6 Manfaat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikanj aminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Jaminan Kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan3. Berdasarkan pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2014 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, reventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan. Untuk jenis pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan pelayanan, peserta dikenakan urun biaya3. Manfaat jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 diberikan pada fasilitas kesehatan milik pemerintah atau swasta yang menjalin kerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam keadaan darurat, pelayanan sebagaimana dimaksud dapat diberikan pada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam hal suatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medic sejumlah peserta, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberikan kompensasi. Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka kelas pelayanan di rumahsakit diberikan berdasarkan kelas standar3. Yang dimaksud pelayanan kesehatan dalam pasal 22 meliputi pelayanan dan penyuluhan kesehatan, imunisasi, pelayanan Keluarga Berencana, rawat jalan, rawatinap, pelayanan gawat darurat dan tindakan medislainnya, termasuk cuci darah dan operasi jantung. Pelayanan tersebut diberikan sesuai dengan jenis pelayanannya dalam rangka menjamin kesinambungan program dan kepuasan peserta. Luasnya pelayanan kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan peserta yang dapat berubah dan kemampuan keuangan Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial3.
2.7 Pembiayaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
BPJS Kesehatan bertanggungjawab atas pengelolaan asset badan (BPJS Kesehatan) dan asset peserta (DJS Kesehatan) secara terpisah. Dengan kata lain, aset DJS Kesehatan bukan bagian dari aset BPJS Kesehatan. Pada pasal 41 dalam UU No.24 Tahun 2011 tentang BPJS 8, dijelaskan lebih mandalam tentang perolehan asset BPJS Kesehatan dan DJS Kesehatan itusendiri. Sebagian besar aset DJS Kesehatan bersumber dari iuran peserta yang kemudian disebut sebagai asset peserta digunakan untuk mendanai penyelenggaraan manfaat jaminan kesehatan bagi para peserta aset BPJS Kesehatan sebagian besar berasal dari aset DJS Kesehatan yang digunakan untuk mendanai operasional BPJS Kesehatan dan pembangunan kapasitas pelayanan. Menteri keuangan, setiap tahunnya menetapkan proporsi iuran bagi BPJS Kesehatan yang boleh digunakan untuk mendanai operasional organisasi14.
Gambar 1. Model Bisnis BPJS Kesehatan3
BPJS kesehatan akan mengembalikan surplus dana pengelolaan badan kepada DJS Kesehatan yang ditujukan untuk penguatan manfaat program-program jaminan social. Pada saat pembubaran PT. Askes (Persero), BPJS Kesehatan mendapatkan pengalihan asset milik organisasi sebelumnya yang hanya didapatkan satu kali sejak dibentuknya BPJS Kesehatan. Aset yang dialihkan tersebut dicatat dalam dua akun yaitu, akun aset DJS Kesehatan untuk pengalihan dana peserta Askes dan akun aset BPJS Kesehatan untuk pengalihan aset PT. Askes (Persero)14. Program JKN ini didanai dari iuran yang dibayarkan masyarakat kepada BPJS Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab sebagai pengelola. Iuran masyarakat ini kemudian disebut sebagai DJS Kesehatan karena iuran yang diibayarkan masyarakat merupakan dana amanat masyarakat yang nantinya digunakan untuk membayar biaya manfaat atas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan serta untuk membiayai operasional program jaminan sosial3. Bila dilihat dari laporan keuangan DJS Kesehatan dari tahun 2014-2017 mengalami defisit. Atas kondisi ini pemerintah membat kebijakan untuk memberikan suntikan dana berupa penyetoran modal kepada BPJS Kesehatan ke DJS Kesehatan dan hal ini diharapkan dapat menekan deficit yang terjadi pada DJS Kesehatan14. Pendapatan iuran DJS Kesehatan bersumber dari penerima Bantuan Iuran (PBI), Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non PBI), Pekerja Bukan PenerimaUpah (PBPU), dan BukanPekerja. Beban Jaminan Kesehatan pada tahun 2014 terdiri atas rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, pelayanan kesehatan khusus, Jamkesmen, Jamkestama, pelayanan kesehatan penyakit khusus katastropik dan promotif dan preventif14. Menurut Jurnal ASET tahun 2019, pemicu deficit keuangan BPJS Kesehatan disebabkan oleh penyakit katastropik. Seperti yang diketahui insiden penyakit kronis masyarakat Indonesia cukup tinggi, penyakit katastropik memerlukan pelayanan kesehatan yang cukup lama bahkan bias seumur hidup. BPJS Kesehatan saat ini meng-cover setidaknya delapan penyakit katastropik antara lain jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, thalassemia, haemophilia, sirosis hepatis dan leukemia. Dari delapan penyakit katastropik tersebut tiga diantaranya paling memakan biaya BPJS Kesehatan adalah penyakitjantung, kanker dan stroke. Selain itu, jumlah kasus yang ditangani setiap tahun terus meningkat14. Dari hasil analisis pendapatan dan beban DJS Kesehatan, kenaikan pendapatan DJS Kesehatan selalu dibarengi dengan kenaikan beban DJS Kesehatan yang terus bertambah dari tahun ke tahun14. Aset BPJS bersumber dari8: a. Modal awal dari pemerintah, yang merupakan kekayaan negara yang dipidahkan dan tidak terbagi atas saham b. Hasil pengalihan aset BUMN yang menyelenggarakan program jaminan social. c. Hasil pengembangan aset BPJS d. Dana operasional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial; dan/atau e. Sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Aset BPJS dapat dignakan untuk8: a. Biaya operasional penyelenggaraan program Jaminan social b. Biaya pengadaan barang dan jasa yang digunakan untuk mendukung operasional penyelenggaraan Jaminan sosial. c. Biaya untuk peningkatan kapasitas pelayanan d. Investasi dalam instrument investasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.