Seminar Individu
Seminar Individu
L
DI RUANG AISYAH RSI KENDAL
DisusunUntukMemenuhiTugasPraktikKeperawatanMaternitas
Oleh :
EKO ANGGORO
G3A020156
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya
dinegara yang sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan
perinatal terjadi di Negara berkembang, sedangkan di Negara maju hanya 1-2%
sebenarnya sebagian besar kematian tersebut masih dapat dicegah apabila
mendapat pertolongan pertama yang adekuat. ( manuaba, 2007)
Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, factor resikonya meliputi usia
dan riwayat abortus berulang ( Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi kejadian
abortus berulang karena karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya
alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia
lebih dari 35 tahun disebabkan kurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada
kromosom dan penyakit kronis. ( manuaba, 1998).
2. TUJUAN
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan dengan abortus
b. Tujian khusus
1) Dapat menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada abortus
2) Dapat melakukan pengkajian pada klien abortus
3) Dapat merumuskan diagnosa keperawatan
4) Dapat merencanakan intervensi keperawatan
5) Dapat melakukan evaluasi pada klien abortus
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup makalah ini meliputi konsep teori dan resum kasus kelolaan
4. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dengan sistematis dalam V BAB, yaitu
Bab A : merupakan pendahuluan, tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan
Bab B : konsep teori , pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, tanda dan gejala dan
konsep asuhan
Bab C :resum kasus kelolaan , pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi ,
implementasi dan evaluasi.
Bab D : pembahasan yang membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus
yang dikelola
Bab E: penutup yang berisi kesimpulan dan saran
B. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Abortus atau miscarriage adalah dikeluarkanya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup di luar kandungan dengan berat badan sekitar 500gram atau kurang dari
1000gr, terhentinya proses kehamilan sebelum usia kehamilan kurang dari 28
minggu ( Manuaba, 2010).
Abortus iminen ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil
konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri ( Sarwono, 1996).
2. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi dan fisiologi reproduksi wanita , struktur organ reproduksi wanita
meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal. Keduanya
saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat
didalam rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang
terdiri saluran telur ( 0viduk/ tuba fallopi), rahim ( uterus) dan vagina. Organ
reproduksi luar meliputi mons veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan
sepasang labium minora( Mansjoer, 2001)
a. Ovarium
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut
melalui mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi
menghasilkan ovum dan mensekresikan hormone kelamin perempuan yaitu
estrogen dan progesterone. Ovarium terbungkus oleh kapsul pelindung yang
kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang perempuan kurang lebih
memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih dalam
kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus saja yang berkembang dan
melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang perempuan yaitu sejak
menarche( pertama mendapat mewnstruasi) hingga menopause ( berhenti
menstruasi). Pada umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan
melepaskan ovum tiap satu siklus menstruasi ( kurang lebih 28 hari) dari salah
satu ovarium secara bergantian.
Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen.
Setelah folikel pecah dan melepaskan ovum folikel akan berubah menjadi
korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormone progesterone.
Estrogen yang disekresikan korpus luteumtak sebanyak yang disekresikan
oleh folikel. Jika sel telur tidak di buahi maka korpus luteum akan lisis dan
sebuah folikel baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya.
b. Tuba falopii/oviduct ( saluran telur)
Jumlah sepasang , ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut
infundibulum berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovum.
Epithelium bagian dalam saluran ini bersilia, gerakan silia akan mendorong
ovum untuk bergerak menuju uterus.
c. Uterus (rahim)
Jumlah satu buah , berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian
bawah mengecil disebut servik. Uterus merupakan tempat tumbuh dan
berkembangnya embrio, dindingnya dapat mengembang selama kehamilan dan
kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding sebelah dalam disebut
endometrium, banyak menghasilkan lender dan pembuluh darah, endometrium
akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi.
d. Vagina
Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh
darah yang disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini
dapat robek akibat aktivitas fisik yang berat atausaat terjadi hubungan badan.
Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi wanita juga sebagaisaluran kelahiran.
Dindingnya berlipat –lipat dapat mengembang saat melahirkan bayi.pada
dinding sebelah dalam vagina bermuara kelenjar bartholin yang mensekresikan
lender saat terjadi rangsangan seksual.
e. Mons veneris
Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak
pada bagian paling atas dari vulva
f. Labium mayora
Jumlah sepasang merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan
ditumbuhi rambut.
g. Labium minora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium
mayora. Banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Labium minora
menyatu di bagian atas membentuk klitoris. Labium minora mengelilingi
vestibulum suatu tempat dimana terdapat lubang uretra dibagian atas dan
lubang vagina di bagian bawah.
h. Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap
rangsangan karena banyak mengandung syaraf.
3. ETIOLOGI
a. Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan
zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan
abortus pada trimester pertama, yakni:
1) Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau
kerusakan kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi)
2) Embrio dengan kelainan lokal
3) Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)
Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus
spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan
kromosom dan sebagian besar akan gugur.
b. Faktor Maternal
1) Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang
sedang berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal
trimester kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara pasti,
apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme penyebabnya. Penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan abortus.
2) Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster,
vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalomeilitis.
3) Bakteri- misalnya Salmonella typi.
4) Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
5) Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
6) Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi
atau pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
7) Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte
Antigen)
8) Trauma
9) Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks
inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.
10) Faktor psikosomatik pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
c. Faktor Eksternal
1) Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin
dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
2) Obat-obatan
3) Antagonis asam folat, antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di
buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin atau untuk
pengobatan penyakit ibu yang parah.
4) Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan
benzen.
d. Faktor Resiko
1) Usia
Usia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia resiko untuk
hamil dan melahirkan. waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan
keguguran dapat terjadi pada usia yang masih muda, karena pada saat
remaja alat reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil.
2) Paritas ibu
Semakin banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin
tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas. Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya
paritas.
3) Riwayat abortus sebelumnya
Setelah satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%.
Beberapa studi meramalkan resiko setelah 3 abortus berurutan 30-45%
4) Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.
Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan antental
dengan baik adalah kelainan yang mungkin ada atau timbul pada
kehamilan tersebut cepat diketahui dan segera dapat di atasi sebelum
berpengaruh tidak baik pad kehamilan
5) Pendidikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2012) bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan makin rendah kejadian abortus. Angka
kejadian tertinggi yaitu pada golongan berpendidikan 10-12 tahun (SMA).
Secara teoritis diharapkan wanita ynag berpendidikan lebih tinggi
cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.
6) Merokok
Merokok dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus. Bagi
wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko tersebut sekitar
dua kali lipat dibandingkan kontrol normal
7) Alkohol
Abortus spontan dan anomaly janin dapat terjadi akibat sering
mengkonsumsi alcohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Angka
abortus meningkat dua kali lipat pada wanita yang minum 2 kali setiap
minggu, dan tiga kali pada wanita yang mengkonsumsi alcohol
4. TANDA DAN GEJALA
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Terdapat perdarahan, disertai perut sakit.
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan
terjadi kontraksi otot rahim.
d. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontrasi otot rahim.
e. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif
c. INTERVENSI
5. Untuk
memberikan
alternatif
meredakan nyeri
6. Untuk melatih
mengatasi nyeri
secara mandiri
7. Analgetik dapat
mengurangi
nyeri
2. Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
keperawatan diharapkan Tindakan :
tingkat infeksi menurun 1. Monitor tanda dan gejala
1. Untuk mengetahui
dg KH: infeksi lokal dan
tanda infeksi
Demam menurun sistemik
sebelum berat
Nyeri menurun 2. Batasi jumlah
2. Untuk mengurangi
Kadar sel darah pengunjung
transmisi kuman
putih membaik 3. Berikan perawatan kulit
3. Membersihkan dari
Kebersihan pada area edema
bakteri
tangan 4. Cuci tangan sebelum dan
NO. TUJUAN/KH INTERVENSI RASIONAL
meningkat sesudah kotak dengan
Nafsu makan pasien dan lingkungan 4. Salah satu upaya
meningkat pasien pencegahan infeksi
5. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
6. Ajarkan cara mencuci 5. Untuk mengetahui
tangan dengan benar tanda dan gejala
7. Anjurkan meningkatkan infeksi
asupan nutrisi 6. Dengan cuci tangan
dapat mencegah
8. Anjurkan meningkatkan infeksi
asupan cairan 7. Nutrisi membantu
meningkatkan proses
penyembuhan
8. Cairan yang cukup
mencegah dehidrasi
3. Setelah dilakukan Dukungan proses berduka:
tindakan keperawatan Tindakan :
diharapkan tingkat 1. Identifikasi kehilangan
1. Untuk mengetahui
berduka membaik dengan yang dihadapi
penyebab berduka
KH: 2. Identifikasi proses
2. Untuk mengetahui
Verbalisasi berduka yang dihadapi
tahap berduka yang
menerima 3. Identifikasi reaksi awal
dialami pasien
kehilangan terhadap kehilangan
3. Untuk menentukan
meningkat
renana selanjutnya
Verbalisasi 4. Tunjukkan sikap
perasaan sedih menerima dan empati
4. Dengan sikap empati
menurun
bisa membantu
Menangis mengurangi
5. Motivasi agar mau
menurun kesedihan pasien
mengungkapkan
Pola tidur
perasaan kehilangan
membaik 5. Dengan di ungkapkan
bisa mengurangi rasa
kehilangan
d. SUMBER PUSTAKA
1. Mansjoer et.al. Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta ; 2009
2. Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetric.
Jakarta ; EGC
3. Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan Dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Edisi Kedua. Jakarta : EGC
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN
1. DS: Pasien mengatakan nyeri perut Nyeri akut b/d tindakan invasif
bagian bawah
P : Nyeri abdomen
Q : nyeri seperti diremas- remas
R : nyeri bagian abdomen bawah
S : skala nyeri 4
T : nyeri hilang timbul
DO:
- Ekspresi wajah klien tampak
menahan sakit
- TD: 130/90mmhg
N : 86x/mnt
S :36,60C
RR : 24x/mnt
3. INTERVENSI
NO.DX TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Mengkaji skala nyeri 1. Untuk mengetahui
keperawatan 1x 24 jam tingkat perkembangan skala
nyeri menurun dengan kriteria nyeri klien
hasil: 2. Ajarkan tehnik relaksasi 2. Untuk mengurangi dan
Keluhan nyeri menurun nafas dalam mengalihkan rasa
Kesulitan tidur menurun nyeri klien
4. IMPLEMENTASI
NO. TANGGAL/ IMPLEMENTASI RESPON TTD
DX JAM
1. 15 januari 1. Mengkaji nyeri S: pasien mengatakan nyeri
2021 secara perut bagian bawah
Jam 21.00 komprehensif P: nyeri abdomen
WIB Q: seperti diremas-
remas
R : perut bagian
bawah
S : skala 4
21.30 WIB T : hilang timbul
NO. TANGGAL/ IMPLEMENTASI RESPON TTD
DX JAM
O: ekpresi menahan nyeri
2. Mengajarkan S: pasien mengatakan bersedia
tehnik relaksasi mengikuti tehnik relaksasi
nafas dalam yang diajarkan
O: pasien tampak mengikuti
D. PEMBAHASAN
Dalam pembahasan disini akan membahas asuhan keperawatan pad Ny. L
dengan abortus post curettage diruang Fatimah RSI Kendal. Disamping itu penulis
akan membahas dalam pemberian asuhan keperawatan pada Ny. L engan post
curettage atas indikasi abortus iminen sesuai dengan proses keperawatan yang terdiri
dari pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Dari hasil pengkajian didapat Ny. Lusia kehamilan 11 minggu dan sesuai teori
abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, tidak ada kesenjangan
dengan teori.
Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul apabila ada jaringan
yang rusak dan hal ini akan mengakibatkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri idividu untuk berhubungan dengan orang lain, merawat diri dan
beraktivitas. Pasien merasa sedih kehilangan janin, karena sudah tidak bisa tumbuh
lagi pasien mengalami berduka kehilangan bayi.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Abortus iminens adalah abortus yang mengancam, perdarahanya bisa berlanjut
beberapa hari atau dapat berulang. Abortus iminens adalah terjadinya perdarahan
dari rahim sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu, dimana janin masih
berada di dalam rahim dan tanpa disertai pembukaan dari leher rahim. Apabila
janin masih hidup maka kehamilan dapat dipertahankan , akan tetapi apabila janin
mengalami kematian, maka dapat terjadi abortus spontan. Dan mengalami missed
abortion
2. Saran
a. Bagi mahasiswa diharapkan dengan adanya makalah asuhan keperawatan post
curettage dapat menambah pengetahuan dari berbagai referensi
b. Bagi perawat diharapkan agar meningkatkan mutu asuhan keperawatan
c. Bagi dunia keperawatan diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan mampu
memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin, dan meningkatkan
kualitas perawat yang lebih bermutu.