggung jawab
sebesar 177 kasus dan pada tahun 2017
dalam memberikan asuhan terhadap ibu setelah
menurun lagi menjadi 163 kasus.3
persalinan. Peran dan tanggung jawab bidan
AKI di Kabupaten Soe Timor Tengah Selatan dalam masa nifas adalah dengan memberikan
menurut data Dinas kesehatan Kabupaten perawatan dan dukungan sesuai kebutuhan ibu
Timor Tengah Selatan pada tahun 2017 yaitu yaitu melalui kemitraan (partnership) dengan
sebanyak 27 kasus per 100.000 kelahiran ibu dan anggota keluarga lainnya. Selain itu
hidup, kematian tertinggi di puskesmas kota peran bidan adalah memberikan informasi dan
soe dan puskesmas nunkolo masing-masing konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda- analitik yaitu suatu penelitian yang mencoba
tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta menggali bagaimana dan mengapa fenomena
mempraktekkan kebersihan yang aman dan itu terjadi, selanjutnya melakukan analisis
selain itu juuga memantau proses involusi dinamika korelansi antar fenomena tersebut.
yang akan dialami oleh ibu. Nomalnya Setelah Jenis penelitian ini menggunakan penelitian
plasenta lahir, TFU setinggi pusat, beratnya kuantitatif dengan rancangan cross sectional.
mencapai 1000 gr, diameter 12,5 cm.Setelah 1 Pendekatan cross sectional adalah suatu
minggu, TFU ½ pstsymphisis, beratnya 500 gr, penelitian untuk pemepelajari dinamika
diameter 7,5 cm. Setelah 14 hari TFU tidak korelasi antar faktor-faktor resiko atau variabel
teraba, beratnya 350 gr, 5 cm 6 minggu post dependen yang diobservasi atau pengumpulan
partum, TFU Normal, beratnya 60 gr, diameter datanya sekaligus pada suatu yang sama.
2,5 cm oleh karena itu bidan harus selalu Variabel independen10 dalam penelitian ini
memantau dan juga membantu proses involusi adalah meobilisasi dini, peran tenaga
agar dapat berjalan dengan baik8. kesehatan dan tradisi budaya masa nifas yang
Tradisi atau budaya menurut Robert H. Lowie diukur secara bersamaan dengan variabel
adalah segala sesuatu yang siperoleh individu dependen yaitu proses involusi uteri.
dari masyarakat meliputi kepercayaan Populasi adalah wilayah generalisasi yang
(keyakinan), adat istiadat, norma-norma terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
artistik, kebiasaan makan, dan keahlian yang kuantitas dan karakteristik tertentu yang
diperoleh bukan dari kreativitasnya sendiri ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
melainkan merupakan warisan masa lampau kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
yang melalui pendidikan formal atau informal. dalam peenlitian ini adalah ibu nifas 0-14 hari
Berdasarkan uraian tersebut tradisi atau di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Soe
kebudayaan ada karena ada manusia jika tidak Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2019
ada manusia maka kebudayaan tidak akan dengan jumlah sampel 40 orang.
hadir ke dunia ini. Kebudayaan bukan Sampel adalah bagian dari jumlah dan
merupakan wahyu atau diturunkan dari langit karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila
melainkan gagasan, tindakan, kreasi dan hasil populasi besar dan peneliti tak mungkin
cipta dan karya suatu kelompok masyarakat mempelajari semua yang ada pada populasi,
dalam keseluruhan hidupnya yang meliputi misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
baik maternal maupun nonmaternal.9 waktu maka penelitian dapat menggunakan
Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti sampell yang diambil dari populasi itu. Sampel
di Puskesmas Kota Soe Kabupaten Timor dalam penelitian ini adalah ibu nifas 0-14 hari
Tengah Selatan melalui wawancara diperoleh sebanyak 40 responden.
sebanyak 28 ibu nifas. 70% ibu nifas
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan
mengalami involusi uterus, 30% ibu
sampek menggunakan accidental sampling
mengalami involusi yang lama atau
atau mengambil sampel dengan cara memilih
subinvolusi uterus karena tidak melakukan
siapa yang kebetulan ada atau dijumpai pada
mobilisasi dini. 50% ibu nifas tidak
saat melakukan penelitian.
mengandalkan peran tenaga kesehatan dan
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini
90% ibu nifas masi mengikuti tradisi budaya
menggunakan Total Sampling yaitu taknik
masa nifas yang ada di kabupaten Timor
penentuan sampel bila semua anggota populasi
Tengah Selatan.
digunakan sebagai sampel .
Berdasarkan temuan tersebut maka rumusan
Validitas berasal dari kata validity yang
masalah pada penelitian ini adalah perlu
mempunyai arti sejauh mana ketetapan dan
diketahuinya “Hubungan Mobilisasi Dini,
kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur
Peran Tenaga Kesehatan Dan Tradisi Budaya
suatu data. Untuk mengetahui validitas suatu
Masa Nifas terhadap Proses Involusi Uteri di
instrumen (dalam hal ini koesioner) dilakukan
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Soe
dengan cara melakukan korelasi antar score
Kabupaten Timor Tengah Selatan”
masing-masing variabel dengan score totalnya.
Metode Suatu variabel dikatakan valid jika score
variabel tersebut berkorelasi dengan tingkat
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti
signifikan 0,05 sesuai dengan tabel R. Uji coba
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
validitas penelitian ini adalah senggunakan
rumus person product momment. Yaitu jika r involusi yang sesuai sebanyak 17 orang
hitung positif, serta r hitung > dari r tabel, (77,3%). Hasil analisis hubungan antara
maka butir soal tersebut valid dan bila r hitung mobilisasi dini dengan proses involusi uteri
tegatif atau r hitung < r tabel maka butir diperoleh dengan nilai p=0,002 lebih kecil bila
tersebut tidak valid.11 dibandingkan dengan nilai ɑ = 0,05 sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
Hasil
antara mobilisasi dini dengan proses involusi.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Dari hasil analisis lebih lanjut didapat nilai
Responden, mobilisasi dini pada ibu nifas, OR= 11,900 dengan 95% CI (2,674-52,959),
peran tenaga kesehatan pada ibu nifas dan artinya responden dengan mobilisasi dilakukan
tradisi budaya pada ibu nifas. berpeluang 11,900 kali memiliki involusi yang
sesuai dibandingkan dengan responden tidak
Frekuensi
Variabel melakukan mobilisasi dini.
N %
Proses Involusi Uteri Hasil analisis hubungan antara mobilisasi dini
1. Tidak Sesuai 19 47,5% dengan proses involusi uteri diperoleh dengan
2. Sesuai 21 52,5% nilai p=0,002 lebih kecil bila dibandingkan
Jumlah 40 100 dengan nilai ɑ = 0,05 sehingga dapat ditarik
Mobilisasi Dini kesimpulan bahwa ada hubungan antara
3. Tidak Melakukan 18 45% mobilisasi dini dengan proses involusi. Dari
4. Melakukan 12 55% hasil analisis lebih lanjut didapat nilai OR=
Jumlah 50 100 11,900 dengan 95% CI (2,674-52,959), artinya
Peran Tenaga Kesehatan responden dengan mobilisasi dilakukan
1. Tidak 18 45% berpeluang 11,900 kali memiliki involusi yang
2. Ya 12 55% sesuai dibandingkan dengan responden tidak
Jumlah 40 100 melakukan mobilisasi dini.
Budaya
1. Tidak 25 62,5% Hasil analisis hubungan antara peran tenaga
2. Ya 15 37,5% kesehatan dan proses involusi uteri diperoleh
Jumlah 40 100 dengan nilai P = 0,002 lebih kecil bila
Sumber: Hasil Olahan Data SPSS 2018 dibandingkan dengan nilai ɑ =0,05, sehingga
Pada tabel 6.6 menunjukkan bahwa responden dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan antara peran tenaga kesehatan dan involusi
involusi uteri tidak sesuai sebanyak 14 orang uteri. Dari hasil analisis lebih lanjut lanjut
(77,8%), sedangkan responden yang tidak didapat nilai OR = 11,900 dengan 95% CI
melakukan mobilisasi dan involusinya sesuai (2,674_52,959), artinya peran tenaga kesehatan
sebanyak 4 orang (18%) dan responden yang yang baik “Ya” berpeluang 11,900 kali lebih
melakukan mobilisasi dini dengan involusi mendukung involusi yang baik dibandingkan
yang tidak sesuai sebanyak 5 orang (27,7%) peran tenaga kesehatan yang kurang baik
dan yang melakukan mobilisasi dengan “Tidak”.

Tabel 2.Hubungaan Mobilisasi Dini, Peran Tenaga Kesehatan dan Tradisi Budaya Masa Nifas
Terhadap Proses Invlusi Uteri di Puskesmas Kota Soe Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2019
Proses Involusi Uteri
P. OR
Tidak Total
Variabel Sesuai Value (95% CI)
Sesuai
N % N % N %
Mobilisasi Dini
1. Tidak Melakukan 14 77,8 4 18 18 100 0,002 11,900
2. Melakukan 5 27,7 17 77,3 22 100
Pern tenga Kesehatan
1. Tidak 14 77,8 4 22,2 18 100 0,002 11,900
2. Ya 5 22,7 17 77,3 22 100
Tradisi Budaya
0,97
1. Tidak 7 28 18 72 25 100 0,004
2. Ya 12 80 3 20 25 100

Sumber: Hasil Olahan SPSS 18


Hasil analisis hubungan antara tradisi budaya Hasil penelitian oleh Sabrina prihartini tentang
dan proses involusi uteri diperoleh dengan pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan
nilai p = 0,004 lebih kecil bila dibandingkan tinggi fundus uteri pada ibu nifas di Paviliun
dengan nilai ɑ = 0,05 sehingga dapat ditarik Melati RSUD Jombang pada tahun 2014
kesimpulan bahwa ada hubungan antara tradisi dengan melakukan uji Wilcoxon dengan
budaya masa nifas terhadap proses involusi tingkat kemaknaan α ≤ 0.05 dengan SPSS.
uteri. Dari hasil analisis lebih lanjut didapat Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan
nilai OR= 0,97 dengan 95% CI (0,21-452), TFU pada ibu nifas sebelum dan sesudah
artinya tradisi budaya yang tidak dilakukan mobilisasi dini dengan nilai signifikan P-
“Tidak” berpeluang 0,97 kali lebih besar Value=0.000, yang lebih kecil nilai α ≤ 0.05,
involusi yang sesuai dibandingkan tradisi sehingga disimpulkan adanya pengaruh
budaya yang dilakukan “Ya” mobilisasi dini terhadap penurunan tinggi
fundus uteri pada ibu nifas.13
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian mobilisasi dini
terhadap proses involusi uteri di Puskesmas
Dalam melakukan penelitian tentang Kota Soe Kabupaten Timor Tengah Selatan
Hubungan Mobilisasi Dini, Peran Tenaga tahun 2020 menunjukkan bahwa responden
kesehatan dan Tradisi Budaya masa Nifas yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan
terhadap Proses Involusi Uteri di Puskesmas involusi uteri tidak sesuai sebanyak 14 orang
Kota Soe Kabupaten Timor Tengah Selatan (77,8%), sedangkan responden yang tidak
tahun 2020 ini memiliki bebrapa keterbatasan, melakukan mobilisasi dan involusinya sesuai
yaitu waktu dan variabel penelitian yang sebanyak 4 orang (18%) dan responden yang
terbatas. Dalam penelitian ini peneliti masih melakukan mobilisasi dini dengan involusi
merasa kurang dalam melakukan pendekatan yang tidak sesuai sebanyak 5 orang (27,7%)
secara intesnsif kepada ibu postpartum karena dan yang melakukan mobilisasi dengan
instrumen yang digunakan hanya involusi yang sesuai sebanyak 17 orang
menggunakan koesioner dan lembar observasi (77,3%). Hasil analisis hubungan antara
mobilisasi dini dengan proses involusi uteri
Hubungan Mobilsasi Dini Terhadap Proses diperoleh dengan nilai p=0,02 lebih kecil bila
Involusi Uteri di Puskesmas Kota Soe dibandingkan dengan nilai ɑ = 0,05 sehingga
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
dilakukan sedini mungkin di tempat tidur antara mobilisasi dini dengan proses involusi.
dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk Dari hasil analisis lebih lanjut didapat nilai
melakukan peregangan atau belajar berjalan. OR= 11,900 dengan 95% CI (2,674-52,959),
Mobilisasi dini atau ambulansi dini (early artinya responden dengan mobilisasi dilakukan
ambulonation) adalah kebijakan agar secepat berpeluang 11,900 kali memiliki involusi yang
mungkin bidan membimbing ibu postpartum sesuai dibandingkan dengan responden tidak
bangun dari tempat tidurnya dan membimbing melakukan mobilisasi dini.
ibu secepat mungkin untuk kembali berjalan.
Ibu postpartum dianjurkan untuk lebih banyak Hubungan Peran Tenaga Kesehatan
berjalan dan bergerak daripada hanya duduk di Terhadap Proses Involusi Uteri
tempat tidur. Mobilisasi dini terbukti
bermanfaat untuk mengurangi terjadinya Tenaga kesehatan dalam memberikan
tromoemboli dan mempercepat pemulihan dukungan pada ibu nifas sangat penting.
kekuatan ibu. Mobilisasi dini ini sangat Tenaga kesehatan sebagai tempat
penting bagi ibu karena pada masa ini ibu akan mencurahkan kesulitan dalam menghadapi
belajar kembali untuk bergerak ringan seperti seputar kesehatan. Hubungan yang baik, saling
miring kanan, miring kiri, duduk dan lain-lain mempercayai dan memudahkan tenaga
seusai bersalin12
kesehatan dalam memberikan pendidikan Keberlangsungan terus menerus dan lama
terutama pertisipasi dalam masa nifas. 14 merupakan proses internalisasi dari suatu nilai-
Hasil penelitian Lisnawaty Dkk, 2015 yang nilai yang mempengaruhi pembentukan
berjudul Faktor Faktor Yang Mempengaruhi karakter, pola pikir, pola interaksi perilaku
Involusi Uteri Pada Ibu Post Partum Di RS yang keseluruhan akan mempunyai pengaruh
Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi pada pendekatan intervensi keperawatan
Makassar, menyatakan ada pengaruh antara (cultural nursing approach).16
peran tenaga kesehatan terhadap involusi uteri Triana Indrayani melakukan penelitian dengan
dengan uj statistik chi-square nilai P=0,028 < judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan
α=0,05 dapat disimpulkan Ha diterima dan Ho dengan Involusio Uterus pada Ibu PostPartum
ditolak. Jadi terdapat pengaruh yang signifikan 6 Jam di UPTD Puskesmas Tanggeung Tahun
antara peran tenaga kesehatan terhadap 2017 pana analisis bivariat tentang hubungan
involusi uterus pada ibu postpartum di Rs antara tradisi budaya dengan involusio uteri
pertiwi makassar.15 menyatakan dengan hasil perhitungan uji
Hasil analisa hubungan peran tenaga kesehatan statistik nilai P value yaitu 0,002 (P<0,05)
terhadap proses involusi uterus pada ibu nifas artinya ada hubungan antara tradisi budaya
di wilayah kerja Puskesmas Kota Soe dengan involusio uteri dengan Nilai OR=9,459
Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2020 artinya ibu yang tidak mengitkui tradisi budaya
menunjukkan bahwa responden yang beresiko memiliki peluang 9,459 kali
menyatakan tenaga kesehatan tidak berperan mengalami resio involusio uteri tidak normal
“Tidak” dan involus uteri tidak sesuai dibandingkan ibu yang tidak melakukan tradisi
sebanyak 14 orang (77,8%), sedangkan tersebut.17
responden yang menyatakan tenaga kesehatan Berdasarkan hasil penelitian tentang tradisi
tidak berperan “Tidak” dan involusi sesuai budaya masa nifas terhadap proses involusi
sebanyak 4 orang (22,2%) dan responden yang uteri di wilayah kerja Puskesmas Kota Soe
menyatakan tenaga kesehatan berperan “Ya” Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2020
dan involusi tidak sesuai sebanyak 5 orang menunjukkan bahwa responden yang tradisi
(22,7%) sedangkan responden yang budaya tidak dilakukan “Tidak” dengan
menyatakan tenaga kesehatan berperan “Ya” involusi yang tidak sesuai sebanyak 7 orang
dan involusi sesuai sebanyak 17 orang (28%) dan yang menyatakan tradisi budaya
(77,3%).11 Hasil analisis hubungan antara tidak dilakukan dengan involusi yang sesuai
peran tenaga kesehatan dan proses involusi sebanyak 18 orang (72%) dan responden yang
uteri diperoleh dengan nilai P = 0,02 lebih menyatakan tradisi budaya dilakukan “Ya”
kecil bila dibandingkan dengan nilai ɑ =0,05, dengan involusi yang tidak sesuai sebanyak 12
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada orang (80%) sedangkan responden yang
hubungan antara peran tenaga kesehatan dan menyatakan tradisi budaya dilakukan “Ya”
involusi uteri. Dari hasil analisis lebih lanjut dengan involusi yang sesuai sebanyak 3 orang
lanjut didapat nilai OR = 11,900 dengan 95% (20%). Hasil analisis hubungan antara budaya
CI (2,674_52,959), artinya peran tenaga dan perilaku penggunaan IUD diperoleh
kesehatan yang baik “Ya” berpeluang 11,900 dengan nilai p = 0,04 lebih kecil bila
kali lebih mendukung involusi yang baik dibandingkan dengan nilai ɑ = 0,05 sehingga
dibandingkan peran tenaga kesehatan yang dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
kurang baik “Tidak”. antara tradisi budaya masa nifas terhadap
proses involusi uteri. Dari hasil analisis lebih
Hubungan Tradisi Budaya Terhadap Proses
lanjut didapat nilai OR= 0,97 dengan 95% CI
Involusi Uteri
(0,21-452), artinya tradisi budaya yang tidak
Menurut Elly Dkk, 2015 Tradisi atau budaya dilakukan “Tidak” berpeluang 6,229 kali lebih
merupakan salah satu dari perwujudan atau besar involusi yang sesuai dibandingkan
bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia tradisi budaya yang dilakukan “Ya”
yang bersifat sosial. Budaya yang berupa
norma, adat istiadat menjadi acuan perilaku Kesimpulan
manusia dalam kehidupan dengan yang lain.
Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan
suatu tempat selalu diulangi membuat manusia Mobilisasi Dini, Peran Tenaga Kesehatan dan
terikat dalam proses yang dijalaninya. Tradisi Budaya Masa Nifas Terhadap Proses
Involusi Uteri Pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Soe Tahun 2010 dapat
disimpulkan bahwa Distribusi frekuensi proses
involusi uteri menunjukkan bahwa dari 40
responden didapatkan bahwa dari 40
responden didapatkan 19 responden (47,5%)
mengalami involusi yang tidak sesuai dan 21
responden (52,5%) mengalami involusi yang
sesuai. Distribusi frekuensi mobilisasi dini
menunjukkan bahwa dari 40 responden
didapatkan 18 responden (45%) melakukan Daftar Pustaka
mobilisasi dini dan 22 responden (55%) tidak
melakukan mobilisasi dini. Distribusi frekuensi 1. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia
peran tenaga kesehatan menunjukkan bahwa 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan
dari 40 responden 18 responden (45%) tidak RI: 2015
melibatkan peran tenaga kesehatan dan 22 2. InfoDATIN. Pusat Data dan
responden (55%) melibatkan peran tenaga Informasi. Jakarta Selatan: Kemenkes
kesehatan. Distribusi frekuensi tradisi budaya RI:2015 Kementrian Kesehatan RI
masa nifas menunjukkan bahwa dari 40 tahun 2013
responden didapatkan 25 responden (62,5%) 3. Dinkes Nusa Tenggara Timur. Profil
tidak melakukan tradisi budaya masa nifas dan Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
15 responden (37,5%) responden melakukan Timur tahun 2017
tradisi budaya masa nifas. 4. Dinkes Kab. Timor Tengah Selatan.
Saran Profil Kesehatan Kab TTS tahun 2017.
TTS: Dinkes Kab Timor Tengah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Selatan
peneliti menyarankan kepada berbagai pihak 5. Maryam K. 2013. Asuhan Kebidanan
Puskesmas Kota Soe Kabupaten Timor Tengah Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Selatan Perlu dilakukan penyuluhan dan 6. Rida Siti. 2013. Buku Ajar Asuhan
pemberian informasi yang menyeluruh kepada Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta:
ibu nifas mengenai pentingnya melakukan Salemba Medika
mobilisasi dini, mengikutsertakan tenaga 7. Prawirohardjo. Imlu Kebidanan,
kesehatan dalam proses masa nifas ibu dan Jakarfta:PT Bina Pustaka Sarwono
menjalankan tradisi budaya masa nifas yang Prawirohardjo: 2013
tidak bertantangan dengan dunia kesehatan. 8. Rida Siti. 2013. Buku Ajar Asuhan
Bagi institusi pendidikan dapat memperkaya Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta:
ilmu dan menambah wawasan bagi program Salemba Medika
studi kebidanan khususnya program sarjana 9. Chriswardani. 2015. Faktor Sosial
terapan kebidanan dalam kasus sub involusi budaya dalam Praktik Kebidanan.
uterus pada ibu nifas. Jakarta: Journal Promosi Kesehatan
Indonesia
10. Sulistyaningsih. Metodologi Penelitian
kebidanan Kuantitatif-Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu: 2012
11. Sugiyono. Statistika untuk penelitian.
Bandung: Alfabeta:2017
12. Sabrina D. Prihartini. Pengaruh
Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan
Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Nifas di
RSUD Jombang: Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Pesantren
Tinggi Ulum Jombang: 2014
13. Elly Dkk. Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Jakarta. PT Fajar Interpratama
Mandiri: 2006
14. Astin Hanifah. Peran Bidan Dalam
Menghadapi Budaya Panggang dan
Tatobi Ibu nifas Pada Suku Timor di
Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten
Timor Tengah Selatan Tahun 2016.
Poltekkes Kemenkes Kupang.
15. Supardi S. 2012. Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Perdarahan Post partum. Jakarta:
salemba Medika
16. Lisnawaty Dkk. Faktor–Faktor
Yang Mempengaruhi Involusi Uterus
Pada Ibu Post Partum Di Rumah
Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak
Pertiwi Makassar: Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis Volume 7
Nomor 5: 2015
17. Peraturan Pemerintah RI No 36
tentang Tenaga Kesehatan tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai