WAHAM
WAHAM
Definisi
Waham (delusi) : keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta
dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya adalah komputer yang dapat
mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak aneh” hanya sangat tidak mungkin, misal, “FBI
mengikuti saya”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang
jelas untuk mengoreksinya. waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan
beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. semakin akut
psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.
Etiologi
1. Harga diri rendah
2. Hilangnya percaya diri
3. Gagal mencapai keinginan
Menurut Gun ( 2008 ), etiologi dari gangguan jiwa waham adalah :
1. Factor predisposisi
a. Genetis : Diturunkan adanya abnormalis perkembangan
system saraf yang berhubungan dengan respon biologis
yang mal adaptif.
b. Neurobiologist : Adanya gangguan pada korteks pre frontal
c. Neurotransmitter : Abnormalitas pada dopamine serotonin dan
glutamat
d. Virus paparan : Virus influenza pada trimester III
e. Psikologis : ibu cemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli
2. Factor presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan.
b. Adanya gejala yang memicu.
c. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
Manifestasi Klinik
Menurut Kaplan dan shadok( 1997) :
a) Status mental
Klien berpakaian dan berdandan dengan baik
Klien terlihat eksentrik
Tampak aneh
Pencuriga dan bermusuhan
Mood klien konsisten dengan waham
b) Sensorium dan kognis
Klien tidak punya daya tarik diri
Bisa dipecaya kejujurannya
Klasifikasi
Menurut Achir Yani Shamid ( 2000 ), perilaku waham meliputi:
1. Waham Kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali
tetapi tidak dengan kenyataan.
Contoh : “Saya ini bekerja didepartemen kesehatan loh” atau “saya punya tambang
emas”.
2. Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok berusaha merugikan/mencederai dirinya,
di ucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai.
Contoh : “saya tahu….. seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka iri dengan kesuksesan saya”.
3. Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap
hari”.
4. Waham Somatic
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, di ucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya sakit kanker” setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-
tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5. Waham Nihilistis
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/ meninggal, di ucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”
Kategori Waham
Menurut David ( 2003 ) waham dikategorikan menjadi 2 yakni :
1. Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi walaupun
hanya secara teoritis.
2. Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak mungkin.
Mekanisme Koping
Menurut Hernawati ( 2008 ), perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi
klien dari pengalaman yang berhubungan dengan respon neurobiologist yang mal adaptif
meliputi :
1. Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas.
2. Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
3. Menarik diri
4. Pada keluarga : mengingkari
Akibat Waham
Menurut Stuart Gail W ( 2007 ), akibat dari gangguan jiwa waham adalah: klien
dengan waham dapat berakibat terjadinya risiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Risiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat
melukai / membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman.
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai
Penataklasanaan
1. Penataklasanaan Keperawatan
Tujuan :
Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya
b) Berjabat tangan
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2. Bantu orientasi realita
a) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
3. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
5. Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7. Berdiskusi tentang obat yang diminum
8. Melatih minum obat yang benar
Tujuan :
4. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, akibat penghentian obat)
Strategi Pelaksanaan
Sp 1 : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang
tidak terpenuhi.
Orientasi/Perkenalan
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas pagi ini di
Ruang melati. Saya dinas dari jam 07.00–14.00, saya yang akan membantu perawatan
bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?”
“Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”
Kerja
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia ini, bisa
kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak?”
“Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R
rasakan?”
“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri pak R sendiri?”
“Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?”
“Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang lain?”
“Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?”
“Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.”
“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah sakit
karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?”
Terminasi
“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
“Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”
“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?”
“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak R?”
Data subjektif :
Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain,
lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan/ realitas,
ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham.
Tujuan umum :
Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Rasional : Hubungan saling
percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksinya.
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu,
tempat).
Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan
klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan
menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
Tindakan :
Tindakan :
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas. Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka
pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat
menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar. Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur
dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping
obat.
Tindakan :
Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat.
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara
dan waktu).
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6. Klien dapat dukungan dari keluarga. Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam
merawat klien akan mambentu proses penyembuhan klien.
Tindakan:
Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara
merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat harga
dirinya.
Tujuan khusus :
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan
topik pembicaraan)
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
Tindakan :
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian
yang realistis
Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
Tindakan :
Tindakan :
Evaluasi