Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

G4P3A0 Hamil 37-38 Minggu dengan


KPD Inpartu Kala I Fase Aktif Janin
Tunggal Hidup Presentasi Kepala

Siti Lingga Oktafiani,S.Ked


H1AP15008

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD Dr. M. YUNUS BENGKULU
FKIK UNIVERSITAS BENGKULU
Pembimbing : dr. H. Demsi, Sp.OG
2020
LAPORAN KASUS
2
ANAMNESIS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. YM
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Betungan Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu
Agama : Islam
Nomor RM : 830105
Masuk RS : 02 Oktober 2020
Keluar RS : 04 Oktober 2020
3
ANAMNESIS
RIWAYAT PERKAWINAN
Menikah 2 kali, pernikahan kedua dengan suami sekarang yang berusia 43 tahun.
Lamanya pernikahan 2 tahun

RIWAYAT REPRODUKSI
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : teratur, 28 hari
Lamanya haid : 6 hari
Banyaknya : 2-3x ganti pembalut/hari
HPHT : 13 Januari 2020
Taksiran partus : 20 Oktober 2020 4
ANAMNESIS
RIWAYAT KEHAMILAN/MELAHIRKAN
No. Jenis Umur Jenis Tempat Penolong BBL PB Usia anak
Kelamin Kehamilan Persalinan (gr) (cm) Sekarang

1. Perempuan Cukup bulan normal rumah bidan 3500 50 18 tahun

2. Laki-laki Cukup bulan normal Klinik bidan 3800 52 14 tahun

3. Perempuan Cukup bulan normal rumah bidan 4200 54 7 tahun

4. Hamil ini

RIWAYAT ANTENATAL CARE


Kontrol kehamilan ke dokter sebanyak 4 kali
5
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
▰ Riwayat asma (-)
▰ Riwayat hipertensi (-)
▰ Riwayat penyakit jantung (-)
▰ Riwayat diabetes melitus (-)
▰ Riwayat menjalani operasi (-)
▰ Riwayat hepatitis (-)

6
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
▰ Riwayat asma (-)
▰ Riwayat hipertensi (-)
▰ Riwayat penyakit jantung (-)
▰ Riwayat diabetes melitus (-)
▰ Riwayat hepatitis (-)

RIWAYAT GIZI/SOSIAL EKONOMI


▰ Gizi baik, sosial ekonomi sedang
7
ANAMNESIS KHUSUS
KELUHAN UTAMA
Hamil 37 minggu dengan keluar air-air dari kemaluan sejak 6 jam SMRS

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


Pada tanggal 02 Oktober 2020 saat usia kehamilan 37 minggu, pasien mengeluh
keluar air-air tanpa disertai darah dan lendir dari kemaluan sejak pukul 08.30.
Pasien juga mengeluhkan mules-mules diperut. Pasien masuk ruang VK
Mawar pada pukul 14.30 dan dilakukan induksi persalinan, pada saat
observasi induksi persalinan pukul 19.00 pasien dinyatakan gagal induksi lalu
pasien direncanakan untuk operasi SC cito pada tanggal 02 Oktober 2020
8
pukul 20.15 WIB.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis 
Berat badan : 75 kg
Tinggi badan : 155 cm
Tekanan darah : 141/86 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36,5°C
9
STATUS GENERALIS

Kepala Normocephalic, jejas (-), rambut tidak rontok dan berwarna kecoklatan
Wajah Bentuk simetris, tidak ada deformitas, tidak pucat, oedema (-)
Mata Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
Telinga Sekret (-/-), serumen (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)

Hidung Sekret (-/-), nafas cuping hidung (-), deviasi (-)

Mulut dan Bibir tidak sianosis, mukosa bibir kering (-), pucat (-) lidah tidak kotor, gusi
tenggorokan tidak berdarah

10
STATUS GENERALIS

Leher Tidak ada pembesaran KGB, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, JVP 5-
2 mmHg tidak meningkat.
Kulit Warna kuning langsat
Thoraks Normochest
Paru Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung BJ I/II ireguler, murmur (+) di proyeksi katup mitral, gallop (-)
Ekstremitas Tidak tampak deformitas, terdapat tato pada pergelangan kaki kanan, akral
hangat pada keempat ekstremitas, CRT <2”
Punggung Tidak tampak deformitas, terdapat tato pada bagian tengah punggung

11
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS OBSTETRI
▰ Pemeriksaan luar
TFU 2 jbpx (38 cm), memanjang, puka, kepala, his 3x/10’/>40”, U 3/5, DJJ 145x/menit, TBJ 4185 gr.
▰ Pemeriksaan dalam
Inspekulo : Portio livide, OUE tertutup, fluor (-), fluxus (+), ketuban sedikit,
Warna bening, tidak berbau, tes lakmus (+), E/L/P (-)
VT : Portio lunak, Medial, eff 50%, pembukaan 5 cm, H-II penunjuk UUK
lintang

Bishop score : 7
12
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (02 Oktober 2020)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hb : 11,6 gr/dl 12,0-16,0 gr/dl
Hematokrit : 36% 35-47%
Leukosit : 14.400 mm3 4.000-11.000 mm3 Hb : 11,4 g/dl (12-16
Trombosit : 280.000 sel/ mm 3
150.000-450.000) g/dl)
GDS : 81
HbsAg : Non reaktif Post-op
Anti HCV : Non reaktif
Rapid COVID-19 :
IgG : Non reaktif
IgM : Non reaktif Pre-op
13
DIAGNOSIS KERJA

G4P3A0 Hamil 37-38 Minggu dengan KPD Inpartu Kala I


Fase Aktif Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala

14
PROGNOSIS

Dubia ad bonam

15
TERAPI

▰ Observasi tanda vital dan perdarahan


▰ Cek labor darah rutin, kimia darah, cross match
▰ IVFD RL xx tetes per menit + Drip induksin 10 unit
▰ Observasi DJJ
▰ Observasi induksi persalinan selama 2 jam

16
Observasi Induksi Persalinan

17
TINDAKAN

LAPORAN OPERASI
Instruksi post operasi :
Pukul 20.15 WIB Operasi dimulai
• IVFD RL + oksitosin 20 IU xx
tetes per menit
Pukul 20.30 WIB Lahir neonatus hidup, perempuan, BBL
• Inj. Ceftriaxone 2x1 gram i.v
4250 gram, PB 51 cm, LK/LD 36/38, A/S • Inj. Metamizol 3x1 gram i.v
8/9 FT AGA • Inj. Vit C 2x1 gram i.v
• Cek HB post operasi
Pukul 20.40 WIB Plasenta lahir lengkap

Pukul 21.10 WIB Operasi selesai


18
CATATAN
PERKEMBANGAN

19
20
21
TINJAUAN PUSTAKA
22
Insert Your Image

KETUBAN PECAH DINI


KETUBAN PECAH DINI

DEFINISI
Keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses persalinan. Pengertian
KPD menurut WHO yaitu rupture of the membranes before the onset of
labour. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37
minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM)
dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature
rupture of membranes (PPROM).

24
KETUBAN PECAH DINI

ETIOLOGI
 Infeksi genitalia
 Defisiensi vitamin C
 Faktor selaput ketuban
 Faktor umur dan paritas
 Faktor tingkat sosio-ekonomi
 Faktor-faktor lain

25
KETUBAN PECAH DINI

PATOFISIOLOGI
 Infeksi
 Hormon
 Kematian sel terprogram
 Peregangan selaput ketuban

Skematik struktur selaput ketuban saat aterm 26


DIAGNOSIS
ANAMNESIS 1

Keluar cairan yang banyak berwarna putih


jernih, keruh, hijau atau kecoklatan sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak secara tiba-tiba
dari jalan lahir. Dapat disertai dengan demam
2 PEMERIKSAAN FISIK
jika sudah ada infeksi
Uterus lunak, tidak ada nyeri tekan abdomen.

PEMERIKSAAN 3
SPEKULUM
Mengambil sampel cairan ketuban di forniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk
pemeriksaan dengan kertas lakmus, kultur,
pemeriksaan bakteriologis.
4 PEMERIKSAAN DALAM

Menentukan penipisan dan dilatasi serviks,


presentasi janin dan kemungkinan tali pusat.
PEMERIKSAAN 5
PENUNJANG
Tes lakmus, leukosit darah, USG,
kardiotokografi, amniosintesis
27
TATALAKSANA
Tatalaksana diberikan sesuai umur kehamilan, ada atau tidaknya infeksi dan keadaan
inpartu atau tidak.

KONSERVATIF MANAJEMEN AKTIF


 Jika usia kehamilan <32-34 minggu, Jika usia kehamilan >37 minggu
dirawat selama air ketuban masih keluar, induksi dengan oksitosin dan bila
atau sampai air ketuban tidak lagi keluar gagal maka dilakukan seksio
 Jika usia Jika usia 32-37 minggu, belum sesarea. Jika terdapat infeksi
inpartu, tidak ada infeksi, berikan dapat diberikan antibiotik
deksametason dan terminasi pada usia
kehamilan 37 minggu
 Jika usia 32-37 minggu, sudah inpartu,
tidak ada infeksi, berikan tokolitik,
deksametason dan induksi sesudah 24 jam

28
29
KOMPLIKASI

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Pada kehamilan
Persalinan prematur aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Kehamilan 28-34 minggu
persalinan dalam 24 jam. Kehamilan< 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

Infeksi Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia,
pneumonia, omfalitis

Hipoksia dan asfiksia Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.

Sindrom deformitas janin KPD dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan
oleh kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi pulmonar.

30
KETUBAN PECAH DINI
PROGNOSIS
Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada :
 Usia kehamilan.
 Adanya infeksi / sepsis.
 Faktor resiko / penyebab.
 Ketepatan diagnosis awal dan penatalaksanaan

31
Insert Your Image

SEKSIO SESAREA
SEKSIO SESAREA

DEFINISI
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2010).

33
KLASIFIKASI

Seksio sesarea transperitoneal


profunda Seksio sesarea klasik Seksio sesarea dengan
(corporal) histerektomi
suatu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen atas uterus atau pengangkatan uterus setelah seksio
insisi pada segmen bawah uterus korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan sesarea karena atoni uteri yang tidak
(Prawiroharjo, 2002). bila segmen bawah rahim tidak dapat dapat diatasi dengan tindakan lain,
dicapai dengan aman, bayi besar dengan pada uterus miomatousus yang besar
kelainan letak terutama jika selaput dan atau banyak, atau pada ruptur
ketuban sudah pecah (Charles, 2005). uteri yang tidak dapat diatasi dengan
jahitan (Cunningham et al., 2009).
Seksio sesarea vaginal Seksio sesarea
ekstraperitoneal
pembedahan melalui dinding vagina seksio yang dilakukan tanpa insisi
anterior ke dalam rongga uterus. Jenis peritoneum dengan mendorong lipatan
seksio ini tidak lagi digunakan dalam peritoneum ke atas dan kandung
praktek obstetri (Charles, 2005). kemih ke bawah atau ke garis tengah.

34
SEKSIO SESAREA
Indikasi Ibu Indikasi Janin
• Usia • Ancaman gawat janin (fetal distress).
• Tulang panggul sempit • Bayi besar (makrosemia).
• Persalinan sebelumnya dengan seksio • Letak sungsang (presentasi bokong).
sesarea • Faktor plasenta : plasenta previa, solution
• Faktor hambatan jalan lahir plasenta, plasenta accrete.
• Kelainan kontraksi rahim • Kelainan tali pusat : prolapsus tali pusat,
• Ketuban pecah dini terlilit tali pusat.
• Rasa takut kesakitan.

35
PERTIMBANGAN PELAHIRAN SESAR DAN
PERSALINAN PERVAGINAM
Kriteria seleksi pasien yang mencoba Persalinan Pervaginam pada Pasien Pernah Seksio
(P4S) atau Vaginal Birth After Caesarea (VBAC) menurut American College of
Obstetricians and Gynecologists (ACOG), yaitu: (Cunningham et al., 2009) (Martel,
2005).
▰ Satu kali riwayat seksio dengan insisi transversal rendah
▰ Pelvis adekuat secara klinis
▰ Tidak ada parut uterus lain atau riwayat ruptur uteri
▰ Dokter mendampingi selama persalinan, dapat memonitor persalinan dan
melakukan seksio sesarea segera ( dalam waktu 30 menit )
▰ Tersedianya dokter anastesi dan personil untuk melakukan seksio sesarea segera.
36
37
Insert Your Image

INDUKSI PERSALINAN
Induksi Persalinan

DEFINISI
Induksi persalinan ialah usaha agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau
sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his.
Induksi persalinan merujuk dimana kontraksi uterus diawali secara medis
maupun bedah sebelum terjadinya partus spontan

39
Induksi Persalinan
Indikasi Ibu Indikasi Janin
▰ Indikasi ibu: ▰ Kehamilan lewat bulan
▰ Kehamilan dengan hipertensi ▰ Ketuban pecah dini
▰ Kehamilan dengan diabetes mellitus ▰ Kematian janin dalam rahin
▰ Perdarahan antepartum tanpa ▰ Pertumbuhan janin terhambat
kontraindikasi persalinan pervaginam ▰ Isoimmunisasi-Rhesus
▰ Kelainan kongenital mayor

40
Persyaratan Induksi Persalinan

▰ Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni serviks sudah mendatar dan menipis dan sudah dapat dilalui
oleh sedikitnya 1 jari, serta sumbu serviks mengarah ke depan.
▰ Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD).
▰ Tidak terdapat kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan.
▰ Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul.

41
Skor Pelvik menurut Bishop
Proses Induksi
Kimia

Prostaglandin E1 (PGE1) Prostaglandin E2 (PGE2) Oksitosin


)
Misoprostol merupakan PGE2 tersedia dalam bentuk gel Oksitosin digunakan sebagai
prostaglandin sintetik, analog dari atau pesarium yang dapat stimulant uterus, dimana dapat
PGE1, yang dibuat dan dipasarkan dimasukkan intravaginal atau digunakan untuk induksi
sebagai gastroprotektor diakui intraserviks persalinan dan perbaikan
sebagai tablet 100 atau 200 μg.
kontraksi uterus dalam
persalinan.
Mekanis
Kateter transservikal
(kateter foley) Pemecahan Ketuban
(amniotomi)
Kateter foley merupakan alternatif Amniotomi dapat dilakukan sejak
yang efektif disamping pemberian awal sebagai tindakan induksi,
prostaglandin untuk dengan atau tanpa oksitosin.
mematangkan serviks dan Induksi persalinan secara bedah
induksi persalinan. Akan tetapi (amniotomi) lebih efektif jika
tindakan ini tidak boleh keadaan serviks baik (skor
digunakan pada ibu yang Bishop > 5).
mengalami servisitis, vaginitis,
pecah ketuban, dan terdapat
riwayat perdarahan. 42
Komplikasi Induksi Persalinan
▻ Hiponatremia
▻ Atonia uteri
▻ Hiperstimulasi/ adanya kontraksi rahim yang berlebihan
▻ Fetal distress
▻ Prolaps tali pusat
▻ Solusio plasenta
▻ Rupture uteri

43
PEMBAHASAN
44
PEMBAHASAN Apakah diagnosis sudah tepat?

Pasien Ny. YM berusia 37 tahun datang dengan keluhan keluar air-air dari jalan lahir.
Diagnosis pada pasien ini adalah G4P3A0 hamil 37-38 minggu menunjukkan bahwa pasien
sedang hamil anak keempat pada kehamilan keempat. Usia kehamilan 37-38 diketahui dari
pemeriksaan obstetri dan HPHT pasien tanggal 13 Januari 2020. Pasien mengaku gerakan
janin masih dirasakan. Pada pemeriksaan didapatkan denyut jantung janin 145x/menit.
Berdasarkan anamnesis riwayat keluar darah dan lendir (-). Pada pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam ditemukan tanda-tanda inpartu dengan pembukaan serviks 5 cm
Berdasarkan anamnesis didapatkan informasi bahwa pasien mengeluhkan keluar
cairan yang banyak dengan warna jernih dan tidak berbau secara tiba-tiba dari jalan lahir
sejak 6 jam SMRS. Pada pemeriksaan spekulum didapatkan fluxus (+), ketuban tak aktif dan
didapatkan tes lakmus (+). Hal ini dapat didiagnosis sebagai ketuban pecah dini.

45
PEMBAHASAN Apakah penatalaksanaan pasien sudah tepat?

Pada pasien ini dilakukan manajemen aktif sesuai dengan algoritma manajemen KPD
karena usia kehamilan > 37 minggu. Dengan usia kehamilan >37 Minggu maka dilakukan
induksi dengan oksitosin bila induksi gagal maka dilakukan seksio sesarea.

Pada pasien ini dilakukan observasi tanda vital, kontraksi,dan denyut jantung janin, untuk
mengetahui pemantauan kondisi ibu dan janin agar tetap stabil. Pada 4 jam setelah
dilakukan induksi,kemajuan dilatasi serviks terhambat maka pasien dikatakan gagal induksi
dan direncanakan SC cito pada pukul 20.00

46
KESIMPULAN
47
KESIMPULAN

1. Diagnosis pada kasus ini adalah G4P3A0 hamil 37-38 minggu dengan KPD 6 jam SMRS
inpartu kala I fase aktif JTH preskep yang didapat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
2. Penatalaksanaan di RSUD M. Yunus Bengkulu yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat
yaitu dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi namun karena gagal induksi sehingga
dilakukan persalinan secara seksio sesarea.

48
TERIMA KASIH

49

Anda mungkin juga menyukai