Anda di halaman 1dari 26

BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 223

BAB VII . PERENCANAAN KANTONG LUMPUR.


00VI.1PRINSIP KERJA KANTONG LUMPUR...................................................................224
VI.1.1 Bentuk Kantong Lumpur Serta Tata Letaknya. 224
VI.1.2 Pengendalian sedimen pada jaringan irigasi. 226
VI.1.3 Ukuran sedimen yang diendapkan. 227
VI.1.4 Kecepatan endap. 228
VI.1.5 Persyaratan kantong lumpur. 233
VI.2 PERENCANAAN KANTONG LUMPUR...................................................................233
VI.2.1 Panjang dan lebar kantong lumpur. 233
VI.2.2 Volume tampungan. 235
VI.2.3 Bagian peralihan. 238
VI.2.4 Pembersihan/pembilasan. 239
VI.3 CONTOH PERHITUNGAN.........................................................................................243
VI.3.1 Langkah-langkah perencanaan. 243
VI.3.2 Data yang diperlukan. 245
VI.3.3 Contoh perhitungan kantong lumpur. 245
VI.3.4 Kemiringan energi di kantong lumpur selama pembilasan. 248

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 224

BAB VII
PERENCANAAN KANTONG LUMPUR

1 PRINSIP KERJA KANTONG LUMPUR.

1.1 Bentuk Kantong Lumpur Serta Tata Letaknya.

Kantong lumpur adalah perlengkapan dihilir intake ( pengambilan ) bendung atau dihulu
saluran induk sebagai pengendali muatan sedimen dengan mengendapkan muatan sedimen yang
terbawa aliran dari udiknya dengan fraksi dan jumlah yang tidak dikehendaki masuk ke saluran
induk atau ke jaringan saluran. Pad dasarnya kantong lumpur ini merupakan pembesaran
potongan melintang saluran sampai jarak tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran dan
memberi kesempatan kepada sedimen untuk mengendap. Kantong lumpur atau sediment trap ini
sering juga disebut kantong pasir karena yang diendapkan adalah fraksi pasir, bukannya fraksi
lumpur.

Penempatan kantong lumpur ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, 4 kemungkinan
diantaranya adalah sebagai berikut ini.

Gambar 7.1 Penempatan saluran pembilas diujung kantong lumpur.

Penempatan kantong lumpur seperti pada


gambar 7.1. disebelah, saluran pembilas
merupakan kelanjutan dari kantong lumpur.
Sedangkan saluran induknya sendiri mencabang
dari samping kantong. Untuk mencegah
masuknya sedimen yang diendapkan masuk
kembali ke saluran induk, maka ambang saluran
induk sebaiknya mempunyai ketinggian yang cukup, lebih tinggi dari ketinggian maksimum
sedimen pada kantong lumpur.

Menurut Standar Perencanaan Irigasi, penempatan seperti ini adalah penempatan yang
dianjurkan.

Gambar 7.2 Penempatan saluran induk diujung kantong lumpur.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 225

Penempatan kantong lumpur seperti


pada gambar 7.2 disebelah, saluran induk
merupakan kelanjutan kantong lumpur.
Sedangkan saluran pembilasnya mencabang
dari samping.

Pada waktu pembilasan, aliran untuk


menggelontor sedimen akan membelok
sehingga harus dipasang dinding pengarah
untuk mengarahkan aliran. Tinggi mercu dinding pengarah ini harus sama tinggi dengan tinggi
maksimum sedimen didalam kantong lumpur.

Gambar 7.3 Kantong lumpur dengan pengelak sedimen.

Pada kantong lumpur pada gambar 7.3


disebelah, saluran pembilas berfungsi juga sebagai
pengelak sedimen.

Disini saluran induk merupakan kelanjutan


kantong lumpur, dan saluran pembilas melewati
bawah saluran induk.

Penempatan seperti ini hanya dapat


dilakukan kalau air yang tersedia di sungai
melimpah.

Dinding pengarah juga diperlukan disini


karena aliran yang masuk ke saluran
pembilas/pengelak sedimen membelok dan dinding pengarah tersebut diharapkan dapat
mengarahkan aliran dengan baik.

Gambar 7.4 Kantong lumpur dengan saluran pengarah.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 226

Kalau kedudukan kantong lumpur


tidak dapat ditempatkan didekat bendung
karena kondisi topografi, maka antara
bendung dengan kantong lumpur
dihubungkan oleh saluran pengarah seperti
pada gambar 7.4. disebelah.

Kecepatan aliran dalam saluran


pengarah harus cukup memadai agar dapat
mengangkut semua fraksi sedimen yang
masuk ke jaringan saluran pada lokasi
pengambilan kantong lumpur. Di mulut
kantong lumpur kecepatan aliran harus banyak dikurangi dan dibagi secara merata di seluruh
lebar kantong. Oleh karena itu peralihan/transisi antara saluran pengarah dan kantong lumpur
hendaknya direncana dengan seksama menggunakan dinding pengarah dan alat-alat distribusi
aliran lainnya.

1.2 Pengendalian sedimen pada jaringan irigasi.

Disamping pengendalian sedimen oleh kantong lumpur tersebut, untuk mencegah


masuknya sedimen ke sawah, masih ada upaya pengendalian sedimen lain yang dilakukan pada
jaringan irigasi, yaitu :

1. Pada pintu pengambilan.


2. Dengan menggunakan pembilas bawah.
3. Dengan mengatur kemiringan memanjang saluran.

Pada pintu pengambilan ( intake ), dengan menempatkan ambang pengambilan cukup


jauh dari dasar pintu bilas, agar jumlah sedimen yang dapat masuk ke pintu pengambilan hanya
sedimen yang berada pada lapisan atas aliran. Karena sebagian besar sedimen itu menempati 2/3
kedalaman sehingga jumlah sedimen yang berada lapisan atas setinggi 1/3 kedalaman, jumlah
cukup kecil. Upaya ini merupakan langkah awal dari upaya pengendalian sedimen.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 227

Dengan menggunakan pembilas bawah, apabila bagian bawah pintu pembilas dibuka,
maka terjadi aliran dibawah plat pembilas bawah yang akan menyedot sedimen dihulu bendung.
Dengan cara ini sedimen dasar dan sedimen layang akan langsung dibuang ke hilir sehingga tidak
masuk ke pintu pengambilan. Besarnya sedimen layang yang dapat disedot oleh pembilas bawah
ini sangat tergantung dengan ketinggian plat pembilas bawah. Seperti diuraikan diatas, sebagian
besar sedimen akan menempati 2/3 kedalaman, sehingga kalau ketinggian plat pembilas bawah
ini sama atau lebih tinggi dari 2/3 kedalaman, maka sebagian besar sedimen sungai akan disedot
oleh pembilas bawah.

Kemiringan memanjang saluran akan berpengaruh terhadap kecepatan aliran di saluran.


Kemiringan memanjang yang datar akan memberi kecepatan aliran yang rendah akan
menimbulkan pengendapan dan kemiringan yang curam akan memberi kecepatan yang tinggi
akan menimbulkan erosi pada saluran. Menurut standar Perencanaan Irigasi, untuk mencegah
terjadinya sedimentasi, harga I R ( I = kemiringan memanjang dan R = Jari-jari hidraulis )
hendaknya diperbesar ke arah hilir. Dengan demikian maka sedimen yang tidak diendapkan di
kantong lumpur dan masuk ke saluran irigasi, diharapkan dapat terbawa kehilir. Kalau kantong
lumpur harus mengendapkan semua sedimen, maka ukuran kantong lumpur akan menjadi
panjang. Tapi kalau sebagian sedimen ( sampai diameter tertentu ) boleh masuk ke saluran
irigasi, maka ukuran kantong lumpur dapat lebih pendek.

1.3 Ukuran sedimen yang diendapkan.

Menurut Standar Perencanaan Irigasi, perencanaan kantong lumpur yang memadai


bergantung kepada tersedianya data-data yang memadai mengenai sedimen di sungai. Adapun
data-data yang diperlukan adalah :

 pembagian butir
 penyebaran ke arah vertikal
 sedimen layang
 sedimen dasar
 volume.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 228

Jika tidak ada datayang tersedia, ada beberapa harga praktis yang bisa dipakai untuk
bangunan utama berukuran kecil. Dalam hal ini volume bahan layang yang harus diendapkan,
andaikan 0,5 o/oo ( permil ) dari volume air yang mengalir melalui kantong.

Ukuran butir yang harus diendapkan bergantung kepada kapasitas angkutan sedimen di
jaringan saluran selebihnya. Dianjurkan bahwa sebagian besar ( 60 – 70 % ) dari pasir halus
terendapkan : partikel – partikel dengan diameter di atas 0,06 – 0,07 mm.

Selanjutnya daalam Stnadar Perencanaan Irigasi untuk saluran dikatakan bahwa kantong
lumpur tidak akan diperlukan jika volume sedimen yang masuk ke jaringan irigasi tidak masuk
kesawah ( partikel yang lebih besar 0,06 -–0,07 mm ) kurang dari 5 % dari kedalaman air
diseluruh jaringan irigasi atau kurang dari : 5 % x kedalaman saluran x lebar dasar x panjang.

1.4 Kecepatan endap.

Kecepatan endap yang digunakan untuk perencanaan kantong lumpur, tidak dapat
menggunakan kecepatan endap butir sedimen secara individual, tapi kecepatan endap sedimen
sungai yang dipengaruhi oleh :

1. Diameter butir
2. Lengkung gradasi.
3. Fantor Bentuk
4. Spesific weight dengan variasinya
5. Homogenitas material
6. Konsentrasi angkutan sedimen
7. fluktuasi debit sungai
8. Suhu
9. Pengaruh parameter hidraulik

Menurut Standar Perencanaan Irigasi, ada dua metode yang bisa dipakai untuk
menentukan kecepatan endap jaitu :

1. Pengukuran ditempat.
2. Dengan rumus/grafik.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 229

Pengukuran ditempat dilakukan dengan mengambil contoh-contoh dari sungai dan


kemudian dimasukkan kedalam tabung pengendap sehingga didapat kecepatan endap statis.
Berdasar kecepatan endap statis ini diperkirakan kecepatan endap dinamis. Penentuan kecepatan
endap dengan cara ini merupakan cara yang akurat, kalau dilakukan oleh tenaga yang
berpengalaman.

Cara tersebut antara lain dilakukan oleh DPMA terhadap sungai Cimanuk – Rentang.
Contoh yang didapat dari sungai diaduk kemudian diendapkan dengan menggunakan tabung
pengendap. Besarnya konsentrasi diukur dari waktu ke waktu, sehingga didapat grafik hubungan
antara besarnya konentrasi dengan waku. Pad waktu t = 0, semua fraksi pasir belum ada yang
diendapkan atau konsentrasi 100 %, effisiensi 0%. Pad waktu konsentrasinya tinggal C %, fraksi
pasir yang diendapkan adalah ( 100 – C ) % atau effisiensi startisnya : es = ( 100 – C ) %.

H tinggi jatuh
Kecepatan jatuh dihitung berdasar : w  
t waktu
Dari hasil percobaan didapat data sebagai berikut .

waktu Effisiensi Kecepatan jatuh


t ( menit ) es ( % ) w ( m/menit )
10 45 0,331
15 65 0,221
20 75 0,165
25 80 0,132
30 84 0,110
45 90 0,074
60 91 0,055
90 93 0,037
120 94 0,028

Dengan mengambil effisiensi 80 %, maka didapat kecepatan jatuh sebesar 0,132 m/menit = 0,0022
meter/detik.

Penentuan kecepatan endap dengan menggunakan grafik, Standar Perencanaan Irigasi


menggunakan grafik berikut ini untuk mendapatkan kecepatan endap.

Gambar 7.5 Grafik hubungan diameter ayak dengan kecepatan endap di air tenang.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 230

Kalau akan mempergunakan rumus, maka salah satu rumus yang dapat digunakan untuk
menghitung kecepatan endap adalah rumus :

3 g . d ρs - ρw
w2 
4 Cd ρw

dimana :

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 231

w = kecepatan jatuh ( m/dt )


g = percepatan gravitasi ( = 9,81 m/dt2 )
d = diameter butir ( m )
Cd = Koeffisien tahanan ( drag coefficient )
s = kerapatan (density ) dari butir tanah (kg/m3 )
w = kerepatan ( density ) dari air ( = 1000 kg/m3 )

Besarny density dari butir tanah dicari berdasar berat jenis ( spesific gravity ) tanah yang
pada umumnya berkisar antara 2,66. Dengan demikian besarnya density tanah dihitung sebagai
berikut :

ρs
SG   2,66 ; ρ s  2,66 x 1000  2660 kg/m 3
ρw

w .d
Besarnya bilangan Reynold butiran dihitung berdasar rumus : Re 
η

Berarti untuk mendapatkan besarnya bilangan Reynold, besarnya kecepatan jatuh harus
didapat dulu. Karena itu digunakan cara coba-coba, misalnya w = 0,0095 m/detik.

w . d 0,0095 x 1 x 10 4
Re    0,95
η 10 - 6

Untuk Re < 1, maka


1/ 2
24 24  4 9,81 . 1 . 10 - 4 2660 - 1000 
Cd    25,43 ; w     0,0093 m/dt
Re 0,95  3 25,3 1000 

ternyata lebih kecil dari 0,0095 m/dt.

Coba lagi dengan w = 0,009 m/detik.

w . d 0,009 x 1 x 10 4 24 24
Re   -6
 0,90 ; C d    26,6 ;
η 10 Re 0,90

1/ 2
 4 9,81 . 1 . 10 - 4 2660 - 1000 
w   0,009 m/dt  ternyata cocok
 3 26,6 1000 

dengan demikian didapat kecepatan jatuh : w = 0,009 m/detik = 0,54 m/menit

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 232

Dibanding kecepatan jatuh berdasar contoh sedimen, nilai ini jauh lebih besar. Dan
menurut Ir. Moch. Memed Dipl. HE dkk dari Puslitbang Air dalam makalahnya “ DESAIN
HIDRULIK SEDIMENT TRAP DAN INTAKE “, dikatakan bahwa rumus-rumus fall velocity
yang ada sekarang yang berasal dari luar negeri, tidak sepenuhnya memenuhi kriteria alam dan
bila digunakan di Indonesia rumus-rumus ini akan menghasilkan effisiensi yang rendah ( Luas
medan endap – BL – kurang besar ).

1.5 Persyaratan kantong lumpur.

Faktor-faktor lain yang akan dipertimbangkan dalam pemilihan dimensi kantong lumpur
adalah :

1. Kecepatan aliran dalam kantong lumpur hendaknya cukup rendah, sehingga partikel yang
telah emngendap tidak menghambur lagi.

2. Turbulensi yang mengganggu proses pengendapan harus dicegah.

3. Kecepatan hendaknya tersebar secara merata di seluruh potongan melintang, sehingga


sedimentasi juga tersebar merata.

4. Kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,30 meter/detik, guna mencegah tumbuhnya
vegetasi.

5. Peralihan/transisi dari pengambilan ke kantong dan dari kantong ke saluran primer harus
mulus, tidak menimbulkan turbulensi atau pusaran.

2 PERENCANAAN KANTONG LUMPUR.

2.1 Panjang dan lebar kantong lumpur.

Seperti tergambar pada gambar berikut ini, partikel di titik A dengan kecepatan endap w
dan kecepatan air v memerlukan waktu selama t, dimana :

t = H/w = L/v

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 233

Q Q
Sedangkan kecepatan air : v  ; sehingga L . B 
H.B w
dimana :
H = kedalaman aliran, m.
w = kecepatan endap partikel sedimen, m/detik.
L = Panjang kantong lumpur, m.
v = kecepatan aliran air, m/detik.
Q = debit saluran, m3/detik.
B = lebar kantong lumpur, m.

Gambar 7.6 Skema kantong lumpur

L . B tersebut sering disebut sebagai luas medan endap. Rumus ini dapat digunakan untuk
membuat perkiraan awal ukuran kantong lumpur.

Untuk perencanaan yang lebih detail, harus dipakai faktor koreksi guna menyelaraskan
faktor-faktor yang mengganggu, seperti :

 turbulensi air,
 pengendapan yang terhalang,
 bahan layang yang sangat banyak.

Standar Perencanaan Irigasi menggunakan faktor-faktor koreksi yang dianjurkan oleh


Velikanov dengan rumus sebagai berikut :

Q λ2 v ( H 0,5 - 0.2 )2
L.B 
w 7.51 w H

dimana :

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 234

L = Panjang kantong lumpur, m.


B = Lebar kantong lumpur, m.
Q = Debit saluran, m3/detik.
w = Kecepatan endap partikel sedimen, m/detik.
 = koeffisien pembagian/distribusi Gauss.
v = Kecepatan rata-rata aliran, m/dt.
H = Kedalaman air di saluran, m.

Koeffisien Distribusi Gauss

Koeffisien distribusi Gauss (  ) merupakan fungsi D/T dimana :

D = Jumlah sedimen yang diendapkan


T = Jumlah sedimen yang diangkut

D/T 0,5 0,95 0,98

 0 1,2 1,55

Perbandingan L/B.

Untuk mecegah terjadinya “meander” didalam kantong lumpur, maka kantong lumpur
hendaknya tidak terlalu lebar. Sebaiknya diambil perbandingan L/B > 8. Kalau karena kondisi
topografi terpaksa harus membuat kantong lumpur yang lebar, maka sebaiknya kantong lumpur
dibagi-bagi kearah memanjang dengan memasang dinding pemisah, untuk mencapai perbandinga
L/B > 8 tersebut.

2.2 Volume tampungan.

Sedimen yang diendapkan oleh kantong lumpur, akan ditampung dalam tampungan yang
berada didasar kantong lumpur, seperti pada gambar VI.6. diatas. Penampang tampungan ini
tidak termasuk dalam perhitungan penampang basah kantong lumpur yang mengalirkan air.

Beberapa bentuk tampungan dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 235

Gambar 7.7 Kantong lumpur dengan dinding vertikal

Pada kantong lumpur seperti pada gambar 7.7 di sebelah, tampungan berada dibawah
dasar penampang basah yang berbentuk trapesium.

Dinding vertikal terbuat dari pasangan dan untuk diniding tampungan menggunakan
dinding tegak. Dasar tampungan dapat diperkuat dengan lantai ( alternatif kiri ) atau tanpa
lantai ( alternatif kanan).

Gambar 7.8 Kantong lumpur dengan penampang tampungan trapesium.

Pada kantong lumpur seperti pada


gambar 7.8 disebelah, penampang
tampungan tidak dibuat persegi tapi
dengan bentuk trapesium.

Kemiringan dinding tampungan


dapat dibuat sama dengan dinding penampang basah ( alternatif 2 ) atau dibuat sama
( alternatif 1 ).

Gambar 7.9 Kantong lumpur dengan lebar konstan dan mengecil.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 236

Dilihat dari lebar dasarnya, ada 2 alternatif, yaitu : dengan lebar dasar mengecil dan lebar
dasar konstan seperti pada gambar 7.9.diatas.

Pada potongan memanjang kantong lumpur, terdapat dua kemiringan memanjang ,yaitu :
kemiringan memanjang tampungan ( Is ) dan kemiringan memanjang aliran saluran ( I ) seperti
pada gambar 7.10 berikut ini.

Pada gambar ( A ) awal kemiringan memanjang pada pengambilan, mempunyai


kedalaman yang sama sehingga pada ujung kantong lumpur karena perbedaan kedua kemiringan
tersebut, lantai dasar tampungan lebih dalam sebesar ds dibanding dengan lantai saluran.

Sedangkan pada Gambar ( B ) pada awal kantong lumpur atau pada pengambilan dasar
tampungan diturunkan sebesar ds, sehingga besanya menjadi lebih besar dibanding dengan pada
gambar ( A ).

Gambar 7.10 Potongan memanjang kantong lumpur

Volume dan kedalaman tampungan.

Banyaknya sedimen yang masuk kekantong lumpur tergantung pada :

 kandungan sedimen yang terbawa aliran.

 periode pembilasan.

Kandungan sedimen yang terbawa aliran dapat dihitung berdasar :

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 237

 Pengukuran sedimen dilapangan.

 Rumus angkutan sedimen seperti : Einstein – Brown, Meyer – Peter Muller )

 Berdasar data kantong lumpur lain yang sejenis.

Namun untuk perkiraan kasar Standar Perencanaan Irigasi memberi angka 0,5 o/oo.
Namun angka ini harus dicek tetepatannya.

Kandungan tersebut menunjukkan banyaknya sedimen untuk setiap m3 air. Jumlah air
yang mengalir melalui kantong lumpur tergantung dari debit serta periode pembilasannya. Kalau
pembilasan dilakukan setiap bulan, dengan debit 1,2 m3/detik, maka jumlah air yang mengalir
adalah : 30 x 24 x 60 x 60 x 1,2 m3 = 3.110.400 m3.

Kalau kandungan sedimen adalah 0,5 o/oo , maka jumlah sedimen yang diendapkan adalah :
0,5 x 3.110.400/1000 = 1.555,2 m3. Dengan lebar tampungan 15 meter dan kedalaman
tampungan rata-rata 0,7 meter, maka panjang tampungan adalah : 1.555.2/(15 x 0,7 ) = 148
meter.

2.3 Bagian peralihan.

Untuk menghidari turbulensi, maka antara saluran pengendap dengan saluran induk diberi
bagian peralihan seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 7.11 Bagian peralihan.

Panjang bagian peralihan ini berdasar penyelidikan, yang ideal adalah :

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 238

Lp = 8 sampai 10 z

dimana : z = ( B – b ) / 2

2.4 Pembersihan/pembilasan.

Pembersihan kantong lumpur, pembuangan endapan sedimen dari tampungan, dapat


dilakukan dengan pembilasan secara hidrolis (hydraulic flushing), pembilasan secara manual
atau. secara mekanis. Metode pembilasan secara hidrolis lebih disukai karena biayanya tidak
mahal.Kedua metode lainnya akan dipertimbangkan hanya kalau metode hidrolis tidak
mungkin dilakukan.

Jarak waktu pernbilasan kantong lumpur, tergantung pada eksploitasi sedimen di jaringan
irigasi, banvaknya sedimen di sungai, luas tampungan serta tersedianya debit air sungai yang
dibutuhkan untuk pembilasan. Untuk tujuan-tujuan perencanaan, biasanya diambil jarak waktu
satu atau dua minggu.

Pembersihan secara hidrolis

Pembilasan secara hidrolis membutuhkan beda tinggi muka air dan debit yang memadai
pada kantong lumpur guna menggerus dan menggelontor bahan yang telah terendap kembali ke
sungai. Frekuensi dan lamanya pembilasan bergantung pada banyaknya bahan yang akan
dibilas, tipe bahan ( kohesif atau nonkohesif) dan tegangan geser yang tersedia oleh air.

Kemiringan dasar kantong serta debit pembilasan hendaknya didasarkan pada besarnya
tegangan geser yang diperlukan yang akan dipakai untuk menggerus sedimen yang terendap.
Dianjurkan untuk mengambil debit pembilasan sebesar yang dapat diberikan oleh pintu
pengambilan dan beda tinggi muka air.

Untuk keperluan-keperluan perencanaan, debit pembilasan di ambil 20 % lebih besar dari


debit normal pengambilan. Tegangan geser yang diperlukan tergantung pada tipe sedimen yang
bisa berupa :

1) Pasir lepas; dalam hal ini parameter yang terpenting adalah ukuran butirnya, atau

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 239

2) Partikel-partikel pasir, lanau dan lempung dengan kohesi tertentu.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 240

Gambar 7.12 Tegangan geser kritis dan kecepatan geser kritis

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 241

Gambar 7.13 Gaya tarik ( traksi ) pada bahan kohesif

Jika bahan yang mengendap terdiri dari pasir lepas, maka untuk menentukan besarnya
tegangan geser yang diperlukan dapat dipakai grafik Shields seperti pada gambar 7.12 diatas.
Besarnya tegangan geser dan kecepatan geser untuk diameter pasir terbesar yang akan dibilas
sebaiknya dipilih di atas harga kritis. Dalam grafik ini ditunjukkan dengan kata
“bergerak” ( movement ).

Untuk keperluan perhitungan pendahuluan, kecepatan rata - rata yang diperlukan selama
pembilasan dapat diandaikan sebagai berikut :

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 242

 1,0 m/dt untuk pasir halus


 1- 5 m/dt untuk pasir kasar
 2,0 m/dt untuk kerikil dan pasir kasar.

Bagi bahan-bahar kohesif, dapat dipakai Gambar 7.13 yang diturunkan dari data USBR
oleh Lane. Makin tinggi kecepatan selama pembilasan, operasi menjadi semakin cepat. Namun
demikian, besarnya kecepatan hendaknya selalu dibawah lecepatan kritis, karena kecepatan
superkritis akan mengurangi efektifitas proses pembilasan.

Pembersihan secara ma ual/mekanis.

Pembersihan kantong lumpur dapat juga dilakukan dengan peralatan mekanis.


Pembersihan kantong lumpur secara menyeluruh jarang dilakukan secara manual. Dalam hal-hal
tertentu, pembersihan secara manual bermanfaat untuk dilakukan di samping pembilasan secara
hidrolis terhadap bahan-bahan kohesif atau bahan-bahan yang sangat kasar. Dengan
menggunakan tongkat, bahan endapan ini dapat diaduk dan dibuat lepas sehingga mudah terkuras
dan hanyut.

Pembersihan secara mekanis bisa menggunakan mesin pengeruk, pompa (pasir), singkup
tarik/backhoe atau mesin-mesin sejenis itu. Semua peralatan ini mahal dan sebaiknya tidak usah
dipakai.

3 CONTOH PERHITUNGAN.

3.1 Langkah-langkah perencanaan.

Langkah - langkah perencanaan kantong lumpur adalah sebagai berikut :

1) Menentukan ukuran partikel rencana yang akan terangkut ke jaringan irigasi.

2) Menentukan volume kantong lumpur ( V ) yang diperlukan.

3) Membuat perkiraan awal luas rata-rata permukaan kantong lumpur dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 243

Q
L . B 
w
dimana :
L = Panjang kantong lumpur, m.
B = lebar kantong lumpur, m.
Q = debit saluran, m3/detik.
w = kecepatan endap partikel sedimen, m/detik.

4) Menentukan kemiringan energi di kantong lumpur selama eksploitasi normal dengan


menggunakan rumus Strickler :

v n  k s R 2/3 i 1/2
n ; Q n  vn A n

dimana :

vn = kecepatan rata-rata selama pembilasan,m/detik.


ks = koeffisien kekasaran, m 1/3/detik.
Rn = jari-jari hidrolis, m selama eksploitasi normal.
in = kemiringan energi selama eksploitasi normal.
Qn = kebutuhan pengambilan rencana
An = luas basah eksploitasi normal ( m2 ).

5) Menentukan kemiringan energi di kantong lumpur selama pembilasan dengan kolam dalam
keadaan kosong dan menggunakan rumus Strickler :

v s  k s R s2/3 i 1/2
s ; Q s  vs A s

dimana :

vs = kecepatan rata-rata selama pembilasan,m/detik.


is = kemiringan energi selama pembilasan.
Qs = debit untuk membilas, 1,2 Qn
As = luas basah selama pembilasan
Rs = jari-jari hiraolis selama pembilasan.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 244

6) Menentukan dimensi dan elevasi kantong lumpur.

7) Cek apakah pembilasan masih memungkinkan dilakukan pada waktu debit banjir di sungai
Q1/5 ?

8) Jika no.7 tidak ada masalah, cek effisiensi pengendapan partikel sedimen dengan diagram
Camp.

3.2 Data yang diperlukan.

1) Pembagian ukuran butir sedimen, sedimen dasar maupun layang.

2) Banyaknya sedimen yang masuk ke pengambilan selama satu periode. antara satu pembilasan
dengan pembilasan berikutnya.

3) Hubungan antara Q – h sungai pada pintu pembilas.

4) Kebutuhan pengambilan air irigasi.

5) Data topografi pada lokasi kantong lumpur.

3.3 Contoh perhitungan kantong lumpur.

Ukuran partikel rencana.

Diandaikan bahwa partikel yang terangkut sebagai sedimen layang dan masuk ke jaringan
irigasi adalah 0,07 mm = 70 x 10-6 meter.

Volume kantong lumpur.

Dalam contoh ini :

 kandungan sedimen yang harus diendapkan 0,5 o/oo


 debit yang dialirkan saluran induk 10,9 m3/detik.
 Jarak waktu pembilasan satu minggu = 7 hari.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 245

Sehingga volume kantong lumpur yang diperlukan adalah : V = 0,0005 x 10,9 x 7 x 24 x


3600 = 3290 m3 dibulatkan 3300 m3.

Luas medan endap ( L.B )

Besarnya kecepatan endap untuk diameter butir 0,07 mm dan suhu 20o C, berdasar grafik
7.5. didapat kecepatan endap ( w ) sebesar 0,004 m/detik. Sehingga luas medan endap adalah :

Qn 10,9
L.B    2725 m 2
w 0,004

karena L/B > 8 maka akan didapat B , 18,5 meter dan L > 147,30 meter.

Perhitungan kemiringan normal.

Perhitungan ini didasarkan pada kondisi ekploitasi normal dan kantong sedimen hampir
penuh. Kecepatan normal diambil 0,40 meter/detik dengan pertimbangan :

 mencegah tumbuhnya vegetasi.


 partikel-partikel yang lebih besar tidak langsung mengendap di hilir pengambilan.

Luas penampang yang diperlukan berdasar kecepatan tersebut adalah :

Qn 10,9
An    27,25 m 2
vn 0,40

Dengan lebar rata-rata ( B ) = 18,50 meter, kedalaman yang diperlukan adalah :

An 27,25
hn    1,47 meter.
B 18,50

Dengan kedalaman seperti itu dan kemiringan tebing 1 : 2, maka akan didapat penampang
seperti berikut ini.

Gambar 7.14 Penampang kantong lumpur pada Qn.

Besarnya lebar dasar ( b ) dihitung sebagai


berikut :

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 246

B = ( b + 4 h )  18,50 = b + 4 . 1,47
b = 18,50 – 2,94 = 12,62 meter.

Keliling basah : P = b + 2 ( hn( 12 + 22 )) = 12,62 + 2.1,47 . 2,23 = 19,18 meter.

An 27,25
Jari-jari hidrolis : R n    1,42 meter.
P 19,18

Sehingga kemiringan normal adalah :

v 2n 0,402
in    0,495 x 10-4
R 2/3
. ks 
2
1,42 2/3
. 45
2

Sebenarnya kemiringan ini tidak sahih untuk seluruh panjang kantong lumpur karena
luasnya akan bertambah kearah hilir. Perbedaan elevasi yang dihasilkan sangat kecil dan boleh
diabaikan.

Bagian peralihan.

Seperti diuraikan terdahulu, panjang bagian peralihan ini dihitung menurut rumus :

Lp = 8 sampai 10 z

dimana : z = ( B – b ) / 2

Kalau b = 12,62 meter dan B = 18,5 ( sesuai perhitungan diatas ), maka z = ( 18,5 – 12,62
)/2 = 2,94. Panjang bagaian perlaihan : Lp < 10 x 2,94 m = 29,4 meter dan Lp > 8 z = 8 x 2,94 =
23,52, sehingga Lp diambil = 25 meter. Gambar bagian peralihan adalah seperti pada gambar
berikut ini.

Gambar 7.15 Bagian peralihan pada contoh perhitungan.

b = B = 18,5
12,62 m m
z =
2,94 m Bagian
peralihan

Lp = L = 148 Lp =
25 m m 25 m

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 247

3.4 Kemiringan energi di kantong lumpur selama pembilasan.

Pada waktu pembilasan dan kantong lumpur kosong, maka kemiringan energi
pembilasan akan sama dengan kemiringan memanjang tampungan. Penampang tampungan
diambil persegi dan debit yang dialirkan sewaktu pembilasan adalah Qs = 1,2 x Qn = 1,2 x 10,9 =
13,1 m3/detik.

Gambar 7.16 Potongan melintang pada waktu pembilasan.

Lebar dasar tampungan diambil


sama dengan lebar dasar kantong lumpur :
b = 12,62 meter.
12,62
Kecepatan diperkirakan 1,5 m/detik,
sehingga luas penampang yang diperlukan
adalah :

Qs 13,1
As    8,73 m 2
vs 1,5

Untuk itu kedalaman yang diperlukan : hs = As / b = 8,73 / 12,62 = 0,70 meter.

As 8,73
Rs    0,623 meter.
P 12,62  2. 0,7

Untuk pembilasan koeffosien kekasaran diambil : k = 40, sehingga besarnya kemiringan


adalah :

v s2 1,52
is    26,5 x 10 -4
R 2/3
s . ks 
2
0,623 2/3
. 40 
2

Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik, kecepatan aliran harus dijaga agar tetap
subkritis atau bilangan Freude : Fr < 1.

v 1,5
Fr    0,57   1 sehingga benar aliran sub kritis
gh ( 9,8 . 0,7 )

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II


BAB VII PERENCANAAN KANTONG LUMPUR 248

Untuk mengetahui apakah dengan kecepatan seperti itu butir 0,07 mm akan terbilas, kita
gunakan Grafik Shileds pada gambar VI.11. dimana untuk kondisi diatas besarnyategangan geser
kritis adalah :  =  . g . hs . is = 1,000 x 9,8 x 0,7 x 26,5 x 10 –4 = 18,2 N/m2

Pad grafik 7.11 tersebut nilai cr merupakan ordinat ( garis vertikal ) sebelah kanan dan
untuk nilai  = 18,2 N/m2 akan didapat diameter butir maksimum yang dihanyutkan adalah 2,5
mm. Dengan demikian maka sedimen dengan diamater dibawah 2,5 mm akan terbilas.

Panjang kantong lumpur

Dari perhitungan luas medan endap ( L.B ) didapat hasil bahwa panjang kantong
lumpur : L > 147,30 meter. Penetapan panjang ini harus memenuhi kriteria volume tampungan
artinya volume tampungan dengan panjang yang ditetapkan dapat menampung sedimen yang
seharusnya diendapkan, dimana dari perhitungan terdahulu didapat volume yang harus
diendapkan : V = 3.300 m3.

Gambar 7.17 Potongan memanjang pada tampungan.

14,96
14,26 0,70

256

Berdasar gambar diatas, besarnya volume tampungan adalah :


V = hs x b x L + ½ ds X b x L dimana ds = ( is – in ) L
V = hs x b x L + ½ ( i s – i n ) L 2 x b
= 0,70 x 12,62 x L + ½ ( 26,5.10 –4 – 0,495.10–4 ) x L2 x 12,62
V = 8,834 L + 0,016 L2 = 3300
Dari persamaan tersebut akan didapat L = 256 meter.

Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II

Anda mungkin juga menyukai