Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN POST CURETAGE PADA NY.

L
DI RUANG AISYAH RSI KENDAL

DisusunUntukMemenuhiTugasPraktikKeperawatanMaternitas

Oleh :
EKO ANGGORO
G3A020156

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020/2021
LAPORAN SEMINAR INDIVIDU

A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya
dinegara yang sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan
perinatal terjadi di Negara berkembang, sedangkan di Negara maju hanya 1-2%
sebenarnya sebagian besar kematian tersebut masih dapat dicegah apabila
mendapat pertolongan pertama yang adekuat. ( manuaba, 2007)
Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, factor resikonya meliputi usia
dan riwayat abortus berulang ( Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi kejadian
abortus berulang karena karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya
alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia
lebih dari 35 tahun disebabkan kurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada
kromosom dan penyakit kronis. ( manuaba, 1998).
2. TUJUAN
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan dengan abortus
b. Tujian khusus
1) Dapat menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada abortus
2) Dapat melakukan pengkajian pada klien abortus
3) Dapat merumuskan diagnosa keperawatan
4) Dapat merencanakan intervensi keperawatan
5) Dapat melakukan evaluasi pada klien abortus
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup makalah ini meliputi konsep teori dan resum kasus kelolaan
4. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dengan sistematis dalam V BAB, yaitu
Bab A : merupakan pendahuluan, tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan
Bab B : konsep teori , pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, tanda dan gejala dan
konsep asuhan
Bab C :resum kasus kelolaan , pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi ,
implementasi dan evaluasi.
Bab D : pembahasan yang membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus
yang dikelola
Bab E: penutup yang berisi kesimpulan dan saran
B. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Abortus atau miscarriage adalah dikeluarkanya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup di luar kandungan dengan berat badan sekitar 500gram atau kurang dari
1000gr, terhentinya proses kehamilan sebelum usia kehamilan kurang dari 28
minggu ( Manuaba, 2010).
Abortus iminen ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil
konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri ( Sarwono, 1996).
2. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi dan fisiologi reproduksi wanita , struktur organ reproduksi wanita
meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal. Keduanya
saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat
didalam rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang
terdiri saluran telur ( 0viduk/ tuba fallopi), rahim ( uterus) dan vagina. Organ
reproduksi luar meliputi mons veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan
sepasang labium minora( Mansjoer, 2001)
a. Ovarium
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut
melalui mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi
menghasilkan ovum dan mensekresikan hormone kelamin perempuan yaitu
estrogen dan progesterone. Ovarium terbungkus oleh kapsul pelindung yang
kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang perempuan kurang lebih
memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih dalam
kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus saja yang berkembang dan
melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang perempuan yaitu sejak
menarche( pertama mendapat mewnstruasi) hingga menopause ( berhenti
menstruasi). Pada umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan
melepaskan ovum tiap satu siklus menstruasi ( kurang lebih 28 hari) dari salah
satu ovarium secara bergantian.
Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen.
Setelah folikel pecah dan melepaskan ovum folikel akan berubah menjadi
korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormone progesterone.
Estrogen yang disekresikan korpus luteumtak sebanyak yang disekresikan
oleh folikel. Jika sel telur tidak di buahi maka korpus luteum akan lisis dan
sebuah folikel baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya.
b. Tuba falopii/oviduct ( saluran telur)
Jumlah sepasang , ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut
infundibulum berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovum.
Epithelium bagian dalam saluran ini bersilia, gerakan silia akan mendorong
ovum untuk bergerak menuju uterus.
c. Uterus (rahim)
Jumlah satu buah , berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian
bawah mengecil disebut servik. Uterus merupakan tempat tumbuh dan
berkembangnya embrio, dindingnya dapat mengembang selama kehamilan dan
kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding sebelah dalam disebut
endometrium, banyak menghasilkan lender dan pembuluh darah, endometrium
akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi.
d. Vagina
Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh
darah yang disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini
dapat robek akibat aktivitas fisik yang berat atausaat terjadi hubungan badan.
Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi wanita juga sebagaisaluran kelahiran.
Dindingnya berlipat –lipat dapat mengembang saat melahirkan bayi.pada
dinding sebelah dalam vagina bermuara kelenjar bartholin yang mensekresikan
lender saat terjadi rangsangan seksual.
e. Mons veneris
Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak
pada bagian paling atas dari vulva
f. Labium mayora
Jumlah sepasang merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan
ditumbuhi rambut.
g. Labium minora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium
mayora. Banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Labium minora
menyatu di bagian atas membentuk klitoris. Labium minora mengelilingi
vestibulum suatu tempat dimana terdapat lubang uretra dibagian atas dan
lubang vagina di bagian bawah.
h. Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap
rangsangan karena banyak mengandung syaraf.
3. ETIOLOGI
a.  Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan
zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan
abortus pada trimester pertama, yakni:
1) Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau
kerusakan kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi)
2) Embrio dengan kelainan lokal
3) Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)
Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus
spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan
kromosom dan sebagian besar akan gugur.
b. Faktor Maternal
1) Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang
sedang berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal
trimester kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara pasti,
apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme penyebabnya. Penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan abortus.
2) Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster,
vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalomeilitis.
3) Bakteri- misalnya Salmonella typi.
4) Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
5) Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
6) Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi
atau pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
7) Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte
Antigen)
8) Trauma
9) Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks
inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.
10) Faktor psikosomatik pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
c. Faktor Eksternal
1)   Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin
dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
2)   Obat-obatan
3)  Antagonis asam folat, antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di
buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin atau untuk
pengobatan penyakit ibu yang parah.
4)   Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan
benzen.
d.   Faktor Resiko
1) Usia
Usia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia resiko untuk
hamil dan melahirkan. waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan
keguguran dapat terjadi pada usia yang masih muda, karena pada saat
remaja alat reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil.
2) Paritas ibu
Semakin banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin
tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas. Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya
paritas.
3) Riwayat abortus sebelumnya
Setelah satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%.
Beberapa studi meramalkan resiko setelah 3 abortus berurutan 30-45%
4) Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.
Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan antental
dengan baik adalah kelainan yang mungkin ada atau timbul pada
kehamilan tersebut cepat diketahui dan segera dapat di atasi sebelum
berpengaruh tidak baik pad kehamilan
5) Pendidikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2012) bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan makin rendah kejadian abortus. Angka
kejadian tertinggi yaitu pada golongan berpendidikan 10-12 tahun (SMA).
Secara teoritis diharapkan wanita ynag berpendidikan lebih tinggi
cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.
6) Merokok
Merokok dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus. Bagi
wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko tersebut sekitar
dua kali lipat dibandingkan kontrol normal
7) Alkohol
Abortus spontan dan anomaly janin dapat terjadi akibat sering
mengkonsumsi alcohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Angka
abortus meningkat dua kali lipat pada wanita yang minum 2 kali setiap
minggu, dan tiga kali pada wanita yang mengkonsumsi alcohol
4. TANDA DAN GEJALA
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Terdapat perdarahan, disertai perut sakit.
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan
terjadi kontraksi otot rahim.
d. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontrasi otot rahim.
e. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif

5. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN(PENGKAJIAN, DIAGNOSA


KEPERAWATAN, INTERVENSI)
a. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data dasar dan informasi
yang akurat dan lengkap tentang klien dikumpulkan dan dianalisis unuk
mengevaluasi keadaan klien, maka pada pengkajian difokuskan pada:
Data Subyektif
1) Identitas Pasien
Nama  : Dikaji dengan tujuan agar dapat  mengenal/memanggil penderita
dan tidak keliru dengan penderita lain
Umur  : Dikaji untuk mengetahui usia aman untukkehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun
Agama : Dikaji untuk menuntun kesuatu diskusi tentang pentingnya
agama dalam kehidupan pasien, tradisi keagamaan dalam
kehamilan dan persalinan
Suku/bangsa  : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
Pendidikan : Berpengaruh pada tingkat penerimaan pasien terhadap
konseling yang diberikan serta tingkat kemampuan
pengetahuan ibu terhadap keadaannya
Pekerjaan : Berkaitan dengan keadaan pasien maka pekerjaan perlu dikaji
apakah keadaan terlalu berat sehingga dapat meningkatkan
risiko terjadinya keadaan yang lebih parah
Alamat : Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila
mengadakan kunjungan pada pasien
2) Keluhan utama
Keluhan utama berkaitan dengan kejadian yang dirasakan pasien, dalam
kasus abortus iminens pasien akan mengeluh keluar darah sedikit ataupun
banyak dari jalan lahir serta merasakan mules pada perut bagian bawah.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu ditunjukkan pada pengkajian penyakit
yang diderita pasien yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan yang
sekarang. Perlu dikaji juga ibu mempunyai penyakit jantung, asma,
hipertensi, DM, karena jika penyakit-penyaki tersebut sudah ada
sebelum ibu hamil maka akan diperberat dengan adanya kehamilan,
dapat berisiko pada waktu persalinan.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan ini dikaji untuk mengetahui adakah penyakit yang
diderita pasien seperti: penyakit jantung, asma, hipertensi dan DM.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan ini dikaji untuk mengetahui apakah ada riwayat
kembar pada keluarga, selain itu juga dikaji adakah riwayat kecacatan
pada keluarga.
4) Riwayat Obstetri
a) Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi dikaji untuk mengetahui usia kandungan apakah
sudah aterm atau belum, melalui HPHT (hari pertama haid terakhir)
karena bila dijumpai ibu bersalin dengan preterm, (<37minggu)
merupakan kontraindikasi dilakukannya indikasi persalinan, selain itu
untuk mengetahui apakah ibu ada riwayat keputihan, karena jika ada
keputihan yang sifatnya patologis, maka ada kemungkinan terjadi
infeksi.
b) Riwayat kehamilan sekarang
Perlu dikaji untuk menyatakan tentang keadaan kehamilan ibu yang
sekarang ini.
5) Pola pemenuhankebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Menggambarkan tentang kebutuhan nutrisi ibu selama hamil, apakah
sudah sesuai dengan gizi seimbang untuk ibu hamil
b) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kebiasaan BAB (frekuensi,
jumlah, konsistensi, bau) dan kebiasaan BAK (warna, frekuensi,
jumlahdan terakhir kali ibu BAB atau BAK), karena jika ibu
mengalami kesulitan BAB maka kemungkinan ibu sering mengejan
sehingga uterus berkontraksi
c) Pola istirahat
Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa jam ibu tidur
siang dan berapa jam ibu tidur malam, karena berpengaruh terhadap
kesehatan fisik ibu
d) Personal hygiene
Menggambarkan pola hygiene pasien misalnya: berapa kali ganti
pakaian dalam, mandi, gosok gigi dalam sehari dan keramas dalam
satu minggu. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien
menjaga kebersihan dirinya
e) Pola seksual
Untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan hubungan seksual
dengan suami karena prostaglandin yang terkandung dalam sperma
dapat merangsang terjadinya kontraksi
f) Pola aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu berat,
sehingga dapat mempengaruhi kehamilan
g) Psikososiospiritual
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon, tanggapan,
dukungan yang diberikan suami dan keluarga, serta kecemasan pasien
dan keluarga dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam proses
persalinan. Dalam kasus abortus iminens pasien biasanya mengatakan
takut dan cemas akan kehilangan bayinya.
Data Obyektif
1)    Keadaan umum dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadi
infeksi yang ditandai dengan suhu meningkat, nadi
meningkat, untuk mendukung kondisi selama hamil berjalan
baik, maka keadaan umum pasien dan tanda-tanda fisik
hendaknya tidak ada masalah
2)    Pemeriksaan tanda vital
a) Tekanan darah
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tekanan sistolik dan
tekanan diastolik darah. Dengan pemeriksaan ini kita bisa
menilai adanya kelainan pada sistem kardiovaskuler.
Tekanan darah normal pada orang dewasa yaitu tekanan
sistolik kurang dari 130 Mmhg dan tekanan diastolik kurang
dari 80 mmhg
b) Pemeriksaan nadi
Pemerikasaan ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan irama
detak jantung. Frekuensi nadi normal pada orang dewasa 60-
90 kali permenit.
c) Pemeriksaan pernafasan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi pernafasan, irama,
kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan. Frekuensi
pernafasan normal orang dewasa yaitu sekitar 16-20 kali
permenit
d) Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan suhu tubuh ibu,sehingga
bisa digunakan untuk mendeteksi dini suatu penyakit. 
Pemeriksaan ini bisa dilakukan melalui oral, rektal, dan
aksila. Suhu tubuh normal pada orang dewasa yaitu 36-37 0C
3) Antropometri
a) Berat Badan
Dikaji untuk menentukan pertambahan berat badan total atau untuk
membantu mengevaluasi keparahan edema yang disertai
preeklamsi
b) Tinggi badan
Dikaji karena pada ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 140
cm, dicurigai adanya disproporsi sefalo pelvik
c) Lila
Untuk mengetahui berapa lingkar lengan atas ibu, karena bila kurang
dari 23,5 cm ibu menderita KEK ( Kekurangan Energi
Protein).
4)    Pemeriksaan fisik pasien
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada
organ tubuh pasien
a)  Kepala : untuk mengetahui bentuk kepala, kulit kepala dan
kebersihan rambut
b) Muka : untuk mengetahui pucat karena anemia
c)  Mata : dilihat dari konjungtiva pucat atau tidak, bila ditemukan
pucat berarti mengarah pada anemia, sklera kuning atau tidak
bila kuning mengarah pada hepatitis
d)  Hidung : untuk mengetahui kebersihan hidung dan ada kelainan
pada hidung atau tidak
e)  Telinga : untuk mengetahui kebersihan telinga
f)  Mulut : untuk mengetahui apakah ada kelainan pada bibir, lidah dan
gigi
g) Leher : untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar
h) Dada : untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada pernafasan
normal atau tidak
i)  Abdomen : untuk mengetahui ada tidaknya luka bekas operasi,
tumor, linea nigra, dan strie gravidarum. Pada kasus
abortus iminens akan dikaji ada tidaknya nyeri perut bagian
bawah dan nyeri tekan.
j)  Genetalia : Untuk mengetahui varises, tumor, tanda-tanda infeksi
atau penyakit menular seksual, jumlah perdarahan dan warna
perdarahan
k) Anus : Untuk mengetahui adanya haemoroid atau tidak
l)  Ekstremitas : Pemeriksaan ekstremitas harus mencakup pengkajian
reflek tendon dalam, pemeriksaan adanya edema tungkai dan
vena verikosa dan pemeriksaan ukuran tangan dan kaki
bentuk serta letak jari tangan dan jari kaki, kelainan
menunjukkan gangguan genetik.
5) Pemeriksaan Obstetri
a) Inspeksi
Pada abdomen adakah bekas operasi SC, pembesaran uterus,
apakah ada ketegangan perut karena kehamilan, pada genetalia
dikaji jumlah perdarahan dan warna perdarahanyang keluar
b)    Palpasi
Apabila dari hasil palpasi ditemukan mal persentasi serta gemeli,
tinggi fundus uteri. Pada kasus abortus iminens belum dilakukan
palpasi karana umur kehamilan masih muda
c)   Auskultasi
Untuk mengetahui apakah DJJ < 120 atau > 160 kali permenit
berarti kemungkinan terjadi gawat janin sampai dapat
menyebabkan kematian janin, dalam kasus abortus iminens belum
dilakukan auskultasi
6)   Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan pada kasus abortus iminens untuk
mengetahui apakah kehamilan dapat berjalan normal apa tidak,
seperti:pemeriksaan laboratorium, USG, periksa panggul luar,
pemeriksaan panggul dalam, PP test, hasil pemeriksaan dalam
(vaginal toucher)
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri b/d kerusakan jaringan intra uteri
2) Resiko tinggi infeksi b/d perdarahan, kondisi vulva lembab
3) Berduka b/d kehilangan bayi

c. INTERVENSI

NO. TUJUAN/KH INTERVENSI RASIONAL


1 Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.080238. hal
tindakan keperawatan 201)
diharapkan tingkat nyeri Tindakan :
menurun dg KH: 1. Identifikasi lokasi, 1. Nyeri dikaji
 Keluhan nyeri karakteristik, durasi, secara
menurun frekuensi, kualitas, komprehensif
 Sikap protektif intensitas nyeri. agar lebih
menurun 2. Identifikasi skala nyeri lengkap
NO. TUJUAN/KH INTERVENSI RASIONAL
 Mual menurun
 Frekuensi nadi 3. Berikan terapi non 2. Untuk
membaik farmakologis untuk mengetahui
 Pola nafas mengatasi nyeri berat ringanya
membaik nyeri
4. Kontrol lingkungan
3. Terapi non
 Tekanan darah yang memperberat rasa
farmakologi bisa
membaik nyeri
jadi alternative
5. Jelaskan strategi
sebelum
meredakan nyeri
menggunakan
obat medis
6. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Lingkungan
7. Kolaborasi pemberian
yang nyaman
analgetik k/p
bisa
menurunkan
nyeri

5. Untuk
memberikan
alternatif
meredakan nyeri

6. Untuk melatih
mengatasi nyeri
secara mandiri

7. Analgetik dapat
mengurangi
nyeri
2. Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
keperawatan diharapkan Tindakan :
tingkat infeksi menurun 1. Monitor tanda dan gejala
1. Untuk mengetahui
dg KH: infeksi lokal dan
tanda infeksi
 Demam menurun sistemik
sebelum berat
 Nyeri menurun 2. Batasi jumlah
2. Untuk mengurangi
 Kadar sel darah pengunjung
transmisi kuman
putih membaik 3. Berikan perawatan kulit
3. Membersihkan dari
 Kebersihan pada area edema
bakteri
tangan 4. Cuci tangan sebelum dan
NO. TUJUAN/KH INTERVENSI RASIONAL
meningkat sesudah kotak dengan
 Nafsu makan pasien dan lingkungan 4. Salah satu upaya
meningkat pasien pencegahan infeksi
5. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
6. Ajarkan cara mencuci 5. Untuk mengetahui
tangan dengan benar tanda dan gejala
7. Anjurkan meningkatkan infeksi
asupan nutrisi 6. Dengan cuci tangan
dapat mencegah
8. Anjurkan meningkatkan infeksi
asupan cairan 7. Nutrisi membantu
meningkatkan proses
penyembuhan
8. Cairan yang cukup
mencegah dehidrasi
3. Setelah dilakukan Dukungan proses berduka:
tindakan keperawatan Tindakan :
diharapkan tingkat 1. Identifikasi kehilangan
1. Untuk mengetahui
berduka membaik dengan yang dihadapi
penyebab berduka
KH: 2. Identifikasi proses
2. Untuk mengetahui
 Verbalisasi berduka yang dihadapi
tahap berduka yang
menerima 3. Identifikasi reaksi awal
dialami pasien
kehilangan terhadap kehilangan
3. Untuk menentukan
meningkat
renana selanjutnya
 Verbalisasi 4. Tunjukkan sikap
perasaan sedih menerima dan empati
4. Dengan sikap empati
menurun
bisa membantu
 Menangis mengurangi
5. Motivasi agar mau
menurun kesedihan pasien
mengungkapkan
 Pola tidur
perasaan kehilangan
membaik 5. Dengan di ungkapkan
bisa mengurangi rasa
kehilangan

d. SUMBER PUSTAKA
1. Mansjoer et.al. Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta ; 2009
2. Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetric.
Jakarta ; EGC
3. Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan Dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Edisi Kedua. Jakarta : EGC

C. RESUME KASUS KELOLAAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Nama : Ny. L
Alamat : Babadan 2/4 Limpung
Umur : 31 Th
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status obstetric : G2P1A0
Suku :Jawa
b. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri post kuretage, pasien sedih karena bayinya tidak bisa
dipertahankan
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli untuk ANC pada tgl 15 januari jam 14.00 WIB, dengan
keluhan utama keuar darh flek- flek . dari hasil USG didapatkan hasil death
conseptus. Dari dokter obsgin disarankan untuk observasi, bila tidak bisa
keluar akan dilakukan kuretage. Keadaan umum sadar , nyeri perut. Terpasang
infus RL + 1 amp oksitosin 20tpm dan obat oral mesoprestol 1tab oral. Untuk
observasi 4 jam. Setelah di ibservasi 4 jam tidak ada tanda 2 pengeluaran janin
akhirnya jam 20.00 WIB dilakukan tindakan kuretage.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN
1. DS: Pasien mengatakan nyeri perut Nyeri akut b/d tindakan invasif
bagian bawah
P : Nyeri abdomen
Q : nyeri seperti diremas- remas
R : nyeri bagian abdomen bawah
S : skala nyeri 4
T : nyeri hilang timbul
DO:
- Ekspresi wajah klien tampak
menahan sakit
- TD: 130/90mmhg
N : 86x/mnt
S :36,60C
RR : 24x/mnt

2. DS: Berduka b/d kehilangan bayi


- pasien mengatakan sedih
kehilangan calon bayi yang
dikandungnya.
- Pasien merasa bersalah tidak hati-
hati menjaga kandunganya
DO:
- Pasien tampak sedih

a. Nyeri akut b/d tindakan invasive


b. Berduka b/d kehilangan bayi

3. INTERVENSI
NO.DX TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Mengkaji skala nyeri 1. Untuk mengetahui
keperawatan 1x 24 jam tingkat perkembangan skala
nyeri menurun dengan kriteria nyeri klien
hasil: 2. Ajarkan tehnik relaksasi 2. Untuk mengurangi dan
 Keluhan nyeri menurun nafas dalam mengalihkan rasa
 Kesulitan tidur menurun nyeri klien

 Mual menurun 3. Monitor TTV klien 3. Untuk mengetahui

 Tekanan darah membaik TTV klien dalam

 Frekuensi nadi membaik keadaan normal


4. Jelaskan nyeri yang diderita 4. Meningkatkan koping
 Pola tidur membaik
dan penyebabnya klien dalam
 Pola nafas membaik
melakukanguidance
mengatasi nyeri
5. Kolaborasi pemberian 5. Mengurangi nyeri
analgetika dapat dilakukan
dengan pemberian
analgetika oral/
intravena
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi reaksi awal 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama 1x24 jam terhadap kematian janin koping klien dalam
NO.DX TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
tingat berduka membaik menghadapi
dengan kriteria hasil: 2. Motivasi agar mau kehilangan
 Verbalisasi menerima mengungkapkan perasaan 2. Dengan di ungkapkan
kehilangan meningkat kehilangan perasaan kehilangan
 Verbalisasi perasaan bisa berkurang
3. Ajarkan melewati proses
sedih menurun
berduka secara bertahap
 Menagis menurun 3. Tahap proses berduka

 Pola tidur membaik harus dilewati sampai


pasien bisa menerima
keadan

4. IMPLEMENTASI
NO. TANGGAL/ IMPLEMENTASI RESPON TTD
DX JAM
1. 15 januari 1. Mengkaji nyeri S: pasien mengatakan nyeri
2021 secara perut bagian bawah
Jam 21.00 komprehensif  P: nyeri abdomen
WIB Q: seperti diremas-
remas
R : perut bagian
bawah
S : skala 4
21.30 WIB T : hilang timbul
NO. TANGGAL/ IMPLEMENTASI RESPON TTD
DX JAM
O: ekpresi menahan nyeri
2. Mengajarkan S: pasien mengatakan bersedia
tehnik relaksasi mengikuti tehnik relaksasi
nafas dalam yang diajarkan
O: pasien tampak mengikuti

3. Menjelaskan S: pasien mengatakan bersedia


penyebab nyeri menerima penjelasan
O: pasien tampak
mendengarkan
4. Memonitor TTV S:
Jam O:TD : 120/70mmhg
06.00WIB N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
T : 360C
5. Memberikan obat S: pasien mau meminum obat
oral O: pasien tampak minum obat
Asam mefenamat
500mg

2. 1. Mengkaji reaksi S: pasien mengatakan


Jam 21.00 awal kehilangan mendengar janinnya sudah
WIB janin tidak berkembang pasien
sedih
O: pasien tampah sedih

2. Memotivasi agar S: pasien mau mengungkapkan


mau perasaan kehilangan , pasien
mengungkapkan merasah bersalah tidak
perasaan mampu menjaga
Jam kehilangan kehamilanya
22.00WIB O: pasien tampak
mengungkapkan perasaanya
S: pasien mau melewati proses
3. Mengajarkan cara demi proses sampai
melewati proses menerima dan ikhlas
berduka secara O: pasien tampak lebih tenang
bertahap
5. EVALUASI
NO. TANGGAL/JAM EVALUASI TTD
DX
1. 16 januari 2021 jam S : pasien mengatakan nyeri berkurang
07.00 WIB P: nyeri abdomen
Q: nyeri seperti diremas- remas
R: perut bagian bawah
S: skala nyeri 2
T : hilang timbul

O: ekspresi lebih rileks


TD :120/70mmhg
N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
Suhu: 360C
A : tingkat nyeri menurun sebagian

P : lanjutkan manajemen nyeri


 Pertahankan tehnik mengurangi nyeri
non farmakologis

2. S : pasien mengatakan sudah mulai bisa


Jam 07.00WIB menerima kehilangan
O : pasien tampak sedih sudah berkurang
Istirahat tidur (+)
A : tingkat berduka membaik sebagian
P : lanjutkan dukungan berduka
 Ajarkan untuk bisa menerima
 Berikan dukungan dan empati

D. PEMBAHASAN
Dalam pembahasan disini akan membahas asuhan keperawatan pad Ny. L
dengan abortus post curettage diruang Fatimah RSI Kendal. Disamping itu penulis
akan membahas dalam pemberian asuhan keperawatan pada Ny. L engan post
curettage atas indikasi abortus iminen sesuai dengan proses keperawatan yang terdiri
dari pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Dari hasil pengkajian didapat Ny. Lusia kehamilan 11 minggu dan sesuai teori
abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, tidak ada kesenjangan
dengan teori.
Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul apabila ada jaringan
yang rusak dan hal ini akan mengakibatkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri idividu untuk berhubungan dengan orang lain, merawat diri dan
beraktivitas. Pasien merasa sedih kehilangan janin, karena sudah tidak bisa tumbuh
lagi pasien mengalami berduka kehilangan bayi.

E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Abortus iminens adalah abortus yang mengancam, perdarahanya bisa berlanjut
beberapa hari atau dapat berulang. Abortus iminens adalah terjadinya perdarahan
dari rahim sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu, dimana janin masih
berada di dalam rahim dan tanpa disertai pembukaan dari leher rahim. Apabila
janin masih hidup maka kehamilan dapat dipertahankan , akan tetapi apabila janin
mengalami kematian, maka dapat terjadi abortus spontan. Dan mengalami missed
abortion
2. Saran
a. Bagi mahasiswa diharapkan dengan adanya makalah asuhan keperawatan post
curettage dapat menambah pengetahuan dari berbagai referensi
b. Bagi perawat diharapkan agar meningkatkan mutu asuhan keperawatan
c. Bagi dunia keperawatan diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan mampu
memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin, dan meningkatkan
kualitas perawat yang lebih bermutu.

Anda mungkin juga menyukai