Bab VII - Irbang II
Bab VII - Irbang II
BAB VII
PERENCANAAN KANTONG LUMPUR
Kantong lumpur adalah perlengkapan dihilir intake ( pengambilan ) bendung atau dihulu
saluran induk sebagai pengendali muatan sedimen dengan mengendapkan muatan sedimen yang
terbawa aliran dari udiknya dengan fraksi dan jumlah yang tidak dikehendaki masuk ke saluran
induk atau ke jaringan saluran. Pad dasarnya kantong lumpur ini merupakan pembesaran
potongan melintang saluran sampai jarak tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran dan
memberi kesempatan kepada sedimen untuk mengendap. Kantong lumpur atau sediment trap ini
sering juga disebut kantong pasir karena yang diendapkan adalah fraksi pasir, bukannya fraksi
lumpur.
Penempatan kantong lumpur ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, 4 kemungkinan
diantaranya adalah sebagai berikut ini.
Menurut Standar Perencanaan Irigasi, penempatan seperti ini adalah penempatan yang
dianjurkan.
Dengan menggunakan pembilas bawah, apabila bagian bawah pintu pembilas dibuka,
maka terjadi aliran dibawah plat pembilas bawah yang akan menyedot sedimen dihulu bendung.
Dengan cara ini sedimen dasar dan sedimen layang akan langsung dibuang ke hilir sehingga tidak
masuk ke pintu pengambilan. Besarnya sedimen layang yang dapat disedot oleh pembilas bawah
ini sangat tergantung dengan ketinggian plat pembilas bawah. Seperti diuraikan diatas, sebagian
besar sedimen akan menempati 2/3 kedalaman, sehingga kalau ketinggian plat pembilas bawah
ini sama atau lebih tinggi dari 2/3 kedalaman, maka sebagian besar sedimen sungai akan disedot
oleh pembilas bawah.
pembagian butir
penyebaran ke arah vertikal
sedimen layang
sedimen dasar
volume.
Jika tidak ada datayang tersedia, ada beberapa harga praktis yang bisa dipakai untuk
bangunan utama berukuran kecil. Dalam hal ini volume bahan layang yang harus diendapkan,
andaikan 0,5 o/oo ( permil ) dari volume air yang mengalir melalui kantong.
Ukuran butir yang harus diendapkan bergantung kepada kapasitas angkutan sedimen di
jaringan saluran selebihnya. Dianjurkan bahwa sebagian besar ( 60 – 70 % ) dari pasir halus
terendapkan : partikel – partikel dengan diameter di atas 0,06 – 0,07 mm.
Selanjutnya daalam Stnadar Perencanaan Irigasi untuk saluran dikatakan bahwa kantong
lumpur tidak akan diperlukan jika volume sedimen yang masuk ke jaringan irigasi tidak masuk
kesawah ( partikel yang lebih besar 0,06 -–0,07 mm ) kurang dari 5 % dari kedalaman air
diseluruh jaringan irigasi atau kurang dari : 5 % x kedalaman saluran x lebar dasar x panjang.
Kecepatan endap yang digunakan untuk perencanaan kantong lumpur, tidak dapat
menggunakan kecepatan endap butir sedimen secara individual, tapi kecepatan endap sedimen
sungai yang dipengaruhi oleh :
1. Diameter butir
2. Lengkung gradasi.
3. Fantor Bentuk
4. Spesific weight dengan variasinya
5. Homogenitas material
6. Konsentrasi angkutan sedimen
7. fluktuasi debit sungai
8. Suhu
9. Pengaruh parameter hidraulik
Menurut Standar Perencanaan Irigasi, ada dua metode yang bisa dipakai untuk
menentukan kecepatan endap jaitu :
1. Pengukuran ditempat.
2. Dengan rumus/grafik.
Cara tersebut antara lain dilakukan oleh DPMA terhadap sungai Cimanuk – Rentang.
Contoh yang didapat dari sungai diaduk kemudian diendapkan dengan menggunakan tabung
pengendap. Besarnya konsentrasi diukur dari waktu ke waktu, sehingga didapat grafik hubungan
antara besarnya konentrasi dengan waku. Pad waktu t = 0, semua fraksi pasir belum ada yang
diendapkan atau konsentrasi 100 %, effisiensi 0%. Pad waktu konsentrasinya tinggal C %, fraksi
pasir yang diendapkan adalah ( 100 – C ) % atau effisiensi startisnya : es = ( 100 – C ) %.
H tinggi jatuh
Kecepatan jatuh dihitung berdasar : w
t waktu
Dari hasil percobaan didapat data sebagai berikut .
Dengan mengambil effisiensi 80 %, maka didapat kecepatan jatuh sebesar 0,132 m/menit = 0,0022
meter/detik.
Gambar 7.5 Grafik hubungan diameter ayak dengan kecepatan endap di air tenang.
Kalau akan mempergunakan rumus, maka salah satu rumus yang dapat digunakan untuk
menghitung kecepatan endap adalah rumus :
3 g . d ρs - ρw
w2
4 Cd ρw
dimana :
Besarny density dari butir tanah dicari berdasar berat jenis ( spesific gravity ) tanah yang
pada umumnya berkisar antara 2,66. Dengan demikian besarnya density tanah dihitung sebagai
berikut :
ρs
SG 2,66 ; ρ s 2,66 x 1000 2660 kg/m 3
ρw
w .d
Besarnya bilangan Reynold butiran dihitung berdasar rumus : Re
η
Berarti untuk mendapatkan besarnya bilangan Reynold, besarnya kecepatan jatuh harus
didapat dulu. Karena itu digunakan cara coba-coba, misalnya w = 0,0095 m/detik.
w . d 0,0095 x 1 x 10 4
Re 0,95
η 10 - 6
w . d 0,009 x 1 x 10 4 24 24
Re -6
0,90 ; C d 26,6 ;
η 10 Re 0,90
1/ 2
4 9,81 . 1 . 10 - 4 2660 - 1000
w 0,009 m/dt ternyata cocok
3 26,6 1000
Dibanding kecepatan jatuh berdasar contoh sedimen, nilai ini jauh lebih besar. Dan
menurut Ir. Moch. Memed Dipl. HE dkk dari Puslitbang Air dalam makalahnya “ DESAIN
HIDRULIK SEDIMENT TRAP DAN INTAKE “, dikatakan bahwa rumus-rumus fall velocity
yang ada sekarang yang berasal dari luar negeri, tidak sepenuhnya memenuhi kriteria alam dan
bila digunakan di Indonesia rumus-rumus ini akan menghasilkan effisiensi yang rendah ( Luas
medan endap – BL – kurang besar ).
Faktor-faktor lain yang akan dipertimbangkan dalam pemilihan dimensi kantong lumpur
adalah :
1. Kecepatan aliran dalam kantong lumpur hendaknya cukup rendah, sehingga partikel yang
telah emngendap tidak menghambur lagi.
4. Kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,30 meter/detik, guna mencegah tumbuhnya
vegetasi.
5. Peralihan/transisi dari pengambilan ke kantong dan dari kantong ke saluran primer harus
mulus, tidak menimbulkan turbulensi atau pusaran.
Seperti tergambar pada gambar berikut ini, partikel di titik A dengan kecepatan endap w
dan kecepatan air v memerlukan waktu selama t, dimana :
t = H/w = L/v
Q Q
Sedangkan kecepatan air : v ; sehingga L . B
H.B w
dimana :
H = kedalaman aliran, m.
w = kecepatan endap partikel sedimen, m/detik.
L = Panjang kantong lumpur, m.
v = kecepatan aliran air, m/detik.
Q = debit saluran, m3/detik.
B = lebar kantong lumpur, m.
L . B tersebut sering disebut sebagai luas medan endap. Rumus ini dapat digunakan untuk
membuat perkiraan awal ukuran kantong lumpur.
Untuk perencanaan yang lebih detail, harus dipakai faktor koreksi guna menyelaraskan
faktor-faktor yang mengganggu, seperti :
turbulensi air,
pengendapan yang terhalang,
bahan layang yang sangat banyak.
Q λ2 v ( H 0,5 - 0.2 )2
L.B
w 7.51 w H
dimana :
0 1,2 1,55
Perbandingan L/B.
Untuk mecegah terjadinya “meander” didalam kantong lumpur, maka kantong lumpur
hendaknya tidak terlalu lebar. Sebaiknya diambil perbandingan L/B > 8. Kalau karena kondisi
topografi terpaksa harus membuat kantong lumpur yang lebar, maka sebaiknya kantong lumpur
dibagi-bagi kearah memanjang dengan memasang dinding pemisah, untuk mencapai perbandinga
L/B > 8 tersebut.
Sedimen yang diendapkan oleh kantong lumpur, akan ditampung dalam tampungan yang
berada didasar kantong lumpur, seperti pada gambar VI.6. diatas. Penampang tampungan ini
tidak termasuk dalam perhitungan penampang basah kantong lumpur yang mengalirkan air.
Pada kantong lumpur seperti pada gambar 7.7 di sebelah, tampungan berada dibawah
dasar penampang basah yang berbentuk trapesium.
Dinding vertikal terbuat dari pasangan dan untuk diniding tampungan menggunakan
dinding tegak. Dasar tampungan dapat diperkuat dengan lantai ( alternatif kiri ) atau tanpa
lantai ( alternatif kanan).
Dilihat dari lebar dasarnya, ada 2 alternatif, yaitu : dengan lebar dasar mengecil dan lebar
dasar konstan seperti pada gambar 7.9.diatas.
Pada potongan memanjang kantong lumpur, terdapat dua kemiringan memanjang ,yaitu :
kemiringan memanjang tampungan ( Is ) dan kemiringan memanjang aliran saluran ( I ) seperti
pada gambar 7.10 berikut ini.
Sedangkan pada Gambar ( B ) pada awal kantong lumpur atau pada pengambilan dasar
tampungan diturunkan sebesar ds, sehingga besanya menjadi lebih besar dibanding dengan pada
gambar ( A ).
periode pembilasan.
Namun untuk perkiraan kasar Standar Perencanaan Irigasi memberi angka 0,5 o/oo.
Namun angka ini harus dicek tetepatannya.
Kandungan tersebut menunjukkan banyaknya sedimen untuk setiap m3 air. Jumlah air
yang mengalir melalui kantong lumpur tergantung dari debit serta periode pembilasannya. Kalau
pembilasan dilakukan setiap bulan, dengan debit 1,2 m3/detik, maka jumlah air yang mengalir
adalah : 30 x 24 x 60 x 60 x 1,2 m3 = 3.110.400 m3.
Kalau kandungan sedimen adalah 0,5 o/oo , maka jumlah sedimen yang diendapkan adalah :
0,5 x 3.110.400/1000 = 1.555,2 m3. Dengan lebar tampungan 15 meter dan kedalaman
tampungan rata-rata 0,7 meter, maka panjang tampungan adalah : 1.555.2/(15 x 0,7 ) = 148
meter.
Untuk menghidari turbulensi, maka antara saluran pengendap dengan saluran induk diberi
bagian peralihan seperti pada gambar berikut ini.
Lp = 8 sampai 10 z
dimana : z = ( B – b ) / 2
2.4 Pembersihan/pembilasan.
Jarak waktu pernbilasan kantong lumpur, tergantung pada eksploitasi sedimen di jaringan
irigasi, banvaknya sedimen di sungai, luas tampungan serta tersedianya debit air sungai yang
dibutuhkan untuk pembilasan. Untuk tujuan-tujuan perencanaan, biasanya diambil jarak waktu
satu atau dua minggu.
Pembilasan secara hidrolis membutuhkan beda tinggi muka air dan debit yang memadai
pada kantong lumpur guna menggerus dan menggelontor bahan yang telah terendap kembali ke
sungai. Frekuensi dan lamanya pembilasan bergantung pada banyaknya bahan yang akan
dibilas, tipe bahan ( kohesif atau nonkohesif) dan tegangan geser yang tersedia oleh air.
Kemiringan dasar kantong serta debit pembilasan hendaknya didasarkan pada besarnya
tegangan geser yang diperlukan yang akan dipakai untuk menggerus sedimen yang terendap.
Dianjurkan untuk mengambil debit pembilasan sebesar yang dapat diberikan oleh pintu
pengambilan dan beda tinggi muka air.
1) Pasir lepas; dalam hal ini parameter yang terpenting adalah ukuran butirnya, atau
Jika bahan yang mengendap terdiri dari pasir lepas, maka untuk menentukan besarnya
tegangan geser yang diperlukan dapat dipakai grafik Shields seperti pada gambar 7.12 diatas.
Besarnya tegangan geser dan kecepatan geser untuk diameter pasir terbesar yang akan dibilas
sebaiknya dipilih di atas harga kritis. Dalam grafik ini ditunjukkan dengan kata
“bergerak” ( movement ).
Untuk keperluan perhitungan pendahuluan, kecepatan rata - rata yang diperlukan selama
pembilasan dapat diandaikan sebagai berikut :
Bagi bahan-bahar kohesif, dapat dipakai Gambar 7.13 yang diturunkan dari data USBR
oleh Lane. Makin tinggi kecepatan selama pembilasan, operasi menjadi semakin cepat. Namun
demikian, besarnya kecepatan hendaknya selalu dibawah lecepatan kritis, karena kecepatan
superkritis akan mengurangi efektifitas proses pembilasan.
Pembersihan secara mekanis bisa menggunakan mesin pengeruk, pompa (pasir), singkup
tarik/backhoe atau mesin-mesin sejenis itu. Semua peralatan ini mahal dan sebaiknya tidak usah
dipakai.
3 CONTOH PERHITUNGAN.
3) Membuat perkiraan awal luas rata-rata permukaan kantong lumpur dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Q
L . B
w
dimana :
L = Panjang kantong lumpur, m.
B = lebar kantong lumpur, m.
Q = debit saluran, m3/detik.
w = kecepatan endap partikel sedimen, m/detik.
v n k s R 2/3 i 1/2
n ; Q n vn A n
dimana :
5) Menentukan kemiringan energi di kantong lumpur selama pembilasan dengan kolam dalam
keadaan kosong dan menggunakan rumus Strickler :
v s k s R s2/3 i 1/2
s ; Q s vs A s
dimana :
7) Cek apakah pembilasan masih memungkinkan dilakukan pada waktu debit banjir di sungai
Q1/5 ?
8) Jika no.7 tidak ada masalah, cek effisiensi pengendapan partikel sedimen dengan diagram
Camp.
2) Banyaknya sedimen yang masuk ke pengambilan selama satu periode. antara satu pembilasan
dengan pembilasan berikutnya.
Diandaikan bahwa partikel yang terangkut sebagai sedimen layang dan masuk ke jaringan
irigasi adalah 0,07 mm = 70 x 10-6 meter.
Besarnya kecepatan endap untuk diameter butir 0,07 mm dan suhu 20o C, berdasar grafik
7.5. didapat kecepatan endap ( w ) sebesar 0,004 m/detik. Sehingga luas medan endap adalah :
Qn 10,9
L.B 2725 m 2
w 0,004
karena L/B > 8 maka akan didapat B , 18,5 meter dan L > 147,30 meter.
Perhitungan ini didasarkan pada kondisi ekploitasi normal dan kantong sedimen hampir
penuh. Kecepatan normal diambil 0,40 meter/detik dengan pertimbangan :
Qn 10,9
An 27,25 m 2
vn 0,40
An 27,25
hn 1,47 meter.
B 18,50
Dengan kedalaman seperti itu dan kemiringan tebing 1 : 2, maka akan didapat penampang
seperti berikut ini.
B = ( b + 4 h ) 18,50 = b + 4 . 1,47
b = 18,50 – 2,94 = 12,62 meter.
An 27,25
Jari-jari hidrolis : R n 1,42 meter.
P 19,18
v 2n 0,402
in 0,495 x 10-4
R 2/3
. ks
2
1,42 2/3
. 45
2
Sebenarnya kemiringan ini tidak sahih untuk seluruh panjang kantong lumpur karena
luasnya akan bertambah kearah hilir. Perbedaan elevasi yang dihasilkan sangat kecil dan boleh
diabaikan.
Bagian peralihan.
Seperti diuraikan terdahulu, panjang bagian peralihan ini dihitung menurut rumus :
Lp = 8 sampai 10 z
dimana : z = ( B – b ) / 2
Kalau b = 12,62 meter dan B = 18,5 ( sesuai perhitungan diatas ), maka z = ( 18,5 – 12,62
)/2 = 2,94. Panjang bagaian perlaihan : Lp < 10 x 2,94 m = 29,4 meter dan Lp > 8 z = 8 x 2,94 =
23,52, sehingga Lp diambil = 25 meter. Gambar bagian peralihan adalah seperti pada gambar
berikut ini.
b = B = 18,5
12,62 m m
z =
2,94 m Bagian
peralihan
Lp = L = 148 Lp =
25 m m 25 m
Pada waktu pembilasan dan kantong lumpur kosong, maka kemiringan energi
pembilasan akan sama dengan kemiringan memanjang tampungan. Penampang tampungan
diambil persegi dan debit yang dialirkan sewaktu pembilasan adalah Qs = 1,2 x Qn = 1,2 x 10,9 =
13,1 m3/detik.
Qs 13,1
As 8,73 m 2
vs 1,5
As 8,73
Rs 0,623 meter.
P 12,62 2. 0,7
v s2 1,52
is 26,5 x 10 -4
R 2/3
s . ks
2
0,623 2/3
. 40
2
Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik, kecepatan aliran harus dijaga agar tetap
subkritis atau bilangan Freude : Fr < 1.
v 1,5
Fr 0,57 1 sehingga benar aliran sub kritis
gh ( 9,8 . 0,7 )
Untuk mengetahui apakah dengan kecepatan seperti itu butir 0,07 mm akan terbilas, kita
gunakan Grafik Shileds pada gambar VI.11. dimana untuk kondisi diatas besarnyategangan geser
kritis adalah : = . g . hs . is = 1,000 x 9,8 x 0,7 x 26,5 x 10 –4 = 18,2 N/m2
Pad grafik 7.11 tersebut nilai cr merupakan ordinat ( garis vertikal ) sebelah kanan dan
untuk nilai = 18,2 N/m2 akan didapat diameter butir maksimum yang dihanyutkan adalah 2,5
mm. Dengan demikian maka sedimen dengan diamater dibawah 2,5 mm akan terbilas.
Dari perhitungan luas medan endap ( L.B ) didapat hasil bahwa panjang kantong
lumpur : L > 147,30 meter. Penetapan panjang ini harus memenuhi kriteria volume tampungan
artinya volume tampungan dengan panjang yang ditetapkan dapat menampung sedimen yang
seharusnya diendapkan, dimana dari perhitungan terdahulu didapat volume yang harus
diendapkan : V = 3.300 m3.
14,96
14,26 0,70
256